Ruang Sederhana Berbagi

Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan

Selasa, Mei 09, 2017

Pindah Karena Harus Belajar

Pindah Karena Harus Belajar


Pendidikan menjadi salah satu bagian penting dalam hidup ini. Orang dewasa mendidik anak-anak. Orang tua mendidik orang dewasa. Anak-anak mendidik orang tua. Demikian seterusnya sampai lingkaran ini utuh karena semuanya saling mendidik.


Pelajaran utama dari pendidikan ini terjadi karena manusia dilahirkan sebagai mahluk pembelajar. Ia harus belajar sepanjang hayat. Jika ia berhenti belajar, maka ia sedang berusaha menjauhi sisi-sisi kemanusiaannya. Manusia yang berhenti belajar akan digerus jaman. 


Pilihannya adalah belajar dan terus belajar. Nah, sebagai pilihan belajar ini, saya mengambil celah untuk memindahkan diri ke www.iden.web.id sebagai lahan baru untuk menempa diri. 


Tempat baru dan pengalaman baru. Pengalaman ini adalah bentuk pembelajaran baru buat saya sebagai pribadi. 


Belajar dari hal-hal baru yang ditemui dimanapun bersama www.iden.web.id 

Share:

Tempat Berubah Karakter Tidak

Tempat Berubah Karakter Tidak 


Pernah melihat orang yang dikenal terus mengalami banyak dinamika dalam hidupnya tapi kita tetap melihat idealismenya. Pancaran idealisme tetap terjaga sekalipun ia berusaha menyembunyikannya. 


Karakter yang muncul tidak akan pernah bisa luntur oleh waktu dan tempat. Dimanapun keberadaannya, ia selalu menjadi pembeda dengan yang lain. Tak bisa disamakan, tidak akan bisa menjadi patokan menyamaratakan satu individu dengan karakter yang sama.


Pembeda itu juga yang mendasar saya mengalihkan ke www.iden.web.id sekalipun itu terasa sangat sulit karena harus berpisah dari tempat lama yang saya sayangi. Tempat yang membuat saya begitu senang mengeksplorasi sisi-sisi lain dari celah manapun.


Sisi yang bikin greget, kadang senang kadang tidak senang. Sisi yang memberikan semacam 'excitement' karena ada hal baru yang bisa saya dapatkan. Sebuah pengalaman baru yang membuat saya senang mempelajarinya. 


Nah, sekalipun tempat berubah, saya yakinkan karakter tidak akan berubah sebagai saya yang anda kenal sebelumnya. 


Selamat datang perubahan, mari kita sambut dengan kegembiraan dan antusiasme baru di www.iden.web.id


Share:

Jumat, April 14, 2017

Begini Keseruan Outbond di Sekolah Alam Bandung

Alex Ahmad (bukan nama sebenarnya) siswa Sekolah Alam Bandung terlihat riang gembira pagi itu. "Saya mau outbond, kak!" Katanya penuh antusiasme. Alex bersama teman-temannya sudah rutin bergiat di alam terbuka sejak kecil. Sekolah Alam Bandung sebagaimana namanya merupakan Sekolah alternatif yang berdiri di tengah rerimbunan, di dekat sawah, dan di samping Taman Hutan Raya Juanda.

Outwarbond atau yang terkenal dengan outbond adalah salah satu media pendidikan yang dikembangkan oleh Sekolah Alam Bandung untuk mendidik para siswanya. Siswa-siswi di Sekolah Alam Bandung bergiliran setiap waktu melakukan kegiatan outbond yang dipandu oleh fasilitator berpengalaman. Tenaga ahli outbond yang sudah lama malang melintang dalam melatih peserta dari berbagai jenjang usia.

Outbond dikatakan oleh gurunya sangat efektif dalam mendidik siswa menjadi terampil, terlatih, dan cekatan. Selain itu juga siswa menjadi lebih kreatif, mandiri, dan mampu bertahan hidup di alam bebas sesuai kadar latihannya. Berjenjang! Tingkat kesulitan yang diatur sedemikian rupa dan mengalir sebagaimana adanya alam ini dilakukan agar anak mendapatkan kesiapan yang bertahap.

Siang itu, setelah berkumpul di lapangan tanah yang sering digunakan berbagai kegiatan, mereka berlatih bersama kelompoknya. Setelah berkumpul mereka berjalan long march ke bukit di daerah Bandung Utara. Udara segar, matahari yang hangat adalah dua nikmat yang mereka dapatkan selain masih banyak lagi yang tidak bisa dituliskan. Inilah keceriaan yang terpancar siang itu di Sekolah Alam Bandung. 


Berkumpul untuk menyatukan visi kegiatan yang dipandu oleh fasilitator kegiatan di alam terbuka


Problem solving bersama teman satu kelompok


Bermain dengan penuh keceriaan bersama teman-teman


Trekking melewati bukit-bukit di Bandung Utara yang masih segar


Long march memasuki daerah-daerah penduduk yang beragam

Alex Ahmad pulang setelah bergiat, mukanya lesu tetapi rona keceriaan masih terpancar dari wajahnya. Yah Alex begitu menikmati kegiatan siang itu. Selepas dijemput iapun tertidur lelap.

(Foto by Nandang Suryana)
Share:

Rabu, April 05, 2017

Makna Kehidupan Dari Buku The Last Lecture

Beberapa buku yang sudah saya baca selalu memberikan kesan yang mendalam. Menyimpan banyak sekali pembelajaran dalam setiap kalimat yang ada dalam tiap paragraf. Salah satu buku Karya Ausberg 49 tahun buku yang berjudul THE LAST LECTURE yang menjadi salah satu buku best-seller di tahun 2007, buat saya sangat banyak memberikan pelajaran tentang kunci membuat hidup lebih baik yang terdiri; Personality, Community, dan Life.

Mari kita bahas satu persatu!
(1) PERSONALITY

1. Jangan membandingkan hidup Anda dengan orang lain karena Anda tidak pernah tahu apa yang telah mereka lalui.

2. Jangan berpikir negatif akan hal-hal yang berada diluar kendali Anda, melainkan salurkan energi Anda menuju kehidupan yang dijalani saat ini, secara positif

3. Jangan bekerja terlalu keras, jangan lewati batasan Anda.

4. Jangan memaksa diri Anda untuk selalu perfect, tidak ada satu orang pun yang sempurna.

5. Jangan membuang waktu Anda yang berharga untuk gosip.

6. Bermimpilah saat anda bangun (bukan saat tertidur).

7. Iri hati membuang-buang waktu, Anda sudah memiliki semua kebutuhan Anda.

8. Lupakan masa lalu. Jangan mengungkit kesalahan pasangan Anda di masa lalu. Hal itu akan merusak kebahagiaan Anda saat ini.

9. Hidup terlalu singkat untuk membenci siapapun itu. Jangan membenci.

10. Berdamailah dengan masa lalu Anda agar hal tersebut tidak mengganggu masa ini.

11. Tidak ada seorang pun yang bertanggung jawab atas kebahagiaan Anda kecuali Anda.
 
12. Sadari bahwa hidup adalah sekolah, dan Anda berada di sini sebagai pelajar. Masalah adalah bagian daripada kurikulum yang datang dan pergi seperti kelas aljabar (matematika) tetapi, pelajaran yang Anda dapat bertahan seumur hidup.
13. Senyumlah dan tertawalah.

14. Anda tidak dapat selalu menang dalam perbedaan pendapat. Belajarlah menerima kekalahan.

(2) COMMUNITY

15. Hubungi keluarga Anda sesering mungkin

16. Setiap hari berikan sesuatu yang baik kepada orang lain.

17. Ampuni setiap orang untuk segala hal

18. Habiskan waktu dengan orang-orang di atas umur 70 dan di bawah 6 tahun.

19. Coba untuk membuat paling sedikit 3 orang tersenyum setiap hari.

20. Apa yang orang lain pikirkan tentang Anda bukanlah urusan Anda.

21. Pekerjaan Anda tidak akan menjaga Anda di saat Anda sakit, tetapi keluarga dan teman Anda. Tetaplah berhubungan baik

(3) LIFE

22. Jadikan Allah sebagai yang pertama dalam setiap pikiran, perkataan, dan perbuatan Anda.

23. Allah menyembuhkan segala sesuatu.

24. Lakukan hal yang benar.

25. Sebaik/ seburuk apapun sebuah situasi, hal tersebut akan berubah.

26. Tidak peduli bagaimana perasaan Anda, bangun, berpakaian, dan keluarlah!.

27. Yang terbaik belumlah tiba.

28. Buang segala sesuatu yang tidak berguna, tidak indah, atau mendukakan.

29. Ketika Anda bangun di pagi hari, berterima kasihlah pada Allah.

30. Jika Anda mengenal Allah, Anda akan selalu bersukacita.

Nah, sangat menarik bukan! Yah, kehidupan kita akan sangat bermakna ketika kita mampu memberikan makna tersebut untuk kehidupan itu sendiri.

Kita hanya setitik kecil di alam semesta!

Share:

Selasa, April 04, 2017

Ketika Aku Melawan Stigma Yang Disematkan Orang Lain Pada Anakku

"Seandainya aku menyerah, mungkin aku gak bisa lihat anakku sekarang kuliah di Perguruan Tinggi" demikian seorang ibu memulai pembicaraan. "Di sini pentingnya kenapa guru gak boleh menjudgement, menghakimi, ataupun memberikan penilaian pada anak didiknya" ibu dari seorang anak sebut saja namanya Merah Delima. Penilaian akan melekat terus dalam diri anak. Jika penilaiannya salah, kasihan anak tersebut. Seolah-olah ia sudah diberi cap seumur hidupnya oleh orang lain.

Merah Delima lahir normal, ia tidak menunjukan gejala apapun sampai usia lima tahun. Menjelang masuk sekolah, ia mulai terlihat berbeda dari anak-anak seusianya. Merah Delima tidak bisa diam. Selalu berlari-lari ke sana ke mari. Gak mau duduk bersama teman-temannya.

Penasaran dengan kondisi anaknya, sang ibu membawa Merah Delima ke psikolog. Hasilnya di luar dugaan. Berdasarkan hasil observasi psikolog, Merah Delima dinyatakan mendapatkan nilai psikotest di atas rata-rata. Ia termasuk anak yang jenius. Ibunya setengah tidak percaya menerima hasil tersebut karena Merah Delima tidak bisa membaca sampai kelas 2 Sekolah Dasar. Penilaian itu dirasa tidak tepat karena Merah Delima seolah berbanding terbalik dengan penilaian orang lain. Baik teman-temannya, gurunya, dan orangtua yang lain. Merah Delima disebut anak bodoh, gak bisa diatur, dan segala stigma negatif yang muncul karena perilaku masa kecilnya 'berbeda' dari anak-anak seusianya. 

Jangan tanya jika menerima nilai raport kelasnya, Merah Delima selalu menjadi anak dengan urutan nilai paling akhir, pertama dari urutan terakhir. Nilai-nilai pelajarannya banyak yang 'merah'. Kalau istilah sekarang jauh dari KKM. Beruntung dia bukan sekolah di SD Konvensional yang nilai raport menentukan kenaikan kelas. Merah Delima terus naik bersama teman-temannya. 

Mendapatkan penilaian buruk dari orang lain tak lantas membuat ibunya patah semangat, sang ibu tetap yakin jika anaknya bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Ia percaya dengan dorongan positif dan kasih sayang yang terus diberikannya. Setiap malam ia doakan Merah Delima. Membawa harapan dan membisikan kata-kata positif seperti, "ibu yakin kamu bisa belajar dengan baik" "Merah Delima anak yang kreatif" "Merah Delima mampu menjadi anak baik yang selalu ceria dan menyenangkan bersama teman-teman" serta semua dorongan dan doa positif darinya yang selalu disampaikan kepada Merah Delima.

Sang ibu mengenang, kegiatannya di Sekolah Dasar yang tidak bisa bergerak lama kelamaan membentuk pola. Merah Delima ternyata menari! Ia mengikuti irama alam semesta. Bersyukur, Sekolah alternatif tempat Merah Delima bertemu teman-temannya termasuk sekolah yang tidak melakukan penilaian kepada anak didiknya terutama nilai angka-angka seperti pada umumnya sekolah.

Kesenangan menari tersebut ternyata mampu diakomodir oleh sang ibu. Merah Delima masuk kelas balet. Ia belajar balet dengan cepat dibandingkan anak-anak lainnya. Keseimbangan motorik kasarnya terbukti menjadi penguat untuk dirinya melakukan gerakan-gerakan balet. 

Kegiatan lainnya seiring waktu bisa diikuti dengan baik oleh Merah Delima. Nilai pelajaran umum yang awalnya ditakuti oleh orangtuanya secara perlahan mampu ia lewati dengan hasil yang sangat memuaskan. 

Kini, Merah Delima sedang meraih cita-citanya kuliah di sebuah perguruan tinggi sesuai dengan minat dan cita-cita. "Ah, jika saja saya terjebak stigma dan penilaian orang lain pada anakku, mungkin aku gak bisa melihat anakku kuliah dengan kemandirian yang besar" katanya menutup pembicaraan dengan setitik air turun dari sudut matanya mengenang kisah perlawanannya pada penilaian orang lain.

Hilangkan segala penghakiman pada anak dan biarkan dia belajar dengan nyaman sesuai cara terbaiknya.



Share:

Jumat, Februari 10, 2017

Kisah Raja Awan dan Ratu Angin Yang Baik Hati

Suatu hari Raja Awan bersedih. Sudah lama ia tidak melihat keceriaan petani yang mengolah tanah. Raja Awan memanggil Ratu Angin. Mereka berbicara tentang petani yang kesulitan air.

Nun jauh di negeri seberang, ada pengganggu yang bernama Raja Awan Hitam. Dia gak suka melihat petani bersuka cita. 

Untungnya, Raja Awan dan Ratu Angin punya pengawal sejati yang bisa menghilangkan Raja Awan Hitam. Mereka adalah Ksatria Petir dan Pangeran Gemuruh.

Kalau ksatria petir dan pangeran gemuruh sudah datang, raja awan hitam hilang lalu turun hujan. 

Raja Matahari kemudian muncul dari balik awan. Titik-titik air hujan kemudian mewujud pelangi yang indah. 

Hujan turun dan petanipun riang gembira. Bersenang hati karena tanamannya kini tumbuh dengan baik.
Raja Awan dan Ratu Angin pun tersenyum senang hatinya.


Kisah Raja Awan dan Ratu Angin Yang Baik Hati (Iden Wildensyah)


Share:

Senin, Januari 09, 2017

Ludwig Wittgenstein, Pengaruh Russel, Dan Guru Sekolah Dasar

Dari sekian banyak filsuf yang beredar, Ludwig Wittgenstein saya pilih karena memberikan hal yang sangat menarik sebagai guru. Tentu saja di samping cerita-cerita lainnya yang ia bawa sebagai manusia biasa yang lahir ke dunia ini. Ludwig Wittgenstein berlatar belakang yang jauh dari dunia filsafat adalah seorang mahasiswa Teknik Mesin di Universitas Manchester saat pertama kali berkenalan dengan filsafat. Ia terkejut dengan sebuah pertanyaan, “Apa angka itu?”

Pertanyaan itu yang ternyata jauh lebih menarik dibandingkan materi perkuliahan yang ia dapatkan di bidang teknik mesin. Ia menyadari bahwa pertanyaan itu sangat sulit untuk dijawab.

Ludwig Wittgenstein Bersama Siswa Sekolah Dasar (sumber: theparisreview)

Bertrand Russel
Dari sebuah pertanyaan itu kemudian ia pergi ke Cambrigde untuk menemui Bertrand Russel seorang ahli matematika yang terkenal pada masa itu. Alih-alih memberikan jawaban, Russel malah menyuruh Wittgenstein pergi dan menulis tentang pertanyaan itu. Ketika ia kembali dengan esainya beberapa bulan kemudian, Russel sangat terkesan dengan esainya dan memintanya menjadi seorang filsuf.

Wittgenstein yang awalnya dari bidang teknik mesin di Universitas Manchester kemudian pergi meninggalkan bidang tersebut dan ia pindah ke Cambridge untuk belajar di bawah bimbingan Russel.
Secara tidak langsung, Russel sangat memengaruhi Wittgenstein dan dia menjadi sangat serius menekuni berbagai masalah dan isu filsafat bahasa yang sedang dikembangkan oleh Frege dan Russel. Aliran ini berusaha keras mencari jawaban dari pertanyaan yang dalam dan sangat membingungkan, yaitu “Apa yang membuat bahasa menjadi bermakna?” Para filsuf bahasa biasanya menghabiskan banyak waktu memikirkan mengapa, misalnya kata “ayam” dan “kentang goreng” memiliki arti seperti yang dimaksudkan.

Wittgenstein muda mengembangkan filsafatnya tentang bagaimana kata-kata memperoleh artinya. Menurutnya, bahasa manusia menjadi berarti karena mewakili kenyataan seperti gambar. Sebuah kalimat (para filsuf lebih suka menyebutnya proposisi) punya makna bila kalimat tersebut menggambarkan suatu hubungan yang mungkin. Teori ini kadang disebut teori arti gambar. Dari sini, Wittgenstein memublikasikannya dalam buku Tractatus Logico-philosophicus yang terbit pada tahun 1921.

Buku Tractatus Logico-philosophicus memiliki cerita yang menarik juga. Buku tersebut ditulis dalam parit perlindungan saat Perang Dunia I berkecamuk. Ketika itu, ia menjadi sukarelawan dalam tentara Austria. Menurut catatan, buku ini adalah salah satu buku yang paling sulit dimengerti dalam sejarah filsafat. Kejadian ini mengingat saya pada sosok Tan Malaka yang menyusun buku Madilog dalam berbagai kondisi kritis yang dialami oleh penulisnya. Dalam pengejaran polisi, atau dalam kondisi yang sangat sulit dibayangkan untuk keadaan sekarang.

Menjadi Guru Sekolah Dasar

Salah satu fase perjalanan yang menarik dari filsuf ini adalah guru. Wittgenstein adalah seorang guru sekolah dasar. Setelah menyelesaikan bukunya dan yakin telah menyelesaikan semua masalah filsafat, ia mulai bekerja sebagai guru di sekolah dasar di Austria. Namun jangan dibayangkan ia menjadi guru kreatif, menyenangkan, dan mengasyikan. Kenyataannya semua tidak selancar yang dibayangkannya. Para orangtua murid mengeluh bahwa anak-anak mereka sering diperlakukan kasar oleh Wittgenstein. Mereka bahkan menuntut Wittgenstein dengan tuduhan telah berbuat keji. Wittgenstein akhirnya berhenti mengajar dan kembali ke Cambridge.

Pertanyaan kenapa ia menjadi guru yang kejam buat saya sangat menarik. Kenapa ia berlaku keji saat menjadi pengajar di sekolah dasar tersebut? Saya menganggap ekspektasi dia terhadap anak didiknya terlalu tinggi sementara kenyataan tidak sesuai ekspektasi. Terutama dia yang sangat fokus pada konsep-konsep dasar yang berawal dari bahasa kemudian mentok ketika berhadapan dengan anak-anak atau bisa jadi banyak sekali pertanyaan anak-anak yang mendasar yang ia tidak bisa jawab sebagaimana adanya anak-anak.

Menjadi guru di sekolah dasar bukanlah pekerjaan yang mudah. Banyak sekali hal yang harus dipersiapkan terutama hal-hal yang sifatnya filosofis, psikologis, dan persiapan mental lainnya . Ada kesadaran anak yang belum bisa dijangkau oleh orang dewasa yang membuat mereka terkadang sulit untuk dimengerti dalam wacana orang dewasa. Di sinilah saya menaruh respect kepada guru-guru senior di jenjang pendidikan anak yang sudah lama berkecimpung dengan dunia anak dan tetap bisa objektif dalam membangun pembelajaran menarik dan menyenangkan untuk anak-anak. Saya kira, Wittgenstein tidak sampai pada kesadaran pendidikan anak seperti itu.



Share:

Rabu, Januari 04, 2017

Masa Transisi Filsafat, Thomas Hobbes, Dan Pergeseran Cara Berpikir

Dalam perkembangan filsafat, setiap waktu selalu menarik untuk melihat transisi-transisi yang memengaruhi pemikiran selanjutnya. Pergolakan pemikiran akan terus berlanjut selama manusia masih menggunakan otaknya untuk berpikir. Manusia masih bertanya-tanya tentang fenomena yang terjadi. Dahulu dengan sekarang pada hakikatnya tidak jauh berbeda. Teknologi yang berkembang sekarang hanya pembeda kecilnya.

Pada kenyataannya, transisi ini selalu memberikan hal yang unik karena sebagai pembaca, saya menemukan sisi-sisi yang menjadi referensi buat pemikiran yang akan datang. Pada masa transisi ini juga lahir tokoh-tokoh baru yang melawan, mengkritik, atau mendukung pemikiran sebelumnya. Eh kalau ditelusuri lebih jauh juga ternyata kehadiran pemikir semacam Plato, Socrates, Aristoteles juga karena ada sebuah kondisi transisi. Mereka kemudian memberikan ide-ide dan menyebarkan konsep tersebut kepada khalayak banyak pada masanya.

Philosophy


Dari sekian banyak filsuf di masa lalu, adakah yang tahu siapa Maimonides, Averroes, Aristophanes, dan perannya di tengah-tengah para filsuf terkenal seperti Thomas Aquinas, Ibnu Sina, dan lain-lain. Mereka adalah filsuf yang muncul di tengah-tengah untuk menyeimbangkan antara pemikiran sebelumnya dengan fenomena yang sedang terjadi.

Maimonides (1135-1204) misalnya, ia adalah seorang filsuf Yahudi yang melihat ada hutang terhadap orang Arab pengikut Aristoteles. Karyanya yang paling terkenal adalah Guide for the Perplexed, di mana dia mencoba mengharmoniskan ajaran Aristoteles dengan Judaisme. Dia mengatakan bahwa baik Muhammad maupun Aristoteles tidak memberikan kita catatan yang meyakinkan tentang kebenaran, tetapi bahwa usaha mencari kebenaran harus dilihat sebagai suatu misi spiritual. (Neil Turnbull, Filsafat, Hal 87)

Beda dengan Maimonides, Aristophanes adalah sosok yang menyerang Socrates. Socrates sering disangka seorang sofis. Aristophanes (448 – 388 SM), seorang penulis naskah drama yang menyerang Socrates sebagai pemilik ilmu bodoh dalam dramanya yang berjudul The Clouds. Namun, Socrates bukanlah seorang sofis. Ia malah berusaha mencegah filsafat terlibat dalam kebudayaan sinis pasar Athena (agora).

Thomas Hobbes dan Pergeseran Cara Berpikir
Berbeda dengan para pemikir sebelumnya, Thomas Hobbes hadir menjadi filsuf pertama yang memberikan contoh pergeseran cara berpikir. Bagi para rasionalis awal, tidak ada pengetahuan pasti selain pengetahuan matematis. Matematika dilihat para pemikir teknokrasi sebagai dasar yang paling jelas, ringkas, dan aman untuk membangun teknokrasi baru.

Thomas Hobbes (1588-1679) berasal dari Inggris, Hobbes berkarya pada masa perselisihan paling tegang antara para modernis dan generasi kuno, yaitu pada masa perang saudara Inggris (1642-1648). Menurut Hobbes, jika dibiarkan bertindak menurut sifat aslinya, manusia tidak memiliki moral sama sekali. Altruisme, yaitu gagasan bahwa kita harus menghargai orang lain seperti kita menghargai diri sendiri, hanya ilusi. Oleh sebab itu, masyarakat yang kekurangan pussat-pusat kekuasaan untuk mengendalikan sifat egoisnya akan berubah menjadi anarkis. Pada kondisi itu, kehidupan manusia terpencil, buruk, kasar, dan kerdil. Satu-satunya cara untuk menekan watak alami kita, menurut Hobbes, adalah dengan menyerahkan kehendak kita kepada Leviathan yang maha kuasa. Leviathan adalah penguasa imajiner yang memaksa manusia hidup beradab.

Ada banyak sekali pemimpin-pemimpin imajiner di sekitar kita yang menguasai manusia secara tidak sadar. Mereka yang digerakan tanpa berpikir lebih mudah dikuasai oleh para pemimpin imajiner seperti itu. Dalam konteks kekinian, banyak sekali tokoh-tokoh politik yang bergerak dan muncul ke depan sementara pemimpinnya yang tidak kelihatan mengendalikan di luar kuasa dirinya.

Nah, di sinilah sosok-sosok yang muncul di tengah-tengah yang mampu memberikan sisi lain untuk dipelajari. Masih banyak sekali tokoh filsuf yang menuliskan pemikirannya di tengah-tengah kondisi yang tidak memungkinkan jika dilihat dalam kondisi sekarang. Baik kondisi perang, keadaan transisi antara kelompok satu dengan kelompok lainnya serta hal-hal lain. Kehadiran di masa transisi selalu menarik untuk diamati. Termasuk dalam konteks berbangsa dan bernegara di Indonesia saat ini ketika kelompok satu bertikai dengan kelompok lainnya untuk memberikan pengaruh besar bagi rakyat Indonesia. Buat saya, kondisi ini menjadi menarik untuk para pengamat 
Share:

Rabu, Desember 14, 2016

Jelajah Geotrek Matabumi Sebagai Pendidikan Alternatif Yang Menarik

Jelajah Geotrek Matabumi bisa menjadi alternatif pendidikan yang menyenangkan untuk anak-anak dan juga orang dewasa. Sejatinya belajar adalah menghadirkan antusiasme serta kejutan-kejuatan yang akan dikenang sampai kapanpun. Pengalaman belajar yang tidak dirasa sebagai pembelajaran, mengalir begitu saja lewat kesenangan-kesenangan bermain dan berinteraksi dengan alam.

Jelajah Geotrek sudah dilakukan sejak lama, inilah kesempatan pertama kali secara formal saya turut serta berada di tengah-tengah penyelenggara Matabumi dan interpreter T Bachtiar. Sisanya saya lakukan secara mandiri dengan mendatangi tempat-tempat yang direkomendasikan dalam buku Wisata Bumi Cekungan Bandung yang disusun oleh T Bachtiar dan Budi Brahmantyo. Buku yang menginspirasi saya untuk mengunjungi tempat-tempat dengan nilai edukasi yang tinggi karena hubungannya dengan pelajaran sains dan pelajaran-pelajaran lainnya.

Jelajah Geotrek Pangalengan Bersama Matabumi (iden wildensyah)
Sebagaimana dituturkan oleh T Bachtiar dalam setiap tempat yang dikunjungi, nilai penjelajahan atau perjalanan menjadi sangat bermakna. Bukan sekadar berjalan menjelajahi, menikmati, kemudian meninggalkannya begitu saja. Lewat komunitas Matabumi, T Bachtiar menyampaikan banyak pesan-pesan pembelajaran yang mendalam. Tentang sisi-sisi lain kehidupan yang berhubungan dengan alam, sejarah, kebajikan, dan pelajaran lainnya.

Jika materi pelajaran di sekolah disampaikan teoritis dengan penjelasan yang monoton oleh guru, maka di alam terbuka, pembelajaran itu terbentang luas. Para peserta, khususnya buat anak-anak bisa melihat langsung, bisa merasakan langsung, dan bisa memaknai langsung pembelajarannya tanpa harus repot-repot menjelaskan lewat ceramah. Jangan sampai anak-anak tidak tahu asal muasal segala hal yang ada di kehidupan ini. Akan sangat lucu jika dikemudian hari ketika anak ditanyakan darimana asalnya telur, semua menjawab dari pabrik karena menganggap telur dihasilkan oleh pabrik persis seperti menghasilkan mobil, motor, dll. Dengan geotrek, seperti yang disampaikan T Bachtiar, diharapkan anak-anak bisa tahu banyak hal lewat pengalaman langsung. Mengetahui asal muasal teh yang diseduh dari tumbuhan teh yang ditanam, listrik yang menyala dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap, dan masih banyak lagi.

Dari sisi pembelajar, Geotrek bisa menjadi stimulan untuk anak-anak dan orang dewasa belajar lagi tanpa mengurangi keasyikan jalan-jalannya. Saya takjub dan merasa pembelajaran selama melakukan perjalanan hari itu mengalir dengan alamiah. Inilah sebentuk pendidikan alternatif yang menjadi angin segar untuk Indonesia.
Share:

Senin, November 14, 2016

10 Nilai Penting Dalam Pendidikan Anak

Jika ada nilai yang harus dikeluarkan oleh sebuah sekolah terhadap anak didiknya berarti pertama-tama nilai itu harus diberikan kepada guru atau fasilitatornya terlebih dahulu. Nilai ini buat saya bukan sekadar nilai, bukan angka, tetapi lebih dalam dari itu. Nilai dan makna yang akan menjadi pondasi dasar dalam setiap kegiatan di masyarakat. Baik di lingkungan kerja maupun di lingkungan keluarga.
10 nilai penting dalam pendidikan anak ini terutama buat para pendidiknya sebelum memberikan referensi kepada anak didiknya. Hal ini menjadi sangat penting karena nilai-nilai ini harus diinternalisasi dalam diri pendidikan. Sebenarnya bukan hanya 10, tetapi lebih banyak lagi nilai kehidupan yang baik untuk diterapkan sebagai dasar dalam mendidik anak-anak.
Kreativitas adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan cara-cara baru dalam pemecahan masalah dan menemukan peluang (thinking new thing)

Nilai-nilai itu antara lain, integritas, tekad, kompetensi, loyalitas, kerjasama, kepemimpinan, konsistensi, keteguhan, cinta, dan kreativitas.
1. Integritas
Integritas adalah suatu konsep berkaitan dengan konsistensi dalam tindakan-tindakan, nilai-nilai, metode-metode, ukuran-ukuran, prinsip-prinsip, ekspektasi-ekspektasi dan berbagai hal yang dihasilkan. Orang berintegritas berarti memiliki pribadi yang jujur dan memiliki karakter kuat.
2. Tekad
Tekad/te·kad/ /tékad/ v kemauan (kehendak) yang pasti; kebulatan hati; iktikad: memasang --; sudah bulat -- nya; membarui -- nya;
3. Kompetensi
Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
4. Loyalitas
Loyalitas adalah salah satu hal yang tidak dapat dibeli dengan uang. Loyalitas hanya bisa didapatkan, namun tidak bisa dibeli. Mendapatkan loyalitas dari seseorang bukanlah sesuatu pekerjaan yang mudah
5. Kerja sama
Kerja sama adalah/ Kerja sama yaitu/ Kerja sama merupakan/ yang dimaksud Kerja sama/ arti Kerja sama/ definisi Kerja sama. Pengertian Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
6. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah "melakukannya dalam kerja" dengan praktik seperti pemagangan pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi.
7. Konsistensi
Konsistensi adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir. Sikap/sifat yang gigih dan rajin ini akan menjadikan seseorang yang biasa-biasa menjadi luar biasa. Demikian juga dengan pekerjaan-pekerjaan kecil, namun dilakukan secara konsisten tentu akan memberikan manfaat yang sangat besar. Konsistensi adalah kunci dalam kesuksesan dalam hidup ini. Secerdas apapun seseorang, tapi selama tidak memiliki sifat ini, tidak akan pernah menghasilkan apa-apa dalam kehidupan ini.
8. Keteguhan
Keteguhan adalah kekuatan atau ketetapan (hati, iman, niat, dsb); kekukuhan: ~ hati dan ketabahan jiwa yg beginilah yg menunjukkan sifat keperwiraannya; ~ setianya tidak diragukan lagi.
 9. Cinta
Cinta adalah Emosi yang berasal dari kasih sayang yang kuat dan rasa tertarik terhadap suatu objek (dapat berupa apa saja seperti manusia, hewan, tumbuhan, alat-alat dan lain sebagainya) dengan cenderung ingin berkorban, memiliki rasa empati, perhatian, kasih sayang, ingin membantu dan mau mengikuti apapun  yang diinginkan oleh objek yang di cintainya. Sebenarnya cinta itu sulit untuk di definisikan karena sifatnya subjektif jadi setiap individu dapat memiliki pemahaman yang berbeda mengani cinta, tergantung bagaimana ia menghayati dan pengalaman yang dialaminya.
Cinta adalah suatu perasaan yang positif dan diberikan pada manusia atau benda lainnya. Bisa dialami semua makhluk. Penggunaan perkataan cinta juga dipengaruhi perkembangan waktu dan masa. Perkataan senantiasa berubah arti menurut tanggapan, pemahaman dan penggunaan di dalam keadaan, kedudukan dan generasi masyarakat yang berbeda. Sifat cinta dalam pengertian abad ke-21 mungkin berbeda daripada abad-abad yang lalu.
10. Kreativitas
Kreativitas adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan cara-cara baru dalam pemecahan masalah dan menemukan peluang (thinking new thing). Sedangkan inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka pemecahan masalah dan menemukan peluang (doing new thing). (diolah dari berbagai sumber)
Share:

Rabu, November 09, 2016

Inspirasi Guru Kreatif Ala Master Shifu Yang Perlu Kita Contoh

"Po, wait. What goes on inside your head I do not always understand. But what goes on in your heart will never let us down" Master Shifu

Dalam film Kungfu Panda, ada sosok guru yang sangat inspiratif menurut saya. Di awali dari sosok guru Master Oogway yang mampu melihat lebih dalam kemampuan Po yang tidak dilihat oleh orang lain. Master Oogway menepis semua keraguan dari luar tentang sosok calon Pendekar Naga. Master Oogway tidak melihat tampilan luar Po yang berbadan besar, cepat merasa lelah, bergerak tidak taktis, bukan pendekar kungfu ideal yang sudah menguasai ilmu sebelumnya, dan segala keraguan atas diri Po.
Inspirasi Guru Kreatif Ala Master Shifu Yang Perlu Kita Contoh
Keraguan pemilihan Po sebagai calon Pendekar Naga ini muncul juga dari dalam diri Master Shifu. Ia tak habis pikir ketika Master Oogway menunjukan bahwa Po adalah calon Pendekar Naga. Berkali-kali ia meyakinkan jika Po adalah pilihan yang salah tapi Master Oogway yakin dengan pilihannya. Master Shifu yang sudah sangat percaya dengan kemampuan mumpuni dari Master Oogway tidak bisa mengelak.
Di sinilah petualangan guru dan murid dimulai, Master Shifu harus mengajarkan kungfu yang tepat kepada muridnya yang secara penampilan luar tidak menunjukan sosok sebagai pendekar. Berkali-kali ia menggunakan cara yang ia lakukan kepada murid-muridnya. Ia merasa satu-satunya cara mengajarkan ilmu kungfu yang tepat adalah dengan metode yang ia sudah lakukan sebelumnya. Sebanyak itu pula ia mengalami kegagalan. Po, berbeda! Po bukan Pendekar Kungfu sebelumnya.
Po hanya seorang anak pungut dari pedagang mie, bakpau, dimsum, cokelat cake, teh hijau, dan semua jenis makanan lainnya. Di kepalanya hanya ada makanan, bukan ilmu kungfu. Setiap kali merasa lelah, makanan adalah hal yang terbayang dalam dirinya. Ia hanya punya satu keyakinan dan tekad bahwa ia adalah pendekar naga!
Nah bisa jadi, tekad dan keyakinan itulah yang membuat Master Oogway yakin dan memilih dirinya untuk dididik menjadi seorang pendekar naga. Walaupun butuh perjuangan yang ekstra bagi Master Shifu untuk mengajarkan kungfu.
Melihat Sisi Yang Lain
Jika saja Master Shifu tidak melihat sisi yang lain dan memaksakan metode pengajarannya kepada Po, maka yakin Po tidak menjadi Pendekar Naga. Semuanya hanya akan berakhir pada keputusasaan antara keduanya, Po tidak berhasil karena capai dan Master Shifu berakhir karena putus asa. Lelah dan berakhir sudah cerita pendidikannya. Beruntungnya, sisi kreatif seorang guru muncul. Master Shifu melihat potensi lain yang bisa dijadikan sebagai pengantar bahan ajar ilmu kungfu lewat makanan.
Yah, makanan menjadi jalan masuk untuk Po belajar ilmu kungfu. Hasilnya secara tanpa sadar Po menguasai beberapa ilmu kungfu. Po juga semakin bisa menguasai dirinya dengan cara memikirkan makanan pada hal yang harus ia kejar, misalnya. Po akhirnya menemukan potensi terbesar dalam dirinya tanpa harus kehilangan hal yang ia sukainya.
Banyak sekali Po di sekitar kita, di dalam kelas-kelas di sekolah sosok seperti Po bisa mewujud dalam bentuk yang beragam tetapi intinya tetap sama. Mereka adalah calon pendekar naga yang harus dilatiha minimal dasar-dasarnya. Selebihnya biarkan mereka berproses sehingga menyadari sendiri siapa dirinya dan apa perannya di muka bumi ini.
Mendidik ragam anak seperti Po membutuhkan kejelian guru untuk mendapatkan celah masuk pada dirinya. Kita tidak bisa memaksakan hanya satu cara belajar untuk semua anak yang kita didik. Jika di kelas ada 20 orang berarti harus ada dua puluh atau bahkan lebih cara mendekati anak untuk belajar sesuai dengan caranya agar efektif. Guru yang kreatif harus mampu menemukan cara-cara kreatif dalam mendidik. Menemukan cara dari anak didik sendiri atau referensi dari guru yang lain untuk mengantarkan proses pembelajaran yang menyenangkan di kelas.   
Cari sisi lainnya untuk mengeluarkan potensi terbesar yang ada dalam diri anak didik. Jangan sama ratakan setiap anak dalam belajar, terlebih jangan buat kompetisi di kelas tetapi bangunlah kolaborasi satu sama lain agar anak menikmati setiap proses belajarnya di kelas. Dengan berkolaborasi satu sama lain maka setiap anak dituntut untuk bisa bekerja sama, anak dituntut untuk bisa berempati dengan temannya, anak dituntut dari dalam dirinya sendiri. Tuntutan yang datang bukan dari luar tetapi harus dari dalam dirinya. Inilah kesadaran belajar yang akan membuat anak mandiri. Kesadaran belajar yang tumbuh dari dalam diri anak. Kesadaran untuk menjadi pembelajar yang merdeka. 
Share:

Selasa, Oktober 11, 2016

Ini Tantangan Pendidikan Alternatif Yang Harus Diperhatikan

Siang itu Bandung dikepung macet dimana-mana. Semua kendaraan berada dalam situasi yang tak bisa berbuat apa-apa selain merayap, berhenti, merayap lagi, berhenti sampai beberapa waktu, kemudian merayap lagi. Jarak 100 meter bisa ditemput dengan waktu kurang lebih 30 menit. Motor menyelusup setiap kali ada celah di antara mobil. Hujan turun dengan intensitas sedang. Tidak besar memang, tapi terus menerus tak berhenti.

Di Dago Tea House beberapa pegiat pendidikan alternatif berkumpul. Berdiskusi selama dua jam lebih tentang praktik pendidikan alternatif di beberapa sekolah dan komunitas di Kota Bandung. Hadir pula sore itu para praktisi pendidikan alternatif di Kota Bandung seperti Kenny Dewi, Ifa H Misbach, Soesilo, Karina, Ribut Cahyono, Deta, Danti, Andy Sutioso, Puti, dan beberapa hadirin dari luar kota seperti Sumedang dan sekitarnya. Setiap kali diskusi pendidikan, wajah-wajah mereka tak asing buat saya. Merekalah sejatinya guru pemelajar yang selalu menunjukan dedikasi yang tinggi untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik.

Diskusi dimoderatori oleh Ardanti Ardianti yang langsung diikuti oleh pemaparan Aripin dari Hikmah Teladan yang menjelaskan proses pendidikan yang menarik di Hikmah Teladan. Sebut saja misalnya keadaan sekolah yang tanpa aturan, aturan tidak dibuat dari luar anak-anak tetapi harus muncul dari dalam anak-anak itu sendiri. Ia menuturkan beratnya jadi guru ketika membawa kepentingan dalam dirinya. Misalnya guru ingin ini ingin itu, harus begini harus begitu, padahal sebenarnya bisa jadi anak-anak tak butuh itu. Kebutuhan anak-anak berbeda dengan kebutuhan orang dewasa. Tidak semua aturan yang dibuat orang dewasa itu adalah kebutuhan anak. Adakalanya kebutuhan anak sederhana, misalnya bermain tapi orang dewasa memaksakan diri untuk belajar seolah-olah dalam bermain itu tidak ada belajar.

Lain dengan Aripin, Jimmy Paat dari Jaringan Pendidikan Alternatif menyampaikan sisi-sisi lain dari gerakan pendidikan alternatif ini. Ia mengatakan bahwa gerakan pendidikan alternatif ini sudah lama dilakukan di Indonesia. Sejak tahun 1970-an, ia sudah bergerak membangun pondasi gerakan pendidikan alternatif bersama kolega dibeberapa komunitas di Jakarta. Dari sekian banyak pejabat kementerian yang memiliki visi pendidikan yang baik, ia berani menjamin hanya Fuad Hasan. Anies Baswedan hanya disebut sebagian saja, sisanya ia mengkritis kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat ini, Muhajir. Bukan hanya kementerian yang ia kritisi, lembaga perguruan tinggi pencetak gurupun tak lepas untuk bertanggungjawab dari kondisi pendidikan Indonesia saat ini. LPTK (Lembaga Pengembangan Tenaga Kependidikan) gagal membangun pondasi pendidikan yang baik untuk Indonesia jika guru adalah orang yang menjadi garda terdepan. LPTK dianggapnya hanya menjadi sarana pemborosan anggaran. Tak terhingga biaya pelatihan yang sudah dikeluarkan tetapi hasilnya sangat jauh panggang dari api.

Tantangan Pendidikan Alternatif

Tak terkira dinamika pendidikan alternatif mengemuka ke permukaan saat ini ketika banyak pegiat mulai gencar dan sekolah-sekolah alternatif bermunculan. Fenomena yang sangat menarik ini bukan tak memiliki dua sisi mata pedang yang sama tajam. Pendidikan alternatif memunculkan peluang dan tantangan yang harus dihadapi. Tantangan-tantangan menarik ini berdasarkan pengamatan saya pada beberapa sekolah-sekolah alternatif di Kota Bandung.

1. Eksklusifitas
Eksklusifitas 
Salah satu tantangan yang menarik buat pegiat sekolah alternatif adalah ekslusifitas. Ketika keunikan sebuah sekolah dianggap sebagai daya tawar yang bisa menjadi penarik buat orangtua agar menyekolahkan ke sekolah tersebut, munculah batasan untuk orang lain mengakses sekolah tersebut. Beberapa sekolah yang awalnya terbuka kemudian menutup diri rapat-rapat agar tak bisa diakses oleh siapapun. Sisi ekslusifitas ini sangat menarik karena beberapa sekolah alternatif yang sudah lama berdiri, hampir melakukan hal yang sama tanpa disadari.

2. Jebakan Konvensional
Jebakan pendidikan konvensional yang bisa mengikis kreatifitas 
Sekolah-sekolah swasta yang besar saat ini adalah sekolah-sekolah alternatif pada jaman dahulu ketika pertamakali muncul. Kehadirannya menjadi bagian dari kritik sekolah umum yang dibuat oleh pemerintahan. Mereka menawarkan sesuatu yang berbeda dari sekolah yang diberikan oleh pemerintah, misalnya kegiatan keagamaan yang lebih banyak, ekstrakulikuler yang menarik, dan segudang keunikan lainnya yang tidak ada di sekolah konvensional. Seiring waktu berjalan, sekolah swasta tersebut kemudian berubah menjadi terlihat sama dengan sekolah konvensional. Cara berpakaian sekalipun berbeda corak, tetapi semangatnya menjadi tak jauh beda dengan sekolah konvensional. Kegiatan pembelajaran di kelas menjadi tak jauh berbeda, guru berdiri ceramah seharian di depan kelas dan murid mendengarkan guru. Pembelajaran yang pasif buat anak-anak, ada jarak pemberi dan penerima yang kata Paulo Preirre seperti belajar gaya bank.

3. Standarisasi
Standarisasi adalah momok yang menakutkan dalam pendidikan
Tantangan selanjutnya adalah lingkaran setan standarisasi yang dibuat oleh pemerintah sebagai implementasai (katanya) pemerataan pendidikan, dalam rangka ISO, dalam rangka ini itu ini itu yang siap-siap melunturkan keunikan sebuah sekolah. Ada sekolah yang terkapar tak berdaya dengan standarisasi berbalut akreditasi tetapi ada juga yang bisa menyiasati. Yang terkapar oleh akreditasi kemudian berjalan sebagaimana mestinya, demi menjaga hubungan baik ke dinas, mendapatkan fasilitas dinas, mendapatkan penghargaan sebagai sekolah yang terbaik, sekolah terhebat, sekolah ter-lain-lainnya yang akhirnya menjadi sama persis dengan sekolah konvensional pada umumnya.. Standarisasi ini bisa jadi berubah bentuk misalnya tiba-tiba Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Pendidikan Indonesia membuat Dirjen Pendidikan Alternatif, disusunlah sebuah modul untuk menyamaratakan sekolah-sekolah alternatif yang sudah berdiri sebelumnya. Lucu sekali, bukan? Respon pemerintah terhadap fenomena pendidikan alternatif yang seperti yang sangat menggelikan.

Nah, bisa jadi hal-hal di atas semacam jebakan betmen (mengutip kata-kata anak sekarang) atau juga tantangan buat beberapa pegiat pendidikan alternatif agar tetap berada di jalur yang tetap terjaga frekuensinya. Menjaga sebuah idealisme disebut seperti sedang memegang api, panas dan siap membakar apapun yang ada di sekitarnya. Ada yang tahan untuk terus memegang dan menularkan semangat idealisme tersebut keluar tetapi ada juga yang kemudian memadamkannya untuk kemudian berkompromi dengan keadaan sekitar. Melepaskan api, menyiramnya dengan ketundukan kepada apapun. Pilihannya memang berat tetapi yang berhasil memegangnya dan bisa membagikan semangat tersebut, dialah pemenangnya!

Menjaga semangat pendidikan alternatif memang tak mudah tetapi bukan berarti sulit. Membagikannya kepada orang lain adalah solusi terbaik agar semangat tersebut semakin menyala besar dan membakar semangat yang lainnya untuk tumbuh dan berkembang ke arah yang lebih baik.



Share:

Selasa, Oktober 04, 2016

Inilah Tips Traveling Hemat Untuk Mahasiswa

Traveling kini bukan hanya komoditas orang-orang berduit saja. Traveling kini sudah menjadi kebutuhan banyak orang dari berbagai golongan. Tak terkira banyaknya orang yang senang melakukan perjalanan di dalam maupun di luar negeri. Perkembangan teknologi informasi semacam media sosial semakin membuat banyak orang melakukan perjalanan. Ada yang memang tujuan refreshing, pekerjaan, hobi tetapi ada juga yang sekadar ingin terlihat gaya dan mengikuti trend global.

Untuk orang luar negeri, para turis asing yang melakukan traveling bersama-sama maupun sendirian atau solo traveling, perjalanan ke tempat-tempat baru itu bukan sesuatu yang baru. Buat mereka traveling seolah sudah menjadi semacam kebutuhan. Hal yang sangat wajar mengingat traveling bisa menjadi semacam bentuk manusia mengadaptasi lingkungan. Misalnya saat musim dingin yang sangat drastis penurunan suhunya, maka orang-orang sekitar akan mencari daerah yang hangat untuk bisa bertahan hidup.

Nah, hal ini yang mendasari beberapa traveler berani menempuh perjalanan jauh sekalipun itu berisiko. Mereka tidak mengenal lagi ketakutan-ketakutan karena sudah menjadi kebutuhan hidup untuk bertahan. Daripada mati kedinginan mending mencari daerah yang hangat sekalipun itu harus berlayar jauh. Liburan-liburan panjang di musim dingin akan dimanfaatkan oleh mahasiswa di sana seperti di Eropa untuk melancong atau traveling ke daerah tropis seperti Asia Tenggara.

Tidak boleh kalah dengan mahasiswa lain yang traveling untuk mencari pengalaman, kita juga bisa meniru hal baik tersebut di Indonesia. Cukup untuk dalam negeri saja. Mengelilingi Indonesia tidak akan cukup waktu sebulan. Banyak sekali tempat-tempat menarik yang harus dikunjungi untuk mengeksplorasi keindahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pulau-pulau yang tersebar di Indonesia sangat banyak, gunung-gunung tinggi, dan lembah-lembah yang indah menunggu kita untuk didatangi.

Traveling mahal, yah! Kalau tidak bisa menyiasatinya, kegiatan traveling akan terasa sangat mahal tetapi jika bisa menyiasatinya maka kita bisa menikmati perjalanan mengelilingi Indonesia dengan harga hemat. Beberapa tips praktis ini mungkin bisa menjadi referensi untuk mewujudkan traveling hematmu:

1. Bangun jaringan pertemanan mahasiswa yang baik
Bangun jaringan yang baik antar mahasiswa (findmotivationtoday.com)
Membangun jaringan yang baik antar sesama mahasiswa di berbagai daerah di Indonesia bisa membantumu untuk mengurangi pengeluaran. Jaringan mahasiswa antar daerah sering bahu membahu untuk saling menolong jika ada tamu mahasiswa dari daerah lain. Jaringan ini sangatlah mahal karena tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Jaringan mahasiswa banyak sekali ragamnya mulai dari minat sampai jurusan tertentu. Berdasarkan minat seperti mahasiswa pecinta alam, unit pers mahasiswa, unit fotografi mahasiswa, dan jenis minat-minat lainnya. Berdasarkan jurusan seperti jurusan teknik sipil, jurusan teknik arsitektur, jurusan komunikasi, jurusan hukum, dan berbagai jurusan lainnya.

2. Bergabung dengan media sosial khusus traveler
Bergabung dengan sosial media khusus traveler (bussines2comunity.com)
Banyak sekali kemudahan yang didapatkan ketika perkembangan teknologi informasi sangat membantu untuk mewujudkan traveling hematmu. Media sosial yang umum digunakan seperti facebook, twitter, Google+, dan lain-lain, bisa membantumu untuk menemukan orang yang memiliki minat yang sama denganmu untuk menjelajahi. Di luar media sosial itu, ada juga media sosial khusus traveler seperti couchsurfing bisa membantumu untuk membangun komunikasi dengan teman sesama traveler di dalam maupun di luar negeri.

3. Riset penginapan yang terjangkau di lokasi
Riset penginapan yang terjangkau (e27.co)

Jangan lupakan riset sebelum melakukan perjalanan. Riset sangat penting untuk mendukung semua kebutuhanmu selama traveling. Walaupun saat menjalani bisa jadi kamu melakukan banyak improvisasi tetapi riset yang dilakukan mutlak akan menjadi dasar untuk kegiatanmu. Bayangkan jika kamu tidak lakukan riset terlebih dahulu, saat datang di lokasi kota yang dituju, kamu akan kebingungan saat harus menentukan tempat menginap, tempat menyimpan barang-barang, dan hal lainnya seperti tourist center. Untuk memudahkan riset penginapan, Zen Rooms bisa membantumu untuk menentukan penginapan yang sesuai. Buka dari telepon pintarmu kemudian cari penginapan yang dibutuhkan dan nikmati layanannya.

Traveling hemat untukmu akan terasa sangat menarik ketika kamu bisa membagikan pengalamanmu kepada orang lain. Lewat media seperti blog dan media sosial lainnya, catatan atau cerita kamu akan menjadi referensi buat orang yang hendak mengunjunginya. Tentu setiap orang mengalami pengalaman berbeda di suatu tempat tetapi yakinlah bahwa salah satu ceritamu menjadi kebaikan buat orang yang membacanya.

Share:

Senin, Oktober 03, 2016

Pusaran Amuk: Sebuah Novel Yang Mengajari Kita Membuat Plot, Alur, dan Penokohan Yang Baik!

Mugia rame dongengna” Demikianlah kata yang tertulis di lembar pertama novel Pusaran Amuk karya Zaky Yamani. Ketika membaca kata dongeng yang saya ingat dan harus dicamkan kuat-kuat adalah mempercayai bahwa dongeng itu adalah kejadian nyata. Kejadian yang terjadi dimanapun adanya. Mau di sini atau di sebuah negeri antah berantah, yang pasti harus percaya!

Dibuka dengan plot yang langsung menanjak, Mahmud yang sedih karena sepatu anaknya hanyut dibawa arus sungai. Sedih bukan karena itu saja, Mahmud lebih sedih lagi karena ia tak bisa memberi hadiah buat anaknya. Mahmud yang bernasib sial digebuki tanpa alasan, bercucuran darah dari kepala dan bagian badan lainnya. Diamuk masa untuk sesuatu yang tidak ia ketahui alasannya adalah hal yang sangat menyakitkan. Di tempat lain, Rosid, Hendra, Abdul, dan Irawan yang mantan polisi berada di sebuah persidangan untuk mendengarkan putusan hakim. Hari itu mereka akan menyerahkan semua keputusan hidupnya di palu sidang hakim.
Digebuki untuk alasan yang tidak kita ketahui adalah hal yang sangat menyakitkan!

Alur mundur kemudian dimulai, cerita mengalir menuju muara yang sangat menarik. Dimulai dari sebuah tempat sakral yang saya yakin tidak ada satupun orang mau duduk sebagai terdakwa. Di persidangan, yah sama persis disebuah persidangan lengkap dengan hakim dan jaksa penuntut umum, serta penasehat hukum terdakwa, dan juga penonton.

Mahmud, Doddy, dan Jimmy, kedua orang ini (Doddy dan Jimmy) menjadi aktor penting dalam alur cerita yang dibangun penulis. Keduanya membuka banyak puzzle yang dibangun oleh penulis. Secara perlahan, sedikit demi sedikit mereka membuka kehadiran tokoh-tokoh lainnya yang membuat cerita dalam novel ini menjadi sangat menarik.

Ada banyak sekali tokoh yang terlibat dalam novel ini. Semuanya memiliki tempat yang sama, adil! Yah katakan saja demikian. Tidak ada yang dispesialkan oleh penulisnya. Semua memiliki kadar cerita yang sama. Misalnya tentang penceritaan yang detil pada setiap tokohnya. Walaupun ada juga yang datang hanya sekadar pemanis saja. Misalnya Wanda dan Fitri yang hanya muncul di depan tetapi hilang seiring mengalirnya cerita pada sisi yang lain. Kehilangan Wanda dan Fitri bukan berarti kejutan akan hilang, semakin dalam semakin bertambah kepenasaran kita terhadap alur yang dibangun oleh penulisnya.

Tokoh yang hadir belakangan tak kalah mentereng dan menariknya. Sebut saja Christina, tokoh yang gambarkan sangat cantik, puteri seorang pejabat yang kekayaannya begitu menggoda. Bukan hanya cantik dan seksinya saja yang menggoda tetapi juga latar belakangnya. Cantik, diberi perusahaan yang bonafide, menantikan lelaki yang bertanggungjawab dan bisa menjadi ayah baik untuk anak semata wayangnya.

Semakin penasaran, kan? Yah itulah kerennya novel ini.  Kepenasaran yang muncul ini membuat semua pembaca tidak bisa berhenti begitu saja. Kalau bukan rasa cape atau mengantuk yang sangat, baca novel ini bisa sehari tuntas.

Buat saya ini adalah novel kedua yang dibaca dan karya ketiga dari Zaky Yamani. Novel pertama yang saya baca berjudul Bandar: Keluarga, Darah, dan Dosa Yang Diwariskan penuh dengan sensasi mengejutkan. Persis seperti menonton film action, setiap lembarannya membuat jantung berdegup dan penasaran akan kejutan lainnya.
Pusaran Amuk (iden wildensyah)

Membaca novel ini seperti sedang diajari untuk membuat plot, alur, penokohan, dan cara bagaimana membuat sebuah cerita menarik. Sebuah cara belajar yang sangat menarik karena sejatinya menulis yang baik diawali dengan membaca yang baik. Semakin banyak membaca maka semakin kuat juga untuk membuat karya tulis. Membaca novel ini memberikan dasar-dasar teori untuk membuat sebuah novel yang bikin penasaran dalam setiap lembarannya. Teori menulis yang dimulai dengan membaca. Nah, tidak salah jika saya katakan novel ini mengajari banyak hal untuk kita belajar dengan baik penokohan, alur, dan plot yang baik.

Share:

Kamis, September 15, 2016

Homeschooling dan Keberanian

Salah satu bentuk pendidikan alternatif yang berkembang cukup baik di Indonesia adalah homeschooling atau beken juga disebut Sekolah Rumah. Awal kehadiran homeschooling juga tidak terlepas dari kritik terhadap sekolah konvensional. Kritik terhadap sistem pendidikan yang berlaku di negara tersebut kemudian melahirkan sekolah-sekolah rumah yang diinisiasi oleh keluarga-keluarga dengan kebutuhan pendidikan yang disesuaikan dengan anak didiknya.
Perkembangan penemuan cara belajar yang beragam semakin mengukuhkan kebutuhan belajar sesuai kebutuhan anak. Demikian juga ketika Howard Gardner menyampaikan delapan tipe kecerdasan yang menarik untuk diimplementasikan dalam proses pendekatan cara belajar. Hal ini berimbas pada cara belajar anak yang berbeda-beda yang tidak bisa disamaratakan satu sama lainnya. Seorang anak dengan tipe kecerdasan linguistik tidak bisa dipaksakan terus menerus untuk belajar persis seperti anak dengan tipe kecerdasan musik, misalnya, atau seorang anak yang kuat dalam kecerdasan naturalis dipaksakan untuk belajar dengan cara tipe anak yang memiliki kecerdasan logis-matematis. Segala sesuatu yang tidak sesuai kadar kebutuhannya akan menghasilkan hal yang tidak baik dalam keseimbangan pertumbuhan anaknya. Misalnya anak menjadi stress, mudah marah, mogok belajar, dan lain-lain.
Keberanian
Kenapa saya katakan bahwa homeschooling adalah tentang keberanian. Keberanian dalam banyak hal bisa membuat atau menghasilkan sesuatu yang baru. Nah keberanian orangtua dalam mengambil keputusan untuk pendidikan anaknya dengan homeschooling tentu perlu diapresiasi. Dalam beberapa kesempat ketika saya bertemu dengan pegiat homeschooling selalu saya katakan penghargaan yang besar untuk mereka.
Orangtua yang memutuskan homeschooling untuk pendidikan anaknya adalah golongan pemberani yang sangat besar perannya dalam menjaga kemurnian anaknya. Yah, beberapa orangtua ada yang mengatakan salah satu alasan mengambil homeschooling karena sekolah hanya membuat anaknya malah tidak tumbuh dengan baik karena banyaknya paksaan yang masuk ke dalam dunia anak-anaknya tanpa bisa mereka kendalikan.
Today is a gift! Homeschooling dan Keberanian 
Orangtua yang sudah tahu potensi anaknya tentu tidak mau potensi tersebut mati karena sekolah konvensional. Ada juga mengatakan “masa anak didik tidak boleh kreatif dari gurunya?!”. Hal yang miris karena ini masih terjadi di beberapa sekolah konvensional di Indonesia. Homeschooling kemudian menjadi alternatif untuk tetap menjaga potensi tersebut tetap ada bahkan berkembang semakin baik dengan pembelajaran yang tepat dan metode yang baik untuk anak-anaknya.

Para orangtua kemudian membuat perencanaan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan anak didiknya. Membuat kegiatan-kegiatan menarik, mengunjungi tempat-tempat yang memungkinkan anak-anaknya belajar langsung dari pengalaman yang mereka terima. Dan masih banyak lagi variasi kegiatan yang dirancang orangtua pegiat homeschooling.
Perkembangan media sosial dan teknologi semakin membuat pegiat homeschooling mudah untuk mengakses berbagai hal yang dibutuhkan seperti materi, kurikulum, kegiatan, dan lain-lain. Materi-materi yang dibutuhkan untuk pembelajaran di rumah tersebar banyak di internet. Dengan modifikasi sesuai kebutuhan, orangtua kemudian tinggal menyajikannya kepada anak didiknya. Variasi kegiatan juga semakin mudah untuk didapatkan, tinggal cari di mesin pencari dengan materi dan kata kunci yang tepat maka dalam waktu yang cepat referensi itu akan muncul.
Bukan hanya itu, jaringan antar sesama orangtua pegiat homeschooling lainnya semakin terbuka lebar. Group-group di media sosial seperti facebook, memudahkan para pegiat homeschooling untuk saling bertukar informasi dan menjalin komunikasi satu sama lain. Tak jarang forum komunikasi ini kemudian membuat acara pertemuan bersama-sama untuk saling belajar dalam satu waktu yang ditentukan dengan tema yang dirancang sebelumnya.
Lembaga Pegiat Homeschooling
Ada dua lembaga pegiat homeschooling yang saya catat dan cukup berhasil dalam mengembangkan konsep homeschooling di Kota Bandung. Kalau ditingkat nasional, homeschooling binaan Kak Seto sudah sangat terkenal. Jika berbincang dengan orangtua baru yang hendak mengambil keputusan homeschooling dengan bantuan lembaga, yang pertamakali mereka tanyakan adalah homeschooling Kak Seto. Nah di luar lembaga homeschooling Kak Seto ini, saya melihat lembaga yang memfasilitasi pegiat homeschooling misalnya Homeschooling Kancil Cendikia dan Homeschooling Taman Sekar. Kedua lembaga ini sudah menjadi pilihan banyak orangtua untuk menjadikan partner buat anak didiknya.
Dengan pendekatan metode pendidikan alternatif, kedua lembaga tersebut menawarkan bentuk-bentuk baru dalam pendidikan di Indonesia. Beberapa anak didiknya dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang menarik setiap minggunya. Misalnya outing ke tempat-tempat yang bisa dijadikan sebagai bagian dari pembelajarannya, kegiatan perkemahan, dan lain-lain. Lembaga homeshooling ini mengorganisir termasuk memberikan fasilitator atau pendamping kegiatan belajarnya dengan baik. Fasilitator ini berperan sebagai guru jika disandingkan dengan sekolah-sekolah konvensional, bedanya fasilitator ini biasanya lebih dekat, lebih memahami karakter anak dibandingkan guru konvensional yang mengajar demi menghantarkan materi saja.
Nah, sekolah rumah dengan perkembangan teknologi ini dan banyaknya lembaga yang membantu pegiat homeschooling ini semakin mengukuhkan keberadaannya yang menjadi pilihan buat orangtua. Homeschooling bukan saja menjadi alternatif buat anak-anaknya tetapi homeschooling bisa menjadi kekuatan baru dalam peta pendidikan alternatif di Indonesia. Dukungan dari lembaga pemerintahan sangat dibutuhkan dalam berbagai hal. Demikian juga dengan kementrian pendidikan dan kebudayaan Indonesia sudah memberi warna hijau untuk bentuk pendidikan alternatif ini sebagai salah satu bentuk pendidikan yang juga diakui oleh negara. Legalitas ini diperlukan terutama misalnya untuk kebutuhan anak saat pindah jenjang dari tingkat dasar ke tingkat menengah, kemudian dari tingkat atas ke jenjang mahasiswa. Dukungan masyarakat luas pada komunitas dan para pegiat homeschooling juga diperlukan. Dukungan ini bisa dalam bentuk apapun.
Keberanian orangtua pegiat homeschooling ini semoga menjadi inspirasi untuk orangtua lainnya di Indonesia semata-mata untuk membangun sumberdaya manusia Indonesia yang baik di masa depan.


Share:

Rabu, September 14, 2016

Pentingnya Memahami Makna Kata Untuk Anak-Anak

Sebut saja namanya Mawar Merah, usianya 10 tahun bersekolah di sebuah sekolah yang mentereng. Sehari-hari diantar jemput oleh supir pribadinya dari rumah ke sekolah dan sebaliknya. Dalam tas yang besar selain buku-buku pelajaran yang tebal, terselip sebuah telepon genggam pintar. Untuk ukuran anak seusianya, keberadaan telepon genggam tersebut seolah sudah lumrah. Di dalamnya terdapat banyak aplikasi yang didominasi oleh permainan. Sisanya aplikasi media sosial dan aplikasi fotografi instan. 

Selepas sekolah, Mawar berkumpul dengan teman-temannya di sudut sekolah, cekikikan atau tertawa-tawa bersama. Mereka asyik bermain menggunakan telepon pintarnya. 
Membaca kemudian memahaminya!

Jauh sebelum waktu sekolah bubar, ia mengikuti ulangan Bahasa Indonesia. Betapa sulitnya ia mengerjakan soal-soal ulangan tersebut. Berkali-kali ia mendatangi gurunya di depan kelas hanya untuk bertanya arti dari kata yang ada di soal tersebut. Kata-kata "Rutin, menyinggung, melambai, dan kata-kata lainnya yang ia tak mengerti.

Cerita di atas adalah gambaran betapa anak-anak sekarang begitu sulit memahami arti kata. Jangankan ditanya makna kata, untuk mengartikannya juga sangat butuh waktu yang panjang sampai akhirnya bisa mengerti. 

Jangan sepelekan masalah bahasa ini, bahasa adalah awal untuk anak memahami fenomena di sekitar. Setelah mengerti lalu memahami dan bisa melaksanakan. Lalu bagaimana selanjutnya agar anak mencintai bahasa Indonesia. Inilah beberapa tips yang bisa dilakukan di rumah dan juga di sekolah untuk membangun kesadaran berbahasa dan mampu memahami setiap kata yang terdapat dalam setiap kalimat. 

1. Budayakan membaca buku. Membaca buku di era sekarang itu sangat menantang. Keasyikan membaca seolah hilang tergantikan oleh asyiknya bermain games di tablet atau di telepon genggam. Sekolah dan rumah harus menyediakan waktu khusus untuk membaca. Dengan sedikit paksaan membaca rutin, diharapkan anak mampu membiasakan diri dekat dengan buku. Kalau sudah biasa, secara perlahan ia akan mencintai buku bacaan.

2. Sediakan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Saat anak bertanya tentang sebuah kata yang tidak dimengerti, arahkan langsung untuk mencari di kamus. Apapun yang anak tidak mengerti arti kata, kamus menyediakan penjelasan yang memadai. Jangan reaktif menjawab karena anak hanya akan menunggu jawaban kita, arahkan untuk mencari agar ia aktif belajar.

3. Menulis jurnal atau diari. Terbiasa menulis jurnal harian atau diari akan membuat anak terbiasa mengolah kata-katanya. Selain mengolah kata, anak juga akan terbiasa untuk mengolah emosi. Ia tahu kapan menuliskan hal baik yang akan baik dibaca orang lain atau hal tak baik yang akan mengakibatkan hal tak baik saat dibaca orang lain.

4. Review setiap bacaan dengan membuat resensi atau catatan singkat. Mengajak anak meresensi adalah tahap selanjutnya dari menyukai bacaan. Meresensi akan mengasah kepekaan anak terhadap apapun yang ia baca. Kadang, ide-ide baru muncul saat kita meresensi sebuah buku bacaan. 

Nah, dengan membiasakan keempat hal tadi, Mawar Merah yang tadinya kesulitan memahami kata, mudah-mudahan ia menjadi lancar mengerjakan soal-soal bahasa Indonesia. Bukan hanya itu saja, Mawar Merah juga akan lancar dipelajaran lain misalnya sains, terpadu, bahasa Inggris dan lain-lain.
Share:

Selasa, September 13, 2016

Kejutan Kecil Bermakna Besar

Selalu ada kejutan-kejutan kecil dalam hidup ini yang buat saya maknanya sangat besar. Terlebih, ketika bergiat di pendidikan alternatif anak-anak. Berbagai bentuk kejutan itu bisa muncul dalam bentuk yang serbarupa. 

Buat Mr Iden 
Kejutan yang tak terduga bisa saja dalam bentuk hasil yang melampaui proses. Tak terduga karena bisa jadi melebihi ekspektasi dari yang kita bayangkan sebelumnya. Misalnya ketika memfasilitasi sebuah kegiatan dari materi yang harus diajarkan, materi berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Inti. Sebuah lembar kerja siswa diberikan begitu saja, dengan kemasan yang menarik kemudian anak diminta mengisi. Saat mengisi, anak tak cuma mengisi sesuai instruksi, ia merangkai lembar kerja tersebut bagaikan berkarya. Menambahkan warna yang menarik pada setiap gambar yang dituangkannya. Menuliskan deskripsi lebih dari instruksi yang ada atau ruang tulis yang ada.

Hallo, aku Mr Iden
Sebagai guru fasilitator, tentu saja kebahagiaan yang muncul karena anak berani lebih keren dari gurunya. Anak berani lebih kreatif dari gurunya. Anak mampu memaksimalkan semua potensi yang dimiliki tanpa harus didorong-dorong. 

Kejutan lainnya adalah bingkisan tak terduga. Tiba-tiba seorang anak memberikan batu. Yah hanya sebuah batu versi orang dewasa tetapi lebih dari batu buat anak kecil. Batu yang bermakna dalam yang diberikan seorang manusia untuk manusia lainnya. Saya selalu menyimpan apapun yang anak berikan. Secarik kertas bergambar, sepotong kayu kering, sebuah bekas kaleng, atau apapun yang anak berikan selalu saya apresiasi. 

Di mata mereka, kejutan itu adalah sebuah hal yang sangat istimewa. Menyakitkan jika orang dewasa mengabaikan kejutan kecil ini. Apresiasi ini lebih berharga dari sekian banyak apresiasi yang diterima orang dewasa. Tak salah jika orang dewasa harus bisa memberikan sesuatu yang lebih besar untuk anak-anak melebihi materi yaitu kasih sayang! 


Share:

Rabu, September 07, 2016

Kenapa Pendidikan Alternatif?

"Pendidikan bukan cuma urusan memperbanyak isi memori otak atau mencari tahu sesuatu yang tidak diketahui sebelumnya. Namun lebih dari itu adalah upaya menghubungkan semua yang sudah diketahui dengan hal-hal yang masih menjadi misteri" (Anatole France, 1817-1895 pemenang Nobel Sastra, Prancis)

Beberapa hari ini blogpost saya berbicara seputar pendidikan alternatif yang diusung oleh sekolah-sekolah alternatif yang ada di Kota Bandung. Saya menaruh hormat dan apresiasi yang besar untuk setiap sekolah alternatif yang sudah mengembangkan metode pendekatan belajar yang manusiawi. 


Salah satu bentuk pembelajaran di Sekolah Alternatif
Istilah pendidikan alternatif merupakan istilah generik dari berbagai program pendidikan yang dilakukan dengan cara berbeda dari cara tradisional. Secara umum pendidikan alternatif memiliki persamaan, yaitu: pendekatannya bersifat individual, memberi perhatian besar kepada peserta didik, orang tua/keluarga, dan pendidik serta dikembangkan berdasarkan minat dan pengalaman.

Pemikiran tentang pendidikan alternatif ini bermula dari kritik-kritik Romo Mangun terhadap bentuk pendidikan yang sejak berlakunya kurikulum 1974, berkembang hingga kurikulum 1994.

Pendidikan alternatif tidak diartikan sebagai pengganti sekolah formal, melainkan mencari materi dan metode dedaktik baru sampai kurikulum baru. Menurut Nunuk Murniati, pendidikan seharusnya bersifat kontekstual, harus disesuaikan dengan lingkungan. Pendidikan untuk kaum marjinal pun demikian. Dimana konsep link and macth yang digembar-gemborkan oleh pemerintah orde baru dalam pendidikan hanya menghasilkan sekrup-sekrup kapitalis yang dibuat hanya untuk menyesuaikan dengan kebutuhan tenaga kerja dalam mesin industri.

Menurut Jery Mintz (1994:xi) Pendidikan alternatif dapat dikategorikan dalam empat bentuk pengorganisasian, yaitu:

  1. sekolah publik pilihan (public choice);
  2. sekolah/lembaga pendidikan publik untuk siswa bermasalah (student at risk);
  3. sekolah/lembaga pendidikan swasta/independent dan
  4. pendidikan di rumah (homeschooling).

Woodworking di Sekolah Waldorf 
Bentuk pendidikan alternatif tertua yang dikelola masyarakat untuk masyarakat adalah pesantren. Diperkirakan dimulai pada abad 15, kali pertama dikembangkan oleh Raden Rahmad alias Sunan Ampel. Kemudian muncul pesantren Giri oleh Sunan Giri, pesantren Demak oleh Raden Fatah dan Pesantren Tuban oleh Sunan Bonang.

Selain pesantren, Taman Siswa didirikan pada tahun 1922. Selain Taman Siswa, Mohammad Syafei membuka sekolah di Kayutaman. Sekolah dengan semboyan, “Carilah sendiri dan kerjakanlah sendiri”. Siswa diberi keterampilan untuk membuat sendiri meja dan kursi yang digunakan bagi mereka belajar. Namun Belanda telah membumihanguskan sekolah tersebut.

Semangat Alternatif
Walaupun jarak yang jauh sejak Taman Siswa dan Sekolah Kayutaman, kini sekolah-sekolah alternatif semakin tumbuh subur di kota-kota besar di Indonesia. Hal yang patut kita banggakan karena masyarakat memiliki banyak pilihan untuk mendapatkan kesempatan belajar yang lebih baik untuk anak-anaknya. Nah, semangat memberikan pendekatan pendidikan yang lebih manusiawi adalah hal yang saya pikirkan. Pendidikan alternatif bisa menjadi bagian yang menarik untuk membangun sumber daya manusia Indonesia di masa depan yang lebih baik.


Mengolah tanah untuk pertanian di sekolah
Sekolah alternatif terbukti mampu memberikan dimensi lain dalam dunia pendidikan Indonesia. Sekolah alternatif berani keluar dari pakem-pakem pembelajaran yang begitu-begitu saja. Anak pasif dan guru ceramah seharian. Walaupun semangat ini juga sudah hadir dalam perencanaan pendidikan di kurikulum tetapi kenyataannya jauh panggang dari api. 

Sekolah-sekolah yang konvensional masih kesulitan menerapkan hal-hal yang menarik dalam menyampaikan pembelajarannya. Alokasi dana pelatihan sudah dikeluarkan banyak sekali tetapi alih-alih memperbaiki sistem pendidikan yang ada hanya pemborosan  anggaran. Guru di kelas akan kembali mengambil jalan teraman, cari di internet, copy paste kemudian sebarkan di kelas. Lebih parah lagi, jual LKS kemudian suruh anak mengerjakan sendiri dan guru tinggal ongkang-ongkang kaki dengan santainya sambil menghembuskan asap rokok yang dihisapnya. Sebuah potret buruk pendidikan yang sudah sangat akut. 

Sementara di sekolah-sekolah alternatif, guru berjibaku mencari bentuk-bentuk menarik dalam menghantarkan pembelajaran yang menarik dan mudah dipahami oleh anak-anak lewat berbagai macam kegiatan yang variatif. Guru mengolah semua materi berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi inti untuk disampaikan kepada anak didiknya. 
Nah semangat berpikir kreatif dalam pendidikan alternatif inilah yang ingin saya bagikan untuk semua. Pendidikan yang kreatif, pendidikan yang menyenangkan, mendidik kreatif adalah semangat yang harus muncul dalam setiap diri pendidik di seluruh Indonesia. Semoga saja semakin banyak sekolah-sekolah alternatif yang mampu memberikan kontribusi positif dalam membangun manusia Indonesia yang merdeka, mandiri, kreatif, dan berdaya! 






Share:

Postingan Populer