Ruang Sederhana Berbagi

Tampilkan postingan dengan label Pembelajaran Menarik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pembelajaran Menarik. Tampilkan semua postingan

Kamis, April 16, 2015

Ujian Nasional, Enjoy saja!

Ujian Nasional atau disingkat UN adalah hajat tahunan setiap sekolah dimulai dari kementerian pendidikan, dinas pendidikan provinsi, dinas pendidikan kota, dinas pendidikan daerah, rayon, sub rayon, dan sekolah. Sebuah gelaran yang sangat ditunggu-tunggu oleh banyak orang mulai dari orang di pemerintahan sampai rakyat di manapun berada. Menunggu untuk segera menyelesaikannya dan tuntas agar bisa melanjutkan ke SMP buat siswa kelas 6 SD, melanjutkan ke SMA untuk siswa kelas 9 SMP, dan melanjutkan kuliah untuk siswa kelas 12 SMA.

Mari memanjat tebing selepas Ujian Nasional (UN) (iden)
Banyak yang juga ketar-ketir menghadapi UN ini. Ada yang melakukannya dengan cara belajar sungguh-sungguh sampai mati-matian. Ada yang ke dukun, ada yang berdoa bersama, ada yang bakti sosial, dan masih banyak lagi persiapan agar UN bisa dilewati dengan baik, lancar dan hasilnya sangat memuaskan. Tak salah memang, manusia seharusnya demikian, berusaha dan terus berusaha.

Selain ada yang ketar-ketir, ada juga santai sesantai-santainya. Enjoy menghadapi UN dengan tidak bertindak berlebihan. Menganggap UN sebagai sesuatu yang biasa saja. Mengalir seperti air dan tinggal dikerjakan saat pelaksanaannya. Isi di LJK (Lembar Jawab Komputer) dengan tepat dan benar lalu kumpulkan dan beres. Waktunya cuma 3 hari, eh ada Ujian Sekolah, Ya sudah, ujian sekolah juga hadapi dengan santai saja. Enjoy dan nikmati saja prosesnya. Kalau sekarang ada yang Ujian Nasional Online, maka kerjakan dengan baik. Isi sesuai instruksi dengan tepat. Jaringan internet bukan urusan siswa, itu urusan penyelenggara. Buat jaga-jaga, gak apa-apa bawa modem sendiri, pada saat jaringan terganggu, kamu masih bisa menjawab soal UN. Jangan sekali-kali mencari jawaban UN di mesin pencari. Misalnya dengan mengetik "Kunci Jawaban UN 2015". Itu kecurangan luar biasa. Ingat, sesuatu yang curang itu tidak baik.

Anggap saja UN itu sebagai ujian kenaikan menuju jenjang selanjutnya. Bukan satu-satu harga mati untuk kelulusan apalagi menteri Anies Baswedan sudah menetapkan bahwa UN bukan penentu kelulusan. UN hanya bagian dari tantangan untuk diselesaikan agar mendapat hasil yang baik. UN adalah tantangan hidup saat ini buat kelas 6 SD, kelas 9 SMP, dan kelas 12 SMA. Sisanya akan banyak lagi tantangan di depan yang membutuhkan semangat belajar dan semangat pantang menyerah yang akan membutuhkan persiapan dengan baik.



Share:

Selasa, November 25, 2014

Membongkar Prototipe Guru Lama


Prototipe (pro·to·ti·pe) n model yang mula-mula (model asli) yang menjadi contoh; contoh baku; contoh khas. Dalam istilah internet Prototipe adalah model kerja dasar dari pengembangan sebuah program (software) atau perangkat lunak. Prototipe dalam Bahasa Inggris “prototype” disebut juga dengan purwarupa. Prototipe biasanya dibuat sebagai model untuk tujuan demonstrasi atau sebagai bagian dari proses pengembangan atau pembuatan sebuah software
Ikuti di twitter @kreatifmendidik untuk melihat 
alternatif pembelajaran menarik
Kata prototipe berasal dari Bahasa Latin, yaitu kata “proto” yang berarti asli, dan “typus” yang berarti bentuk atau model. Dalam konteks non-teknis, prototipe adalah contoh khusus sebagai wakil dari kategori tertentu. Dalam bidang desain, prototipe atau purwarupa atau disebut juga dengan arketipe adalah bentuk awal sebagai contoh atau standar ukuran dari sebuah entitas. Sebuah prototipe dibuat sebelum dikembangkan atau justru dibuat khusus untuk pengembangan sebelum dibuat dalam skala sebenarnya atau sebelum diproduksi secara massal.

Guru (bahasa Sanskerta: गुरू yang berarti guru, tetapi arti secara harfiahnya adalah "berat") adalah seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru.

Dalam agama Hindu, guru merupakan simbol bagi suatu tempat suci yang berisi ilmu (vidya) dan juga pembagi ilmu. Seorang guru adalah pemandu spiritual atau kejiwaan murid-muridnya. Dalam agama Buddha, guru adalah orang yang memandu muridnya dalam jalan menuju kebenaran. Murid seorang guru memandang gurunya sebagai jelmaan Buddha atau Bodhisattva. Dalam agama Sikh, guru mempunyai makna yang mirip dengan agama Hindu dan Buddha, namun posisinya lebih penting lagi dikarenakan salah satu inti ajaran agama Sikh adalah kepercayaan terhadap ajaran sepuluh guru Sikh. Hanya ada sepuluh guru dalam agama Sikh. Guru pertama, Guru Nanak Dev adalah pendiri agama ini. Orang India, Cina, Mesir, dan Israel menerima pengajaran dari guru yang merupakan seorang imam atau nabi. Oleh sebab itu, seorang guru sangat dihormati dan terkenal di masyarakat serta menganggap guru sebagai pembimbing untuk mendapat keselamatan dan dihormati bahkan lebih dari orang tua mereka.

Secara formal di Indonesia, guru adalah seorang pengajar di sekolah negeri ataupun swasta yang memiliki kemampuan berdasarkan latar belakang pendidikan formal minimal berstatus sarjana, dan telah memiliki ketetapan hukum yang sah sebagai guru berdasarkan undang-undang guru dan dosen yang berlaku di Indonesia.

Gambaran Guru

Inilah gambaran umum guru yang sering muncul dibenak masing-masing orang. Berkumis bisa tipis atau tebal, berambut rapi, berkacamata dan bersafari rapi. Sayapun dulu sempat membayangkan bahwa guru itu bentuknya seperti ini. Oh iya, kata teman saya selain rapi dan selalu klimis, juga senang meroko (Maaf ini sering saya temukan pada beberapa guru sekolah saat rapat nun jauh di tempat yang dirahasiakan).

Guru-guru seperti ini, seperti gambaran umum yang selalu muncul lengkap dengan motornya yaitu vespa adalah ciri khas guru yang selalu baik. Ia mampu memberikan kesan yang mendalam kepada semua masyarakat tentang sisi guru yang baik. Kesan ini bisa terus menerus menempel dalam diri masyarakat sehingga ia bisa dikenang terus bahkan sampai rambut, kumis tipisnya, baju safarinya, dan juga suara klakson vespanya. Berkahilah para guru ya Tuhanku!

Guru Sekarang
Tanpa mengurangi rasa hormat pada semua guru yang sudah berpakaian rapi dan tampil berkesan, saya sebenarnya lama mengidam-idamkan sebuah bentuk baru dari guru-guru yang ada di Indonesia. Saya pernah mendengar di sebuah sekolah di Kota Yogyakarta, tatanan rapi dalam bentuk fisik ini pernah didobraknya. Mereka membolehkan gurunya tampil kasual, memakai celana jeans, kaos oblong, dan rambut yang bisa dipanjangkan.

Di sebuah sekolah di Kota Bandung, ternyata saya menemukan bentuk-bentuk baru guru yang lebih fresh dan tampil natural. Guru-gurunya bisa dibilang kreatif dan mungkin saja melanggar pakem guru yang ada dalam gambaran dahulu. Memakai kaos, bercelana jeans, rambut gondrong, dll. Kreatifitas mereka menjadi modal dalam mendidik anak-anaknya di kelas.
Mereka lebih terlihat segar dan kreatif. Wajarlah jika kemudian anak-anak didiknya juga akan lebih kreatif daripada guru-gurunya. Dengan pakaian yang bisa luwes, maka pendekatan ke anak didik pun akan lebih luwes dan dekat. Mereka jadi bisa berinteraksi dengan anak-anak secara bebas. Bebas tapi tetap membangun sikap hormat satu sama lainnya.

Sekedar baju saja ternyata tidak cukup, pakaian itu hanya permukaannya saja, yang harus dilihat lebih dalam adalah jiwa dan semangatnya. Bukan sekedar berpakaian yang harus dibongkar dari guru lama, tetapi juga sikap pembelajar serta karakter pendidik yang harus dijiwai. Pernah beberapa kali saya mengikuti seminar yang pesertanya guru-guru. Sikap mereka tidak menunjukan hormat yang baik pada saat ada pembicara, ada yang asyik mengobrol, main hape, dan terutama pada saat mengantri, ada beberapa guru yang berpakaian safari 'nyelonong' begitu saja. Ia tak mau mengantri. Dan, yang bikin saya gregetan adalah buang puntungnya yang sembarangan. Sangat tidak menunjukan sikap sebagai pendidik yang berbaju safari rapi.

Pada saat mengikrarkan diri kita menjadi guru, maka sewajarnya kita harus menjiwai peran kita sebagai guru. Tak bisa dipisahkan antara kehidupan dalam kelas dengan kehidupan di luar kelas. Kata John Dewey "Education is not preparation for life; education is life itself"Bebaskan diri kita dari pakem-pakem dan gambaran yang kaku tentang guru lama, buat sesuatu yang baru. Kreativitas dalam mendidik sangat menentukan di era sekarang. Guru yang kreatif akan lebih menyenangkan dibandingkan guru yang konvensional dan kaku. (diolah dari berbagai sumber)

Iden Wildensyah (@idenide) saat ini bergiat di Sekolah Alam Bandung.
Mengelola twitter @kreatifmendidik

Share:

Rabu, Juli 02, 2014

Sisi Lain Bambang Pamungkas

Sepakbola selalu memberikan banyak sisi yang menarik untuk dilihat. Bukan hanya bola bundar yang dioper dari satu pemain ke pemain lain kemudian ditendang keras melewati garis penjaga gawang untuk menciptakan skor. Sepakbola juga adalah dinamika kehidupan yang menarik. Ada 22 orang pemain dengan satu wasit dan dua hakim garis yang bermain dengan disaksikan puluhan sampai ribuan orang.

Salah satu dinamika yang menarik adalah pemain sepakbolanya. Ada banyak pemain yang menginspirasi saya dalam kehidupan. Bambang Pamungkas atau sering dipanggil Bepe adalah contoh pemain bola nasional yang inspiratif. Ia bermain bukan sekadar bermain saja. Ia memaknai setiap permainannya dengan baik. Ia memimpin rekan-rekannya untuk bermain dengan baik, mengendalikan emosi temannya yang hilang kendali, serta memotivasi teman-temannya yang mengalami kekalahan setelah permainan.

BEPE20: PRIDE (bolabanget.com)
Sisi-sisi manusia yang menarik dalam kehidupan Bepe saya baca dalam bukunya yang berjudul BEPE20: PRIDE. Bepe menuturkannya dengan baik. Dalam facebooknya, Bepe menuliskan  "BEPE20: PRIDE terasa lebih dramatis karena merupakan kumpulan cerita yang lebih banyak muncul dari era perjuangan Bepe sebagai pemain profesional di saat terjadi dualisme liga, dualisme federasi PSSI dan KPSI, bahkan dualisme tim nasional".

Memang benar, Bepe dalam buku tersebut terasa sebagai manusia yang bergelut dengan dinamika-dinamika kesehariannya. Misalnya dalam satu catatannya ia menuliskan dengan baik saat harus meninggalkan Persija Jakarta dan berlabuh di Pelita Bandung Raya. Ia meninggalkan sebuah klub ibukota yang sangat ia cintai selama hampir satu dekade. Bepe tidak bisa menyembunyikan kegundahan hatinya saat itu. Ia memilih dengan keberaniannya meninggalkan klub untuk mendapatkan hal yang ia kejar. Bukan sekadar uang dalam memilih klub. Bepe membandingkan dengan tawaran beberapa klub sebelum melabuhkan pilihannya. Ada hal yang menarik dirinya begitu kuat, yaitu kesamaan visi dalam pengembangan sepakbola antara dirinya dengan klub barunya.


Banyak lagi pengakuan-pengakuan Bepe yang ia tuliskan dengan runut dan baik serta dramatis seperti pengakuan sebelumnya. Misalnya tentang sikapnya ketika bertemu dengan mantan klubnya yang mengharuskan ia bersikap profesional tetapi hati kecilnya masih berat. Ia masih berasa salah fokus ketika melakukan serangan. Terlebih ketika seorang pemain belakang berkata "Kenapa kamu di sini Kapten, kamu seharusnya di sana (di posisi depan sebagai penyerangnya).

Mantaap! hanya itu yang bisa saya tuliskan untuk menggambarkan buku ini. Bambang Pamungkas pantas mendapat tempat dihati penggemarnya. Maju terus bepe!
Share:

Minggu, Juni 01, 2014

Makna Mendaki Gunung

Henry Dunant tokoh dunia pendiri Palang Merah Internasional ( PMI ), pernah mengatakan, “Sebuah negara atau bangsa tidak perlu khawatir kekurangan pemimpin, jika anak mudanya masih suka bertualang dan mendaki gunung” kata-kata Henry Dunant ini yang membuat semangat saya untuk mendaki gunung kembali menggelora. Bersama teman-teman dari perhimpunan pecinta alam di kampus jalan Setiabudi, Bandung, saya berangkat menuju Kuningan. Gunung yang akan saya daki sekarang adalah gunung Ciremai. Gunung tertinggi di Jawa Barat yaitu 3.027 mdpl.
Menuju Pos Cibunar (dok Iden Wildensyah)
Tanggal 28 April 2014 hari jumat pukul 15.00 dari terminal Cicaheum, saya dan teman-teman naik bus jurusan Bandung - Kuningan. Perjalanan malam selama 7 jam dengan akhir di Linggarjati. Dari Linggarjati menuju pos pendakian malam itu sampai pukul 12.00. Di pos pendakian saya bertemu dengan banyak pendaki lain dari berbagai kota seperti Jakarta, Depok, Bogor, Cirebon, dan Malang. Malam itu menginap di pos pendakian. Pos pendakian menuju Gunung Ciremai itu ada tiga, Pos Pendakian di Palutungan, Pos Pendakian Apuy, dan Pos Pendakian Linggarjati. Kita memilih Linggarjati. 
Kang Encep, petugas pos menerima semua pendaki yang datang malam itu dengan baik. Ia mencatat setiap pendaki yang akan naik Gunung Ciremai. Malam itu juga saya, Habib sebagai ketua pendakian, menyelesaikan administrasi seperti foto kopi KTP, nama, alamat, dan biaya. 
Pagi-pagi setelah sholat subuh, saya bangun. Team yang lain sudah siap-siap membuat sarapan. Pagi itu akan memulai  pendakian. Beberapa pendaki dari Jakarta bahkan sudah ada yang mulai berjalan sejak subuh.
Panorama (dok. Iden Wildensyah)
Pos pertama yang akan dituju adalah pos Cibunar. Ini adalah pos terakhir untuk mengisi air. Setelah pos ini, tidak ada lagi air. Ini yang membedakan pendakian gunung Ciremai dengan pendakian gunung-gunung lainnya. Air sangat jarang di tengah jalur pendakian. Jadi harus membawa air untuk naik gunung menuju puncak dan turun gunung. Sesuatu yang sangat berat! Tetapi juga menjadi tantangan karena beban bertambah berat. Setelah pos Cibunar, perjalanan selanjutnya melewati beberapa pos di antaranya Leuweung Datar, Condang Amis, Kuburan Kuda, Pangalap, Tanjakan Seruni, Bapa Tere, Batu Lingga, Sangga Buana, Pangasinan, dan Puncak.
Perjalanan mendaki gunung sangatlah berat. Hal yang harus dilakukan selain fisik yang fit juga mental yang kuat. Semangat untuk terus menjalani serta kekuatan mental dan tekad untuk menyelesaikan pendakian dari awal sampai akhir harus tertanam kuat dalam diri pendaki gunung. Berjalan selama 12 jam dari pagi sampai malam, dari satu pos ke pos lainnya. 
Perjalanan Malam (dok. Iden Wildensyah)
Malam itu, saya dan teman-teman berencana untuk mendirikan camp di Pos Pangasinan dengan asumsi waktu tempuh dan jarak menuju puncak lebih dekat. Kenyataannya malam itu hanya bisa sampai pos Sangga Buana karena waktu sudah menunjukan pukul 20.00. Kebiasaan mendaki tidak boleh lebih dari jam 20.00 mengingat stamina dan faktor keamanan lainnya. Pos Sangga Buana itu ada dua, yaitu Sangga Buana I dan Sangga Buana II, kita memutuskan untuk mendirikan camp di Sangga Buana II. Di Sangga Buana, istirahat, makan, dan tidur. Tidak lupa melakukan evaluasi atas perjalanan siang tadi serta perencanaan untuk menggapai puncak atau summit atack.
Diputuskanlah bangun tidur pukul 2.00 dini hari agar dapat kesempatan melihat sunrise atau matahari terbit dari puncak Gununh Ciremai. Malam yang dingin, tidur di kantung tidur dalam tenda. Rasanya sangat bersyukur atas kesempatan yang sangat berharga ini. Berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa karena memberikan perlindungan selama perjalanan sampai bisa istirahat.
Di Puncak Gunung Di Atas Awan (dok. Iden Wildensyah)
Tepat pukul 2.00 dini hari tanggal 30 Maret 2014, saya dan teman-teman menuju puncak Gunung Ciremai. Perjalanan malam itu sangat menantang dibandingkan perjalanan siang. Selain kita harus berhati-hati, fokus, dan tetap konsentrasi pada jalur yang dilewati, kita juga harus berjuang melawan rasa dingin yang menusuk kulit.
Jalur menuju puncak setelah pos pangasinan sangat berat. Lebih berat dari jalur-jalur sebelumnya. Tanjakan terjal dengan bebatuan dan pasir sangat menguras energi. Belum lagi tanah yang licin membuat kita harus berhati-hati. 
Bau belereng sudah tercium dari 100 meter sebelum puncak. Itu menandakan puncak gunung sudah dekat. Tepat pukul 4.30 dini hari, saya menggapai puncak diikuti teman-teman lain. Senang rasanya masih diberi kesempatan untuk mendaki gunung sampai ke puncak. Kalau kata teman-teman Team Seven Summit Indonesia, mendaki gunung sampai ke puncak gunung itu menziarahi. Itu berarti saat saya berada di puncak gunung, inilah saat menziarahi leluhur kita.
Apa makna buat sebuah organisasi? Mendaki gunung adalah semangat untuk terus maju. Mendaki gunung itu butuh mental dan fisik yang kuat, kekuatan keduanya akan membuat pendakian menjadi lancar. Mendaki gunung berarti kemandirian, seorang pendaki gunung harus mandiri, menyiapkan fisik dan mental sendiri, menyiapkan kebutuhan selama mendaki gunung sendiri, melakukan perjalanan secara personal tetapi butuh kerjasama untuk menyukseskannya. Semoga semangat mandiri, bekerja sama, dan pantang menyerah menjadi bagian tak terpisahkan dalam diri semua orang yang bergiat di organisasi. Bisa!
Di Puncak Gunung Ciremai dengan syal turuntangan (dok Iden Wildensyah)
Share:

Kamis, April 10, 2014

Pagi Baru

Pagi ini adalah pagi baru yang akan ku jalani bersama anak-anak hebat di kelas. Selalu aku katakan sebagai hari baru kepada anak-anak. Aku coba tanamkan ini sebagai bahan untuk selalu mencari hal-hal baru pada anak-anak. Setiap pagi, ku kayuh sepeda melewati jalan raya dan beberapa toko yang ada di kota kecil ini. Sisanya melewati jalur kampung yang harus meminggir jika pengendara motor lewat. Maklum, sebuah gang bukan sekedar jalan saja tetapi juga jalur umum untuk mereka yang memiliki motor. Aku, masih setia dengan sepeda ini. Pagi baru ini aku bersiap untuk pergi menemui keceriaan dan kegembiraan anak-anak.

Pagi baru berarti aku bertemu Mahmud, seorang anak yang selalu berpikir positif jika teman-temannya menjahili. Mahmud tidak pernah sekalipun membalas temannya yang jahil pada dia. Dia seolah mengerti bagaimana temannya sedang berproses mengenali diri dan situasi saat berinteraksi dengan sesamanya. Mahmud suka bermain bola, ketangkasannya bermain membuat teman-temannya berebut untuk menjadi bagian kelompoknya.
Rumah Pohon (deviantart.com)

Suatu hari Mahmud datang padaku “Kak, punya ide untuk membuat pesawat luar angkasa”. Mahmud kemudian menceritakan sebuah gagasan-gagasannya yang luar biasa. Aku sesekali menanggapinya untuk mengapresiasi ide yang dia miliki. Gagasan ini bukan sekali dua kali dia sampaikan padaku, pernah satu kali waktu dia bercerita tentang kisah nabi-nabi yang menurut dia sangat menarik karena ada peperangannya.

Pagi baru berarti aku bertema Dani, seorang anak yang penuh cerita lucu. Dani senang melucu di antara teman-temannya. Dani sangat senang ketika teman-temannya tertawa oleh tingkah lucunya. Dani juga suka bercerita tentang proses mendapatkan kisah-kisah lucunya. Selain dari pengalamannya saat bermain di rumahnya, Dani juga mendapatkan kisah lucu tersebut dari buku-buku homur yang dibelikan bapaknya. Bapak Dani sangat mengerti bagaimana anaknya sangat menyukai kisah-kisah lucu.

Kisah lucunya tersebut mulai dari banyolan, cerita orang lain, juga dari tebak-tebakan yang spontan akan memancing tawa seluruh kelas. Suatu hari Dani cerita tentang seorang kakek dan nenek yang baru saja pulang dari dokter. Kakek kebingungan dengan secarik kertas yang diberikan oleh dokter. Kertas tersebut harusnya dibawa ke apotek untuk mendapatkan obat, tetapi karena ketidaktahuan si kakek akhirnya dibawa pulang saja. Di rumah, si nenek menjawab kebingungan si kakek. Nenek bilang “Masukan saja kertasnya ke gelas tambahkan air, mungkin itu jampi-jampi”. Gerrrrrrr semua anak tertawa, mereka melihat sebagai sesuatu yang lucu karena kakek dan nenek tidak mengenal resep dokter, yang mereka ketahui hanya jampi-jampi.

Pagi baru juga berari bertemu Darojat atau biasa dipanggil Ojat oleh teman-temannya. Ojat adalah anak yang cekatan. Ojat paling cepat kalau sudah berkarya, begitu juga saat beres-beres kelas. Sering kali Ojat diminta oleh teman-temannya untuk membantu membereskan sisa berkaryanya. Ojat sangat senang membantu teman-temannya. Kesenangan Ojat membantu temannya itu membuat Ojat banyak teman. Bahkan anak-anak lain yang beda kelas juga sangat senang dengan Ojat. Ojat tidak pernah mengeluh walau pekerjaannya banyak. Inilah yang membuat Ojat disenangi teman-temannya.

Ojat suatu kali pernah meminta ijin untuk tidak masuk sekolah karena harus membantu pamannya panen padi di sawah. Pamannya sangat senang karena Ojat mau belajar bertani, menanam padi, dan juga memanen. Saat itu kebetulan pamannya hendak memanen padi. Ojat tidak mau kehilangan kesempatan belajar. “Kak, aku ijin gak masuk besok yah, paman mau panen dan aku ingin belajar memanen padi”. Begitu kata Ojat sebelum pulang. Aku katakan, “Wah sangat menarik, Jat. Kalau sempat nanti cerita sama teman-temannya, yah”. Benar saja, keesokan harinya, Ojat bercerita dengan antusias bagaimana dia memanen padi, walau cape tetapi banyak hal yang menyenangkan.

Pagi baru berarti aku bertemu Darsa, seorang anak pendiam yang selalu berpikir. Aku katakan demikian karena Darsa nyaris tidak suka berbicara. Darsa lebih banyak diam ketika teman-temannya saling bercanda, bercerita, dan diskusi. Walaupun diam tetapi Darsa menyerap semua informasi yang masuk pada dirinya. Darsa hanya berbicara sesekali saja misalnya ketika dipancing pertanyaan “Menurut Darsa, bagaimana yah pembagian matematika dalam kehidupan kita?”. Darsa menjawab dengan meyakinkan, “Banyak kak, misalnya pada saat membagi kue, membagi permen, membagi pekerjaan, membagi uang. Kan pembagian bukan hanya soal angka-angka”. Darsa memang benar-benar mantap. Dia bisa melihat banyak sudut yang biasanya tidak terjangkau anak-anak seusianya.

Darsa lebih menyukai membaca buku yang dibawanya atau pergi ke perpustakaan untuk mengisi istirahatnya dibandingkan main dengan teman-temannya. Ketika kutanyakan, Darsa menjawab “Ah kak, aku senang membaca saja, kan buku bisa membawa aku ke berbagai tempat menarik di dunia”. Wooow... jawaban yang sangat menarik bagiku. Darsa memang hebat, dan setiap pagi aku harus bersiap dengan informasi baru yang ia dapatkan dari buku yang sudah ia baca.

Pagi baru berarti aku bertema sosok mungil penuh keceriaan, dia adalah Nurmelina. Teman-temannya biasa memanggil Nina. Nina adalah sosok yang menggembirakan teman-temannya. Nina selalu ceria, keceriannya terpancar dari tingkahnya yang energik, lincah, dan selalu tersenyum. Nina juga suka bercerita terutama cerita tentang pahlawan nasional. Nina terinpirasi oleh sosok Tjoet Nyak Dien. Nina mengatakan bahwa Tjoet Nyak Dien adalah perempuan hebat yang berani melawan penjajah. Walaupun penjajah menggunakan senjata api, tetapi Tjoet Nyak Dien tidak takut. Tjoet Nyak Dien berjuang sampai titik darah penghabisan. Aku pernah menanyakan pada dia, “Kalau sekarang kan tidak perang, berarti Nina mengambil pelajaran dari kisah Tjoet Nyak Diennya, seperti apa?”. Nina berkata “Aku harus belajar sungguh-sungguh, Kak. Seperti Tjoet Nyak Dien yang berjuang teguh melawan penjajah, aku juga harus semangat berjuang agar aku bisa belajar semakin baik”.

Pagi baru berarti aku juga bertemu dengan Dodo, anak yang katanya bodoh dan nakal. Aku tidak katakan demikian, Dodo adalah anak yang memiliki potensi besar untuk menjadi atlet. Dodo berbadan besar di antara teman-temannya. Dodo senang kegiatan olah raga, sepertinya Dodo hanya menyukai kegiatan olah raga saja. Dodo seperti malas-malasan kalau sudah kegiatan matematika. Dodo merasa dirinya tidak bisa menghitung. Tetapi bagiku tidak, Dodo sebenarnya pandai matematika, Dodo bisa menyerap dengan baik setiap pelajaran matematika. Sayangnya, Dodo tidak cukup sabar untuk mengerjakan soal-soal matematika.

Pernah satu kali waktu, Dodo seperti marah-marah. Dia mendatangiku dan berkata “Kak, aku tidak suka matematika, aku tidak suka soal ini, soal ini membuatku frustasi!”. Teman-teman kaget dan seketika langsung tegang, Dodo yang berbadan besar sedang marah-marah. Aku coba dekati, aku ajak Dodo diskusi. Sampai akhirnya Dodo berkata “Kak, ternyata mudah, yah!”. Senang rasanya hatiku melihat Dodo mau kembali terlibat dalam kelas. Biasanya Dodo selalu menarik diri untuk pergi dari lingkaran kelompok belajar di kelasnya jika dia merasa sudah tidak mampu untuk menyelesaikan soal-soal yang ada dihadapannya.

Pagi baru berarti aku juga bertemu Maesaroh. Teman-temannya memanggil dia Mae. Dia adalah anak rajin yang selalu rapi. Setiap kali Mae datang, temannya langsung mengerebungi untuk bermain congkak atau bola bekel. Mae bisa adil mengatur teman-temannya hingga mereka menjadi asik bermain. Mae bisa dikatakan sangat perhatian sama temannya, jika ada temannya yang tidak masuk sekolah, Mae biasanya menjenguk kemudian menceritakan pada teman-temannya. Mae juga menginisiasi teman-temannya untuk berkunjung ke temannya yang sakit. Kehadiran Mae membuat temannyas senang. Jika ada temannya yang bertengkar, Mae bisa melerai dan menyelesaikannya dengan baik. Setelah itu mereka bermain lagi dengan asik. Mae suka semua pelajaran, Mae ingin menjadi guru suatu hari nanti. Mae mengatakan bahwa Guru bisa mencerdaskan generasi bangsa. Mencerdaskan bangsa berarti mencerdaskan kehidupan. Dan inilah  kehidupan bagiku, seperti kata Mae yang selalu bijaksana dalam mengatur teman-temannya.

Pagi baru bagiku penuh dengan dinamika, pertanyaan-pertanyaan menarik dari anak-anak, ide-ide baru, keingintahuan baru, dan suasana baru yang akan menghiasi kehidupan. Inilah hari baru saat aku akan bertemu anak-anak hebat yang saling menginspirasi. Inilah generasi-generasi yang harus ku antarkan pada pengalaman-pengalaman belajar yang menyenangkan. Inilah pagi baru saat aku harus pergi.
Share:

Rabu, April 02, 2014

Mandiri

Salah satu hal yang selalu saya ingat tentang pelajaran mandiri adalah saat mendaki gunung. Selalu terngiang bahwa mendaki gunung itu adalah proses memadukan kesiapan mental dan fisik. Kemandirian terbangun saat saya harus menyiapkan segala sesuatu secara sendiri, menyiapkan alat dan perbekalan bahan makanan yang cukup selama pendakian. Tidak mengandalkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan selama di gunung. Tidak lucu jika kita meminjam barang orang lain hanya karena kita tidak bisa membawanya. Perlengkapan minimal harus benar-benar disiapkan secara matang. Peralatan atau perlengkapan tersebut di-packing dalam tas ransel yang memadai untuk dibawa sendiri.
Pendaki Gunung ( Iden Wildensyah - Ciremai jalur Linggarjati 2014)

Pendaki gunung itu harus mandiri, jika belum bisa mandiri, minimalnya jangan merepotkan orang lain. Penuhi kebutuhan diri sendiri baru menolong orang lain. Siapkan fisik agar bisa kuat mendaki dan menuruni gunung, siapkan peralatan dan perbekalan agar bisa mendukung kebutuhan fisik kita. Siapkan mental agar selamat dan sampai tujuan serta bisa pulang dengan baik.

Tentang kemandirian ini, ada sebuah kisah Gandhi yang sangat menarik yang dituliskan oleh Eknath Easwaran. 

"Aku tengah mengawali kehidupan yang dipenuhi kemudahan dan kenyamanan, tetapi eksperimennya terlalu singkat. Meskipun aku telah melengkapi rumah dengan perhatian, semua itu tidak mampu membuatku betah. Maka, segera setelah memulai usaha dalam kehidupan itu, aku mulai mengurangi pengeluaran. Tagihan tukang cuci sangat berat dan meskipun tepat waktu, dua hingga tiga lusin kemeja dan kaus yang tersedia terbukti tidak cukup bagiku. Kaus harus berganti setiap hari dan kemeja kalau tidak setiap hari, setidaknya dua hari sekali. Ini berarti pengeluaran dua kali lipat yang bagiku tampak tidak perlu. Oleh karena itu, aku melengkapi diriku dengan perlengkapan mencuci untuk menghematnya. Aku membeli buku tentang mencuci, mempelajari seninya, dan mengajarkanya kepada istriku. Ini tidak diragukan lagi menambah pekerjaanku, tetapi kebaruannya membuatnya menyenangkan.

Aku takkan pernah melupakan kaus pertama yang aku cuci sendiri. Aku menggunakan kanji lebih banyak daripada yang kuperlukan, setrikanya tidak dibuat cukup panas, dan karena takut membakar kausnya, aku tidak cukup keras menekannya. Hasilnya adalah, meskipun kausnya cukup kaku, kanji yang berlebihan terus berjatuhan darinya. Aku berangkat ke pengadilan dengan mengenakan kerah itu hingga mengundang tawa kawan-kawan pengacara. Namun, bahkan pada masa itu aku bisa sangat tidak peduli jika menjadi bahan tertawaan.

Dengan cara yang sama, sebagaimana aku melepaskan diriku dari perbudakan tukang cuci, aku membuang ketergantungan pada pemangkas rambut. Semua orang yang pergi ke Inggris belajar setidaknya seni bercukur, tetapi tidak ada, setahuku, mereka belajar untuk memangkas rambut mereka sendiri. Aku pun harus mempelajari itu. Pernah aku pergi ke seorang pemangkas rambut di Pretoria. Dengan meremehkan ia menolak untuk memotong rambutku. Tentu saja aku merasa terluka, tetapi aku segera membeli sepasang gunting dan memotong rambutku di depan cermin. Aku kurang lebih berhasil memotong rambut bagian depan, tetapi aku merusak bagian belakang. Kawan-kawan di pengadilan tertawa terbahak-bahak.
‘Ada apa dengan rambutmu, Gandhi? Tikus menggigitinya?’
‘Bukan. Tukang cukur kulit putih tidak berkenan menyentuh rambutku yang hitam,’ jawabku, ‘jadi aku lebih suka memotongnya sendiri, tak peduli seburuk apa.”





Share:

Kamis, Oktober 24, 2013

Cerita Memanah

Senin pagi seperti biasa rutin pagi. Anak-anak bercerita tentang libur akhir pekannya. Beragama cerita yang mereka sampaikan. Sekalipun hanya di rumah, tetapi selalu ada yang menarik.


Misalnya, Bryan yang berkata "bosan, aku di rumah saja. Baru pindahan dan semuanya beres-beres". Berbeda dengan Bryan, Bintang cerita tentang kegiatan akhir pekannya bersama keluarga di arena panahan. Ini yang menarik! Memanah.


Bintang kemudian menyusun ceritanya, mulai dari persiapan sampai pelaksanaan. Ia berkisah bahwa memanah itu sulit. Berkali-kali ia gagal melepaskan anak panah dengan baik karena pegangannya yang tidak tepat. Walaupun ia berhasil melepaskan anak panah, tetap saja belum mencapai sasaran.


Apa yang disampaikan oleh Bintang ini menjadi awal untuk saya bercerita tentang kisah dibalik memanah. Kebetulan sehari sebelumnya saya melihat ada seorang anak yang memajang photo dirinya berkostum Merida (tokoh kartun perempuan yang ingin jadi pemanah). 


Memanah, bukan sekedar melepaskan anak panah saja. Ada pembelajaran menarik di dalamnya yang bisa dibagikan. Memanah dan berkuda adalah dua kegiatan menarik anak laki-laki jaman dahulu. Bahkan Nabi Muhammad menganjurkan anak lelaki untuk bermain panah dan berkuda sebagai kemampuan dasarnya (ditambah juga berenang). 


Memanah adalah sebentuk latihan berpikir dan merasa dengan seimbang. Fokus dan menjiwai setiap kali akan melepaskan anak panahnya. Hasil bidikannya adalah bentuk perpaduan yang harmonis antara fokus, konsentrasi, dan kematangan jiwa.


Saya selalu terkesan dengan catatan Paulo Coelho tentang memanah dan melihat bagaimana ia berpikir mendalam dari kegiatan memanah.


"Ketika aku menarik busurku," kata Herrigel kepada guru Zen-nya, "kadang aku merasa seolah-olah aku tak bisa bernapas jika tidak segera melepaskan anak panah itu."


"Kalau engkau terus berupaya mengusik momen-momen saat engkau harus melepaskan anak panah, maka engkau tidak akan pernah mempelajari seni sang pemanah" kata gurunya. "Kadang-kadang, hasrat berlebihan sang pemanah sendirilah yang merusak ketepatan bidikannya." (Paulo Coelho, Kitab Suci Kesatria Cahaya, hal 43)


Semakin kita renungi cerita anak-anak kemudian merefleksikannya dalam catatan atau keseharian, semakin mudah menarik kesadaran dalam ritme yang ingin dibangun.


Share:

Postingan Populer