Ruang Sederhana Berbagi

Tampilkan postingan dengan label Cerita Pendek. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita Pendek. Tampilkan semua postingan

Rabu, Maret 22, 2017

Hei! Anak Baru Yang Manis Itu Namanya Ratna

Ah Ratna! Jika saja aku bertemu kamu saat masih SMA mungkin tidak akan menulis ini untukmu. Kamu yang cantik, kamu yang manis, anak baru pula. Tentu akan menarik banyak cowok-cowok satu sekolahan berebut perhatianmu. Bukan hanya cowok sekelasmu yang akan jatuh hati, terpikat oleh pesonamu tapi satu sekolahan. Catet! Satu sekolahan, Ratna! Mereka mengejarmu untuk mendapatkan cintamu.
Anak basket! Yah, mereka akan bersemangat mengejarmu seperti mereka berlomba mengejar bola kemudian lempar ke atas ring untuk mendapatkan point. Anak basket yang tinggi, putih, rambut belah tengah, dan wangi, akan berusaha menunjukkan kehebatannya di hadapanmu. 
Kamuuuu! Ratna! Anak baru yang datang dari Jakarta bersiaplah dinyinyirin sama para cheersleader yang udah mati-matian menarik perhatian cowok keren satu sekolahan. Mereka yang berjuang sejak masuk sekolah ketika kamu belum datang, pasti melirik tajam kehadiranmu, menyunggingkan mulut dengan lirikan sudut mata sambil mengumpat "hih! Anak baru gak tau diri!" 
Anak beladiri, anak musik, anak pecintaalam, dan anak-anak eskul lainnya akan mencoba peruntungannya dengan mendekatimu lewat cara-cara mereka. Lewat perhatian-perhatian yang mereka tampilkan ke hadapanmu.
Bersyukur! Kamu memilih Galih dari sekian banyak pilihan keren yang hadir tepat di depan matamu. Galih engkau rasakan berbeda daripada cowok-cowok lainnya. Yah, Galih memang berbeda dan kamu tepat memilih dia sebagai pacarmu. 
Kamu asyik menjalin hubungan dengan Galih yang mengirimimu lagu lewat mix tape, meraih manisnya masa remaja, mencumbu kehangatan satu sama lain, dan melukiskan indahnya hari-hari yang kalian lewati.
Di sudut lain yang duduk termenung dan hanya mengagumi kecantikanmu dari jauh itu aku! Aku yang tidak bisa meraihmu, menjangkau dengan tangan pendek dan langkah kecil, tak bisa menyelami kedalaman hatimu. Padahal, Ratna! Perlu kamu ketahui setiap hari tak bisa melepaskan ingatanku kepadamu. Pada manisnya senyumanmu, pada indahnya gerai rambut hitammu, pada wangi tubuhmu ketika lewat di hadapanku. Ah Ratna! Cukup aku mengetahui namamu saja. Anak baru yang manis, yang cantik seperti bidadari turun dari kahyangan, seorang perempuan yang diciptakan Tuhan ketika sedang tersenyum. Cukup aku tahu namamu saja, Ratna!


Share:

Jumat, Februari 10, 2017

Kisah Raja Awan dan Ratu Angin Yang Baik Hati

Suatu hari Raja Awan bersedih. Sudah lama ia tidak melihat keceriaan petani yang mengolah tanah. Raja Awan memanggil Ratu Angin. Mereka berbicara tentang petani yang kesulitan air.

Nun jauh di negeri seberang, ada pengganggu yang bernama Raja Awan Hitam. Dia gak suka melihat petani bersuka cita. 

Untungnya, Raja Awan dan Ratu Angin punya pengawal sejati yang bisa menghilangkan Raja Awan Hitam. Mereka adalah Ksatria Petir dan Pangeran Gemuruh.

Kalau ksatria petir dan pangeran gemuruh sudah datang, raja awan hitam hilang lalu turun hujan. 

Raja Matahari kemudian muncul dari balik awan. Titik-titik air hujan kemudian mewujud pelangi yang indah. 

Hujan turun dan petanipun riang gembira. Bersenang hati karena tanamannya kini tumbuh dengan baik.
Raja Awan dan Ratu Angin pun tersenyum senang hatinya.


Kisah Raja Awan dan Ratu Angin Yang Baik Hati (Iden Wildensyah)


Share:

Rabu, Oktober 26, 2016

Di Antara Hujan Itu Engkau Menangis Tersedu

Hujan turun deras sekali, sakit hati yang teramat sangat tak dirasanya. Ia berlari dan terus berlari. Derai air mata yang turun sederas air hujan terus membasahi pipinya. Basah yang tidak ia rasakan. Sekujur tubuhnya kini sudah kuyup. Ia tak perdulikan semuanya. Ia ingin pergi sejauh-jauhnya.
Di Antara Hujan itu Engkau Menangis Tersedu
Siang itu di sebuah kampung, di tengah-tengah perkebunan teh. Perkampungan asri yang bersih dengan cuaca yang dingin ketika pagi dan sore hari. Setiap rumah berderet rapi. Rumah yang disebut bedeng itu selalu terlihat kepulan asap. Asap dari perapian untuk menghangatkan ruangan.
Di bagian belakang rumah itu tempat berkumpul keluarga. Di sudutnya terdapat tungku untuk memasak yang juga berfungsi sebagai tempat menghangatkan badan.
Di antara rumah ada sebuah warung yang dijadikan tempat berkumpul para pemuda. Setiap sore selepas bekerja, mereka berkumpul. Bersendagurau, bernyanyi bersama-sama dengan gitar tua yang dibawakan pemuda lainnya. Sesekali, warung itu juga tempat bertemunya pemuda dan pemudi untuk menjalin kasih. Janjian untuk bertemu, mengobrol asyik di bangku taman yang disediakan pemilik warung. Sebuah meja dan beberapa bangku menjadi pelengkap warung. Di atas meja itu, kopi dan berbagai macam gorengan menjadi keharusan agar suasana semakin terasa hangat. Obrolan menjadi tambah menarik dengan kopi yang dituang dalam cangkir.
Cuaca cerah sore adalah kemewahan tersendiri. Menyingkirkan kabut yang biasa menyelubungi. Sinar matahari terasa hangat, berwarna kuning keemasan menelisik masuk di antara ranting dan dedaunan dari pohon besar yang berderet rapi mengelilingi kampung.
Sore itu tak biasa, titik-titik air hujan sudah turun sejak pagi. Matahari tak muncul diganti dengan gerimis dan hembusan udara dingin menusuk kulit. Para pemetik teh yang rutin menuju bukit sudah terbiasa dengan keadaan seperti itu. Menggunakan tudung kepala besar, baju hangat dibalut plastik cukup untuk melindungi dari air hujan. Berjalan beriringan sambil bercengkerama satu sama lain. Gurauan itu membuat seharian memetik tak akan terasa capai. Selesai memetik kemudian pergi ke kebun untuk mengambil lalapan sebagai santapan keluarga dibarengi dengan ikan asin dan sambal yang dimasak dadakan.
Sore itu, di warung biasa, di sebuah meja yang dipayungi atap rumbia, dua orang mengadu kasih sedang terjebak perasaan yang tak menentu. Ada kebekuan di antara keduanya. Dingin di luar sedingin hati mereka berdua. Tak ada kata-kata yang keluar dari mulut mereka.
Hujan mulai turun deras. Perempuan tak kuat menahan air mata yang sedari tadi ia tahan. Tak kuat menahan amarah yang muncul begitu saja. Ia berlari ke jalan kampung. Berlari untuk meninggalkan lelaki yang terdiam. Ia tak bisa lagi bersama dengan lelaki yang selama ini ia banggakan. Hujan menyelamatkan dirinya. Air hujan menyamarkan tangisannya. Geluduk menyamarkan isakannya. Ia terus berlari meninggalkan semua kenangan.
Hujan menghapus duka. Hujan melunturkan kenangan indah yang pernah mereka lewati. Buat dia, hujan seolah menjadi obat untuk melupakan lelaki yang ditinggalkannya.
Berbeda dengan perempuan yang terus berlari menghindari, lelaki itu tak kuasa jua menahan tangisannya. Sebuah tangisan dengan sedikit penyesalan harus ia tumpahkan. Ia tidak bisa lagi membohongi hati kecilnya. Masih ada sebuah nama yang terus melekat. Nama yang pernah mengisi hari-harinya. Nama yang terus membayanginya dimanapun berada. Sebuah nama yang menjadi pujaan hatinya. Tetapi kini ia merasa kosong. Nama itu melayang jauh tak tahu kemana sekarang. Wujud dan rupa yang membayang seiring nama itu teringat harus ia lupakan. Ia harus memilih nama lain untuk mengisi hari-harinya. Nama perempuan lain yang menjadi pilihan untuk mengisi hidupnya sampai akhirnya ajal menjemput kelak.
[Bulan Indah Januari]

Share:

Minggu, Oktober 23, 2016

Gadis dan Hujan

Di sebuah kafe di kota kecil, seorang gadis duduk di pojok ruangan. Di tangannya sebuah buku yang berjudul The Man Who Love Books Too Much, tampak asyik tidak terganggu lalu lalang pengunjung yang datang silih berganti. Sesekali ia berhenti untuk menyeruput kopi yang tersedia di mejanya.
Menunggumu yang tak jua datang ketika hujan terus mengguyur
Meja di pojok itu kecil, terbuat dari kayu jati dengan gurat-gurat yang masih alami. Dua kursi nyaman yang senada dengan warna kayu dibuat agar pengunjung nyaman mendudukinya. Satu kursi kosong, sepertinya ia sediakan untuk temannya. Bisa jadi teman lelakinya atau teman perempuannya. Ia sedang menunggu seseorang yang akan datang sore itu.

Di luar, air hujan jatuh membasahi jalanan. Lalu lalang angkot yang membawa penumpang tak berhenti di depan kafe itu. Hujan makin deras. Angin bertiup kencang dan suhu terasa makin dingin. Tanpa pendingin ruangan saja, suhu sudah teras dingin.

Di raihnya tas ransel yang ia simpan di samping kursinya, lalu ia ambil sweater. Dingin membuat ia harus memakai baju hangat. Bukunya masih terbuka, ia lepaskan dari tangannya sebentar kemudian ia letakan di atas meja. Baju hangat kini ia pakai. Sebentar ia urai rambut panjangnya yang kusut saat mengenakan baju hangat tadi dengan tangannya. Ia raih kembali buku yang tadi ia simpan di atas meja. Kembali ia tenggelam dalam bukunya.

Hujan masih terus mengguyur kota, orang-orang berteduh di pelataran toko, di halte angkot, di terminal, dan tempat-tempat yang cukup aman untuk berlindung dari derasnya air hujan.

Hampir 2 jam lebih, gadis itu masih asyik dengan buku di tangannya. Seseorang yang ia nantikan belum datang jua. Ia masih tetap berharap seseorang menemaninya membaca buku sore itu. Hujan belum juga reda dan seseorang masih tertahan langkahnya, entah berada dimana.

[Bulan Indah Januari]
Share:

Selasa, September 13, 2016

Kejutan Kecil Bermakna Besar

Selalu ada kejutan-kejutan kecil dalam hidup ini yang buat saya maknanya sangat besar. Terlebih, ketika bergiat di pendidikan alternatif anak-anak. Berbagai bentuk kejutan itu bisa muncul dalam bentuk yang serbarupa. 

Buat Mr Iden 
Kejutan yang tak terduga bisa saja dalam bentuk hasil yang melampaui proses. Tak terduga karena bisa jadi melebihi ekspektasi dari yang kita bayangkan sebelumnya. Misalnya ketika memfasilitasi sebuah kegiatan dari materi yang harus diajarkan, materi berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Inti. Sebuah lembar kerja siswa diberikan begitu saja, dengan kemasan yang menarik kemudian anak diminta mengisi. Saat mengisi, anak tak cuma mengisi sesuai instruksi, ia merangkai lembar kerja tersebut bagaikan berkarya. Menambahkan warna yang menarik pada setiap gambar yang dituangkannya. Menuliskan deskripsi lebih dari instruksi yang ada atau ruang tulis yang ada.

Hallo, aku Mr Iden
Sebagai guru fasilitator, tentu saja kebahagiaan yang muncul karena anak berani lebih keren dari gurunya. Anak berani lebih kreatif dari gurunya. Anak mampu memaksimalkan semua potensi yang dimiliki tanpa harus didorong-dorong. 

Kejutan lainnya adalah bingkisan tak terduga. Tiba-tiba seorang anak memberikan batu. Yah hanya sebuah batu versi orang dewasa tetapi lebih dari batu buat anak kecil. Batu yang bermakna dalam yang diberikan seorang manusia untuk manusia lainnya. Saya selalu menyimpan apapun yang anak berikan. Secarik kertas bergambar, sepotong kayu kering, sebuah bekas kaleng, atau apapun yang anak berikan selalu saya apresiasi. 

Di mata mereka, kejutan itu adalah sebuah hal yang sangat istimewa. Menyakitkan jika orang dewasa mengabaikan kejutan kecil ini. Apresiasi ini lebih berharga dari sekian banyak apresiasi yang diterima orang dewasa. Tak salah jika orang dewasa harus bisa memberikan sesuatu yang lebih besar untuk anak-anak melebihi materi yaitu kasih sayang! 


Share:

Minggu, Agustus 09, 2015

Tempayan Retak

Seorang ibu di Cina yang sudah tua  memiliki 2 buah tempayan yang digunakan untuk mencari air, yang dipikul di pundak dengan menggunakan sebatang bambu. Salah satu dari tempayan itu retak, sedangkan yg satunya tanpa cela dan selalu memuat air hingga penuh. 

Tempayan Retak
Setibanya  di rumah setelah menempuh perjalanan panjang dari sungai, air di tempayan yang retak tinggal 1/2. Selama 2 thn hal ini berlangsung setiap hari, dimana ibu itu membawa pulang air hanya 1 1/2 tempayan. 

Tentunya si tempayan yang utuh sangat bangga akan pencapaiannya. Namun tempayan yg retak merasa malu akan kekurangannya, dan cukup sedih, sebab hanya bisa memenuhi 1/2 dari kewajibannya. 

Setelah 2 tahun berlalu, yg dianggapnya sebagai kegagalan nya akhirnya tempayan retak itu berbicara kepada ibu tua itu di dekat sungai.  "Aku malu, sebab airku selalu bocor melalui bagian tubuhku yg retak di sepanjang jalan menuju ke rumahmu."

Si ibu itu tersenyum, "Tidakkah kau lihat bunga beraneka warna di jalur yg selalu kau lalui, namun tidak ada di jalur yg satunya? Aku sdh tahu kekuranganmu, jd aku menabur benih bunga di jalurmu dan setiap hari dalam perjalanan pulang tanpa disadari kau menyirami benih-benih itu. 

Selama 2 tahun aku bisa memetik bunga-bunga cantik untuk menghias meja. Dan aku jual sebagai tambahan penghasilan, kalau kau tdk seperti itu, maka rumah ku tidak akan seindah  ini, tanpa keindahan bunga2 dari jalur mu." 

Kita semua mempunyai kekurangan masing-masing tentunya. namun keretakan dan kekurangan itulah yang menjadikan hidup kita bersama menyenangkan dan memuaskan. 

Kita harus menerima setiap orang apa adanya dan mencari yang terbaik dalam diri mereka. 

Rekan2 sesama tempayan yang retak, semoga hari kalian  menyenangkan. Jangan lupa mencium wanginya bunga-bunga di jalur yg kalian tempuh. Setiap orang pasti memiliki Karunia (kelebihan dan kekurangan) masing-masing, sehingga perbuatan apapun itu pasti ada sisi baik walau itu mungkin hadir dari kekurangan kita.                

Mari kita saling menghargai Karunia masing2 serta terus berusaha untuk saling melengkapi. Because, Life is never flat.

Tempatan Retak adalah sebuah cerita bijak dari Cina
Share:

Rabu, Juni 10, 2015

Perdebatan dan Kearifan

Di Tiongkok pernah ada seorang guru yang sangat dihormati karena tegas & jujur.

Suatu hari, 2 murid menghadap sang guru. Mereka bertengkar hebat & nyaris beradu fisik.

Keduanya berdebat tentang jumlah hitungan 3x7. Murid yg pandai mengatakan 21, Sedangkan si murid bodoh bersikukuh mengatakan 27.

Perdebatan dan Kearifan
Murid bodoh menantang murid pandai u/ meminta sang guru sebagai jurinya untuk mengetahui siapa yang benar di antara mereka.

Si murid bodoh mengatakan, "Jika saya yang benar 3 x 7 = 27 maka engkau harus mau dicambuk 10 kali oleh guru, tapi jika kamu yg benar (3x7=21) maka saya bersedia untuk memenggal kepala saya sendiri." kata si bodoh menantang dengan sangat yakinnya.

"Katakan guru mana yang benar?" tanya si murid bodoh.

Ternyata sang guru memvonis cambuk 10x bagi si murid pandai (yang menjawab 21).

Si murid pandai protes keras!

Sang guru menjawab, "Hukuman ini bukan untuk hasil hitunganmu, tapi untuk ketidakarifanmu yg mau-maunya berdebat dgn orang bodoh yg tidak tahu kalo 3x7 adalah 21.

"Sang guru melanjutkan, "Lebih baik melihatmu dicambuk & menjadi arif, daripada saya harus melihat 1 nyawa terbuang sia-sia!"

Berdebat atau bertengkar untuk hal yg tidak benar & tidak berguna, hanya akan menguras energi percuma.

Ada saatnya kita diam u/ menghindari perdebatan atau pertengkaran yg sia-sia. Diam bukan berarti kalah, bukan? Memang tidak mudah, tapi janganlah sekali-kali berdebat dgn orang yang tidak memahami permasalahan, tapi merasa dirinya sudah paling benar padahal sudah jelas-jelas salah.

"Merupakan suatu kearifan bagi kita, yg bisa mengontrol & menjauhkan Diri dari perdebatan yg tak berguna." 
Semoga bermanfaat"
Share:

Kamis, Juni 04, 2015

Tupai Yang Suka Marah

Alkisah di sebuah hutan yang lebat, hidup seekor tupai di dalam pohon yang rindang. Pohon dengan daun yang lebat, batang-batang yang kokoh, serta ranting yang berderet rapi di atas. Tepat di sebuah lubang dekat batang pohon yang tengah, seekor tupai bersarang. Membuat rumah pohon yang nyaman. Sekilas tidak terlihat ada kehidupan. Tetapi di balik itu, di dalam pohon, sebuah rumah tupai begitu indah. Setiap ruangannya ditata dengan rapih. Setiap hari, tupai itu membersihkan ruangannya dengan baik.

Tupai Yang Suka Marah (photobuket)
Sayangnya, ia terkenal sering marah-marah tidak jelas kepada apapun benda atau mahluk hidup di depannya. Ia juga suka meledek dan menyombongkan dirinya. Kalau ada barang yang jatuh, ia akan marahi. Kalau ada barang yang tidak pada tempatnya, ia akan marah-marah dan meledek. Semua temannya tidak suka pada dia karena sikap marah-marahnya yang tidak jelas.

Suatu hari, ia melihat pohon. Ia kemudian berkata "hei, pohon kok kamu jelek. Rantingmu ke sana ke mari tidak beraturan". Setelah itu ia bertemu dengan seekor gajah, "hei gajah, kok badanmu gemuk. Gerakanmu tidak lincah!". Saat ia bertemu dengan burung, ''hei burung, kamu jelek banget. Tanganmu kok begitu, cuma punya kaki, yah?"

Semua yang ada dihadapannya selalu ia ledek dan ia marahi. Ia merasa senang saat teman-temannya sedih. Sampai suatu hari, ia tidur dan bermimpi. Dalam mimpi itu, ia sedang berada di sebuah tempat yang gersang. tidak ada pohon satu pun. Ketika itu ia berjalan dan melihat ada sebuah pohon. Ia hendak berteduh tapi pohon berkata, ''aku tidak mau meneduhimu, kamu sudah sering berbuat tidak baik. Kamu tidak bersyukur bahkan pada pohon tempat tinggalmu." Ia kemudian meneruskan perjalanan. Ia semakin kepanasan dan kelelahan. Setelah lama berjalan ia bertemu seekor gajah. Kepada gajah itu ia berkata, "hei gajah, bawa aku pergi dari sini. Aku haus dan ingin minum." Gajah kemudian menjawab, "aku tidak mau membawamu ke tempat yang banyak air, kamu sering meledek aku".

Ia semakin kepanasan dan kehausan. Sampai kemudian ia melihat burung. Ia berpikir burung itu akan membantunya mencari air minum. "Hei burung, bawa aku ke tempat yang banyak air minum." Lalu burung itu berkata, "aku tidak mau menunjukan tempat yang banyak air dan pohon kepadamu. Kamu sering meledek dan marah-marah tidak jelas."

Semakin lama semakin lemah tubuhnya. Ia pun kemudian pingsan. Saat itu juga terbangun dari tidurnya. Ia kemudian melihat sekelilingnya. Ia ternyata masih berada di rumah pohonnya. Ia merenungi mimpinya. Tersadarlah ia bahwa selama ini ia tidak bersyukur atas semua yang sudah ia dapatkan.

Sejak saat itu, tupai mulai mengubah semuanya. Ia tidak lagi marah-marah dan tidak suka meledek. Ia banyak bersyukur kepada semuanya. Ia melihat pohon dan tersenyum berterima kasih. Ia melihat gajah kemudian meminta maaf dan merekapun berteman. Ia bertemu burung, ia menyapa dan berterima kasih juga. Ia berubah menjadi tupai yang baik hati dan penuh syukur.
Share:

Minggu, Mei 31, 2015

Kenangan Kemarau

Musim kemarau dalam memori saya waktu kecil adalah kekeringan dan kerja keras untuk menyiram tumbuhan di kebun. Sawah yang kerontang, irigasi yang mengering, angin yang bertiup kencang dan tentunya suhu yang panas. Terlebih saya kecil hidup di pesisir pantai, saya menyebutnya tetangga Australia. 
Sunset di Pantai Karang Papak, Garut Selatan (idenide)
Setiap pagi sebelum berangkat sekolah saya dibangunkan untuk segera mengambil air di kulah (sebuah kolam didepan surau untuk wudlu). Airnya sudah berwarna hijau karena lukut (tumbuhan yang tumbuh dibebatuan biasanya licin kalau diinjak bisa membuat tergelincir) tetapi untuk menyiram tumbuhan rasanya bau lukut itu tidak masalah yang penting tumbuhan di kebun kami bisa minum. Dua ember saya jinjing di kiri dan di kanan saya. Kadang dengan mulut bersungut-sungut saya melaksanakan rutinitas pagi di musim kemarau tersebut. Pernah satu kali diwaktu saya malas, saya menyiram tumbuhan daunnya saja yang terlihat basah, tanahnya tetap kering. Kasus ini jadi pelajaran karena ibuku mengetahui sampai beliau memarahi dan memberi tahu kalau menyiram itu sama dengan memberi makan bukan memandikan atau membasahi daun saja. 
Saya menyiram setiap pagi sebelum berangkat sekolah, dalam hati saya berkata bahwa apa yang saya lakukan bisa membuat tanaman itu tumbuh dikemudian hari bisa memberikan buah-buah pada kami. Tumbuhan yang baru ditanam itu terdiri dari Durian, Mangga, Sawo dan Rambutan. Kalau sedang Mood bagus, semua tanaman yang terlihat kering saya sirami sampai pagar pun saya sirami. Saya sangat sayang sekali pada tanaman tersebut, kasihan rasanya kalau mereka layu gara-gara kemarau. Saya menyiram dua kali sehari, pagi dan sore menjelang maghrib. Saya senang melakukannya, saya merasa memberi kehidupan ketika melihat tanaman tersebut tumbuh dengan baik. Indikatornya bagi saya sederhana, daunnya terlihat segar. 
Kemarau membuat desa kami kering, tetapi keceriaan anak-anak seusia saya waktu itu membuat kekeringan tidak terasa sebagai masalah. Saya bersyukur mengalami satu masa itu, masa yang kadang membuat saya merasa iri pada teman-teman yang bisa langsung bermain tanpa ditanya "sudah disiram belum tanaman dibelakang?". Tanaman itu sekarang sudah besar, seiring waktu yang terus berpacu tanaman itu pun sedikit demi sedikit bisa diambil buahnya, ibu saya tidak pernah melupakan untuk menyisakan buahnya untuk saya.

**
Kemarau selalu identik dengan sore yang cerah dan malam yang terang benderang dikala purnama. Sore dikala musim kemarau adalah saat yang menyenangkan, suhu menjadi sedang maksudnya tidak begitu panas juga tidak begitu dingin dari suhu maksimal disiang hari sehingga banyak keceriaan yang muncul disore hari. Keceriaan di sore hari ini dimanfaatkan oleh anak-anak kecil untuk bermain ucing-ucingan, main layangan, susumputan dan juga keceng-kecengan bagi mereka yang sudah dewasa. Moment sore di musim kemarau oleh saya kecil pada waktu itu digunakan untuk bermain bersama teman-teman tentunya setelah menjawab pertanyaan ibu: ”sudah disiram belum tanaman dibelakang?” dengan jawaban sudah.
Sore yang cerah dan keceriaan anak-anak yang sedang bermain di lapangan membuat semarak kampung kami, kadang saya lupa waktu kalau sudah bermain. Rasanya saya ingin terus merasakan sore hari, saya tidak mau memasuki malam. Saya tidak mau ibu memanggil saya untuk segera kembali ke rumah untuk sholat berjamaah bersama bapak di surau.
Biasanya kami baru beranjak menuju rumah kalau sudah ditakuti dengan mahluk bernama ”Sanekala” yaitu mahluk yang suka mengambil anak-anak yang main kemaleman. Sanekala hanya ada dalam bayang saja, karena sampai sekarang saya belum tahu rupa dan wujudnya. Dalam bayangan saya sanekala bermuka seram dan bergigi tajam serta bisa terbang. Di era google pun saya tidak menemukan mahluk bernama sanekala ini.
Sore yang cerah dan angin barat yang bertiup kencang membuat ideal menerbangkan layang-layang. Layang-layang bisa menjadi indikator musim kemarau, maklum saja waktu saya kecil tidak tahu ada siklus musim di dunia ini. Yang saya tahu hanya kalau musim kemarau itu panas dan sore bisa main seenaknya serta kewajiban untuk menyiram tanaman, nah kalau musim hujan saya bermain menjelang siang di selokan membuat bendungan dari tanah liat, main air dan basah kuyup (kadang ibu marah-marah kalau saya leledokan (kotor-kotoran) alasannya baju habis karena yang kemaren-kemaren belum kering karena hujan sepanjang hari).
Menyaksikan layang-layang di udara membuat saya kagum, saya berpikir tentang apa yang menyebabkan layang-layang bisa terbang tinggi. Apakah karena kertas yang ringan atau karena angin. Saya sempat berkesimpulan bahwa layang-layang bisa terbang karena kertas yang ringan, karena tanpa rangka pun kertas bisa terbang. Pengecualian adalah kertas koran, saya menganggap kertas koran terlalu berat untuk diterbangkan.
Anak-anak dikampung saya membuat sendiri layang-layang, menggambarnya dengan kreasi sendiri. Tidak termasuk saya, saya tidak bisa membuat layang-layang karena bapak saya tidak bisa membuat layang-layang. Sekali-kalinya membuat eh tidak terbang, akhirnya mencari saja layangan putus yang hinggap di kebun belakang tempat tanaman saya sirami.
Sore yang cerah ini menyisakan lembayung sesaat sebelum menuju malam, warnanya biru, putih, oranye cerah dan kekuningan. Semburat matahari sore itu memancarkan sinar yang indah. Saya terkagum-kagum melihat keindahan sore dimusim kemarau, sinar matahari sore ini kadang membuat waktu siang terasa lebih lama, saya merasakannya karena walaupun sudah maghrib tetapi masih terang benderang. 
Kemarau membuat sore menjadi indah.

**
Kemarau adalah malam yang terang benderang dikala bulan purnama. Keceriaan sore berlanjut dimalam hari, sehabis ngaji (saya ngaji di rumah di wuruk (diajar) oleh bapak) dan teman juga beres ngaji di surau kampung kami. Saya langsung keluar rumah, tentu setelah mendapat ijin dari orang tua. Bersama teman-teman saya kembali bermain di teras rumah, di tempat yang lapang. Main kuda-kudaan (maaf jangan dikonotasi dengan kuda-kudaan versi dewasa yah) dengan sarung dililitkan ke leher dan seorang teman yang dibelakang sebagai joki, bergantian kami memainkan peran itu. Saling kejar saling teriak di bawah sinar bulan purnama.
Di malam hari dimusim kemarau bulan purnama terlihat sempurna, bulan terlihat penuh. Saya selalu penasaran melihat bulan, memandangi dari jauh dan kata bapak saya, harus dilihat dengan mengucap maha besar Alloh. Saya bertanya tentang bulan. Saya bertanya pada banyak orang, pada seorang kakek juga pada seorang nenek. Dan jawabannya sama, di bulan ada nini anteh. Nini (nenek) anteh juga sama dengan sanekala, saya juga belum menemukannya sampai era google sekarang.
Kata jawaban itu, nini anteh di bulan ditemani kucing dan nini anteh suka menenun. Bayangkan sudah berapa kain yang nini anteh bikin.
Sinar bulan purnama yang sempurna di musim kemarau, walau sesekali awan menghalangi untuk sekedar numpang lewat itu, membuat malam terlalu sayang untuk dilewatkan begitu saja. Dan saya bersama teman-teman melewatkan malam dengan keceriaan. Keceriaan itu biasanya berakhir kalau sudah larut malam, atau seorang anak kecil nangis karena jatuh, atau ibu kami memanggil. Saya tidak tahu persis jam berapa kami mengakhiri bermain malam, yang pasti saya selalu tertidur nyenyak jika sudah kecapean.
Kemarau menyisakan malam bulan purnama dengan keceriaan.

**
Kadangkala kemarau benar-benar membuat saya khawatir, kejadiannya karena sering terjadi kebakaran hutan. Bahkan kebun kami pernah dilahap si jago merah, untungnya bukan kebun belakang yang tanamannya saya sirami setiap pagi dan sore menjelang pergi sekolah.
Saya menyaksikan sendiri bagaimana api melahap tanaman kering yang ada di kebun, atau ilalalang di padang penggembalaan. Saya menduga ada orang jahil yang sengaja membakar. Tetapi seiring waktu saya belajar bahwa suhu panas matahari yang memancar ke bumi pada titik tertentu bisa membuat api, terutama pada gesekan-gesekan ranting pohon yang kering. Saya tahu ini dari tayangan di televisi. 
Kekeringan menyebabkan lahan yang tadinya subur untuk bercocok tanam menjadi gersang, bahkan terlihat sangat kering kerontang. Ditambah dengan suhu yang panas maka lengkaplah cerita penderitaan di desa kami, sebagian menyebutnya musim kemarau sebagai peringatan Tuhan untuk manusia agar mensyukuri karuniaNya. Untuk ini dalam Islam ada sebuah sholat meminta hujan, namanya Sholat Istiskho. Waktu saya kecil saya pernah diajak bapak untuk Sholat Istiskho. Saya tidak mengerti dengan sholat ini, sholat dilaksanakan mirip dengan Sholat Idul Fitri hanya waktu pelaksanaannya saja yang berbeda. Sholat Istiskho dilaksanakan pada waktu siang menjelang matahari berada tepat di atas ubun-ubun.
Terbayang bagaimana panasnya, saya berada disamping bapak waktu sholat ini. Bapak begitu bersungguh-sungguh dalam memanjatkan doa memohon hujan walau panasnya minta ampun. Kepanasan ditengah terik matahari membuat saya kecil mengeluh ke bapak, dan tahu kah apa jawaban bapak? Beliau menjawab: ”Panasnya matahari disini tidak akan sepanas matahari di padang mahsyar dengan 7 matahari yang jaraknya satu jengkal di atas kepala kita”. Saya kaget tetapi saya berpikir positif waktu itu, karena kata bapak kalau orang beriman jangan takut ada Alloh yang akan melindungi. Saya merasakan optimisme bapak ketika berdoa. Jadi walaupun panas, saya tetap bertahan. Dalam hati saya berkata, ”bagaimana mungkin saya bisa bertahan dengan 7 matahari kalau 1 matahari saja saya mengeluh”.
Selepas sholat meminta hujan, saya tidak menghitung hari menunggu hujan, yang saya rasakan hanya ada sedikit optimis dalam diri saya bahwa hujan akan datang. Kenyataan memang hujan datang turun ke bumi, tetapi sekali lagi saya tidak menghitung berapa hari atau berapa bulan rentang waktu dari kami sholat meminta hujan dengan hujan turun.
Kemarau menjadi pelajaran bagi saya dari bapak untuk tidak mengeluh karena panas. Terima kasih untuk bapak, semoga beliau damai disisiNya. Tuhan, masukanlah beliau pada golongan orang yang diberkati, pada golongan orang yang bersyukur! Amien.
Kemarau menyisakan semangat, optimisme dan yakin akan pertolongan Tuhan.

**
Malam kemarau adalah malam terdingin di daerah pegunungan, dan hari-hari tersesak karena debu yang bertebaran dipinggir jalan desa. Selain di sisi pantai yang saya sebut sebagai tetangga Australia (istri saya masih tidak percaya kalau nenek moyang saya pelaut dari Australia). Saya menghabiskan masa kecil di daerah pegunungan di selatan Garut. Perubahan kontur wilayah ini membuat saya harus bisa secepat mungkin menyesuaikan diri dengan suhu yang sangat jauh berbeda.
Dinginnya malam hari di musim kemarau terlihat dari uap-uap yang keluar dari mulut kalau saya tiupkan, seperti sedang mengeluarkan asap rokok. Juga dari kolam-kolam ikan yang terlihat ”ngebul” bukan panas tetapi karena dingin. Kalau saya raba, dinginnya seperti air es.
Malam hari dengan bulan purnama di samping Gunung Cikuray, adalah pemandangan lain dari musim kemarau. Karena terlihat jelas puncak gunungnya, saya bertanya pada bapak tentang situasi di atas gunung tersebut. Bapak menjawab dengan penuh keyakinan bahwa di puncak gunung itu ada banyak burung yang sangat indah, yang tidak akan ditemui di bawah atau di kaki gunung. Bapak juga menceritakan tentang keadaan jika bermalam disana, kata beliau, sarung yang dipakai untuk selimut akan berembun saking dinginnya. 
Dinginnya malam di musim kemarau membuat kami harus siduru (menghangatkan badan dipinggir hawu (tempat pembakaran untuk menanak nasi atau masak memasak) sebelum tidur atau bangun tidur menjelang pagi setelah Sholat Shubuh. Masa siduru adalah waktu yang sangat menyenangkan, sambil bermain-main api saya meuleum (membakar) ubi atau ketela pohon yang saya celupkan ke air gula atau langsung dimakan dengan gula.
Oiya... Gunung Cikuray yang selalu saya bayangkan puncaknya dari kecil itu, akhirnya bisa saya daki ketika saya mahasiswa. Saya berhasil mendaki Gunung Cikuray meraih kepenasaran waktu kecil dan Saya mengetahui keadaan disekitar puncak gunungnya seperti yang dibayangkan sebelumnya.


Share:

Jumat, Mei 29, 2015

Pelajaran Dari Teman

Saya memiliki banyak teman dalam menjalani hidup ini, saya bersyukur setiap teman-teman memberikan banyak pelajaran bagi saya. Setiap hal yang terjadi pada teman-teman saya itu selalu direkam dalam memori ini. Saya percaya setiap hal baik atau buruk selalu memberikan pelajaran bagi saya. Terutama setiap kata-kata yang terus terngiang dari mulut-mulut yang tulus memberikan saran bagi saya.

Katakan saja CP, dia selalu memberikan kata-kata yang baik bagi saya sewaktu menjalani kuliah di Setiabudi. Yang masih saya ingat adalah ''Dont wait untill tomorow what you can do today'' saya tahu karena dia sering membaca buku motivasi sebelum saya mengenal buki motivasi tersebut. Terbukti memang, dia lebih cepat menyelesaikan kuliah, saya baru lulus setahun kemudian. 

Ada juga HM, sewaktu saya membuat Bulletin dia berkata kepada saya ''Sedikit ide yang kau tuang dalam karya, lebih berarti dari seribu kata yang kau ucap''. Saya terpacu membuat karya karena ucapan dia. Dan ucapan itu dia itu sampai sekarang saya ingat.

Ada juga BW yang dengan praktisnya memandang masalah, dia pernah berkata kurang lebih begini ''Sudahlah jangan dipikirkan masalah besok, yang penting sekarang makan, masalah besok makan atau tidak, kita pikirkan saja besok''. Sangat praktis dan tidak bertele-tele. Yang baik dan terus saya ingat terutama ini ''Bukan seberapa keras masalah mendatangimu, tetapi seberapa cerdik kamu memecahkan masalah itu'' lalu ''Sekarang bukan saatnya bekerja keras, tetapi bekerja cerdas'' praktis. Saya mengaplikasikannya ketika terlalu penat berpikir.

Masih banyak teman-teman saya yang mewarnai corak berpikir dan bertindak saya saat ini. Merekapun tidak pernah menyadari memberikan kata-kata yang membuat saya belajar banyak. 

Selain kata-kata, tindakanpun saya ambil pelajaran. Saya amati setiap tindakan dan gerakan mereka ketika mendapati masalah, ada yang reaksioner, ada yang pelan tapi pasti, ada juga yang apatis. Mereka membuat saya bersyukur mengalami fase kehidupan bersama mereka.
Share:

Rabu, Februari 25, 2015

Cerita[nya] Menginspirasi

Catatan ini adalah kisah di balik kegiatan Kelas Inspirasi Bandung #3 Kelompok 40. 
Saat-saat bersama terutama kelompok 40 yang dikirim ke SDN Babakan Ciparay Timur itu sangatlah seru dan menyenangkan. Banyak keseruan dan keasyikan yang muncul antar sesama inspirator.
Sebenarnya keinginan untuk ikut sudah muncul sejak pertama kali dilakukan 2 tahun yang lalu. Tapi baru bisa tahun KI 3. Dengan berbagai dinamika tahun-tahun sebelumnya, saya gagal berpartisipasi. Tapi kegagalan tersebut saya obati dengan mempersiapkan diri agar bisa ikut pada kegiatan tahun selanjutnya.
Banyak sekali ide-ide yang bisa dibagikan saat kegiatan Kelas Inspirasi ini. Ide berbagi inspirasi dengan multiprofesi ini muncul saat bertemu . Waktu itu kita berpikir "tidak salah kalau di kita coba yang berbeda!"
Awalnya ketika kebingungan menentukan profesi yang akan disampaikan kepada anak-anak. Nah di sini kemudian muncul ide kreatif sedikit jail dan sedikit lagi iseng. Profesi yang muncul dan terpikir waktu itu adalah profesi jadi manusia! Ya profesinya manusia! Saat semua terkotak kita bikin tak berkotak.
Jadi manusia saja, profesi apapun yang penting berguna dan bermanfaat. Utk anak SD terutama adalah menginspirasi!
Saat terkotak dalam profesi A, B, C, maka jadi manusia bisa jadi apapun. Saya milih jadi pejalan kaki, pendongeng, pemusik, guru, traveler.
Setelah itu, sayapun menyiapkan segalanya. Guitalele, kopiah, kameja, kaos oblong, topi, dan dasi. Siap menginspirasi .
Dan akhirnya, memilih multiprofesi untuk menginspirasi anak-anak. Setelah mengobrol saat evaluasi, kenyataan, bukan hanya beberapa orang yang bingung menentukan profesinya, ternyata banyak juga.
Masuk kelas pertama jadi guru, guru agama, matematika, musik. Anak-anak antusias mendengar ceritaku, mendengarkan kisah tentang mencintai negeri Indonesia dan belajar bersungguh-sungguh untuk mencintai Indonesia .

Di antara anak!
Kelas kedua jadi pemusik, traveler, pejalan kaki. Anak-anak makin senang bernyanyi lagu nasional. Mencintai negeri Indonesia dengan lagu-lagu nasional seperti Tanah Airku, Ibu Pertiwi, Syukur, Terima Kasih Guru, dan Rayuan Pulau Kelapa. 
Mari bersyukur!
Kelas ketiga jadi pemusik, pejalan kaki. Mereka semakin senang bernyanyi lagu anak-anak, ingat lagu anak! Saat gempuran lagu-lagu dewasa yang dinyanyikan anak-anak maka lagu anak-anak seperti karangan Ibu Sud, Pak Kasur, dll, menjadi pilihan tepat untuk kembali dinyanyikan karena isinya sangat bagus, tentang semangat, tentang mencintai tanah air, tentang kebersamaan, tentang keindahan, dan tentang persaudaraan. . 

Bersama mereka bisa menjadi apapun!
Namanya kelas inspirasi, berarti harus menginspirasi! Itu kata yang saya camkan saat ikut dengan apapun profesinya.
Di sisi anak, kehadiran inspirator di sehari itu harus bisa menyegarkan keseharian mereka yang berdinamika bersama gurunya dalam satu tahun.
Sesuatu yg segar, mengasyikan, menyenangkan akan selalu terkenang dalam kehidupan anak-anak .
Saya coba hadirkan pengalaman baru dalam berinteraksi antara guru dan anak-anak, bahwa pengalaman itu guru yang baik .
Di sisi sekolah, SDN Babakan Ciparay Timur termasuk sekolah yang asyik, kompak dan menerima kehadiran kita dgn baik. Inspirator buat mereka, seperti mendapat kehormatan untuk menerima rombongan dari  untuk berbagi cerita di sekolahnya. Hal ini terlihat dari antusiasme para guru dan kepala sekolah. Antusiasme yang juga menular kepada anak-anak.
SDN Babakan Ciparay Timur selanjutnya ditulis SD bacip timur itu sekolah hijau peduli lingkungan. Ada roof garden

lihatlah, ini roofgarden! menarik!
Di setiap sudutnya banyak himbauan agar peduli lingkungan. Harus bawa misting kalau mau jajan ke luar, harus selalu memungut sampah. Membawa misting untuk menampung makanan dari jajanan adalah pilihan yang tepat. Wadah makanan yang selalu kita bawa bisa mengurangi sampah. Jadi gerakan zero waste berlangsung dengan baik di SDN Babakan Ciparay Timur ini.
Oh iya, dari sekolah sambutan guru2 dan kepala sekolahnya juga sangat ramah. Mereka terbuka dan menyambut baik.

ini adalah saat Kepala Sekolah memberikan sambutan di awal kegiatan
Dan terutama tidak kalah menariknya juga adalah kelompok 40. Ada @jainarbarliana dan duh yang lain apa yah akun twitternya?
El Comandante mau diajak diskusi 'aneh' di kubangan no 7 Taman Film Bandung. Bersyukur saya sekelompok sama dia hahaha.

Hidup lebih bermakna dengan saling menginspirasi satu sama lain. Menginspirasi itu membahagiakan!
Eh, di Kel 40 ada Teh Jainar (@jainarbarliana) , sosok inspiratif multitalent yang menguasai bahasa isyarat, darinya tahu lambang 'love'. Awalnya kita tahu lambang tangan tiga (kelingking, telunjuk, dan jempol) dikenal sebagai lambang metal


Di kelas, ada yang bertanya "Sebenarnya profesi bapak apa sih?" saya bisikin aja. "Bapak adalah Power Ranger yang sedang menyamar"!
Jadi, menginspirasi anak-anak itu mudah, tidak harus dengan sesuatu yang jauh, dekatkan saja dengan dunianya, mereka akan terinspirasi
jadilah diri sendiri, mengalir, sewajarnya, unpredictable, maka kegiatan menginspirasi akan semakin mengasyikan.
Sesuatu yang mengalir, sewajarnya, apa adanya, lebih mudah diterima oleh anak di kelas. Anak selalu lebih peka menangkap kejujuran :)
Saya coba hadirkan pengalaman baru dalam berinteraksi antara guru dan anak-anak, bahwa pengalaman itu guru yang baik.
Baru masuk kelas, "Bapak siapa?" terheran-heran lalu saya dekati anak itu, "Bapak adalah Batman!. "Kok gak berubah?". "Ini siang, nak!"
Nah, sekian dulu aja berbagi cerita sebagai berbagai profesi di .


Catatan ini adalah bagian utuh dari twit yang sudah disampaikan di @idenide.
Share:

Rabu, Januari 21, 2015

Batuan di Bumi

Di sekolah Waldorf sebagai bentuk pendidikan holistik dan utuh, pelajaran sains diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sangat menarik dan menyenangkan. Seperti memadukan semua potensi yang dimiliki manusia. Distimulus sehingga pelajaran-pelajaran yang disampaikan para gurunya menjadi lebih hidup. Lebih dinamis dan kreatif. Tidak kaku apalagi konvensional.

Teringat sebuah materi sains tentang batuan. Di alam ini ada berbagai jenis batuan alam yang menarik untuk dikaji dan dipelajari. Koleksi batuan alami ini terdapat di museum geologi Bandung. Batu mulia adalah salah satu batuan dengan banyak ragam yang sekarang kian digandrungi para lelaki muda maupun tua. Mereka tumplek di tempat-tempat penjualan batu mulia ini.

Jenis-jenis batu mulia ini ternyata banyak. Ada batu mulia yang tersohor pada jaman orde baru yaitu batu supersemar. Batu mulia yang kalau diterawang akan terlihat sosok tokoh pewayangan yaitu semar. Batu mulai merah juga banyak dicari. Namanya batu merah delima. Masih banyak lagi batu mulia yang dicari para kolektor. Di beberapa tempat dijual batu mulia dengan harga murah. Jual batu mulia murah tetapi masih memiliki nilai seni yang sangat tinggi.

Batu alami di alam juga masih banyak. Walaupun masih banyak, kita tetap dituntut untuk tetap memperhatikan kelestarian alam. Jangan sampai menambang sepuasnya karena bisa fatal kepada keberlangsungan kehidupan itu sendiri.

Banyak batu mulia di Cisangkal, Garut (idenide.blogspot.com)

Share:

Rabu, Januari 14, 2015

Mahar Meninggal

Dunia perfilman Indonesia kini sedang berduka. Salahseorang aktor dalam film Laskar Pelangi, Mahar atau Verrys meninggal dunia. Belum lama ini ia terkenal karena perannya yang keren dalam film besutan Riri Riza dan Mira Lesmana ini.

Sebagai Mahar yang seniman. Senang bernyanyi, bersenandung lagu-lagu melayu, membaca puisi dan mendengarkan lagu rock and roll, Mahar adalah sosok anak yang berbakat.

Ide-idenya cemerlang. Ia bisa berbagi ide tersebut dengan teman-temannya. Salah satu idenya saat pertunjukan antar sekolah dasar di Belitung waktu itu membuat sekolah Muhammadiyah menang karena keunikannya.

Memakai kostum dari daun enau dan buah-buahannya. Sangat kontras dengan tim kontestan dari Sekolah Dasar lain yang konvensional. Walaupun ada harga yang harus dibayar dari kemenangan mereka yaitu gatal-gatal sekujur tubuh karena getah dari buah-buahan tersebut.

Kreativitas anak-anak yang ditunjukan sosok Mahar menginspirasi banyak orang terutama para guru untuk mendidik dengan kreatif dan lebih memahami anak.

Tokoh pemeran Mahar kini sudah tidak bersama kita tetapi saya yakin, inspirasinya akan terus mengalir. Semoga semua amalannya diterima di sisiNya. Aaamiin. Angkat topi untuk sosok pemeran Mahar.

Share:

Jumat, Januari 09, 2015

Kecantikan Wanita

Seorang anak laki-laki kecil bertanya kepada ibunya "Mengapa engkau menangis?"
"Karena aku seorang wanita", kata sang ibu kepadanya.
"Aku tidak mengerti", kata anak itu.
Ibunya hanya memeluknya dan berkata, "Dan kau tak akan pernah mengerti"
Kemudian anak laki-laki itu bertanya kepada ayahnya, "Mengapa ibu suka menangis tanpa alasan?"
"Semua wanita menangis tanpa alasan", hanya itu yang dapat dikatakan oleh ayahnya.
Anak laki-laki kecil itu pun lalu tumbuh menjadi seorang laki-laki dewasa, tetap ingin tahu mengapa wanita menangis.
Akhirnya ia menghubungi Tuhan, dan ia bertanya, "Tuhan, mengapa wanita begitu mudah menangis?"
Tuhan berkata:
"Ketika Aku menciptakan seorang wanita, ia diharuskan untuk menjadi seorang yang istimewa. Aku membuat bahunya cukup kuat untuk menopang dunia; namun, harus cukup lembut untuk memberikan kenyamanan "
"Aku memberikannya kekuatan dari dalam untuk mampu melahirkan anak dan menerima penolakan yang seringkali datang dari anak-anaknya "
"Aku memberinya kekerasan untuk membuatnya tetap tegar ketika orang-orang lain menyerah, dan mengasuh keluarganya dengan penderitaan dan kelelahan tanpa mengeluh "
"Aku memberinya kepekaan untuk mencintai anak-anaknya dalam setiap keadaan, bahkan ketika anaknya bersikap sangat menyakiti hatinya "
"Aku memberinya kekuatan untuk mendukung suaminya dalam kegagalannya dan melengkapi dengan tulang rusuk suaminya untuk melindungi hatinya "
"Aku memberinya kebijaksanaan untuk mengetahui bahwa seorang suami yang baik takkan pernah menyakiti isterinya, tetapi kadang menguji kekuatannya dan ketetapan hatinya untuk berada disisi suaminya tanpa ragu "
"Dan akhirnya, Aku memberinya air mata untuk diteteskan.
Ini adalah khusus miliknya untuk digunakan kapan pun ia butuhkan."

"Kamu tahu: Kecantikan seorang wanita bukanlah dari pakaian yang dikenakannya, sosok yang ia tampilkan, atau bagaimana ia menyisir rambutnya."
"Kecantikan seorang wanita harus dilihat dari matanya, karena itulah pintu hatinya - tempat dimana cinta itu ada."






Share:

Postingan Populer