Senja (15 Tahun, bukan nama sebenarnya) bergegas memakai
sepatu menuju mobil yang akan mengantarkannya ke sekolah. Pagi itu ia sangat
bersemangat karena akan menjadi salah satu orang yang terlibat dalam proyek
seni di Kota Bandung. Ia akan menjadi bagian dari kelompok relawan menghias
mural di kawasan Babakan Siliwangi tepat di jalan Siliwangi. Senja dan
teman-temannya sudah berkoordinasi sebelum hari pelaksanaan. Berkoordinasi tentang
alat dan bahan, tentang tema, dan tentang segala sesuatu yang harus
dipersiapkan agar saat menghias mural semuanya berjalan dengan baik.
Kolaborasi Kreatif Menghias Mural di Kota Bandung (Iden Wildensyah) |
Senja adalah salah satu remaja dari sebuah sekolah menengah
di Kota Bandung yang ikut serta dalam proyek seni mural. Mural di dinding jalan
Siliwangi Kota Bandung merupakan sebuah cerita yang sangat menarik untuk
disimak. Tahun 2016 ini, proyek seni mural di jalan Siliwangi dikerjakan secara
bersama-sama dengan melibatkan banyak pihak di luar jurusan Seni Rupa ITB. Jika
proyek sebelumnya, Seni Rupa ITB sangat dominan dalam menggarap seni mural ini
maka tahun ini termasuk yang berbeda dalam tema dan proses pengerjaannya.
Kolaborasi Bukan Kompetisi
Saya selalu teringat bahwa di jaman sekarang sudah bukan
lagi waktunya mengembor-gemborkan kompetesi. Alih-alih berkompetisi, para pakar
pendidikan dan futurolog di dunia banyak menyarankan untuk memperbanyak
kolaborasi. Berkompetisi hanya dengan diri sendiri. Cukup dengan diri sendiri
untuk menjadi lebih baik setiap harinya. Sementara dengan orang lain,
darimanapun golongannya, lebih baik membangun kolaborasi. Kolaborasi memungkinkan
keselarasan dan keharmonisan. Sementara kompetisi hanya akan membuat kondisi
sebaliknya terlebih di tempat yang belum dewasa saat menerima kemenangan atau
menghadapi kekalahan.
Kolaborasi bersifat positif dan membangun satu sama lain. Sementara
kompetisi hanya akan menghasilkan individu-individu yang egois dan mementingkan
kemenangan tanpa memperdulikan orang lain. Berkolaborasi satu sama lain dalam
hal apapun menjadi tantangan tersendiri untuk para pegiat pendidikan
alternatif. Dalam pendidikan alternatif yang tidak tersekat oleh ruang, semua
orang atau kelompok adalah pendidik untuk siapapun yang berinteraksi dengannya.
Ketika satu kelompok mampu memberikan pendidikan yang baik untuk kelompok
lainnya maka akan terjadi kebaikan yang terus menerus. Dari satu kelompok ke
kelompok lainnya. Tentu saja semua berawal dari individu yang mau terbuka untuk
kolaborasi satu sama lain tanpa melihat embel-embel kepentingan dibalik
kehadiran individu lainnya.
Jika niat baik untuk membangun sebuah kondisi yang baik,
maka kolaborasi kreatif yang dilakukan dalam kegiatan menghias mural di Kota
Bandung bisa menjadi stimulan yang baik untuk kolaborasi di tempat-tempat
kreatif lainnya. Niat baik untuk menghadirkan kebaikan bagi lingkungan sekitar.
Persis seperti niat dan semangat seorang Senja yang begitu antusias menghias
mural dari pagi sampai sore.
“Senang kak, senang banget bisa menjadi relawan menghias
mural ini. Cape sih tapi tidak apa-apa. Kalau mural sudah selesai, kelihatannya
kan jadi indah” Demikian Senja berkata sambil membereskan alat-alat lukis dan
cat yang sudah digunakannya sejak pagi tadi. Senja pun mengakhiri kegiatan hari
itu di sebuah jalan yang akan ia kenang sampai tua dan menjadi cerita untuk
anak-anaknya kelak.
Mural di Jalan Siliwangi (Iden Wildensyah) |
Bukan hanya Senja yang merasa senang, kolaborasi kreatif ini
juga menjadi ajang berkumpulnya komunitas-komunitas di Kota Bandung. Ada pegiat
blogger dan komunitas sepeda yang juga begitu antusias membuat sejarah di Kota
Bandung. Para pegiat pendidikan, para pegiat seni, para pecinta kreativitas
yang tergabung dalam proyek menghias mural di Kota Bandung ini tentu akan
semakin senang ketika kelak sesudah semua dinding terhias dijaga bersama-sama. Proses
menjaga ini sepenuhnya diserahkan kepada warga Kota Bandung. Dengan kesadaran
penuh untuk saling menjaga satu sama lain, bukan tak mungkin keharmonisan
sebagai buah dari kolaborasi kreatif ini akan muncul secara kolektif dalam
setiap diri warga yang melihat dan menikmati keindahannya.