Ruang Sederhana Berbagi

Sabtu, September 29, 2012

Gunung Papandayan di Cikajang


Gunung Papandayang (dok. Iden Wildensyah)
Mendaki gunung selalu memberikan kenangan dan kerinduan untuk kembali mendaki gunung. Kalau ada pertanyaan mengapa mendaki gunung? kata Norman Edwin “because it’s there“. Tak bisa dijelaskan mengapa sangat menyukai naik gunung. Gunung selalu memberikan banyak kekaguman. Gunung juga memberikan banyak pelajaran. Saya masih ingat pertanyaan awal kepenasaran saya terhadap gunung adalah puncak gunung. Saya ingin tahu, ada apa di puncak gunung.
Di Garut ada dua gunung yang menemani masa kecil saya, gunung Papandayan dan gunung Cikuray. Kedua gunung ini saling berhadap-hadapan. Jika kita ditengah-tengah menghadap ke jalan arah selatan, maka di sebelah kiri kita adalah gunung Cikuray dan di sebelah kanan kita adalah gunung Papandayan. Kedua gunung inilah yang selalu membuat saya terkagum-kagum dan mengundang kepenasaran tinggi akan fenomena keindahan alam ini. Gunung sudah membuat saya berpikir sejak kecil. Bersyukur ketika memasuki usia dewasa, kedua gunung berhasil saya daki, dan kepenasaran saya terjawab sesampainya di puncak gunung.
Papandayan (dok.Iden Wildensyah)
Papandayan (dok.Iden Wildensyah)
Salahsatu gunung yang fenomenal dan membuat saya terkagum-kagum adalah gunung Papandayan. Gunung Papandayan adalah gunung yang terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat tepatnya di Kecamatan Cisurupan. Gunung dengan ketinggian 2622 meter di atas permukaan laut itu sangat terkenal di kalangan para pendaki, khususnya pendaki pemula. Selain terkenal dengan keindahan struktur alamnya, gunung ini juga memiliki kawah belerang yang masih aktif dan masih rimbunnya padang Eidelweis yang luasnya mencapai puluhan are serta banyak pula pohon Mutiara Putih. Gunung Papandayan merupakan cagar alam yang didalamnya banyak terdapat keanekaragaman hayati dan obyek-obyek wisata alam yang indah. Gunung Papandayan mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung (wikipedia).
Gunung Cikuray berhadapan dengan Gunung Papandayan (dok. Iden Wildensyah)
Di Gunung Papandayan terdapat kawah yang menjadi tujuan wisatawan asing dan lokal. Kawah Papandayan membentuk kaldera yang cukup luas clan bisa secara leluasa dijelajah oleh para pendaki. Bentangan kalderanya mencapai tiga kilometer. Dari sanalah pengunjung bisa mengamati aktivitas kawah dari jarak yang sangat dekat. Namun seringkali petugas memberi peringatan karena asap yang keluar dari kawah terkadang mengandung racun dan belerang yang kadarnya bisa membahayakan. Kawahnya yang luas bisa diamati dari jarak jauh, bahkan tampak dari Kota Garut. Pada kawah itu terdapat 14 lubang yang mengepulkan asap dengan warna yang berbeda. Dari sela-sela bebatuannya banyak ditemukan mata air yang mengandung belerang. Luas kawasan menurut data Dinas Kehutanan Kabupaten Garut, secara keseluruhan 7.132 hektare, terdiri dari cagar alam seluas 6.807 hektare dan taman wisata alam 225 hektare, dengan gunung api berketinggian 2.622 mdpl.
Perjalanan beberapa bulan yang lalu ke arah selatan Garut membuka memori kenangan mendaki gunung Papandayan. Saya merekam setiap lekuk gunung Papandayan tersebut. Memanjang dan sangat indah dilihat dari kejauhan. Saya tidak mendakinya, saya hanya merekam saja. Cukup sekali saya melewati Papandayan menembus hutan menuju Pangalengan. Longmarch terindah karena menemukan banyak keindahan dan dinamika bersama kelompok yang tidak bisa dilupakan. Gunung Papandayan memberikan banyak pelajaran. (Iden Wildensyah)
Share:

Jumat, September 28, 2012

Mice Tanpa Benny


Sudah lama saya ingin menuliskan tentang keanehan serta pertanyaan yang menggantung dalam pikiran saya. Kompas Minggu yang berbeda disebuah pojok kiri bernama Komik Strip. Nah, disini saya sering menemukan sisi lain yang berbeda dari kehidupan kota Jakarta. Saya mungkin telat menuliskan fenomena ini, tapi saya yakin telat bukan berarti tidak bisa menuliskannya.
Benny dan Mice, selalu memberikan pandangan yang unik, berbeda, dan unpredictable. Bahkan, Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada, Arie Sujito, mengatakan bahwa kartun Benny & Mice sebenarnya adalah bagian dari tradisi kritik kebudayaan yang disampaikan dengan bahasa sopan namun menggelitik dan membuat orang berpikir.
Pada tanggal 4 Juli 2010 adalah episode terakhir Benny & Mice dan pada minggu berikutnya (11 Juli 2010), Benny & Mice digantikan oleh Mice Cartoon yang hanya digambar oleh Muhammad “Mice” Misrad. Hanya Mice, tanpa ada Beni di dalam cerita maupun judulnya.
Penasaran dengan kenyataan ini, saya mencoba mencari melalui mesin pencari google. Disinilah saya baru mengetahui bahwa keduanya sudah tidak bersama lagi. Walaupun sebenarnya tebakan saya benar bahwa Beni sudah tidak bersama lagi dengan Mice. Namun, penyebab berpisahnya ini yang membuat saya penasaran. Kepenasaran harus dituntaskan! demikan saya membuat cetakan dalam ide menulis sekarang.
Beruntunglah saya, sebuah blog sudah memuat persis dengan kepenasaran saya. Disana dituliskan tentang mengapa Beni dan Mice “bercerai”.  Blog itupun mendapatkannya dari tempo interaktif. Ceritanya begini.
Benny ke mana ya? Saya cari-cari di kolong, di belakang lemari kok enggak ada,” kata Mice dengan canda khasnya, Kamis pekan lalu. Dalam kesempatan berbeda, Benny hanya menjawab, “Bennynya sudah mati tiba-tiba.” Duo kartunis yang memiliki nama lengkap Benny Rachmadi, 40 tahun, dan Muhammad Mirsad, 40 tahun, ini memang dua pekan terakhir tak lagi bersama.
Kini hanya hadir Mice dengan curahan hatinya sebagai seorang suami dan ayah satu anak. “Konsepnya sedikit berubah, meski hadir tetap sebagai Mice yang tolol, sok tahu, dan norak. Hanya obyek dan isi cerita mungkin akan sedikit berbeda,” kata pria berkacamata ini. “Nah, karakter itu yang saya enggak bisa, makanya saya memilih untuk mundur saja,” ujar Benny.
Keduanya mengaku dari dulu memang tak memiliki satu visi dan misi. “Kami dua pribadi yang sangat berbeda, Benny keras, kaku, pandangan lurus. Mice sok tahu, tolol, tapi fleksibel,” Mice menjelaskan. Toh, perpisahan ini menjadi pukulan berat dalam karier mereka berdua. Persahabatan mereka pun sudah terjalin lama, 20 tahun, sejak kuliah di Institut Kesenian Jakarta. “Mungkin yang terbaik saat ini kami pisah ranjang dulu, bertualang sendiri-sendiri,” keduanya kompak menjawab meski di tempat terpisah.
Sedih memang, tapi bagaimanapun life must go on. Walaupun Beni sudah tidak bersama lagi dengan Mice, kelakar Mice tetap saya suka. Ada sesuatu yang lain dalam cerita Mice.
Sekilas tentang Beni dan Mice
Tidak ada salahnya kita coba lihat lagi kilas balik Beni dan Mice. Benny & Mice adalah sebuah seri strip komik yang terbit setiap minggu di harian Kompas. Strip komik ini mengambil latar keadaan kota Jakarta yang Metropolitan. Komik ini dikarang oleh Benny Rachmadi dan Mihammad “Mice” Misrad. Komik ini banyak melakukan kritik sosial kepada penduduk Jakarta dari berbagai kalangan. Kedua tokohnya, yaitu Benny & Mice sebenarnya merupakan gambaran diri dari kedua pengarang sendiri. Komik ini bergaya hiperbolik. Kisah kartun Benny & Mice diambil dari realitas sosial di sekitar kedua pengarangnya.
12989551851800295714
Mice Cartoon Edisi Perdana (http://gadgetboi.wordpress.com)
Seri strip komik ini bercerita mengenai dua lelaki berumur sekitar 30-an yang mencoba bertahan hidup di kota Jakarta . Benny dan Mice adalah dua sahabat yang termarjinalkan secara struktural di Jakarta. Namun kondisi tersebut tidak menyurutkan mereka untuk tetap menerima hidup ini apa adanya. Meskipun kelihatannya ndeso dan kampungan, keduanya tetap kompak dan berusaha sebaik mungkin untuk tetap eksis di lingkungan sosial kota Jakarta. Kekuatan utama dari komik ini adalah nilai kejujuran dan objektifitas yang diilustrasikan di setiap ceritanya. Benny dan Mice adalah representasi dari jutaan rakyat yang terjebak dalam kemiskinan kota besar seperti Jakarta. Keduanya selalu ingin mengejar “kecepatan” kota Jakarta dengan kondisi seadanya dan bahkan tidak memungkinkan.
Dua tokoh Benny and Mice sebenarnya dapat dikatakan sebagai dua karakter yang menyatu. Sekilas memang tidak ada perbedaan karakter antar keduanya. Jahil, polos, kampungan dan konyol. Namun jika diperhatikan, tokoh Benny memiliki sifat lebih tegas, sedikit pintar tetapi sok tahu. Karakter Mice lebih bijak tetapi sama juga otaknya dangkal, sangat naif dan lugu. Uniknya, di kolom awal kartun ini, Benny dan Mice selalu digambarkan dengan setting dan kostum yang berbeda-beda di setiap episodenya. Objektivitas cerita pun menjadi salah satu kelebihan kartun ini. Dalam ilustrasinya, kartun ini memang mengetengahkan isu-isu realisme sosial dan politik. Namun, tidak seperti kartun-kartun lainnya yang selalu terkesan menggurui, kartun Benny and Mice tampil apa adanya. Malah ada beberapa kebiasaan buruk masyarakat miskin dikritik oleh kartun ini. (Iden Wildensyah)
Sumber tulisan ini diantaranya:
Share:

Postingan Populer