Outbound at Nature School of Bandung |
Tampilkan postingan dengan label Bandung. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bandung. Tampilkan semua postingan
Senin, November 11, 2019
The Excitement of Outbound at Bandung Nature School
Alex Ahmad (not his real name) Bandung Nature School students looked cheerful that morning. "I want to go outbound, sis!" He said with enthusiasm. Alex and his friends have been routinely active in the open since childhood. Bandung Nature School as the name suggests is an alternative school that stands in the middle of the grove, near the rice fields, and next to the Juanda Forest Park.
Outwarbond or well-known outbound is one of the educational media developed by the Bandung Nature School to educate its students. Students at the Bandung Nature School take turns each time conducting outbound activities guided by experienced facilitators. Outboundond experts who have long been poor in training participants from various age levels.
Outbound is said by his teacher to be very effective in educating students to be skilled, trained, and deft. In addition, students become more creative, independent, and able to survive in the wild according to the level of training. Tiered! The level of difficulty that is arranged in such a way and flows as it is natural is done so that the child gets a gradual readiness.
That afternoon, after gathering in a field that was often used by various activities, they practiced with their group. After gathering they walked the long march to the hill in the North Bandung area. Fresh air, warm sun are two of the blessings they get besides there are many more that cannot be written down. This is the joy that radiated that afternoon at the School of Nature in Bandung.
Gather to unite the vision of activities guided by facilitators of outdoor activities.
Alex Ahmad came home after activating, his face lethargic but cheerful tones still radiated from his face. Well Alex really enjoyed the afternoon's activities. After being picked up, he fell into a deep sleep.
Selasa, Desember 06, 2016
Kolaborasi Dalam Pendidikan Dasar Pecinta Alam
AdminDesember 06, 2016Abah Iwan, Bandung, Gandawesi, Gandawesi KPALH, Pecinta Alam, Pendidikan Alternatif
Tidak ada komentar
Ini sebuah moment Pendidikan Dasar Pecinta Alam yang dibangun dengan semangat kolaborasi. Pendidikan Dasar di alam terbuka membutuhkan kecakapan khusus buat semua pegiatnya. Kolaborasi dengan anggota Kopasus dan anggota Wanadri sudah dilakukan sejak kursus kepelatihan untuk satuan komando Pendidikan Dasar.
Kolaborasi untuk membangun pondasi pendidikan dasar yang baik, menumbuhkan semangat bekerjasama dengan semua potensi pecinta alam yang ada. Kolaborasi ini sejatinya bukan sekadar membuat calon siswa menjadi anggota Gandawesi yang Samagata, Samala, dan Samahita. Lebih dari itu, kolaborasi ini untuk Indonesia! Untuk sebuah semangat kebangsaan yang dibangun dengan semangat pribadi yang tangguh, terampil, cekatan, kreatif, dan berwawasan lingkungan.
Kolaborasi untuk membangun pondasi pendidikan dasar yang baik, menumbuhkan semangat bekerjasama dengan semua potensi pecinta alam yang ada. Kolaborasi ini sejatinya bukan sekadar membuat calon siswa menjadi anggota Gandawesi yang Samagata, Samala, dan Samahita. Lebih dari itu, kolaborasi ini untuk Indonesia! Untuk sebuah semangat kebangsaan yang dibangun dengan semangat pribadi yang tangguh, terampil, cekatan, kreatif, dan berwawasan lingkungan.
Kolaborasi Dalam Pendidikan Dasar Pecinta Alam (iden wildensyah) |
Menjadi Mahasiswa Pecinta Alam
Di organisasi mahasiswa pecinta alam, semua anggota diwajibkan untuk melakukan kajian terlebih dahulu mulai dari persiapan sampai akhir pendakian tentang risiko dan hal-hal penting lainnya. Tentu akan senang jika perjalanan mendaki gunung berakhir dengan baik.
Berorganisasi di mahasiswa pecinta alam itu sangat menantang dan dinamis. Kadang dituntut bermental sekeras baja untuk mempertahankan idealisme, terkadang juga harus melunakan baja tersebut untuk mengakui argumentasi orang lain yang lebih baik agar tetap bisa bekerjasama.
Tak ada guru yang baik selain pengalaman itu sendiri. Sebanyak-banyaknya membaca buku teori berorganisasi jika tidak diaplikasikan tetap hasilnya nol besar. Tetapi jika sudah membaca teori berorganisasi, teori kepemimpinan, kemudian mengaplikasikannya di organisasi mahasiwa pecinta alam, maka lengkaplah kemampuan secara teori dan praktik.
Tak ada guru yang baik selain pengalaman itu sendiri. Sebanyak-banyaknya membaca buku teori berorganisasi jika tidak diaplikasikan tetap hasilnya nol besar. Tetapi jika sudah membaca teori berorganisasi, teori kepemimpinan, kemudian mengaplikasikannya di organisasi mahasiwa pecinta alam, maka lengkaplah kemampuan secara teori dan praktik.
Pendidikan dasar sejatinya menumbuhkan jiwa-jiwa yang tangguh, bermental baja dan mandiri. Seperti tekad Gandawesi! Ini adalah tentang menumbuhkan generasi yang peduli lingkungan, peduli kepada sesama, cinta tanah air dan bangsa. Salam hormat dari saya untuk Bang Yos dari Kopasus untuk percikan semangat dan kolaborasi yang indah!
Pendidikan Dasar Pecinta Alam Untuk Samagata, Samahita, Samala! (iden wildensyah) |
Cerita tentang pendidikan dasar bisa dilihat juga disini
Minggu, Oktober 23, 2016
Gadis dan Hujan
IDENOktober 23, 2016Bandung, Buku, Cerita, Cerita Pendek, cerpen, Hujan, Indonesia, kehidupan, Keindahan, Kerinduan, Menanti Hujan
Tidak ada komentar
Di sebuah kafe di kota kecil, seorang gadis duduk di pojok ruangan. Di tangannya sebuah buku yang berjudul The Man Who Love Books Too Much, tampak asyik tidak terganggu lalu lalang pengunjung yang datang silih berganti. Sesekali ia berhenti untuk menyeruput kopi yang tersedia di mejanya.
Meja di pojok itu kecil, terbuat dari kayu jati dengan gurat-gurat yang masih alami. Dua kursi nyaman yang senada dengan warna kayu dibuat agar pengunjung nyaman mendudukinya. Satu kursi kosong, sepertinya ia sediakan untuk temannya. Bisa jadi teman lelakinya atau teman perempuannya. Ia sedang menunggu seseorang yang akan datang sore itu.
Di luar, air hujan jatuh membasahi jalanan. Lalu lalang angkot yang membawa penumpang tak berhenti di depan kafe itu. Hujan makin deras. Angin bertiup kencang dan suhu terasa makin dingin. Tanpa pendingin ruangan saja, suhu sudah teras dingin.
Di raihnya tas ransel yang ia simpan di samping kursinya, lalu ia ambil sweater. Dingin membuat ia harus memakai baju hangat. Bukunya masih terbuka, ia lepaskan dari tangannya sebentar kemudian ia letakan di atas meja. Baju hangat kini ia pakai. Sebentar ia urai rambut panjangnya yang kusut saat mengenakan baju hangat tadi dengan tangannya. Ia raih kembali buku yang tadi ia simpan di atas meja. Kembali ia tenggelam dalam bukunya.
Hujan masih terus mengguyur kota, orang-orang berteduh di pelataran toko, di halte angkot, di terminal, dan tempat-tempat yang cukup aman untuk berlindung dari derasnya air hujan.
Hampir 2 jam lebih, gadis itu masih asyik dengan buku di tangannya. Seseorang yang ia nantikan belum datang jua. Ia masih tetap berharap seseorang menemaninya membaca buku sore itu. Hujan belum juga reda dan seseorang masih tertahan langkahnya, entah berada dimana.
[Bulan Indah Januari]
Menunggumu yang tak jua datang ketika hujan terus mengguyur |
Di luar, air hujan jatuh membasahi jalanan. Lalu lalang angkot yang membawa penumpang tak berhenti di depan kafe itu. Hujan makin deras. Angin bertiup kencang dan suhu terasa makin dingin. Tanpa pendingin ruangan saja, suhu sudah teras dingin.
Di raihnya tas ransel yang ia simpan di samping kursinya, lalu ia ambil sweater. Dingin membuat ia harus memakai baju hangat. Bukunya masih terbuka, ia lepaskan dari tangannya sebentar kemudian ia letakan di atas meja. Baju hangat kini ia pakai. Sebentar ia urai rambut panjangnya yang kusut saat mengenakan baju hangat tadi dengan tangannya. Ia raih kembali buku yang tadi ia simpan di atas meja. Kembali ia tenggelam dalam bukunya.
Hujan masih terus mengguyur kota, orang-orang berteduh di pelataran toko, di halte angkot, di terminal, dan tempat-tempat yang cukup aman untuk berlindung dari derasnya air hujan.
Hampir 2 jam lebih, gadis itu masih asyik dengan buku di tangannya. Seseorang yang ia nantikan belum datang jua. Ia masih tetap berharap seseorang menemaninya membaca buku sore itu. Hujan belum juga reda dan seseorang masih tertahan langkahnya, entah berada dimana.
[Bulan Indah Januari]
Selasa, September 27, 2016
Inilah Alasan Mengapa Nonton PON XIX Bersama Anak Sangat Baik
IDENSeptember 27, 2016Bandung, Inspirasi, Inspirasi Mendidik, Olahraga, PON, Sekolah, Sekolah Alternatif, Sekolah Waldorf, Sekolah Waldorf di Bandung
Tidak ada komentar
PON XIX yang sedang di Jawa Barat sekarang ini sangat
menarik untuk diikuti. Melewatkan begitu saja hanya akan membuat penyesalan
dikemudian hari. Beberapa sekolah mengajak anak-anak didiknya untuk menyaksikan
langsung pertandingan. Sengaja menetapkan jadwal jauh-jauh hari untuk dapat
mendukung team dari daerahnya. Ada juga beberapa sekolah yang tetap pada jadwal
biasa, melewatkan setiap moment langka yang hanya berlangsung setiap 4 tahun
sekali.
Sangat disayangkan jika tidak bisa menyempatkan diri untuk
menyaksikan langsung bersama anak-anak karena banyak sekali pembelajaran yang
bisa didapatkan anak selama penyelenggaraan pertandingan PON berlangsung.
Menonton Pertandingan Olahraga Bersama Anak |
Inilah beberapa pelajaran penting yang bisa didapatkan jika
membawa anak didik nonton PON secara langsung:
1. Mengajarkan arti berusaha sungguh-sungguh untuk
meraih prestasi
Setiap atlet yang bertanding adalah pilihan terbaik dari
setiap daerah yang bertanding. Ada jutaan orang yang tercatat sebagai penduduk
tetapi hanya puluhan atau ratusan orang yang terpilih untuk menjadi utusan
daerah. Mereka yang bertanding membawa gengsi daerah, mereka bekerja keras
untuk memenangkan setiap pertandingan. Pelajaran kesungguhan dalam berusaha ini
akan menjadi inspirasi untuk anak didik yang menonton.
2. Mengajarkan arti bekerja sama untuk meraih
prestasi
Beberapa cabang olahraga yang dipertandingan bersifat
individual, tetapi yang lainnya berkelompok. Pertandingan seperti beladiri
tinju, karate, bulutangkis, tenis meja, kelompok individu dan kelompok beregu.
Sementara olahraga seperti sepakbola, baseball, softball, hockey, bola volley
adalah kelompok olah raga yang membutuhkan kerjasama antar individu.
3. Mengajarkan sportivitas
Sportivitas adalah hal penting yang harus dimiliki oleh
anak-anak. Sportivitas bisa dalam bentuk menerima kekalahan dan tetap rendah
hati ketika meraih kemenangan. Menjunjung tinggi sportivitas sangat penting
karena akan menjadi modal dasar untuk anak-anak dalam bertindak dan berteman dengan
siapapun baik di sekolah atau di luar sekolah.
4. Menunjukan kesenangan beraktivitas di luar dengan
mendukung team kesayangan
Hadirnya gadget tak bisa dipungkiri membuat anak-anak
terkurung dalam dunia sendiri. Mereka jadi asyik sendiri dengan mainan elektroniknya.
Nah, membawa anak ke stadion olah raga untuk mendukung team kesayangan akan
membuat anak-anak mendapat pengalaman yang menyenangkan. Merasakan keasyikan
bernyanyi bersama-sama di dalam stadion adalah pengalaman yang tidak akan
terlupakan.
Masih banyak lagi sebenarnya nilai-nilai pembelajaran yang
bisa didapatkan selama nonton langsung pertandingan terutama untuk
anak-anaknya. Jadi, para guru sekolah, ayo ajak anak didikmu untuk menonton
langsung pertandingan. Untuk orangtua, menonton pertandingan bersama anak akan
terasa sangat menyenangkan. Ayo nyanyi bersama-sama di stadion dan rasakan
keasyikannya!
Sabtu, September 03, 2016
Senangnya di Sekolah Prima
IDENSeptember 03, 2016Bandung, Pendidikan Alternatif, Sekolah, Sekolah Alternatif, Sekolah Manusia
Tidak ada komentar
Sinar matahari menyelusup di antara dedaunan. Di lapangan terbuka, sinar matahari pagi itu memberikan kehangatan tersendiri. Beberapa anak sudah masuk ke dalam kelas masing-masing. Terdengar riuh rendah di dalam kelas yang begitu hangat. Guru sedang membimbing baca Al Quran. Beberapa siswa membaca sendiri secara mandiri.
Ruang kelas yang cukup untuk menampung anak-anak untuk selalu berdekatan itu sangat terasa nyaman. Udara dingin di luar tidak akan terasa ketika mereka berkumpul. Kehangatan langsung terasa dari dalam kelas. Hangat karena suasana yang menyenangkan.
Kursi dan meja tertata dengan rapi. Di setiap dinding kelas terdapat banyak sekali karya anak-anak. Gambar serta karya-karya lainnya seolah menyambut setiap anak dengan pertanyaan "Apa yang bisa kita buat hari ini? Karya apa yang akan kau buat hari ini?" Sebuah sapaan kreatif untuk mengajak anak-anak mandiri membuat sesuatu.
Suasana di Sekolah Prima (iden wildensyah) |
Yah, berkarya membuat anak mandiri. Berkarya membuat anak belajar utuh tentang segala sesuatu yang dipelajari. Bisa jadi, anak tidak menyadari pelajaran yang sedang di pelajarinya saat ia berkarya. Terlebih misalnya ketika anak sudah tenggelam dalam karyanya atau juga dalam kegiatannya.
Sekolah Prima atau SD Prima yang merupakan kependekan dari Sekolah Dasar Peradaban Insan Mulia terletak di Kota Cimahi. Saya menyebutnya sebagai sekolah alternatif. Terlebih, dalam beberapa tahun ini kegiatan saya di sekolah-sekolah alternatif di Kota Bandung. Saya menyukai konsep-konsep sekolah alternatif ini karena meyakini bisi menjadi tonggak perbaikan sistem pendidikan nasional.
Proses mendekatkan konsep pendidikan yang menyenangkan di SD Prima yang saya catat misalnya membuat semacam tantangan mingguan yang dikeluarkan (diterbitkan) setiap jumat. Anak secara mandiri diajak untuk mencari tahu, mengkaji hal-hal yang sudah dipelajari di sekolah dan belajar di rumah. Tantangan ini sangat menarik karena melibatkan banyak pengetahuan. Anak diajak untuk kreatif mengemas, mencari atau mengeksplorasi setiap hal yang menjadi tantangannya.
Ruang kelas yang dibuat ramah memungkinkan anak untuk merasa nyaman saat berada di sekolah. Bukan lagi seolah berada di dalam ruang yang kotak begitu-begitu saja. Atau sebagian orang menyebutnya sedang berada dalam penjara kelas. Di Sekolah Prima tidak demikian. Ruang kelas begitu terasa nyaman dan mengasyikan untuk belajar.
Perbaikan Sistem Pendidikan Nasional
Sekolah alternatif yang tumbuh subur di kota-kota besar di Indonesia sesungguhnya bisa menjadi angin segar untuk pendidikan Indonesia yang kadung akut sekali masalahnya. Sekolah alternatif berarti memberikan alternatif, cara-cara pendekatan pendidikan yang lebih manusiawi, lebih mudah diserap anak-anak dibandingkan sekolah umum yang sudah lama berdiri.
Nyaman di dalam kelas SD Prima (Iden Wildensyah) |
Beberapa sekolah alternatif berani untuk melakukan revolusi dalam pendekatan pendidikannya. Misalnya mengubah cara pandang pendidikan yang gaya bank (Paulo Preire dalam bukunya Pendidikan Kaum Tertindas menjelaskan lebih detail tentang gaya bank ini). Pendidikan di sekolah alternatif tidak lagi melihat murid sebagai benda pasif yang tidak berdaya. Di sini saya melihat banyak sekali pendekatan sekolah alternatif yang memanusiakan manusia lewat diskusi-diskusi, kedekatan guru dan siswa, kedekatan guru dan orangtua, serta masyarakat pada umumnnya.
Sekolah bukan lagi menara gading yang jauh dari realitas masyarakat. Sekolah menjadi bagian dari masyarakat itu sendiri.
Masalah-masalah masyarakat kemudian didekatkan dengan cara yang elegan untuk mencari solusinya. Di sisi praksis ini misalnya mengajarkan anak-anak terjun langsung bertani, mengolah tanah, mengolah kayu, mengolah karya-karya kreatif lainnya untuk membuat anak didik menjadi mandiri dan mampu berdaya dikemudian hari.
Tentu saja tantangan pendidikan alternatif ini adalah standarisasi. Beberapa sekolah alternatif banyak yang kemudian akhirnya tunduk pada sistem pemerintahan karena berbagai hal seperti keharusan mengikuti akreditasi. Sekolah alternatif yang awalnya mampu menyeimbangkan kreativitas dengan kurikulum nasional akhirnya tidak berdaya untuk kembali mengikuti cara-cara pendidikan di sekolah-sekolah pada umumnya. Misalnya dengan sistem penilaian, raport, seragam sekolah, fasilitas sekolah sesuai yang tertera di dokumen akreditasi.
Walaupun demikian, ada juga sekolah-sekolah alternatif yang mampu menyeimbangkan antara kemauan dinas pendidikan dengan tetap mempertahankan idealisme sekolah alternatif yang sudah mengakar sebelumnya. Nah, saya yakin Sekolah Prima termasuk salah satu sekolah alternatif yang mampu menyeimbangkan hal tersebut dengan baik.
Selasa, April 12, 2016
Sampah Jadi Berkah, Belajar Dari Bank Sampah dan HL Ecomart
Gudang Bank Sampah Hijau Lestari (dok. Iden Wildensyah) |
Berdiri di kawasan perumahan Jalan Tubagus Ismail, HL Ecomart nama tempatnya. HL merupakan singkatan Hijau Lestari. Nah Hijau Lestari inilah yang mewadahi dan memelopori keberadaan minimarket ramah lingkungan ini. Dilihat dari informasi yang ada di www.hijaulestari.org, banyak sekali aktivitas lingkungan yang sudah dilakukan lembaga ini. Seperti pendidikan dan penyuluhan lingkungan yang meliputi cara menanam di lahan sempit, pemilaham sampah, dan masih banyak lagi.
Di lokasi HL Ecomart itu memang terbagi dalam beberapa sisi yang menarik. Ada gudang pemilahan sampah, saung kreativitas, tempat koordinasi, minimarket, dan beberapa sudut hidroponik dengan berbagai jenis sayuran. Memasuki gudangnya, di sana terdapat alat press sampah untuk mengemas dengan sempurna. Alat ini ada yang manual dan ada juga yang sudah memakai mesin.
Biodigester di HL Ecomart (Iden Wildensyah) |
Yang lebih menarik, listrik yang dihasilkan melalui genset tersebut dalam waktu yang dekat akan disimpan dalam powerbank hybrid. Dengan demikian, jumlah pasokan listrik akan semakin banyak dan bisa diperuntukkan untuk kepentingan lain.
Bank Sampah
Bank sampah adalah suatu tempat yang digunakan untuk mengumpulkan sampah yang sudah dipilah-pilah. Hasil dari pengumpulan sampah yang sudah dipilah akan disetorkan ke tempat pembuatan kerajinan dari sampah atau ke tempat pengepul sampah. Bank sampah dikelola menggunakan sistem seperti perbankkan yang dilakukan oleh petugas sukarelawan. Penyetor adalah warga yang tinggal di sekitar lokasi bank serta mendapat buku tabungan seperti menabung di bank.
Jenis Sampah Yang Bisa Ditabung
Jenis sampah yang bisa di tabung (iden wildensyah) |
Setelah selesai melakukan melihat-lihat aktivitas di HL Ecomart, sayapun kemudian membuka rekening dengan menjadi nasabah di Bank Sampah Hijau Lestari. Ini menjadi gerakan untuk mengubah cara pandang kita terhadap sampah. Sampah kini bukan lagi menjadi masalah, sampah kini menjadi berkah.
HL Ecomart, minimarket kreatif (Iden Wildensyah) |
HL Ecomart (Iden Wildensyah) |
Gudang Bank Sampah Hijau Lestari (Iden Wildensyah) |
Tempat kumpul untuk rapat, koordinasi, atau penyuluhan (Iden Wildensyah) |
Komunitas Pengrajin Daur Ulang Sampah (Iden Wildensyah |
Buku Tabungan Bank Sampah Hijau Lestari (Iden Wildensyah) |
Rabu, Maret 23, 2016
Taman Kota dan Interaksi Warga
Teras Cikapundung (dok. Iden Wildensyah) |
Setiap sore dan pagi, di taman kota tersebut penuh dengan aktivitas warga yang berolahraga dan aktivitas lainnya. Olah raga yang melibatkan banyak orang seperti bola volley, futsal, atau olah raga yang cukup dilakukan berdua seperti badminton tersedia di tiap taman kota. Untuk yang individual juga ada seperti berlari, kebugaran dengan alat bantu yang ada di tiap sudutnya.
Tak hanya itu, ada juga senam aerobik, dansa, Tai Chi, dan masih banyak lagi permainan yang dilakukan orang kota di Saigon. Mereka berinteraksi satu sama lain. Jika sudah malam, semua beranjak pulang. Dengan handuk di pundak keringat mengucur, mereka istirahat dan mandi dengan pikiran dan badan yang segar.
Taman Kota di Bandung
Warga Bandung bersyukur karena walikotanya seorang arsitek. Dengan sentuhan tangan dingin Ridwan Kamil, kini sudah mulai bertambah banyak taman-taman kota yang bisa diakses warganya. Dengan tema-tema khusus untuk tiap taman kota, tentu mengundang warga untuk mendatanginya. Misalnya taman superhero, taman olahraga, taman satwa, dan masih banyak lagi taman tematik di Kota Bandung.
Mengubah bentuk taman yang tadinya kaku menjadi dinamis ternyata mampu menarik respon yang positif dari warga kota. Sebut saja taman balaikota yang awalnya terlihat kaku dan berjarak, kini jadi dinamis dan tak berjarak dengan warganya. Lihat saja hampir setiap akhir pekan banyak warga yang bermain di taman kota tersebut.
Taman kota lainnya yang menarik banyak perhatian di media sosial atau media lainnya adalah teras Cikapundung. Taman kota di sisi sungai Cikapundung ini menarik antusiasme warga untuk mengunjunginya. Dengan sentuhan arsitek yang bagus, wilayah yang tadinya terlihat kumuh kini menjadi taman yang indah.
Sayangnya, pengelolaan taman kota tidak dibarengi dengan fasilitas umum lainnya seperti tempat parkir dan toilet umum. Banyak yang menyayangkan hal ini karena warga yang ingin menikmati kebersamaan dengan warga lainnya kadi terganggu karena minimnya fasilitas umum di taman kota.
Walaupun demikian, kehadiran taman kota-taman kota di Kota Bandung buat saya sangat patut diapresiasi karena tak membangun taman kota itu tak semudah membalikan tangan. Banyak sekali rintangan dan godaan kepada pelaksana yang melaksanakan proses konstruksi di lapangan. Untuk itu, sebagai warga kota yang baik, selayaknya kita menjaga aset Kota Bandung yang sangat berguna sebagai bagian dari kepedulian kita terhadap lingkungan.
Rabu, April 15, 2015
Football Plus Arena di Bandung
IDENApril 15, 2015Bandung, Football, FootballPlus Arena, PERSIB, PERSIB Bandung, Sepakbola
Tidak ada komentar
Sebuah tempat bermain sepakbola yang sedang naik daun di Kota Bandung dan sekitarnya ini bernama Football Plus Arena. Bertempat di daerah Bandung Utara. Di komplek Graha Puspa, Parongpong Bandung. Suasana segar karena berada di ketinggian membuat latihan sangat terasa menyenangkan.
PERSIB Bandung sebagai klub sepakbola kebanggaan Jawa Barat sudah pernah menjajal lapangan Football Plus Arena ini. Hasilnya cukup mengesankan. Aliran bola dari kaki ke kaki sangat mulus berjalan. Demikian juga dengan pergerakan pemain dari satu posisi ke posisi lainnya yang sangat nyaman.
Bukan hanya PERSIB Bandung yang pernah menjajalnya, Klub Bandung yang kini menjadi bagian dari Kota Bekasi juga pernah mengalami saat-saat bermain dan berlatih di lapangan Football Plus Arena ini. Selalu mengatakan kesan yang baik setelah menjajalnya.
Maklum, rumput sintetis, lapangan yang rata, dan cuaca yang mendukung membuat permainan menjadi sangat nyaman. Jangankan bermain, menontonnya juga demikian, terasa sangat enak dipandang mata. Untuk melihatnya, bisa di cek tayangan di bawah ini:
Enak dilihatnya kan? kalau mau main, silahkan langsung menuju ke arena. Tentu dengan membayar terlebih dahulu dan yakinkan tidak bentrok dengan jadwal latihan dan jadwal yang sudah dibooking orang lain. Selamat bermain dan berolahraga dengan menyenangkan.
Football Plus Arena Bandung (iden) |
Bukan hanya PERSIB Bandung yang pernah menjajalnya, Klub Bandung yang kini menjadi bagian dari Kota Bekasi juga pernah mengalami saat-saat bermain dan berlatih di lapangan Football Plus Arena ini. Selalu mengatakan kesan yang baik setelah menjajalnya.
Maklum, rumput sintetis, lapangan yang rata, dan cuaca yang mendukung membuat permainan menjadi sangat nyaman. Jangankan bermain, menontonnya juga demikian, terasa sangat enak dipandang mata. Untuk melihatnya, bisa di cek tayangan di bawah ini:
Minggu, Februari 01, 2015
Kisah Tragis di Ladang Air
IDENFebruari 01, 2015Bandung, Cerita, Jurnalisme Investigasi, Jurnalistik, Kehausan di Ladang Air, PDAM, Resensi Buku
Tidak ada komentar
Sore itu selepas bergiat saya dikirimi buku yang berjudul Kehausan di Ladang Air. Penulisnya Zaky Yamani. Perasaan aneh karena tiba-tiba ia menitipkan buku lewat Rieta yang kemudian diterima istri sebelum sampai ke tangan saya. Saya tidak mengenal secara pribadi. Saya hanya mengenalnya pada beberapa tulisan di Pikiran Rakyat terutama saat memuat laporan khusus tentang sungai Citarum yang belakangan diketahui tulisannya itu meraih penghargaan.
Lewat buku Kehausan di Ladang Air, Zaky banyak bercerita tentang betapa pelik dan penuh dinamikanya sebuah air bersih. Kuasa mafia dan praktik kotor lapangan misalanya mempermainkan meteran warga adalah bagian kecil yang muncul ke permukaan. Lebih dalam lagi ada banyak pemain-pemain yang bertarung di Ladang Air ini. Disingkap begitu lugas oleh Zaky Yamani agar masyarakat tahu tentang betapa kotornya permainan para mafia air ini.
Masyarakat berhak tahu informasi di era keterbukaan ini. Bisa jadi hadirnya buku Kehausan di Ladang Air ini, Zaky hendak mendidik warga kota untuk kritis. Hadirnya sebagai bentuk agar masyarakat melek dan reformasi birokrasi bisa terjadi. PDAM mampu menyediakan air bersih untuk warga Kota Bandung terlaksana dengan baik dan adil.
Dituliskan dengan gaya yang mengalir dan enak dibaca. Mengikuti setiap lembarannya seperti membaca sebuah kisah detektif. Ada kepenasaran yang muncul untuk meresapi setiap proses yang terjadi dalam buku tersebut. Misalnya siapa pelaku yang harus bertanggungjawab atas hilangnya air di Kota Bandung. Hilang dalam artian tidak tercatat masuk dalam kalkulasi PDAM tetapi mengalir ke individu-individu yang tidak bertanggungjawab. Praktik kotor yang merugikan negara dan juga masyarakat secara umum.
Ingatan saya langsung melayang pada keadaan beberapa tahun yang lalu saat air sulit kemudian datang beberapa petugas ke rumah yang seenaknya mengganti meteran tanpa jelas. Beberapa bulan kemudian datang tagihan sampai satu juta lebih. Sesuatu yang tidak masuk akal karena berbeda jauh dengan biaya rutin yang dibayarkan. Seandainya saja tidak diurus ke Jalan Badak Singa waktu itu, kehilangan air yang harus dibayarkan kami akan semakin besar.
Jurnalisme investigasi Zaky Yamani dalam bukunya Kehausan di Ladang Air mengingatkan saya pada sosok jurnalis yang malang melintang di dunia investigasi seperti Andreas Harsono. Zaky Yamani menulis dengan sangat baik dan wajarlah jika berhasil mendapat apresiasi dari berbagai lembaga di dalam dan luar negeri.
Mari kita tunggu karya Zaky Yamani lainnya.
Lewat buku Kehausan di Ladang Air, Zaky banyak bercerita tentang betapa pelik dan penuh dinamikanya sebuah air bersih. Kuasa mafia dan praktik kotor lapangan misalanya mempermainkan meteran warga adalah bagian kecil yang muncul ke permukaan. Lebih dalam lagi ada banyak pemain-pemain yang bertarung di Ladang Air ini. Disingkap begitu lugas oleh Zaky Yamani agar masyarakat tahu tentang betapa kotornya permainan para mafia air ini.
Masyarakat berhak tahu informasi di era keterbukaan ini. Bisa jadi hadirnya buku Kehausan di Ladang Air ini, Zaky hendak mendidik warga kota untuk kritis. Hadirnya sebagai bentuk agar masyarakat melek dan reformasi birokrasi bisa terjadi. PDAM mampu menyediakan air bersih untuk warga Kota Bandung terlaksana dengan baik dan adil.
Dituliskan dengan gaya yang mengalir dan enak dibaca. Mengikuti setiap lembarannya seperti membaca sebuah kisah detektif. Ada kepenasaran yang muncul untuk meresapi setiap proses yang terjadi dalam buku tersebut. Misalnya siapa pelaku yang harus bertanggungjawab atas hilangnya air di Kota Bandung. Hilang dalam artian tidak tercatat masuk dalam kalkulasi PDAM tetapi mengalir ke individu-individu yang tidak bertanggungjawab. Praktik kotor yang merugikan negara dan juga masyarakat secara umum.
Ingatan saya langsung melayang pada keadaan beberapa tahun yang lalu saat air sulit kemudian datang beberapa petugas ke rumah yang seenaknya mengganti meteran tanpa jelas. Beberapa bulan kemudian datang tagihan sampai satu juta lebih. Sesuatu yang tidak masuk akal karena berbeda jauh dengan biaya rutin yang dibayarkan. Seandainya saja tidak diurus ke Jalan Badak Singa waktu itu, kehilangan air yang harus dibayarkan kami akan semakin besar.
Jurnalisme investigasi Zaky Yamani dalam bukunya Kehausan di Ladang Air mengingatkan saya pada sosok jurnalis yang malang melintang di dunia investigasi seperti Andreas Harsono. Zaky Yamani menulis dengan sangat baik dan wajarlah jika berhasil mendapat apresiasi dari berbagai lembaga di dalam dan luar negeri.
Mari kita tunggu karya Zaky Yamani lainnya.
Rabu, Januari 28, 2015
Menyaring Informasi
IDENJanuari 28, 2015Bandung, Cerita Anak, Guru, Kota Bandung, Pembelajaran Holisti, Pembelajaran Mengasyikan, Pendidikan Alternatif, Pendidikan Anak, Pendidikan Kreatif, Pendidikan Menyenangkan, Sekolah, Waldorf Inspired
Tidak ada komentar
Salah satu kemampuan anak-anak sekolah saat ini adalah menyaring informasi. Di tingkat dasar, anak-anak seminimalmungkin harus terbebas dari gempuran teknologi. Teknologi akan membuat anak-anak cepat terbangun dari tahapan usianya. Anak tercerabut dari keasyikan masa kecilnya.
Gempuran informasi itu hadir lewat teknologi. Dengan kemudahan yang ditawarkan sebuah benda bernama handphone, tablet, dan teknologi lainnya, informasi deras dijejalkan ke kepala anak-anak. Anak-anak bisa kecapean karena informasi yang bersaing masuk tanpa bisa dikendalikan. Hasilnya biasanya muncul dalam bentuk tantrum, cepat marah, stress, dan tak bisa diatur.
Arus informasi bisa disesakan antara informasi yang benar dan informasi yang tak benar. Ada juga informasi yang mendompleng kebenaran sebenarnya mengarah pada hal tak benar. Hoax adalah salah satu contohnya. Tak terkira banyaknya informasi hoax yang dibuat untuk menakut-nakuti pembaca.
Belum lagi virus akal budi atau dikenal dengan meme. Virus akal budi ini semula hanya berupa hiburan tetapi lama-lama secara tak sadar akan membuat bingung antar fakta dan bukan fakta. Antara kebenaran dan bukan kebenaran.
Untuk itu, kemampuan menyaring informasi di era teknologi ini sangat mendesak untuk diketahui banyak orang terutama kepada orangtua dan guru yang selalu berhubungan dengan anak-anak di sekolah. Anak yang mampu menyaring informasi dengan baik akan belajar maksimal di dalam kelasnya. Lebih menikmati saat ia mengikuti kegiatan bersama teman-temannya. Bisa bermain dengan ceria dan selalu segar untuk mencari pengalaman-pengalaman barunya.
Gempuran informasi itu hadir lewat teknologi. Dengan kemudahan yang ditawarkan sebuah benda bernama handphone, tablet, dan teknologi lainnya, informasi deras dijejalkan ke kepala anak-anak. Anak-anak bisa kecapean karena informasi yang bersaing masuk tanpa bisa dikendalikan. Hasilnya biasanya muncul dalam bentuk tantrum, cepat marah, stress, dan tak bisa diatur.
Lengkapi kemampuan menyaring informasi agar anak terhindar dari efek negatif internet |
Belum lagi virus akal budi atau dikenal dengan meme. Virus akal budi ini semula hanya berupa hiburan tetapi lama-lama secara tak sadar akan membuat bingung antar fakta dan bukan fakta. Antara kebenaran dan bukan kebenaran.
Untuk itu, kemampuan menyaring informasi di era teknologi ini sangat mendesak untuk diketahui banyak orang terutama kepada orangtua dan guru yang selalu berhubungan dengan anak-anak di sekolah. Anak yang mampu menyaring informasi dengan baik akan belajar maksimal di dalam kelasnya. Lebih menikmati saat ia mengikuti kegiatan bersama teman-temannya. Bisa bermain dengan ceria dan selalu segar untuk mencari pengalaman-pengalaman barunya.
Rabu, Oktober 08, 2014
Cukul
IDENOktober 08, 2014#Bloodmoon, #Wednesday, Bandung, Bandung Selatan, Indonesia, Jalur Selatan Jawa Barat, Traveling
Tidak ada komentar
Ada satu daerah di Bandung Selatan yang cukup menarik untuk dikunjungi. Terutama mereka yang suka jalan-jalan menyusuri perkebunan teh, merasakan kesegaran udara pegunungan, dan indahnya danau.
Bandung Selatan selain perkebunan teh di Ciwidey dan Pangalengan, masih banyak lagi yang belum terungkap. Hal ini karena akses jalan menuju perkebunan yang seringkali tidak sebaik jalan jalan di perkotaan. Tetapi jangan khawatir jalur ke Cukul ini sangatlah baik. Jalanan mulus sampai lokasi. Kalaupun ada lubang-lubang sedikit itu hal wajar.
Saya melewati jalur selatan sebelum sampai di Cukul. Jalur yang tak biasa karena jalur selatan menuju Bandung biasanya mengikuti jalur umum. Ini berbeda, dengan semangat menyala, saya putuskan jalurnya berbeda.
Dari arah Garut Selatan, lurus ke arah barat menuju Pantai Rancabuaya. Jalanan sepanjang jalur selatan ini sekarang sudah bagus dibandingkan dua tiga tahun yang lalu. Dari Rancabuaya kemudian belok kanan ke arah Cisewu. Jalanan cukup menanjak dan menurun maka pastikan kendaraan anda prima. Tanjakan dan turunannya sangat curam dengan jurang di sisi kiri dan kanannya. Lebar jalan juga sangat sempit, pada beberapa daerah kita harus melipir jika berpapasan dengan kendaraan dari arah sebaliknya.
Selesai melewati Cisewu selanjutnya jalanan cukup lebar pada saat mendekati daerah perkebunan teh. Cuaca yang cerah membuat pemandangan sekitar sangat indah. Nah di perkebunan ini salah satu puncaknya kita bisa menikmati kantor afdeling Cukul. Di tengah kebun teh dengan danau di lembahnya. Sejenak beristirahat di Cukul sambil menghirup udara segar dan meredakan ketegangan setelah melewati tanjakan dan turunan yang curam. Ada penjual baso yang enak yang bisa kita nikmati setelah 'gogoleran'. Jangan lupakan merekem kenangan. Spot di Cukul sangat menarik untuk para penyuka fotografi.
Selasa, Oktober 07, 2014
Sudahi
Kering kerontang rumput
Menguning lesu setiap saat
Panas ini menusuk kulit
Menyayat perasaan yang sakit
Mengingat pada mereka yang kuat
Bertahan dalam penat
Ada kesegaran pada tiap daun
Yang tak jatuh berguguran
Bersatu saling menguatkan
Memberi kehidupan pada tanaman
Setiap saat mengingatkan
Kemarau ini, Tuhan
Semoga menjadi pengingat kekuasan
Tak ada yang lebih besar darimu, Tuhan
Inilah kuasamu
Sebuah kondisi tak menentu
Air yang terasa menjauh
Tetaplah didekatku
Karenamu yang selalu ada dimanapun
Aku, kita, dan semuanya hari ini merindu
Sebuah hujan yang turun
Untuk kesegaran, sudahi sampai disini kemarau!
Senin, Juni 16, 2014
Lelaki dan Hujan
IDENJuni 16, 2014Bandung, Bermain, Cerita Pendek, cerpen, Hujan, Indonesia, Menanti Hujan
Tidak ada komentar
Di sudut sebuah pertokoan di jalan Dago, Bandung, seorang lelaki berdiri dengan buku di tangannya. Hujan deras membuatnya menyingkir masuk ke pelataran toko. Awalnya ia berdiri di halte angkutan kota, menunggu sebuah angkot yang sesuai dengan tujuannya.
Ia hendak pergi menuju sebuah kafe untuk menemui kekasihnya, seorang perempuan yang sangat ia sayangi. Hujan, ia menengadah ke atas sebentar melihat kemungkinan untuk jalan. Angin dan petir datang silih berganti. Deras sekali hujan yang turun sore itu. Tak mungkin ia berjalan dalam hujan sederas sore itu.
Dari toko mengalun musik Waiting On The Rainny Street kemudian dilanjutkan dengan alunan musik Ray Jung Promise. Suasana semakin bertambah kerinduannya saat mengalun suara halus Chrisyse, Merepih Alam. Lelaki masih tertahan karena hujan semakin deras. Buku TheWitch Of Portobelo di tangannya masih tertutup. Perlahan ia buka kemudian ia baca.
Lalu lalang kendaraan tak berhenti sekalipun hujan. para pengendara motor yang menerobos hujan menggunakan jas hujan untuk mengejar cepat sampai tujuannya. Terkadang, waktu dan tugas yang harus cepat diselesaikan membuat para pemotor rela menerjang hujan.
Lelaki dengan buku di tangannya, masih tertahan di pojok pertokoan. Ia tampak gelisah, gadis pujaan hatinya menunggu di sebuah kafe. Tetapi hujan menghentikan langkahnya. Ia berharap hujan berhenti sejenak agar ia bisa secepatnya berlari menuju kafe dimana seorang gadis sedang menunggunya.
Umbrella (thefabweb.com) |
Dari toko mengalun musik Waiting On The Rainny Street kemudian dilanjutkan dengan alunan musik Ray Jung Promise. Suasana semakin bertambah kerinduannya saat mengalun suara halus Chrisyse, Merepih Alam. Lelaki masih tertahan karena hujan semakin deras. Buku TheWitch Of Portobelo di tangannya masih tertutup. Perlahan ia buka kemudian ia baca.
Lalu lalang kendaraan tak berhenti sekalipun hujan. para pengendara motor yang menerobos hujan menggunakan jas hujan untuk mengejar cepat sampai tujuannya. Terkadang, waktu dan tugas yang harus cepat diselesaikan membuat para pemotor rela menerjang hujan.
Lelaki dengan buku di tangannya, masih tertahan di pojok pertokoan. Ia tampak gelisah, gadis pujaan hatinya menunggu di sebuah kafe. Tetapi hujan menghentikan langkahnya. Ia berharap hujan berhenti sejenak agar ia bisa secepatnya berlari menuju kafe dimana seorang gadis sedang menunggunya.
Kamis, April 17, 2014
Solpatu
IDENApril 17, 2014Bandung, Cerita, Cerita Anak, Cerita Pendek, cerpen, Indonesia, kehidupan, Manusia, Sol Sepatu
Tidak ada komentar
"Solpatuuuuu!" Demikian saya memasarkan jasa. Saya adalah tukang sol sepatu. Nama saya Dedi tapi orang-orang lebih suka memanggil saya Ujang. Mungkin karena usia saya yang masih kecil, orang sunda memanggil anak kecil dengan "Jang, ujang". Tak apa, saya senang dipanggil ujang. Rasanya sangat akrab kalau ada orang panggil saya ujang. Mulai dari para pedagang di stasiun, kernet elf, kernet angkot di terminal semuanya memanggil saya, ujang.
Awalnya saya nongkrong di statsiun kota. Saya menawarkan jasa semir sepatu. Lama kelamaan pengguna jasa semir sepatunya berkurang. Mungkin orang sudah jarang memakai sepatu kulit seperti yang dulu pernah trend. Bergantilah saya menjadi tukan sol sepatu.
Sepatu (www.deviantart.com) |
Bapak saya mewarisi keahliannya. Lewat bapak, saya belajar menjahit dasar sepatu yang terlepas. Dari yang kecil-kecil dan mudah lalu saya beranjak ke sepatu yang agak rumit. Rumit dalam arti solnya kuat dan butuh tenaga lebih untuk menusukkan jarumnya. Bersyukur, serumit-rumitnya saya masih bisa menyelesaikan. Jikapun tidak, saya bawa pulang ke rumah kemudian saya kerjakan di rumah saat tenang. Yah, pekerjaan ini juga butuh ketenangan. Saya tak bisa terburu-buru. Jarum, benang, dan karet sepatu adalah benda yang berbahaya. Seandainya salah menekan bisa merobek kulit sepatu atau malah kulit tangan saya yang kena tusukan jarumnya.
Setiap hari saya berkeliling komplek. Dari satu komplek perumahan ke komplek perumahan lainnya. Berharap ada penghuni yang menggunakan jasa saya. Tak pernah mengeluh, saya jalani hari selalu dengan pengharapan yang lebih baik kepada Tuhan. Selalu berpikir positif kepada Tuhan bahwa rejeki akan datang kepada saya. Iya, saya punya alasan. Saya bekerja untuk orang lain. Saya bekerja dan memberikan jasa agar orang lain bisa nyaman lagi bersepatu. Setelah nyaman bersepatu, mereka bisa bekerja dengan tenang. Bisa mencari rejeki yang banyak untuk anak istri mereka. Hakekatnya seperti bekerja untuk diri sendiri, ternyata saya bekerja juga untuk kebaikan orang lain.
Saya senang menjalani keseharian ini. Demikian juga hal dengan seorang teman saya yang saya temui di komplek perumahan. Namanya Dadan, ia adalah sopir pribadi seorang direktur. Saya kenal karena ia pernah menggunakan jasa saya untuk memperbaiki sepatu majikannya. Sepatu Dadan pun pernah saya sol. Ia begitu menikmati hari-hari sebagai sopir pribadi.
Jumat, April 04, 2014
Bandros Mang Ihin
IDENApril 04, 2014Banderos, Bandros, Bandung, Cerita Anak, Cerita Pendek, cerpen, kehidupan, Manusia
Tidak ada komentar
Senang rasanya saat mendengar Banderos menjadi salah satu
ikon kota Bandung. Bagaimana tidak, banderos atau bandros adalah jajanan yang
saya jual setiap hari. Oh iya, nama saya Ihin, anak-anak memanggil saya Mang
Ihin. Terutama anak-anak SD tempat saya nongkrong sudah mengenal saya dengan
sebutan Mang Ihin.
Bandros |
Masih sederhana, saya menggunakan dua tanggungan yang dipanggul dengan rancatan. Masih menggunakan kompor dengan arang untuk membuat
bandros.
Pagi-pagi sekali saya mencari bahan-bahan untuk membuat
bandros ke pasar. Saya bertemu banyak orang, ada yang membeli sayuran, makanan,
dan berbagai macam barang segar di warung. Bandros merupakan salah satu jajanan
yang banyak ditemui di daerah Jawa Barat. Saya jualan bandros juga turun
temurun dari kakek dan ayah. Dulu mereka jualan dan sekarang giliran saya.
Membuat bandros itu tidak sulit, walaupun pada awalnya saya
mencoba, rasanya selalu ada yang kurang. Cara membuatnya adalah dengan mencampur
kelapa parut, tepung beras dan garam, lalu tuang santan sedikit demi sedikit
sambil diaduk hingga tercampur rata. Setelah itu panaskan cetakkan bandros,
olesi dengan sedikit minyak, tuang adonan ke dalam cetakan hingga penuh,
kemudian tutup.
Oh iya, nih saya beri resepnya 3/4 sdm garam halus, 2 sdm
minyak goreng untuk olesan, 30 gram gula pasir (untuk taburan saat penyajian),
650 ml santan kelapa, 250 gram tepung beras, 100 gram kelapa parut. Kelapa parut
ini diperas sedikit.
Nah setelah itu baru panggang di atas bara api kecil hingga
matang dan di kedua sisinya garing, angkat. Bandro siap saya jual kepada
pembeli di perumahan atau di sekolah-sekolah dasar tempat biasa saya nangkring.
Saya berangkat setiap jam 8 pagi. Menjelang anak-anak
istirahat yaitu pukul 9.00 sampai 10.00. bahkan saya bisa menunggu sampai pukul
13.00 berharap masih ada yang mau membeli menjelang mereka pulang ke rumah.
Setelah sekolahan bubar, saya berjualan di perumahan. Melewati
gang-gang kecil lalu tunggu sebentar. Di lapangan atau bersyukur jika ada
keramaian, saya bisa lama nongkrongnya. Keramaian yang memancing banyak orang
berdatangan bisa menjadi rejeki buat saya. Paling tidak saya bisa menjual
banyak di saat-saat seperti itu.
Saya senang menjalani keseharian ini. Buat saya, menjual
bandros itu bukan hanya usaha tetapi lebih dari itu, saya melestarikan makanan
lokal. Yah, makanan lokal tersebut sekarang tergerus oleh makanan-makanan dari
luar. Anak-anak sepertinya mulai meninggalkan makanan tradisional karena menganggap
kuno dan ketinggalan jaman. Tapi saya masih yakin, ada banyak orang yang tetap
menginginkan bernostalgia dengan makanan seperti bandros yang saya jual ini.
Salah satu orang yang selalu menjadi langganan saya adalah
Mang Udin. Ia sering nongkrong dekat kantor wilayah. Ia dan temannya seperti
rindu masa kecil, rindu kampung halamannya kalau sedang mencicipi bandros saya.
Mang Udin adalah buruh tukang gali yang sudah lama menjalani profesinya.
Minggu, Februari 09, 2014
Crafty Day
Sudah beberapa kali saya datang ke ajang tahunan, crafty day. Sekarang sudah memasuki yang ke delapan, crafty day 8.
Senang rasanya setiap kali datang, selain membeli tetapi juga mencari inspirasi berkarya. Beraneka rupa produk karya yang menarik ada di crafty day.
Dari mulai pernak-pernik hiasan sampai aksesoris untuk rumah tersedia di crafty day yang diselenggarakan di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung ini.
Ada juga workshop, mendongeng berkarya sama fotografi. Yang fotografi saya gak tahu lengkapnya. Kedua workshop ini sangat menarik karena melibatkan pendidikan yang menyenangkan. Terutama dongeng, saya senang dengan dongeng. Banyak hal yang menarik dari dongeng.
Nah, crafty day bisa jadi sebuah even besar dikemudian hari. Kayaknya tempatnya bisa lebih besar lagi dan peserta serta pengunjungnya akan semakin banyak lagi dikemudian hari. Saya senang dengan crafty day ini.
Sesi workshop dongeng dan berkarya
Jumat, Januari 03, 2014
Sekolah Waldorf
IDENJanuari 03, 2014Bandung, Bandung Waldorf Study Group, Guru, Pembelajaran Menyenangkan, Rudolf Steiner, Sekolah, Sekolah Waldorf, Sekolah Waldorf di Bandung
Tidak ada komentar
Sekolah ini adalah salah satu sekolah yang
menginspirasi saya selama bergiat. Banyak inspirasi mendidik yang saya ambil
referensinya dari sekolah ini.Sekolah Waldorf menjadi pilihan para petinggi perusahaan
teknologi di Silicon Valley.
Pendidikan Waldorf dikenal pula
sebagai Pendidikan Steiner. Sistem ini dikembangkan oleh Rudolf Steiner dari
Austria. Pendidikan di Sekolah Waldorf mementingkan imajinasi dan kreativitas
dalam pembelajaran. Misi sekolah ini adalah mendidik anak-anak agar menjadi
pribadi yang merdeka, utuh, dan memiliki tanggung jawab sosial. Guru dipandang
memiliki tugas suci membantu perkembangan jiwa dan rasa anak-anak. Setiap anak
dibantu agar mereka bisa mencapai yang terbaik sesuai potensi masing-masing.
Sekolah Waldorf di Thailand (iden wildensyah) |
Sejarah Sekolah Waldorf
Sekolah Waldorf di sebagian tempat
dikenal pula sebagai Sekolah Steiner, yang diambil dari nama Rudolf Steiner.
Sedangkan nama Sekolah Waldorf, diambil dari nama sekolah pertama yang
didirikan dan dikembangkan Rudolf Steiner. Sekolah itu dibangun di Kota
Stutgart, Jerman, tahun 1919. Sekolah itu dibangun untuk mendidik anak-anak
pekerja pabrik Waldorf-Astoria. Nama Sekolah Waldorf kemudian menjadi
trademark.
Sekolah Waldorf terus bertambah.
Hingga tahun 2011, sudah ada 1.003 Sekolah Waldorf di 60 negara. Serta, ada
lebih dari 2.000 pendidikan anak usia dini, 629 institusi untuk sekolah rumah,
dan sekolah luar biasa di seluruh dunia. Sekolah-sekolah itu merupakan sekolah
independen, namaun menerapkan model pendidikan yang dikembangkan oleh Rudolf
Steiner.
Teori Perkembangan Anak Menurut
Rudolf Steiner
Dalam prosesnya, pendidikan di
Sekolah Waldorf sangat menekankan pentingnya pendidikan berdasarkan jenjang
usia. Berikut ini tahap-tahap pembelajaran dalam sistem pendidikan Rudolf
Steiner.
- Pada masa awal kanak-kanak, pembelajaran lebih banyak didasarkan kepada pengalaman, peniruan, dan berbasis indra. Pembelajaran pun lebih banyak menggunakan kegiatan-kegiatan praktis.
- Pada masa usia sekolah dasar, pembelajaran bersifat artistik dan imajinatif. Pada tahap ini, pendekatan yang digunakan adalah membangun kehidupan emosional anak. Juga, mengembangkan ekspresi seni anak melalui serangkaian seni pertunjukan dan seni rupa.
- Pada masa remaja, pembelajaran ditekankan pada pengembangan pemahaman intelektual, juga gagasan-gagasan mulia seperti tanggung jawab sosial.
Sistem Pendidikan di Sekolah Waldorf
- Memupuk Kreativitas
Pembelajaran
di tingkat SD ditekankan kepada pemupukan daya imajinasi dan kreativitas anak.
Perkembangan emosi anak mendapat perhatian besar. Anak-anak mendapatkan banyak
ruang untuk berekspresi melalui berbagai bidang seni seperti seni drama, seni
musik, seni rupa, hingga seni suara. Untuk memupuk kreativitas, segala hal yang
dipandang menghambat kreativitas anak akan dijauhkan. Bukan hanya komputer,
tetapi juga televisi serta rekaman musik. Aktivitas di luar ruangan serta gerak
badan juga sangat dipentingkan.
2.
Keterampilan Diutamakan
Keterampilan
tangan para murid juga sangat diutamakan dalam pembelajaran ini. Misalnya
merajut, membuat keramik, menjahit dengan tangan, dan sebagainya. Bahkan,
pelajaran keterampilan masuk kurikulum sekolah. Mereka meyakini, keterampilan
tangan dapat melatih koordinasi antara mata dengan tangan. Juga belajar untuk fokus
dalam sebuah proses sejak membuat konsep hingga tahap penyelesaian.
3.
Cinta Bahasa Sebelum Bisa Membaca
Salah satu
keunikan lainnya adalah sebelum anak-anak bisa membaca, para guru lebih dulu
menumbuhkan kecintaan akan bahasa. Hal itu dibangun melalui bahasa lisan,
nyanyian, puisi, serta permainan. Termasuk saat guru mendongeng, anak-anak akan
menyimak dan belajar menjadi pendengar yang baik.
Selain bahasa
ibu, anak-anak diajarkan pula dua bahasa asing di tingkat dasar. Untuk sekolah
berbahasa Inggris, bahasa asing yang diajarkan adalah bahasa Jerman dan bahasa
Prancis atau Spanyol.
4.
Keterampilan Bersosialisasi
Murid-murid
juga diajarkan mengenai pentingnya memiliki rasa tanggung jawab sosial, rasa
hormat, dan kasih sayang, serta kemampuan bekerja sama. Diajarkan pula mengenal
perbedaan. Seperti di Afrika Selatan, saat politik apartheid masih
diberlakukan. Sekolah Waldorf justru memiliki murid warga kulit hitam maupun
kulit putih. UNESCO memiliki peran menyiapkan masyarakat untuk memasuki era
komunitas baru yang menyatu.
Sekolah
Waldorf di Thailand
Panyotai Waldorf School (dok. Iden Wildensyah) |
Saya
bersyukur punya kesempatan mengunjungi Sekolah Waldorf di Asia Tenggara yaitu
Thailand. Dua Sekolah Waldorf yang saya kunjungi adalah Tripat Waldorf School dan Panyotai Waldorf School
Inilah sedikit
catatan saya waktu mengungjungi kedua sekolah tersebut.
Salah satu hal yang
menarik dari sekolah ini adalah penggunaan kapur dan bentuk papan tulis yang
tidak konvensional. Bentuknya sangat artistik bisa dibuka tutup yang
memungkinkan anak-anak untuk menyerap materi dengan penuh kejutan-kejutan
menarik dari gurunya. Setiap bagian dalam papan tulis memiliki arti dan gambar
tersendiri. Yang patut diacungi jempol dari setiap ruangan dan papan tulis yang
saya lihat adalah kreativitas guru-gurunya dalam menampilkan gambar dan materi
yang menarik. Tidak rata-rata, tentu saja.
Para guru
membuat dengan kesungguhan dan cita rasa seni yang tinggi. Seperti menggambar
salah satu adegan dongeng yang menjadi pengantar untuk belajar anak-anak,
membuat komposisi warna pada pelajaran matematika dan pengenalan bidang datar,
dll. Sangat artistik dan terlihat bahwa seni adalah bagian tak terpisahkan dari
mengajar apapun. Inspirasi semangat ini yang perlu ditiru, saya senang melihat
dan merasakan secara langsung energi yang positif dalam menghantarkan
pembelajaran untuk anak-anak.
Di kedua sekolah
yang saya datangi, saya juga merasakan bahwa berkarya adalah keseharian mereka
dan mereka sangat menikmati saat-saat berkarya, saat merancang, dan saat
mengerjakannya. Berkarya adalah bagian pembelajaran yang menyenangkan dan
menaik.
Dalam berkarya,
anak-anak membuat karya individu dan kelompok. Berkarya bisa menjadi proyek
yang berdaya guna. Hasil karyanya bisa digunakan untuk aktivitas sehari-hari.
Baik karya kelompok atau juga karya individu, misalnya merajut untuk membuat
wadah dekoder. Lebih dalam lagi, merajut adalah bagian dari keterampilan untuk
membuat pakaian. Dalam membuat proyek, anak-anak berkarya sesuai jenjangnya.
Anak-anak yang lebih besar dengan kemampuan fisik dan motorik kasarnya yang
sudah terasah mampu membuat proyek yang besar untuk digunakan anak-anak jenjang
kecil. Misalnya membuat rangka kayu untuk permainan, rumah-rumahan dari kayu,
dsb.
Bersama guru di Tripat Waldorf School (dok. Iden Wildensyah |
Dalam berkarya
selanjutnya bisa disebut sebagai bagian dari proyek kelas.Proyek yang selalu
melibatkan anak-anak dan guru sebagai fasilitator. Pada sekolah yang saya
datangi, salah satu proyek besarnya adalah pembuatan ruangan untuk berkarya
dengan bahan kayu. Mulai dari meratakan tanah, membuat tiang-tiang penanda, dan
membuat pondasi, semua dikerjakan bersama-sama oleh guru dan anak-anak.
Anak-anak adalah pemeran utama dalam proyek ini, guru sebagai fasilitator
mengarahkan dan membimbing anak-anak untuk bisa menjalankan proyeknya dengan
baik.
Mari kita lihat
juga proyek di jenjang kelas 2, di sini saya melihat sebuah anyaman dari benang
berwarna-warni. Salah seorang guru yang saya temui merendah ketika ditanya itu
proyek spektakuler untuk anak-anak kelas 2. “Yah, tapi gak tahu kapan
selesainya” kata dia sambil bercanda. Proyek ini dikerjakan setelah mengerjakan
pekerjaan rutin sekolah lainnya misalnya mengerjakan lembaran kerja matematika.
Tiap anak yang berhasil duluan, boleh mengambil satu benang kemudian disulam
dengan cara mengikuti pola yang sudah ada sebelumnya. Proyek ini selain
mengajarkan ketekunan, kerapihan, dan ketepatan mengikuti pola juga mengajarkan
kreativitas dalam mengolah bahan benang. Anak-anak yang mengerjakan proyek itu
sangat menikmati prosesnya, mereka belajar untuk tenang dan mampu mengerjakan
sesuai instruksi tanpa harus terburu-buru ingin menyelesaikan pekerjaannya.
Sebagian sumber artikel ini diambil dari Koran Berani, 15 November 2011.