Ruang Sederhana Berbagi

Selasa, Desember 31, 2013

Kenangan Kebersamaan

Foto di atas adalah salah satu moment yang selalu saya ingat. Kenangan terbaik dalam hidup saya selama ini. Merasakan dinamika bersama mereka selama hampir satu dekade lebih di kampus dan di lapangan saat ada acara-acara penting.

Saya hanya bisa menggambarkan bagaimana kebersamaan itu melekat sampai sekarang. Kami bisa main bersama, berkonflik bersama, dan terutama kami belajar kehidupan bersama-sama. Tak bisa dipungkiri, selama bersama-sama itu hadir berbagai dinamika yang naik turun. Ada saatnya menyenangkan dan ada saatnya tidak menyenangkan.

Sama halnya dengan naik gunung, perlu kebersamaan dan kekompakan untuk bisa menggapai puncak bersama-sama. Banyak gunung yang kita daki bersama-sama. Banyak lembah yang kita susuri, sungai, dan juga bukit-bukit. Rasa capek dan kesal tak jarang menghinggapi diri kita masing-masing tetapi semua sadar tentang satu tekad satu tujuan.

Foto di atas adalah saat melanjutkan perjalanan setelah mendaki gunung Guntur di Kota Garut kemudian mendaki gunung Papandayan untuk menuju kabupaten Bandung dari arah selatan. Perjalanan panjang dan melelahkan tetapi bisa dinikmati dan sampai kembali pulang ke kampus untuk melanjutkan kehidupan kampus.

Merasakan saat tersesat, mencari alternatif jalan menuju lembah dan mendapati pemukiman di perkebunan teh paling jauh dari Pangalengan dan lebih dekat ke kaki gunung. Udara dingin dengan hujan rintik-rintik, setia mengikuti perjalanan kita mencapai pemukiman terdekat yang bisa dijangkau sekedar bermalam sebelum melanjutkan perjalanan menuju Bandung.

Melihat asap dari kejauhan yang muncul dari ladang petani itu sangat terasa sampai sekarang. Ada harapan karena masih bisa bertemu penduduk. Ada yang diutus bertanya tentang daerahnya kemudian bertanya alternatif jalan yang bisa dijangkau dengan berjalan kaki.

Kita semua sampai dipemukiman saat hari menjelang malam. Hujan masih mengguyur kampung itu. Bersyukur ada penduduk yang memberi ruang untuk beristirahat. Seingat saya waktu itu kita bermalam di sebuah masjid penduduk. Sampai pagi dan kemudian pulang menggunakan angkutan umum yang pemberangkatannya satu kali dalam satu hari.

Kini, semua sudah memiliki kehidupan masing-masing. Sesekali kita masih berkumpul kalau ada acara bersama di Situ Lembang atau di Citatah. Bersama mereka, saya bersyukur belajar banyak tentang kehidupan, tentang kebersamaan, dan rasa saling menghargai satu sama lain. Terima kasih, Tuhan! Berikan banyak kebaikan kepada mereka yang sudah bersama-sama dalam satu kesempatan menarik. 

Catatan di dedikasikan kepada teman-teman yang ada di foto antara lain: Nurcahya, Cecep Permana, Iman Kape, Hendi Tale, Erwin, Andi, dan Iwan Embu. Dua orang traveller itu, saya lupa namanya.

Saat itu, saya merasakan banget efek dari "Kuliah tong ngaganggu ulin!" yang kemudian menjadi jargon tak resmi sampai sekarang.
Share:

Gerimis Desember

Angin desember menjelang pergantian tahun baru ini sangat dingin melebihi kata sejuk untuk menggambarkannya. Melewati celah-celah jendela dan pintu rumah, angin meresap memasuki rumah kemudian menempa kulitku. Dingin terasa lalu kuambil baju hangat untuk mengurangi rasa yang membuat bulu halus di tangan berdiri. 

Gerimis turun bersama angin. Terseok-seok pucuk pohon mangga mengikuti alur angin. Tidak berusaha menolak setiap hembusan yang datang kepadanya. Titik-titik air hujan turun melekat di daun kemudian mengalir ke tangkai kemudian membasahi dahan dan batang pohon. Semut-semut kecil yang biasa berduyun-duyun di batang pohon mangga terpaksa mencari jalan lain yang masih kering. Khawatir terbawa aliran air, beberapa semut memilih diam sementara sampai butiran air jatuh turun ke tanah.

Desember ini angin bertiup sepoi-sepoi, dingin menusuk kulit membawa gerimis yang sudah menggelayut sejak beberapa hari yang lalu. Gerimis titik-titik hujan jatuh di merahnya bunga kertas yang mekar di beranda rumah. Indah nian di tengah dinginnya siang di akhir tahun ini. Oh seandainya aku bisa mereguk semua keindahan ini, akan kusimpan sampai seribu tahun lamanya.


Share:

Ruang Bermain

Siang itu selepas pulang sekolah, empat anak-anak bermain di belakang rumah. Di sebuah tempat kosong yang biasa digunakan anak-anak pada sore hari setelah ngaji atau pagi-pagi jika hari minggu. Beragam mainan mereka mainkan di tempat kosong itu, mulai dari sepak bola, main kelereng, galasin, sondah, lompat tali, dll.

Di tempat kosong itu, keceriaan hadir. Ruang bersama yang menjadi bagian keseharian anak-anak untuk bermain. Sejatinya bukan hanya bermain tetapi mereka juga belajar tentang banyak hal. Misalnya ketelitian, kecermatan, kelincahan, sosialisasi, dan kepekaan kepada sesama teman.

Tempat kosong ruang terbuka itu penuh makna buat anak-anak. Kehadirannya mampu menghiasi dinamika belajar yang sesungguhnya. Adakalanya pikiran menerawang ke ruang terbuka itu untuk bermain bersama teman-teman ketika waktu sekolah masih berlangsung. Keinginan dan rencana untuk bermain setelah waktu sekolah usai terkadang menyita waktu bahkan terlihat seperti sedang melamun.

Pelajaran kalah oleh keinginan bermain di ruang terbuka bersama teman-teman. Mungkin salah karena tidak seharusnya. Tetapi demikian anak-anak, senang bermain bersama teman-teman untuk belajar hal yang tidak diajarkan di sekolah.

Sekolah tetap penting, tantangannya adalah menyediakan ruang terbuka yang bisa dijadikan sebagai media pembelajaran bersama-sama.
Salah satu kegiatan menarik di halaman belakang ruang kosong untuk bermain kelereng.
Share:

Minggu, Desember 29, 2013

Kesempatan Moyes

Sudah beberapa pekan ini saya mengikuti berita seputar Mancherster United (MU). Walaupun bukan sebagai pendukung fanatik, tapi saya senang mengikuti dinamika yang terjadi dalam sebuah klub sepakbola.

Penunjukan David Moyes oleh Sir Alex Ferguson dan kawan-kawan tentu bukan karena kebetulan. Tentu dengan berbagai perhitungan dan pertimbangan yang matang.

Intinya saya belajar tentang manajemen sepakbola yang secara tidak langsung juga belajar manajemen manusia. Nah David Moyes memberikan banyak pembelajaran menarik buat saya.

Saat ini kalau boleh dibilang terseok-seok, iya. MU nangkring di papan tengah, bukan di papan atas. Terlempar dari 'The Big Four' yang sudah sering mereka tempat dalam dekade sebelumnya. Wajar jika beberapa pendukung MU merasa khawatir dengan kondisi permainan ini. Apalagi di jaman yang instan ini, semua ingin cepat terlihat hasilnya. Melupakan proses panjang untuk meraih sebuah prestasi besar.

Buat saya, Moyes memiliki kans besar membuat sejarah di MU jika pemilik MU dan pendukung setianya memberikan kesempatan dan kepercayaan penuh kepadanya. Jangan melihat proses ini sebagai sesuatu yang instan. Cepat dan langsung jadi juara di awal kepemimpinannya. 

Dua Tipe 

Dalam sepakbola modern, saya melihat dua tipe yang berbeda dalam memimpin sebuah tim sepakbola. Pertama tipe coach dan kedua tipe manajer. Keduanya sangat berbeda walau hasil yang ingin dicapai sama, yaitu juara.

Tipe pertama, coach. Sebagai contoh saya ambil Jose Mourinho. Saya mengagumi terutama saat menjadi rival Sir Alex Ferguson. Mourinho sempat beredar rumor akan menggantikan Sir Alex di MU. Mourinho adalah tipe couch, dia memiliki kapasitas untuk melatih dalam waktu yang cepat dan instan untuk meraih prestasinya.

Ciri-ciri tipe ini adalah pembelian pemain yang bisa jor-joran dan berlabel bintang. Lihat saja contohnya saat ia memegang Inter Milan, Real Madrid, dan sekarang Chelsea. Di Chelsea relatif tidak sebombastis waktu di Real Madrid. Saat itu Chelsea berhasil meraih prestasi besar di kancah liga Inggris. Sayangnya, tetap saja tidak dianggap berhasil oleh sang pemilik, Roman Abramovich karena Mou tidak bisa memenangi piala champion. Piala yang dirindukan oleh sang pemiliknya.

Tipe kedua adalah manajer. Tipe ini saya ambil contoh Sir Alex Fergosun dan Arsene Wenger. Keduanya memberikan cara memenej sebuah tim sepakbola dengan baik. Sir Alex Ferguson mampu meraih banyak prestasi hal didikannya pada the young gun seperti David Beckam, Ryan Giggs, Paul Scholes, Olle Gunnar Solkjaer, dan lain-lain.

Sir Alex Fergosun dan Arsene Wenger merintis dari tim biasa saja menjadi tim besar yang disegani. Arsene Wenger misalnya, pernah membawa Arsenal sebagai tim yang tidak terkalahkan dalam satu putaran kompetisi liga Inggris bersama Thiery Henry dkk. Sebuah prestasi yang belum dicapai manajer manapun.

Nah, kembali kepada David Moyes, seandainya manajemen memberikan kesempatan kepada David Moyes untuk terus memimpin pasukannya, saya yakin MU bisa kembali ke track-nya sebagai kontestan liga Inggris dan masuk kembali ke habitat 'The Big Four'. Semoga!
Share:

Jumat, Desember 27, 2013

Gus Dur

Gus Dur
Saya menyukai sebuah komentar status dari Agus R Sarjono setelah Gur Dur meninggal tiga tahun yang lalu "Gus Dur memang kontroversial, saya juga berharap Indonesia yg pluralis, demokratis, rilek, kadang benar kadang salah, dan penuh humor. Lebih menyenangkan daripada Indonesia yang formal dan jaim".

Saya tidak mengenal secara pribadi, bahkan bertemu langsungpun dengan Gus Dur belum pernah, tetapi beberapa tulisannya, catatannya, humornya pernah saya baca. Gus Dur memang kontroverial, setiap ucapannya tidak bisa ditebak, sekalipun oleh para ilmuwan. Dengan mudahnya Gus Dur membalik logika dari argumentasi sebelumnya. Selain itu, Kelakarnya yang terus teringat "Gitu aja kok repot" ini menjadi sebuah pernyataan untuk membuat mudah segala sesuatu dan jangan di buat rumit.

Kebijakan luar biasa Gus Dur selagi menjadi Presiden adalah penghormatan kepada etnis China yang tidak dilakukan oleh Presiden sebelumnya. Di masa kepresidenan Gus Dur-lah Barongsai dan Imlek mendapat tempat di Indonesia. Secara pribadi saya berterima kasih, karena memang begitulah seharusnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa kita juga harus berterima kasih kepada pendatang dari China sewaktu VOC berkuasa di Indonesia. 

Kini tokoh Pluralis itu telah tiada, dua hari tepat sebelum tahun 2010. Semoga amal kebaikan Gus Dur menjadi percikan bagi generasi selanjutnya untuk mewarnai Indonesia ke depan lebih baik. Keberanian Gus Dur menjadi teladan untuk kita. Ya Allah, semoga Engkau terima amal dan kebajikan Gus Dur! selamat tinggal Gus!

Share:

Rabu, Desember 18, 2013

Merindumu

Ada satu bait lagu Jikustik yang menarik bagi saya, isinya tentang kerinduan menulis untuk seseorang yang selalu di hatinya. Menulis bagi saya sudah seperti bagian hidup. Apapun itu, selalu saya usahakan untuk merekamnya dalam sebuah catatan.
Singapore 2013 (@idenide)
Catatan penting ataupun tidak penting bagi saya tidak masalah yang penting menulis. Sekali lagi menulis, ketika ide-ide liar berterbangan maka menulis adalah jalan satu-satunya mengumpulkan, merunut dan mungkin saja menyimpulkan langsung dari setiap ide yang ada. Setelah ide, tentu saja bergerak. Membaca, menulis adalah bagian dari gerakan.
Maka bait lagu Jikustik menjadi menarik yang berisi tentang menulis. Inilah bait lagu yang dimaksud.

Kapan lagi kutulis untukmu tulisan-tulisan indahku yang dulu, 
pernah warnai dunia, puisi terindahku hanya untukmu..
Mungkinkah kau kan kembali lagi, menemaniku menulis lagi?
Kita arungi bersama puisi terindahku hanya untukmu.


Tak lupa sebuah kerinduan, saya senang membaca bait lagu Payung Teduh 'Resah' saat saya tak bisa menggambarkan saat-saat merasa penjelajahan berakhir dan akan berganti.

Aku ingin berjalan bersamamu
Dalam hujan dan malam gelap
Tapi aku tak bisa melihat matamu
Aku ingin berdua denganmu
Di antara daun gugur
Aku ingin berdua denganmu
Tapi aku hanya melihat keresahanmu
Untukmu yang membaca tulisan ini, mungkin perasaan kita sama saat mengalami kejadian yang sama. Saat menjelang perpisahan dan mengingat perjalanan ke belakang yang penuh dinamika. Saat senang, saat bersama-sama yang berkesan. Kita tidak bisa berada di tempat yang sama terus, saatnya melepaskan semua hal yang terjadi dengan keikhlasan. Biarkan semuanya menjadi kenangan, begitu juga dengan tulisan ini. Ini adalah kenangan saat melepas penjelajahan yang sudah dilewati bersama-sama untuk melanjutkan penjelajahan dengan jalur yang berbeda dan anggota yang beda. 
Share:

Rabu, Desember 04, 2013

Semut dan Murai

Di tepi danau yang berair jernih, terdapat sebuah pohon. Pohon rindang dengan daun yang hijau, batang dan dahan yang kuat. Dahan pohon itu adalah tempat menarik untuk burung-burung bertengger. Siang itu, seekor burung murai bertengger sambil bernyanyi.

Angin bertiup kencang. Seekor semut yang sedang berjalan di dahan pohon jatuh ke air. Semut itu berjuang keras berusaha menepi. Sayangnya, ia tidak bisa berenang. Lama sekali semut itu berputar-putar di atas air.

Murai melihat dari atas. Ia merasa iba. Ia mematuk beberapa helai daun. Daun itu jatuh di dekat semut.

"Semut, naiklah ke daun itu!" teriak Murai kepada Semut.

Semut menuruti perintah Murai. Angin bertiup. Daun dan Semut akhirnya sampai ke tepi danau.

"Terima kasih, Murai! Aku selamat berkat pertolonganmu!" Teriak Semut.

Beberapa saat kemudian, seorang pemburu datang. Pemburu itu membidik Murai. Semut segera menggigit kaki pemburu. Si pemburu berteriak kesakitan.

"Murai, terbanglah menjauh! Pemburu hendak menembakmu!" teriak Semut.

Murai segera pergi sambil berteriak gembira, "Terima kasih atas pertolonganmu, kawan!"

Share:

Senin, Desember 02, 2013

Tupai Pemarah

Alkisah di sebuah hutan yang lebat, hidup seekor tupai di dalam pohon yang rindang. Pohon dengan daun yang lebat, batang-batang yang kokoh, serta ranting yang berderet rapi di atas. Tepat di sebuah lubang dekat batang pohon yang tengah, seekor tupai bersarang. Membuat rumah pohon yang nyaman. Sekilas tidak terlihat ada kehidupan. Tetapi di balik itu, di dalam pohon, sebuah rumah tupai begitu indah. Setiap ruangannya ditata dengan rapih. Setiap hari, tupai itu membersihkan ruangannya dengan baik.

Sayangnya, ia terkenal sering marah-marah tidak jelas kepada apapun benda atau mahluk hidup di depannya. Ia juga suka meledek dan menyombongkan dirinya. Kalau ada barang yang jatuh, ia akan marahi. Kalau ada barang yang tidak pada tempatnya, ia akan marah-marah dan meledek. Semua temannya tidak suka pada dia karena sikap marah-marahnya yang tidak jelas.

Suatu hari, ia melihat pohon. Ia kemudian berkata "hei, pohon kok kamu jelek. Rantingmu ke sana ke mari tidak beraturan". Setelah itu ia bertemu dengan seekor gajah, "hei gajah, kok badanmu gemuk. Gerakanmu tidak lincah!". Saat ia bertemu dengan burung, ''hei burung, kamu jelek banget. Tanganmu kok begitu, cuma punya kaki, yah?"

Semua yang ada dihadapannya selalu ia ledek dan ia marahi. Ia merasa senang saat teman-temannya sedih. Sampai suatu hari, ia tidur dan bermimpi. Dalam mimpi itu, ia sedang berada di sebuah tempat yang gersang. tidak ada pohon satu pun. Ketika itu ia berjalan dan melihat ada sebuah pohon. Ia hendak berteduh tapi pohon berkata, ''aku tidak mau meneduhimu, kamu sudah sering berbuat tidak baik. Kamu tidak bersyukur bahkan pada pohon tempat tinggalmu." Ia kemudian meneruskan perjalanan. Ia semakin kepanasan dan kelelahan. Setelah lama berjalan ia bertemu seekor gajah. Kepada gajah itu ia berkata, "hei gajah, bawa aku pergi dari sini. Aku haus dan ingin minum." Gajah kemudian menjawab, "aku tidak mau membawamu ke tempat yang banyak air, kamu sering meledek aku".

Ia semakin kepanasan dan kehausan. Sampai kemudian ia melihat burung. Ia berpikir burung itu akan membantunya mencari air minum. "Hei burung, bawa aku ke tempat yang banyak air minum." Lalu burung itu berkata, "aku tidak mau menunjukan tempat yang banyak air dan pohon kepadamu. Kamu sering meledek dan marah-marah tidak jelas."

Semakin lama semakin lemah tubuhnya. Ia pun kemudian pingsan. Saat itu juga terbangun dari tidurnya. Ia kemudian melihat sekelilingnya. Ia ternyata masih berada di rumah pohonnya. Ia merenungi mimpinya. Tersadarlah ia bahwa selama ini ia tidak bersyukur atas semua yang sudah ia dapatkan.

Sejak saat itu, tupai mulai mengubah semuanya. Ia tidak lagi marah-marah dan tidak suka meledek. Ia banyak bersyukur kepada semuanya. Ia melihat pohon dan tersenyum berterima kasih. Ia melihat gajah kemudian meminta maaf dan merekapun berteman. Ia bertemu burung, ia menyapa dan berterima kasih juga. Ia berubah menjadi tupai yang baik hati dan penuh syukur.

Share:

Minggu, Desember 01, 2013

Belajar Budaya di Saung Angklung Udjo

Untuk yang ketiga kalinya saya mengunjungi saung @angklungudjo di daerah Cicaheum, Bandung. Setiap kali mengunjungi selalu ada yang baru yang saya rasakan.

Anak-anak bermain angklung (dok.iden)
Anak-anak yang bermain dan belajar mengusik saya untuk melihat lebih dalam. Keberadaan mereka yang mementaskan permainan tradisional sunda sangatlah mengesankan. Mereka tampil penuh percaya diri. Mereka begitu senang terlibat di dalam sebuah pementasan kebudayaan yang diadakan setiap hari pukul 15.30 Wib.

Keberadaan mereka selain menarik hati pengunjung dengan sajian yang tak biasa juga menjadi catatan pendidikan bagi saya. Mereka belajar tentang kebudayaan sunda secara langsung. Anak-anak adalah penerus generasi sekarang. Jika mereka diajarkan, dilibatkan secara langsung untuk mengalami, mereka akan menyimpan memori itu sampai lama. 

Anak-anak juga akan mengenal secara langsung bentuk-bentuk permainan yang mereka alami langsung. Ini bentuk pembelajaran menarik karena anak tidak hanya belajar dari teori saja tetapi dari praktek keseharian.

Seorang petani akan membawa anaknya ke sawah untuk belajar bertani. Seorang nelayan akan mengajak anaknya melaut. Seorang tukang kayu akan membawa anaknya bekerja mengolah kayu. Maka demikian pula, seorang dalang membawa anaknya untuk ikut mendalang. Dan ini yang menarik kemarin. Setelah pementasan wayang golek yang singkat, saat dibuka panggungnya, seorang anak duduk manis di samping dalang. Sungguh pemandangan yang indah dan mengharukan. Saya sangat mengapresiasi proses belajar menarik ini. Maka tidak salah jika @kotabandung melalui @ridwankamil harus berterima kasih karena kebudayaan sunda tetap lestari dan masih berlangsung sampai saat ini karena kehadiran @angklungudjo di tengah-tengah gempuran budaya barat lewat media.
Pagelaran wayang golek yang memukau dan penuh makna. Lewat gerakan kelihaian tangan dalang saat memainkan wayang.
Di balik pagelaran wayang golek, seorang dalang dengan anak kecil yang duduk manis di sampingnya. Ini proses pendidikan yang menarik. Proses pendidikan yang holistik karena anak secara langsung mengalami pembelajaran lewat pagelaran. Energi yang tersebar dari dalang akan diserap secara langsung oleh anak.
Bermain angklung bersama, memainkan beberapa lagu nasional dan internasional dengan panduan konduktor di depan. Mengasah kejelian serta kepekaan terhadap nada. Di Saung Angklung Udjo, penonton terus diajak berinteraksi lewat beberapa pagelaran dan permainan.
Menikmati pagelaran orkestra angklung yang  harmonis. Sebuah pengalaman menarik yang sangat berkesan.










Konduktor memimpin dengan baik. Terbayang latihan kerasnya untuk menampilkan pagelaran sebaik yang sudah saya lihat ini. Salut buat latihan, ketekunan, dan kekuatan energi belajarnya.


Akhirnya, menikmati keseluruhan pagelaran itu bukan hanya sekedar menikmati saja, tetapi ada proses belajar budaya yang sangat mengasyikan. Apresiasi besar untuk para pementas yang sudah tampil dengan sangat besar.

Share:

Rabu, November 27, 2013

Kepada Hujan

Hujan telah bertahan berhari-hari, Tuhanku, dalam hatiku gersang. Kaki langit telanjang bulat tak ada selembar awan tipis pun menutupi, tak ada sekecil apa pun tanda-tanda akan datangnya hujan yang menyejukan. 1)
Mendung datang berlapis-lapis dan langit menjadi gelap. Ah, kekasih mengapa engkau biarkan aku sendirian menunggu di depan pintu? 2)
Hujan tumpah dengan deras dari langit, aku melihat dan tak mampu menghitung tetes demi tetes air yang turun melewati sirap. Barangkali aku tak memiliki cinta sebanyak curah hujan. Tapi tak bisakah aku diberi kesempatan?.
Ingin aku menjadi hujan yang tak pernah pamrih, yang menyirami bumi tanpa meminta imbalan.
Hujan, mestinya aku belajar darimu bagaimana caranya mencintai. 3)
Cinta adalah titik-titik hujan yang jatuh dari langit. Bunga bermekaran dan kupu-kupu menari-nari di sekelilingnya. Pelangi melengkung indah dan kamu berkecipak-kecipuk di tanah basah. 4)

Kepada hujan


1) Rabindranath Tagore, Gitanjali, kidung 40 hal 24.
2) Rabindranath Tagore, Gitanjali, kidung 18 hal 11.
3) Andrei Aksana, Kompas. 05 Okt 2009.
4) Clara Ng, ‘Melukis Cinta’. Hal 8.
Share:

Rabu, November 20, 2013

Menempuh Badai Sudah Biasa

Hari kemarin (Rabu, 20 November 2013), dua orang anggota Tim Garis Depan Nusantara yaitu @denisambas dan @yudipentilbarkah, berbagi inspirasi di sekolah. Ia bercerita tentang laut nusantara yang luas. Tentang nenek moyang seorang pelaut. Nah karena nenek moyang seorang pelaut, maka selayaknya kita sebagai pewarisnya tidak melupakan laut.

Laut adalah penghubung antar pulau. Laut adalah pemersatu nusantara. Salah jika kita menyebut sebagai pemisah antara satu pulau dengan pulau lainnya. Adanya laut yang membuat Indonesia sangat kaya dengan sumber daya alam. Laut menjadi bagian utuh yang menyatukan Indonesia.

Tanah Air Indonesia. Ini juga yang penting kita ketahui. Tanah air adalah sebutan untuk nusantara. Jika di banyak negara menyebutnya sebagai motherland atau juga fatherland. Tanah air adalah kesatuan antara tanah dan air. Air dalam bentuk kelautan di Indonesia, jumlahnya lebih banyak daripada daratan. Sekitar 70 % wilayah Indonesia adalah laut. Sisanya adalah daratan. Itu berarti lautan sangat penting untuk dijaga.

Indonesia dijaga oleh 92 pulau terluar perbatasan dengan 10 negara tetangga. Karena luas, Indonesia harus melakukan kerjasama dengan perbatasan 10 negara tetangga. Beberapa pulau mengalami gangguan dari 10 negara tetangga. (12 pulau terluar rawan konflik) 

Begitu pentingnya sebuah laut, Napoleon Bonaparte yang pernah terkenal menguasai dunia bilang "siapa yang menguasai perdagangan, ia akan menguasai lautan. Siapa yang menguasai lautan, ia akan menguasai dunia. Jadi mari kita jaga laut kita agar tanah air Indonesia makin jaya di dunia. Di laut kita jaya!
Apresiasi yang besar untuk semua tim Ekspedisi Pulau Terluar Indonesia, Garis Depan Nusantara, pihak-pihak yang sudah membuat sejarah bagi bangsa Indonesia. Semoga menginspirasi!

Share:

Hari Berterima Kasih

Cuaca masih belum jelas antara hujan atau tidak hujan. Dua hari yang lalu, hujan lebat menempa Kota Bandung dan kota-kota lainnya di Indonesia. Hujan lebat ini malah berasa tambah berat dengan hadirnya angin. Jadilah kemudian dinamakan hujan angin. 

Tetapi, sudah dua hari ini cuaca sangat bersahabat. Pagi yang hangat, siang yang cerah, dan sore yang kembali menghangat. Berbeda dengan siang, malam udara yang berhembus terasa menjadi sangat dingin. 

Pagi, siang, dan sore, matahari bersinar dengan terang. Membawakan kehangatan tetapi juga kekhawatiran akan datang hujan angin lagi di sore hari. Bersyukur, kehangatan matahari terus berlangsung sampai sore hari. 

Tak biasa memang, November adalah bulan hujan. Saat di mana rasa kerinduan akan hujan yang telah lewat muncul saat hujan turun. November yang cerah ini patut kita rasakan dan syukuri kebaikannya. Tuhan selalu menyisipkan banyak pelajaran untuk direnungkan. Makanya tidak salah jika kita berterima kasih atas November ini. Seiring thankgiving yang hadir di bulan ini juga.

Terima kasih. Sebuah kata penuh makna tentang "kuterima kasihmu dan kuharap bisa membalas kasihmu seperti yang telah engkau berikan kepadaku". Mari berterima kasih!
Terima kasih semesta, selalu ada kebaikan dalam setiap hal yang terjadi. Tuhan selalu bersama orang-orang berani! Berani bersyukur atas semua karunia Tuhan.
Dalam peralihan cuaca, hujan atau tidak hujan selalu ada yang menarik. Lembayung sore salah satunya. Menikmati dua sore yang indah, seperti menikmati keindahan semesta setelah beberapa hari tertutup awan hujan.
Share:

Minggu, November 17, 2013

Lelaki Yang Dihentikan Hujan

Sore itu hujan di bulan November saat gemuruh dan kilat saling berlomba menuju pelataran toko. Lelaki muda dengan tas selempang dan sebungkus rokok berteduh di salahsatu sisi pertokoan sederhana. Sore itu harusnya bertemu dengan seorang perempuan, tapi malang harus batal karena hujan. Si pemuda tidak tampak gelisah, dia menyalakan sebatang rokok dari dari dalam bungkusan berwarna putih. Rokok masih tersisa 6 dari 12 batang sebelumnya. Sudah setengahnya pemuda itu menghabiskan rokok. Di tengah gemuruh dan hujan, udara memang terasa menjadi lebih dingin, pemuda itu menyalakan rokok untuk kesekian kalinya. Dia menengok sebentar ke samping kiri dan kanannya. Tidak ada yang berubah sejak pertama dia datang berteduh.

Pemuda itu berpikir bahwa perempuan yang sedang menunggunya akan marah karena terlambat datang menemui. Tapi pemuda itu tak peduli, dia menikmati waktu berteduh dengan rokok yang terus menempel di tangannya.

Seorang lelaki paruh baya tergopoh-gopoh menggapai tempat berteduh setelah turun dari kendaraan umum. Hujan bertambah deras. Beberapa orang memilih berteduh daripada beresiko sakit karena kehujanan. Lelaki paruh baya mendekati pemuda yang sedang merokok. Sejenak mereka berdua berbincang. Lelaki paruh baya begitu ramah menyapa setiap orang yang berteduh termasuk pemuda itu. Pemuda yang disapa berpikir bahwa lelaki paruh baya baik hati.

Hujan belum reda, yang terjadi malah bertambah deras. Lelaki paruh baya yang ramah dan pemuda yang angkuh itu melebur dalam sebuah percakapan. Mereka ngobrol dengan asiknya. Dari pembicaraan itu mereka menyadari tentang arti persahabatan. Lelaki paruh baya mengajarkan kearifan, pemuda itu murid yang sedang belajar kearifan. Jika sebuah keangkuhan sekarang menimpa dirinya, pemuda anggap sebagai proses melewati dinamika.
Lelaki paruh baya bercerita tentang seorang temannya ketika mereka masih sama sama muda. Persahabatan yang terus terbina sampai sore ketika hujan deras turun di kota itu. Sore ini mereka akan bertemu disalahsatu tempat. Sayangnya hujan menghentikan langkah lelaki paruh baya untuk menemui temannya.

Pemuda menyimak semua cerita dengan seksama. Ada raut kekaguman pada lelaki paruh baya di sampingnya. Obrolan mereka melupakan orang yang menunggu di tempat berbeda.
Di tempat yang lain, seorang perempuan menunggu gelisah kedatangan pemuda. Sudah hampir dua jam lelaki yang ditunggunya tidak memberi kabar. Kegelisahan makin menjadi karena hujan bertambah deras. Tidak bisa diam dengan tenang, perempuan itu tampak gusar. Saat pertemuan terakhir mereka di sebuah sudut perpustakaan yang menyenangkan kini mereka hendak bertemu untuk kesekian kalinya. Sama halnya dengan pertemuan sebelumnya, mereka hendak membahas sebuah buku serta menulis beberapa artikel.

Sore itu ketika hujan deras dan gemuruh semakin menjadi, pemuda dan perempuan itu hendak bertemu. Hujan menghentikan langkah pemuda dan membuat gusar perempuan yang menunggunya sekian lama. Hujan masih turun tetapi pertemuan itu belum juga terwujud.



Share:

Bermain Kelereng

Enam orang anak bermain di lapangan tanah dekat rumah mereka. Lapangan yang berukuran sekitar 6 x 3 itu cukup untuk bermain kelereng. Permainan yang mereka biasa lakukan selepas sekolah.
Bersama-sama membuat jarak lempar terlebih dahulu. Setelah cukup, jarak yang sudah disepakati kemudian diberi garis penanda. Selanjutnya adalah membuat lingkaran tepat di tengah-tengah sebagai kalang atau tempat menaruh kelereng sesuai kesepakatan. Misalnya menaruh masing-masing dua kelereng. Jika ada enam pemain, maka terkumpul dua belas kelereng di kalang tersebut. Pemenang berhak mengambil semua kelereng yang ada di kalang.



Seorang dari mereka kemudian melemparkan kelerengnya. Diikuti giliran orang kedua, ketiga, dst sampai habis dan kembali ke giliran awal. Mereka bermain dengan senang. Sesekali terdengar seorang bersuara keras memberi ketegasan. Misalnya ia merasa ada temannya yang bermain curang. Teman lainnya kemudian membela atau juga sama-sama mengatakan curang. Jika ia merasa tidak bermain curang, ia akan bertahan untuk mengatakan bahwa ia tidak bertindak curang.

Walau demikian, permainan terus berjalan. Kadang sambil menggerutu, mereka tetap melanjutkan permainan. Mereka merasakan kesenangan saat berhasil menuntaskan permainan. Bagi yang memenangi permainan, ia akan terus bersemangat bermain. Bagi mereka yang kalah, mereka juga tetap bersemangat untuk memenangi dan mengambil kembali kelereng yang sudah ada di tangan pemenang. Tentu saja lewat permainan lagi.

Keenam anak yang bermain kelereng itu tak terganggu kehadiran orang dewasa yang lewat. Mereka bergembira bersama. Dan yang terutama menarik adalah mereka belajar lewat permainan!
Share:

Kamis, November 14, 2013

Warna Warni Angkot

Bandung terkenal kreatif sejak dulu, semua kota juga sebenarnya kreatif. Berhubung saat ini saya penduduk Kota Bandung, ya sudah, Bandung Kreatif! Kreativitas sudah menjadi bagian penting dalam sebuah kehidupan. Dari dahulu kala, manusia menggunakan kreativitasnya untuk bertahan hidup. Lebih dari itu, sekarang kreativitas bukan saja masalah bertahan hidup tetapi sebuah passion, panggilan jiwa, dan hasrat tersendiri untuk hidup.
Jika melihat sekilas di lapangan, angkot hanyalah sebuah moda transportasi begitu saja. Bukan sebagai seni yang menarik. Tetapi jika dilihat dalam bentuk yang bersatu, setiap angkot dengan angkot yang lainnya memiliki keunikan tersendiri. 
Nah, kali saya terinspirasi oleh sebuah foto yang pernah dimuat di harian yang ada di Kota Bandung. Jajaran warna-warni angkot yang begitu indah dan mengesankan. Jangan pikirkan saat 'mengetem' atau menunggu penumpang yang lama serta macetnya, rasakan saja keindahan warna-warni angkot Bandungnya.
Warna warni angkot yang semarak ini akan menjadi sebuah hal menarik jika dibarengi dengan perilaku yang baik dalam berlalu lintas, misalnya tertib saat membawa angkot, tidak 'mengetem', patuh rambu-rambu lalulintas, dll.
Share:

Rabu, November 13, 2013

Tuhan Sedang Pergi

"Tuhan pasti sedang berada di tempat lain. Atau mungkin Dia lupa ada sebuah planet bernama bumi," kata Duterte saat bertemu wartawan di terminal kedatangan Bandara Internasional Davao pada Selasa, 12 November 2013. Dilansir laman Inquirer, dia mengunjungi kota Tacloban pada Senin pagi kemarin. Sebelum berangkat, Duterte mengaku dititipi sebuah daftar nama warga hilang. Sayang, Duterte gagal menemukan mereka.

Penggalan di atas saya ambil dari salah satu portal berita. Menarik bagi saya karena kata yang terucap dari seorang Wali Kota Davao di Kepulauan Mindanau, Filipina, Rodrigo Duterte adalah menanyakan Tuhan. Ada kesan ia menyalahkan Tuhan juga. Tetapi ini biasa saja, itu realitasnya seorang dengan jiwa ketuhanan yang masih ada, pasti mempertanyakan Tuhan saat ia merasa harusnya ada Tuhan saat kejadian itu. Tuhan sedang pergi, bisa saja, tetapi harus yakin juga bahwa Tuhan akan datang lagi dengan rencana yang lebih mulia dan besar untuk kebaikan manusia.

Buat saya, Tuhan ada. Sekalipun dalam bencana yang besar. Tuhan menitipkan banyak pelajaran dari peristiwa besar ini. Bisa jadi sekarang kita belum mendapat cobaan sebesar Topan Haiyan. Tetapi mungkin suatu saat nanti juga akan datang kepada kita. Saya sadar itu, fluktuasi kehidupan manusia dan kehidupan di bumi akan demikian seterusnya. Ada saatnya tenang tanpa badai, ada saatnya badai datang. 

Tentu saja saya ikut berduka atas musibah Topan Haiyan, di Filipina. Bagaimanapun sebagai manusia, mereka juga bagian dari kehidupan semesta yang luas. Mereka tinggal jauh di sana, tetapi punya peran yang sama sebagai manusia. 

Share:

Key Economics On The Road

Key Economics On The Road disingkat KEOR adalah nama yang baru dan asing di telinga saya, sejenis angkutan darat baru yang ada di Kota Bandung. Sepengetahuan saya, angkutan di darat itu berupa angkutan kota (angkot), angkutan pedesaan (angped), elf, minibus dan bus. Sementara keor, namanya saja unik, mengingatkan saya pada keong yang jalannya lambat. Saya pun punya kesimpulan mungkin keor ini adalah kendaraan yang jalannya lambat seperti keong.
Saya bersyukur punya kesempatan naik kendaraan yang orang menyebutnya keor ketika melakukan perjalanan kampus di Gegerkalong menuju Setrasari. Setelah merasakan langsung naik keor tersebut, semua praduga saya terhadap keor selama ini tiba-tiba saja luntur. Keor bukan keong yang saya duga. Keor adalah Key Economics On The Road
Saya mengetahui apa itu keor, saya berkesimpulan bahwa semua jenis kendaraan yang digunakan untuk berusaha mendapatkan uang adalah keor.
Kini saya sudah tahu serta merasakan langsung naik bajaj, naik andong, naik ojek juga naik rakit. 
Keor, Angkot dan Penumpang
Angkutan Kota
Tidak bisa dipungkiri bahwa jumlah angkot semakin bertambah, sementara jumlah penumpangnya berkurang. Berkurang karena akses untuk mendapatkan kendaraan motor lebih mudah, dengan Down Payment yang rendah, bunga cicilan rendah, orang lebih mudah mengalihkan pilihan dari pengguna angkot ke pengendara sepeda motor. Alasan lainnya daripada susah naik angkot, udah macet, ngetem, panas pula mending naik motor.
Data yang valid tentang jumlah penurunan penumpang angkot karena motor belum ada, kalau otak skripsi, mungkin saya akan membuat judul ”Pengaruh meningkatnya penjualan sepeda motor terhadap penurunan jumlah penumpang angkot di Kota Bandung”. Analisisnya pasti kuantitatif, menggunakan pendekatan statistika untuk mendapatkan Rasio jumlah motor yang terjual dengan jumlah penumpang angkot.
Ah sudahlah, nanti saya pikirkan kalau ada yang mendanai penelitian. Rasio itu sekarang tidak penting karena isu yang akan saya angkat adalah perilaku penumpang dan angkot itu sendiri. Perilaku angkot dan penumpang maksud saya begini, jika ada angkot berhenti didaerah yang harusnya tidak boleh berhenti karena ada penumpang yang memberhentikan, siapa yang harus disalahkan? Apakah penumpang yang memberhentikan atau angkot?.
Kita masuk melalui celah si penumpang, saya pernah mengalami tetapi saya tidak pernah bertanya pada mereka secara langsung tentang kenapa memberhentikan pada tempat yang salah. Perkiraan saya adalah jarak. Orang sudah merasa serba praktis, naik angkot tinggal naik, turun tinggal turun saja. Jarak menjadi masalah karena jarak menguras energi, daripada kehilangan energi yang bisa menyebabkan badan lemas mending langsung aja stop angkot. Kesampingkan efeknya jika memberhentikan tidak pada tempat yang tepat seperti macet, karena energi harus dihemat.
Kalau angkot alasannya sederhana, ekonomi dan persaingan. Tidak bisa dipungkiri bahwa semakin banyak angkot yang beroperasi itu semakin ketat peta persaingan mendapatkan penumpang. Sangatlah wajar jika ada satu penumpang yang memberhentikan, tidak peduli dimana berhenti, yang penting uang. Akibatnya tetap macet, kalau hanya satu atau dua saja angkot mungkin tidak akan macet, tetapi kalau sudah 10, 20 atau lebih ya macetlah.
Share:

Selasa, November 12, 2013

Kisah Tak Terduga

Tentu seperti yang sudah ditulis sebelumnya, tak terduga! Banyak hal tak terduga dalam hidup ini. Termasuk kabar beberapa hari yang lalu tentang kejadian di Gunung Semeru. Kebetulan beberapa teman saya dari @Gandawesi_KPALH sedang melakukan pendakian ke sana.

Tak terduga, tentu saja! Kejadian di luar perencanaan. Saya mendapatkan kabar ini dari @osiikecil lewat link ini -> https://www.facebook.com/groups/119186654850695/permalink/399601316809226/
Laporan, salam lestari!
Melaporkan kegiatan Mahameru Attack yg pd awalnya kegiatan ini dilaksanakan dari tanggal 6 - 12 Nov 2013. 
Di awal kegiatan, team Mahameru Attack melaksanakannya sesuai juknis yg direncanakan. Sampai pada akhirnya 8 Nov 2013, kami tiba di Ranu Pani pd pukul 13.00 Wib. Di pos pendakian awal, banyak pendaki2 yg dr pagi-pun blm diperbolehkan utk mendaki. Setelah kami cari tau, ternyata ada 2 org pendaki dr Jakarta yg terpisah dr rombongannya dan di nyatakan hilang. Namun blm ada kepastian dr pihak TNBTS utk menutup, mencari ataupun membuka kembali gerbang Semeru. Malam itu kami memutuskan utk menunggu keputusan sampai bsk pagi dan membicarakab langkag selanjutnya. Keesokan harinya, hingga pukul 11.00 Wib masih blm ada kepastian. Sempat ada kabar akan adanya Open SAR, dan sudah merundingkan jika ada open Sar kami akan mengutus 2 anggota Gandawesi utk ikut mengingat Basarnas blm knjung dtg. Ketika ditunggu sampai pukul 14.00 Wib, masih blm ada kepastian, kami memutuskab utk mundur krn tdk lg bisa brbuat apa2 di Ranu Pani.
Sekian laporan kami. Maaf team Mahameru Attack tdk bisa mempersembahkan hari pahlawan di puncak Para Dewa. Kami sudah berusaha semampu yg bisa kami lakukan. Mohon dimaklumi.
Salam Lestari!

Inilah sesuatu yang tak terduga, kisah tak terduga. Walau demikian, bagi saya ini tetap sesuatu yang patut diapresiasi atas keberhasilan mereka dalam menuntaskan rencana walau pelaksanaannya tidak sesuai dengan perencanaan. 

Kejadian tak terduga itu sesuatu yang di luar kendali manusia. Saya percaya jikapun berada di sana pada saat itu, keputusannya akan sama seperti yang mereka lakukan.

Penuh hormat dan apresiasi untuk mereka yang sudah bergerak melakukan lebih dari sekedar berbicara atau berteori saja. Tetap semangat dan sejarah sudah mencatat atas namamu.
Foto diambil dari group di fb kiriman @osiikecil. Kisah tentang pendakian yang tertunda karena ada hal tak terduga. Dua orang pendaki gunung Semeru terpisah dari kelompoknya, tersesat dan sedang dalam proses pencarian. Pendakian ditutup total sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan!
Semoga pendaki yang hilang di Gunung Semeru bisa cepat kembali pulang. Amiin


Share:

Senin, November 11, 2013

Tak Terduga

Banyak hal tak terduga dalam hidup ini. Sesuatu yang kadang bisa menjadi menyenangkan tetapi juga bisa menyakitkan. Unpredictable, sesuatu yang tidak bisa diprediksi sebelumnya. 

Benar adanya ungkapan bahwa manusia hanya bisa berencana dan Tuhanlah penentu utamanya. Perencanaan sebaik apapun tetap harus legowo saat pelaksaan tidak sesuai. 

Saya banyak mengambil pelajaran pada saat mengikuti pendidikan dasar pecinta alam. Baik sebagai peserta maupun sebagai komando pendidikan dasar. Hal yang sangat manusiawi dan mengalir begitu saja. Begitu juga dalam sebuah melakukan perjalanan ekspedisi atau travelling. Adakalanya kita harus mengubah perencanaan saat adanya perubahan.

Dalam segala yang berhubungan dengan manusia, saya tak pernah kaget pada perubahan. Bahkan untuk hal yang kaku sekalipun di dunia teknik sipil, perubahan akan selalu ada.

Selanjutnya yang harus dipersiapkan adalah keluwesan berpikir, kemampuan improvisasi, dan keterbukaan pada kritik. 

Keluwesan berpikir berarti kemampuan menyesuaikan pikiran, kreativitas, serta ketajaman analisis pada saat kondisi berubah. Pada saat mendaki gunung, ini bisa berarti datangnya badai sebelum mencapai puncak. Butuh keputusan yang tepat untuk menunggu badai, rehat, bikin bivak, atau melanjutkan perjalanan.

Kemampuan improvisasi bisa berarti kemampuan untuk mengubah bentuk pelaksanaan tanpa mengubah esensi yang diharapkan dari kegiatan yang akan dilaksanakan. Misalnya saat rehat mendaki gunung untuk menunggu badai reda, bisa dilakukan kegiatan menghangatkan tubuh, memasak logistik, merencanakan kegiatan lainnya. 

Keterbukaan pada kritik bisa berarti kelapangan diri saat ada orang lain yang tidak mengenal medan pelaksanaan melakukan kritik pedas. Biasanya dengan "mengapa tidak sesuai dengan perencanaan?" Terkadang, orang lain akan mudah melontarkan kritik. Mereka mudah menilai, bahkan sampai menjatuhkan. Untuk itu, lebih mudah bagi kita untuk menerima saja kritik dengan tangan terbuka daripada saling berkeras. Dibutuhkan keterbukaan kedua belah pihak untuk saling mengerti. 

Nah, jika terjadi sesuatu yang tak terduga dalam hidupmu, anggap saja itu latihan berpikir luwes, kreatif, improvisasi, dan kelapangan menerima segalanya dengan baik.

Share:

Jumat, November 08, 2013

Menjelajah, Bertualang, dan Belajar

Kemarin malam saya mendapatkan kabar bahwa teman-teman @Gandawesi_KPALH sedang melakukan perjalanan ke Surabaya untuk menuju Gunung Semeru di Malang. Mereka akan mendaki gunung mencapai puncak Mahameru. Puncak yang disebut puncak para dewa.

Setiap teringat @Gandawesi_KPALH, saya selalu ingat slogan tak resmi yang menghiasi kehidupan saya. "Kuliah tong ngaganggu ulin". Semacam slogan yang terus menjadi bagian penting agar tetap "ulin" atau bermain.

Tak cukup hanya bermain tetapi ada banyak pembelajaran di dalamnya. Melalui akun @idenide di @twitter, saya mengirim pesan @idenide: selamat menjelajah, bertualang, dan belajar untuk teman-teman @Gandawesi_KPALH, ingatlah selalu "kuliah tong ngaganggu ulin".

Mari kita bermain agar semuanya menyenangkan. Anggap saja hidup ini juga per mainan. Oh iya, tentang permainan ini, saya ingat juga seorang teman. "Semua games ada akhirnya, semua permainan ada games over-nya". Saat itu, kalimat ini menguatkan saya tatkala tesis belum mendapat persetujuan untuk sidang. Padahal, saya merasa sudah mengerahkan semua kemampuan terbaik untuk menyelesaikannya. "Semua games pasti ada games over-nya" jadi saya tenang, semua hal yang terjadi akan berakhir, demikian juga dengan sebuah kehidupan.

Tetap semangat bermain!



Share:

Rabu, November 06, 2013

Berhasil Pulang

Senior saya mengatakan bahwa salah satu keberhasilan sebuah ekspedisi adalah berhasil pulang. Dulu saya tidak mengerti dan hendak menentang semua argumentasinya. Walaupun ada sedikit kebenarannya juga dan saya menerima itu.

Sekarang, setelah melakukan perjalanan ke berbagai tempat di Indonesia juga sebagian wilayah Asia Tenggara, saya semakin yakin bahwa salah satu keberhasilan melakukan ekspedisi atau perjalanan adalah berhasil pulang dengan selamat.

Tetapi, moment yang menarik untuk diabadikan adalah puncaknya. Misal puncak gunung atau tebing, atau tempat yang tidak semua orang bisa kunjungi. Melalui dokumentasi itu, puncak gunung seperti pencapaian menarik dan berprestasi. Bagi yang sudah mendaki gunung, yang menarik selanjutnya adalah proses dibalik keberhasilan itu.

Ketika ia bisa menceritakan proses mendaki gunung dan mencapai puncaknya kemudian menuruni gunung untuk pulang adalah prestasi tersendiri. Ia berhasil bukan sudah mendaki gunung saja tetapi ia berhasil pulang.

Berhasil pulang (shutterstock.com)

Share:

Rabu, Oktober 30, 2013

Menanti Hujan

Sepagian ia menantikan hujan. Ia belum beranjak dari dalam tanah yang gelap. Cuaca yang panas dan manusia yang sering bermain di atas bisa mengganggu dirinya. 

Kulitnya memang sangat tipis. Walau lebih tebal dari jenis yang lain, ia tetap tidak kuat menerima sinar matahari yang terik. Berdiam diri di dalam tanah adalah pilihan tepat.

Ia berharap hujan. Hujan yang membawa banyak air. Ia akan bernyanyi-nyanyi sepanjang hujan turun untuk mengumpulkan teman-temannya. Bermain bersama di genangan air. Syukur-syukur ia menemukan kolam besar yang bisa ia diami untuk beberapa saat. Genangan cukup untuk membuat ia dan teman-temannya bergembira, keluar dari lubang bawah tanah, meloncat-loncat, menari, dan bernyanyi bersama-sama.

Sore hari, angin bertiup kencang. Awan mulai bergerak membawa butir-butir hujan. Ia sudah merasakan sebentar lagi akan hujan. Ia tersenyum lega. Hujan yang ia nantikan sebentar lagi datang.

Gemuruh mulai berbunyi. Titik-titik air berjatuhan dari langit. Sedikit demi sedikit bertambah. Semakin lama semakin banyak air yang turun dari langit. "Hmmm ini hujan!" Ia berbisik sambil bersiap keluar menyambut hujan. Bergembira saat melihat sudah banyak temannya yang bermain-main di genangan. Ia berjingkrak, meloncat, dan bernyanyi.

Hujan kini datang, ia pun senang!


Share:

Senin, Oktober 28, 2013

28 Oktober, Mari Berkarya!

Hari ini tanggal 28 Oktober adalah tonggak awal kemerdekaan Indonesia saat pemuda Indonesia berkumpul untuk menyatakan kesatuan dan persatuan. Bersatu dalam satu tekad keindonesiaan. Bukan lagi suku-suku, daerah-daerah, bahasa-bahasa yang berbeda tetapi semuanya menjadi bagian dari Indonesia.

Tonggak awal untuk mempersatukan bangsa Indonesia ini patut diapresiasi karena terbayang susahnya membangun koordinasi antar daerah pada masa itu. Jangan dibayangkan sekarang yang tinggal ketik nomor tujuan dan detik itu pula kita bisa berkomunikasi dengan orang di seberang pulau atau bahkan di luar negeri.

Hari ini kita maknai perjuangan besar para pemersatu Indonesia ini dengan berbagai kreativitas untuk bangsa Indonesia yang beragam dengan tetap bersatu. Selamat Hari Sumpah Pemuda! Mari berkarya!




Share:

Minggu, Oktober 27, 2013

Hari Blogger Nasional

Saya baru tahu kalau hari ini adalah Hari Blogger Nasional. Tahu dari @bentang saat membuka @idenide di twitter. Jadi ingin mengingat kembali masa awal menjadi blogger.

Menjadi blogger pada masa awal internet mahal adalah sesuatu yang mewah. Belum lagi mencari ide menulis itu sulit sekali. Rata-rata saya memosting tulisan yang sudah muncul di media. Jarang menghabiskan waktu menulis sambil online karena sayang harga warnetnya mahal kalau sekedar buat menulis saja.

Dari catatan yang sudah ada kemudian saya posting. Blog pertama saya adalah www.penakayu.blogdrive.com. Lama saya berada di blog itu karena mudah dan tampilan relatif sederhana. Begitu pula bahasa html-nya mudah ditebak.

Setelah itu baru saya coba di blog milik google, yaitu blogger. Awalnya bernama www.wildensyah.blogspot.com. Lama dengan nama itu lalu saya ubah menjadi www.idenide.blogspot.com. Dengan nama baru ini, tampilan juga ikut berubah. Lebih dinamis dengan tampilan majalah seperti sekarang.

Nah, itulah masa mengenang awal menjadi blogger. Selamat Hari Blogger Nasional!

Share:

Kamis, Oktober 24, 2013

Cerita Memanah

Senin pagi seperti biasa rutin pagi. Anak-anak bercerita tentang libur akhir pekannya. Beragama cerita yang mereka sampaikan. Sekalipun hanya di rumah, tetapi selalu ada yang menarik.


Misalnya, Bryan yang berkata "bosan, aku di rumah saja. Baru pindahan dan semuanya beres-beres". Berbeda dengan Bryan, Bintang cerita tentang kegiatan akhir pekannya bersama keluarga di arena panahan. Ini yang menarik! Memanah.


Bintang kemudian menyusun ceritanya, mulai dari persiapan sampai pelaksanaan. Ia berkisah bahwa memanah itu sulit. Berkali-kali ia gagal melepaskan anak panah dengan baik karena pegangannya yang tidak tepat. Walaupun ia berhasil melepaskan anak panah, tetap saja belum mencapai sasaran.


Apa yang disampaikan oleh Bintang ini menjadi awal untuk saya bercerita tentang kisah dibalik memanah. Kebetulan sehari sebelumnya saya melihat ada seorang anak yang memajang photo dirinya berkostum Merida (tokoh kartun perempuan yang ingin jadi pemanah). 


Memanah, bukan sekedar melepaskan anak panah saja. Ada pembelajaran menarik di dalamnya yang bisa dibagikan. Memanah dan berkuda adalah dua kegiatan menarik anak laki-laki jaman dahulu. Bahkan Nabi Muhammad menganjurkan anak lelaki untuk bermain panah dan berkuda sebagai kemampuan dasarnya (ditambah juga berenang). 


Memanah adalah sebentuk latihan berpikir dan merasa dengan seimbang. Fokus dan menjiwai setiap kali akan melepaskan anak panahnya. Hasil bidikannya adalah bentuk perpaduan yang harmonis antara fokus, konsentrasi, dan kematangan jiwa.


Saya selalu terkesan dengan catatan Paulo Coelho tentang memanah dan melihat bagaimana ia berpikir mendalam dari kegiatan memanah.


"Ketika aku menarik busurku," kata Herrigel kepada guru Zen-nya, "kadang aku merasa seolah-olah aku tak bisa bernapas jika tidak segera melepaskan anak panah itu."


"Kalau engkau terus berupaya mengusik momen-momen saat engkau harus melepaskan anak panah, maka engkau tidak akan pernah mempelajari seni sang pemanah" kata gurunya. "Kadang-kadang, hasrat berlebihan sang pemanah sendirilah yang merusak ketepatan bidikannya." (Paulo Coelho, Kitab Suci Kesatria Cahaya, hal 43)


Semakin kita renungi cerita anak-anak kemudian merefleksikannya dalam catatan atau keseharian, semakin mudah menarik kesadaran dalam ritme yang ingin dibangun.


Share:

Rabu, Oktober 23, 2013

Ulat Bulu

Sore itu ia sedang berjalan kaki di atas dahan biasa yang sudah lama ia lewati. Berpindah dari satu daun ke daun lainnya untuk menggemukan badannya. Kelak ia akan berhenti makan. Puasa untuk menyongsong kelahiran sosok baru yang lebih baik dari saat ini.

Saat dimana ia tidak bisa bergerak kemana-mana di tubuh yang rapuh terbungkus kepompong. Semedi dalam kedamaian, merenung, menanti proses selanjutnya.

Sore ini berjalan seperti biasa. Sekumpulan anak-anak bermain di bawah pohon. Saling kejar dan teriak. Terlihat bergembira bermain bersama-sama. Sampai tiba-tiba ada seorang manusia yang lebih besar dari ukuran anak-anak mendekati pohon yang ia hinggapi. Dari atas, ulat merasa ada sesuatu yang aneh. Pohon bergoyang! Dan jatuhlah ia tepat dileher orang yang duduk di bawah pohok tersebut.

Sedikit kaget, orang tersebut meraba lehernya. Sama halnya dengan ulat yang kaget dan buru-buru membuat rasa amannya terganggu. Ia melepaskan bulu-bulu yang akan menarik perhatian orang tersebut. Lewat kulitnya, orang tersebut mulai merasakan sengatan. Diusapnya  leher lalu digaruk. Rasa gatal mulai menjalari tubuhnya. Ia pindah menggaruk ke bagian tangan, wajah, dan perutnya.

Ulat masih menempel di bajunya. Tiba-tiba orang tersebut sadar. Ia berkata "oooh ini ulat bulu, pantas saja gatal-gatal". Dilemparkannya tubuh lemah ulat bulu itu ke tanah. Ia terus menggaruk karena efek sengatan ulat bulu.

Sementara itu, sang ulat bulu yang dilempar manusia kembali mencari dahan untuk dipanjat. Ia kelaparan. Ia ingin makan lagi untuk persiapan menjadi kepompong.

Share:

Selasa, Oktober 22, 2013

Mencuri Matahari

Alkisah di sebuah hutan yang sangat lebat, hiduplah dua orang manusia dalam satu rumah. Sepasang manusia itu belum tahu menghangatkan ruangan hingga mereka selalu kedinginan setiap malam. 

Gelap gulita dan kedingingan! Itulah yang terjadi pada mereka berdua. Mereka menikmati suasana gelap gulita dan kedinginan. 

Lama kelamaan mulailah salah satu dari mereka berpikir. Ia tidak mau begitu selamanya. Ia ingin malam yang bercahaya dan hangat. Bukan lagi malam yang dingin dan gelap.

Cahaya bulan adalah satu-satunya penerang mereka di malam hari. Sayangnya bulan tidak hadir setiap malam. Ada saatnya bulan hilang dan mereka kembali bersedih.

Mereka berharap kehangatan yang muncul seperti matahari. Merekapun berharap matahari bisa bersama mereka sepanjang hari. Tapi sayang, matahari tenggelam pada sore hari. Ia baru muncul keesokan harinya. 

Mereka berpikir mengambil matahari. Mereka akan mencuri kehangatan dan sinarnya untuk malam hari. Mereka akan menyimpan matahari di rumahnya. Segala upaya mereka lakukan saat matahari muncul. Dengan saling pangku mereka coba gapai matahari, dengan tongkat mereka coba raih matahari. Segala upaya mereka lakukan untuk mendapatkan matahari. Sayang, tak satupun usaha mereka yang berhasil menggapai matahari.

Kesal, digosok-gosokanlah tongkat pada papan rumah yang kering. Semakin lama semakin keras. Semakin keras dan mereka rasakan ada panas pada papan yang digosok. Tiba-tiba, percikan api muncul. Mereka semakin penasaran! Mereka gosok terus dan munculah api yang menggigit daun kering di sampingnya.

Gembira! Mereka menari di pinggir api yang baru saja menyala. Ada cahaya dan ada kehangatan sekarang. Mulai saat itulah mereka tak lagi berpikir mencuri matahari untuk mendapatkan kehangatan. Mereka bergembira dengan cahaya dan kehangatan yang hadir di antara mereka. Malam pun tak gelap gulita lagi.

Share:

Rabu, Oktober 16, 2013

Kamu Tetap Bernilai

Jika merasa dicampakan, terbuang sia-sia, dan merasa tidak berharga dan tidak dihargai, ingatlah selalu salah satu tulisan Paulo Coelho yang dikabarkan dari Carson Said Amer.
Dikisahkan seorang pengajar yang memulai seminar dengan memperlihatkan selembar uang dua puluh dolar dan bertanya, "Siapa yang menginginkan lembaran dua puluh dolar ini?"

Paulo Coelho
Beberapa orang mengangkat tangan, tetapi si pengajar berkata, "Sebelum saya memberikannya pada Anda, saya ingin melakukan sesuatu"

Dia meremas-remas lembar uang itu dan berkata, "Siapa yang masih menginginkan uang ini?"
Tangan-tangan kembali teracung.
Dia melemparkan lembar uang yang sudah kucal itu ke tembok, dan setelah lembar uang itu terjatuh, dia menginjak-injaknya, kemudian sekali lagi dia menunjukannya kepada peserta seminar --sekarang uang itu sudah benar-benar kucal dan kotor. Dia mengajukan pertanyaan yang sama, dan orang-orang tadi tetap mengangkat tangan.

"Jangan pernah melupakan pelajaran ini," katanya."Tidak masalah, apapun yang saya lakukan kepada lembar uang ini. Ini tetap selembar uang dua puluh dolar. Dalam hidup kita, sering kali kita dibuat kucal, diinjak-injak, diperlakukan buruk, dihina. Akan tetapi, meski mengalami semua itu, nilai kita tidak akan berubah."
 

Share:

Senin, Oktober 14, 2013

Semua Adalah Ilusi

Zen mengatakan "semua adalah ilusi". Ilusi adalah suatu persepsi panca indera yang disebabkan adanya rangsangan panca indera yang ditafsirkan secara salah. Ilusi yang paling mudah dikenal adalah ilusi optik. Ilusi optis adalah ilusi yang terjadi karena kesalahan penangkapan mata manusia. 

Semua yang tidak ada di hadapan kita itu hanya ilusi karena sebenarnya kita bisa membuatnya nyata di alam pikiran kita. Kita bisa saja berbicara dengan siapa saja yang kita inginkan, melakukan apa saja dengan mereka melalui alam pikiran kita. Kita bisa melakukan apa saja dengan bebas tanpa mengganggu orang lain di alam pikiran kita. Kita hanya cukup dengan menciptakan dunia di pikiran kita dan kita bebas melakukan apa saja di dunia kita.

Kita bisa saja ke masa depan dengan segala imajinasi yang kita miliki, kita bisa menjelajah jauh beberapa tahun ke depan yang mungkin tahun itu kita tidak hidup lagi. Jadi semua yang ada di dunia ini, yang kita lewati dan yang akan datang hanyalah ilusi.

Terkadang ilusi ini menyadarkan kita tentang hal yang terjadi dan bertentangan dengan pikiran kita adalah sesuatu yang wajar. Itulah ilusi. Demikian dan seterusnya, sebuah fakta dan pikiran bisa selalu bertentangan. Kedua bisa jadi benar tetapi keduanya bisa juga selaras. Pikiran kita dan hati kita mengendalikan semuanya. Seandainya orang lain menilai dengan subjektif tentang kenyataannya, ya terima saja. Lebih mudah! Semua adalah ilusi!


www.searchquotes.com

Share:

Rungkad

Kamari poho cai can dikocorkan ka kamalir sawah, atuh eta sawah digirang rungkad galenganna, Kapanggih poe isukan, dibejaan ku mang juned yen galengan sawah kuring nu lebah kaler kudu digancang diomean bisi kaburu banjir deui.  
Mang Juned geus ngabejaan tilu poe katukang perkara sawah di Ciburahol teh. Ngan dasar sok diengke-engke. Atuh pas hujan badag peuting tadi, galengan rungkad. Mang Entis rek dibejaan tapi keur euweuh di imah. Bejana mah keur di pasir, ngahuma.  
Hayangna mah harita keneh kuring indit nyusul ka huma, tapi euweuh kuda. Kabeh keur dipake bapa indit ka dayeuh. Bapa kuring tea teu bisa dicaram lamun geus aya kahayang indit ka dayeuh, hayang neangan bako palembang cenah. Bako ti kebon geus beak. Bapa indit naek si jalu. Si jalu kuduna aya ayeuna. Nya atuh galengan nu rungkad teh can bisa diomean da euweuh si jalu
sawah dok. idenide
Share:

Rabu, Oktober 09, 2013

Berinteraksi Melalui Soal

Jika selama ini anak pasif menerima soal-soal matematika, cobalah untuk membuatnya lebih aktif dalam membuat soal.

Saran ini terinspirasi dari paparan Prof Iwan Pranoto dalam sebuah seminar pendidikan matematika di sebuah sekolah di Kota Bandung.

Dengan membuat soal sendiri, anak memiliki soal tersebut. Harapannya, soal matematika menjadi tidak menakutkan lagi bagi dirinya. Matematika dengan mudah bisa dikenali dan dikerjakan dengan baik oleh anak-anak.

Jangan dikira membuat soal itu mudah, terkadang lebih sulit dari menjawab. Akan tetapi dalam bentuk pembelajaran aktif, anak harus mencoba membuat soal tersendiri. Variasinya bisa membuat soal untuk teman dan juga untuk dikerjakan sendiri.

Melalui soal juga, kita berinteraksi dengan anak. Kita bisa mengenal anak per anak melalui soal-soal yang ia buat sendiri. Anak yang cari aman, anak yang tertantang, dan anak yang biasa saja. Maka berinteraksilah dengan soal-soal yang dibuat sendiri dan anak-anak akan menyenanginya.

Nah, mari kita coba!

Share:

Selasa, Oktober 08, 2013

Prestasimu Sejarahmu

"Kuliah tong ngaganggu ulin!" atau kuliah jangan mengganggu main! Adalah sebuah jargon tidak resmi yang disampaikan para senior saya ketika bergiat di sebuah perkumpulan pecinta alam. Jargon tersebut terngiang sampai sekarang. Tujuannya adalah bermain, atau ulin. Hanya sebuah permainan yang tidak lebih dan tidak kurang.

Kalau dilihat sekilas, bisa jadi tidak penting, tetapi kalau dimaknai secara mendalam maka kata bermain itu menjadi sangat bernilai dan bermakna. Pada saat bermain, kita belajar banyak hal. Pembelajaran menarik terjadi justru pada saat bermain. Tidak bisa dipisah-pisahkan antara bermain dan belajar.

Burhanudin Aji, Teh Neneng, Silmy, dan Osiani
Minggu kemarin saya mendapat kabar tentang anak-anak Gandawesi KPALH yang meraih prestasi juara nasional, Kampala Orienteering National Competition 2013. Sebuah kompetisi permainan peta kompas yang diselenggarakan oleh salah satu perhimpunan pecinta alam. Prestasi yang perlu diapresiasi bersama sebagai kemenangan yang membanggakan. Bukan karena juaranya tetapi karena tekadnya untuk mengikuti. Kalau kata aktor Joe Taslim, "Pada akhirnya menang atau kalah itu bukan sebuah tujuan ketika kita sudah mengerahkan yang terbaik dalam sebuah pertandingan".
Bersyukurlah saat menang, sekalipun kalah, kita sudah berusaha semaksimal mungkin.

Nah, tentu saja kemenangan itu membanggakan semua. Bagi saya, kemenanganmu adalah sejarah. Saat kita berhasil menorehkan sesuatu, saat itulah kita menyimpan nama dalam sebuah sejarah. Jangan cepat puas tentu saja, masih banyak hal yang perlu dilakukan untuk membuat sejarah atas namamu.

Selamat untuk Burhanudin Aji dan Silmy! Bravo Gandawesi!
Sebuah catatan apresiasi untuk Aji dan Silmi
Share:

Saya dan Bis Kota

Catatan ini adalah pengalaman ketika masih berkuliah di setiabudi 207 Bandung, seperti biasa setiap hal yang berkesan di benak selalu saya tuliskan. Naik bis kota adalah salah satunya, baik sendirian atau bersama seseorang untuk mengantar Ledeng-Leuwipanjang atau sebaliknya jemput leuwipanjang-ledeng. Pertanyaan awalnya adalah apa istimewanya naik bis kota? Berdesak-desakan, bau keringat, polusi udara, bising dan kalau lagi apes mungkin saja kecopetan. Jauh-jauh lah dari musibah itu selain kapok juga rugi materi, uang hilang atau HP dan barang berharga lainnya.

Bus Damri
Tapi jangan berkecil hati dulu, ternyata naik bis kota juga sebetulnya mengasikan. Bukan karena bau keringatnya, bukan karena polusinya tapi karena pengalamannya. Nah pengalaman saya naik bis kota di Bandung membuat saya tertarik untuk menuliskannya.
Siang itu seperti biasa sehabis kuliah saya pulang sengaja tidak naik angkot, selain ongkos angkot rada mahal, kadang panas dan gerah terus banyak “ngetem” menunggu penumpang.

Bahkan perjalanan yang biasa ditempuh dengan waktu 1 jam pun bisa molor sampai 2 jam, bagaimana ga bete kenyataannya seperti itu. Disamping murah, naik bis kota selalu menginspirasi saya untuk menulis, biasanya ide yang muncul itu tiba-tiba saja ketika ada peristiwa atau percakapan orang lain yang terekam dalam memori. Kalau dewi, seorang penulis novel di Bandung, bilang bahwa itulah proses imajinasi, bukan melamun, kalau imajinasi diarahkan kalau melamun itu melayang-layang tidak tentu arahnya.

Barangkali anda tahu bahwa bagi sebagian orang bis kota adalah ladang untuk mencari nafkah, sesuap nasi. Ada banyak kreatifitas yang muncul dari mereka yang selalu tampil didalam bis kota. Anak-anak kecil, dewasa dan orang tua berlomba membuat kreasi-kreasi baru dalam menarik perhatian penumpang.

Ada yang bernyanyi solo tanpa gitar dan “genjring” ada yang berkelompok lengkap dengan instrumennya, ada yang berpuisi ria, ada yang bercerita, ada yang berpantun dan selalu saya melihatnya dari persfektif seni.

Kadang ada tawa ditengah kreasi mereka, kadang ada tangis, kadang ada bete-nya juga. Kalau kebetulan bete, saya tidak menikmati sajian kreasi apapun dalam bis kota itu. Biasanya saya mencoba mengusirnya dengan membaca buku-buku yang selalu saya sediakan dalam tas karena saya tahu kadang sewaktu-waktu pasti ada banyak waktu untuk membaca salahsatunya di dalam bis kota yang tentunya setelah menunggu di halte.

Bete saya hilang, tapi tidak dengan pembaca pantun pada waktu itu, ia begitu antusias membacakan pantunnya, sehabis membacakan pantun seperti biasa ia mengeluarkan kotak lalu menyodorkan satu persatu ke penumpang.Sampailah kotak itu pada saya, lalu saya masukan uang receh yang sudah saya siapkan. Entah kenapa tiba-tiba ia berujar, sambil loncat keluar bis “Buat apa membaca kalau tidak bisa di bagi dengan orang lain”.

Saya termenung sejenak, ada kemarahan yang muncul begitu saja, alasannya hanya saya tidak diberi kesempatan buat menjawa “Membaca itu tergantung selera, tidak semua yang dibaca harus dibagi”. Namun dia sudah ada diluar bis kota, walaupun demikian dari pengalaman itu saya berfikir mungkin benar buat apa membaca bila tidak bisa di bagi dengan orang lain. Tapi sekali lagi bagaimana dengan membaca komik, novel atau cerpen ?
Itulah bis kota, ada banyak dinamika didalamnya. Tentunya kita harus tahan dengan cobaannya selain jarang, juga banyak orang yang mengincar untuk naik bis kota dengan kepentingan – kepentingan yang beragam. Bila ingin berdinamika naiklah bis kota.
Share:

Postingan Populer