Ruang Sederhana Berbagi

Senin, September 19, 2016

Belajar Budidaya Lebah Madu di Cikurutug

Awan mendung menggelayut di Kota Bandung tidak mengurungkan niat saya untuk belajar ke tempat budidaya lebah madu di Cikurutug, Ciburial, Kabupaten Bandung. Belajar tentang cara pembudidayaan lebah madu yang akan berguna saat memelihara lebah madu di sekolah.

Berangkatlah saya dengan memacu kendaraan membelah wilayah Dago menuju Ciburial sambil berharap tak turun hujan di tengah perjalanan. Bersyukur, jalanan tak macet siang itu. Waktu tempuh yang diperkirakan akan lebih dari 30 menit kenyataannya bisa saya percepat menjadi 10-20 menit saja untuk sampai di lokasi.


Nama jalan Cikurutug sudah terlihat selepas melewati tempat ngopi ‘Kopi Ireng’. Berbelok ke arah kanan setengah menanjak dengan jalan beton yang mulus. Dari arah jalan raya jarak menuju lokasi budidaya tidak terlalu jauh. Jalan buntu di depan kemudian parkir kendaraan di tempat yang luas. Selepas itu menuju jalan kecil menurun melewati tangga-tangga.


Sarang Budidaya Lebah Cikurutug (Iden Wildensyah)
Pak Aep, sudah menunggu di depan rumah yang dijadikan tempat untuk menerima tamu yang akan belajar budidaya lebah madu. Dengan ramah Pak Aep menyambut saya, hal yang sama ia lakukan juga kepada tamu-tamu yang datang ke lokasi budidaya lebah madu yang ia kelola. Setelah dipersilahkan duduk di selasar rumah yang ada di samping. Sebuah meja dikelilingi meja tertata dengan rapi. Spanduk tentang kegiatan di tempat budidaya lebah madu terpampang jelas di depan kami. Dokumentasi kegiatan yang pernah dilakukan seperti para peserta yang sedang memegang sarang lebah, peserta yang sedang memegang lebah secara langsung, dan kegiatan lainnya di lokasi budidaya menjelaskan apa saja yang sudah pernah dilakukan oleh Pak Aep beserta timnya di tempat budidaya tersebut.

Beberapa sarang lebah madu di sekitar rumah terpasang dengan baik. Ada yang di bawah bangunan panggung, di sela-sela pohon cantigi, di antara bunga terompet, dan juga di samping rumahnya. Lebah madu bersileweran ke sana kemari, ada yang baru datang, ada juga yang hendak keluar sarang. Dalam Islam, Al Qur'an menempatkan secara istimewa lebah madu menjadi sebuah judul yaitu An Nahl (Lebah Madu). Dalam salah satu ayatnya (Surah An Nahl ayat 68-69 tertulis: "Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu dan di tempat-tempat yang dibuat oleh manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah di mudahkan. Kemudian dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang berpikir".

Pak Aep kemudian bercerita tentang budidaya lebah madu yang dikelolanya. Mulai dari sejarah sampai peluang usaha yang didapatkan dari budidaya lebah madu tersebut. Tak lupa ia juga bercerita tentang jenis-jenis lebah yang ada di sekitar lokasi budidaya. Kemudian peluang dan tantangan yang harus dihadapi saat membudidaya lebah madu. Lebah madu dalam bahasa sunda disebut juga nyiruan, ada juga odeng, dan tiweul atau di sebut juga lebah klanceng atau Apis trigona (saya tak jelas menuliskanya) (tiweul sejenis lebah madu yang kecil dan sering bersarang di dalam bambu, di sela-sela tembok, dan di pagar serta tempat lainnya yang aman. Ukurannya kecil sehingga tak banyak yang tahu jika binatang ini menghasilkan madu).

Apis Trigona

Lebah klanceng (Apis Trigona) merupakan jenis lebah madu yang paling banyak dipelihara secara tradisional oleh masyarakat pedesaan sekitar kawasan hutan se-Indonesia. Lebah ini tidak memiliki sengat dan tidak ganas. Ukurannya sangat kecil dengan fungsi sebagai penyerbuk bunga-bunga kecil. Dalam bahasa Jawa, Apis Trigona disebut malam klanceng atau lonceng, teuweul (Sunda), gala-gala (lilin lebah).
Teuweul (Apis Trigona) (Iden Wildensyah) 

Umumnya lebah madu Apis indica dan klanceng trigona sp dipelihara secara tradisional dengan gelodok yang pembuatannya meniru rumah-rumah lebah yang ada di rongga-rongga batang pohon besar atau gua yang terlindung dari terik matahari dan hujan. Rumah tiruan dibuat dari batang kelapa (pucuk), kayu randu (kapuk), kayu pucung atau batang pohon lain yang berkayu lunak.

Secara alami, serangga trigona sp membuat sarang di lubang-lubang pohon, celah-celah dinding dan lubang bambu di dalam rumah yang agak gelap. Untuk keamanan, tempat keluar masuk berbentuk lubang kecil sepanjang 1 cm yang diselimuti zat perekat. Sarang tersusun atas beberapa bagian buat menyimpan madu, tepung sari, tempat bertelur dan tempat larva. Di bagian tengah ada karangan bola berisi telur, tempayak dan kepompong. Di bagian sudut ada bola-bola kehitaman sebagai penyimpan madu dan tepung sari.

Lebah ini menghasilkan madu dan lilin yang diproduksi sangat kecil, rasanya asam dan sering dipakai untuk obat sariawan. Sedangkan lilinnya dipakai untuk membatik. Lebah pekerjanya berwarna hitam, berkepala besar dan berahang tajam untuk menggigit musuh bila diganggu. Perut lebah ratu sangat besar dengan sayap pendek. Ukurannya sebesar 3-4 kali lebah pekerja. Karena sangat gemuk dan tidak pandai terbang, lebah ini tidak suka berpindah-pindah tempat kecuali bila sarangnya terlampau tua dan buruk atau lilinnya keras.

Beda Bunga Beda Rasa Madu

Jenis lebah ini menentukan jenis madu yang dihasilkannya. Madu berhubungan dengan nektar bunga. Banyaknya bunga akan menghasilkan banyak jumlah madu. Rasa madu juga dipengaruhi oleh jenis bunga yang tumbuh di sekitar lokasi budidaya dan lebah yang mengisap nektarnya. Kuantitas madu tidak bisa diukur secara matematis. Terlebih perubahan cuaca yang mendadak kemudian berpengaruh pada bunga yang muncul dari setiap tanaman. Musim hujan adalah puncaknya lebah menghasilkan madu karena musim hujan membuat tanaman atau pohon-pohon besar berbunga. Dengan dasar ini, salah satu konservasi yang dilakukan oleh Pak Aep dan kawan-kawan ada menanam banyak bunga di sekitar lokasi. Banyaknya bunga sangat disukai oleh lebah dan hal ini yang membuat lebah betah untuk hidup di sekitarnya. Ingat yah! Lebah bisa kabur lho dari sarangnya kalau ia tak betah.

Perasaan, Pak Aep menyampaikan hal ini kepada saya saat bertanya tips membawa pindah lebah madu. Lebah adalah hewan yang sangat perasa, ia sangat peka dengan perasaan ini. Ingatan sayapun kemudian melayang ke workshop di Sekolah Waldorf, Jagad Alit Waldorf saat membahas thinking, feeling, dan wiling. Dijelaskan bagaimana seekor hewan memiliki perasaan yang sama dan kadang hewan dijadikan bahan terapi untuk mengasah perasaan ini untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Lebah ternyata sangat peka dengan perasaan ini, memeliharanya tidak sekadar memindahkan sarang kemudian tinggalkan begitu saja. Pak Aep mengatakan wilayah sekitar harus mendukung kehidupan lebah madu, salah satunya adalah bunga yang bermekaran yang tumbuh di wilayah sekitar.

Sambil berjalan di lokasi budidaya, Pak Aep sesekali menunjukan sarang-sarang lebah yang sedang berkembang tetapi belum bisa dipanen. Demikian juga dengan tiweul, lebah kecil yang dikatakan sebelumnya. Nektar tiweul ini ternyata sangat manjur, mereka menggunakannya untuk menutup lubang yang ada di setiap sela bambu. Tak terasa, waktu terus berlalu. Saya pun menyudahi sesi belajar langsung di lokasi budidaya tersebut. Langit yang sedari tadi mendung menahan gelayut awan pembawa hujan tak tahan lagi. Rintik-rintik hujan sudah turun secara perlahan. Hujan pun turun mengiringi kepulangan saya menuju Kota Bandung.
Share:

Jumat, September 16, 2016

Kolaborasi Kreatif Menghias Mural di Kota Bandung

Senja (15 Tahun, bukan nama sebenarnya) bergegas memakai sepatu menuju mobil yang akan mengantarkannya ke sekolah. Pagi itu ia sangat bersemangat karena akan menjadi salah satu orang yang terlibat dalam proyek seni di Kota Bandung. Ia akan menjadi bagian dari kelompok relawan menghias mural di kawasan Babakan Siliwangi tepat di jalan Siliwangi. Senja dan teman-temannya sudah berkoordinasi sebelum hari pelaksanaan. Berkoordinasi tentang alat dan bahan, tentang tema, dan tentang segala sesuatu yang harus dipersiapkan agar saat menghias mural semuanya berjalan dengan baik.
Kolaborasi Kreatif Menghias Mural di Kota Bandung (Iden Wildensyah)

Senja adalah salah satu remaja dari sebuah sekolah menengah di Kota Bandung yang ikut serta dalam proyek seni mural. Mural di dinding jalan Siliwangi Kota Bandung merupakan sebuah cerita yang sangat menarik untuk disimak. Tahun 2016 ini, proyek seni mural di jalan Siliwangi dikerjakan secara bersama-sama dengan melibatkan banyak pihak di luar jurusan Seni Rupa ITB. Jika proyek sebelumnya, Seni Rupa ITB sangat dominan dalam menggarap seni mural ini maka tahun ini termasuk yang berbeda dalam tema dan proses pengerjaannya.

Kolaborasi Bukan Kompetisi

Saya selalu teringat bahwa di jaman sekarang sudah bukan lagi waktunya mengembor-gemborkan kompetesi. Alih-alih berkompetisi, para pakar pendidikan dan futurolog di dunia banyak menyarankan untuk memperbanyak kolaborasi. Berkompetisi hanya dengan diri sendiri. Cukup dengan diri sendiri untuk menjadi lebih baik setiap harinya. Sementara dengan orang lain, darimanapun golongannya, lebih baik membangun kolaborasi. Kolaborasi memungkinkan keselarasan dan keharmonisan. Sementara kompetisi hanya akan membuat kondisi sebaliknya terlebih di tempat yang belum dewasa saat menerima kemenangan atau menghadapi kekalahan.

Kolaborasi bersifat positif dan membangun satu sama lain. Sementara kompetisi hanya akan menghasilkan individu-individu yang egois dan mementingkan kemenangan tanpa memperdulikan orang lain. Berkolaborasi satu sama lain dalam hal apapun menjadi tantangan tersendiri untuk para pegiat pendidikan alternatif. Dalam pendidikan alternatif yang tidak tersekat oleh ruang, semua orang atau kelompok adalah pendidik untuk siapapun yang berinteraksi dengannya. Ketika satu kelompok mampu memberikan pendidikan yang baik untuk kelompok lainnya maka akan terjadi kebaikan yang terus menerus. Dari satu kelompok ke kelompok lainnya. Tentu saja semua berawal dari individu yang mau terbuka untuk kolaborasi satu sama lain tanpa melihat embel-embel kepentingan dibalik kehadiran individu lainnya.

Jika niat baik untuk membangun sebuah kondisi yang baik, maka kolaborasi kreatif yang dilakukan dalam kegiatan menghias mural di Kota Bandung bisa menjadi stimulan yang baik untuk kolaborasi di tempat-tempat kreatif lainnya. Niat baik untuk menghadirkan kebaikan bagi lingkungan sekitar. Persis seperti niat dan semangat seorang Senja yang begitu antusias menghias mural dari pagi sampai sore.

“Senang kak, senang banget bisa menjadi relawan menghias mural ini. Cape sih tapi tidak apa-apa. Kalau mural sudah selesai, kelihatannya kan jadi indah” Demikian Senja berkata sambil membereskan alat-alat lukis dan cat yang sudah digunakannya sejak pagi tadi. Senja pun mengakhiri kegiatan hari itu di sebuah jalan yang akan ia kenang sampai tua dan menjadi cerita untuk anak-anaknya kelak.
Mural di Jalan Siliwangi (Iden Wildensyah)

Bukan hanya Senja yang merasa senang, kolaborasi kreatif ini juga menjadi ajang berkumpulnya komunitas-komunitas di Kota Bandung. Ada pegiat blogger dan komunitas sepeda yang juga begitu antusias membuat sejarah di Kota Bandung. Para pegiat pendidikan, para pegiat seni, para pecinta kreativitas yang tergabung dalam proyek menghias mural di Kota Bandung ini tentu akan semakin senang ketika kelak sesudah semua dinding terhias dijaga bersama-sama. Proses menjaga ini sepenuhnya diserahkan kepada warga Kota Bandung. Dengan kesadaran penuh untuk saling menjaga satu sama lain, bukan tak mungkin keharmonisan sebagai buah dari kolaborasi kreatif ini akan muncul secara kolektif dalam setiap diri warga yang melihat dan menikmati keindahannya.

Hari sudah sore, Senja dan teman-temannya sudah pulang. Tinggal beberapa kelompok mahasiswa yang masih menyelesaikan beberapa bagian yang belum dituntaskannya. Mereka masih mengayunkan kuasnya, mengambil warna cat sesuai hiasan yang ingin dibuatnya. Kolaborasi kreatif hari pertama ditutup dengan perasaan yang sangat lega.  
Share:

Kamis, September 15, 2016

Homeschooling dan Keberanian

Salah satu bentuk pendidikan alternatif yang berkembang cukup baik di Indonesia adalah homeschooling atau beken juga disebut Sekolah Rumah. Awal kehadiran homeschooling juga tidak terlepas dari kritik terhadap sekolah konvensional. Kritik terhadap sistem pendidikan yang berlaku di negara tersebut kemudian melahirkan sekolah-sekolah rumah yang diinisiasi oleh keluarga-keluarga dengan kebutuhan pendidikan yang disesuaikan dengan anak didiknya.
Perkembangan penemuan cara belajar yang beragam semakin mengukuhkan kebutuhan belajar sesuai kebutuhan anak. Demikian juga ketika Howard Gardner menyampaikan delapan tipe kecerdasan yang menarik untuk diimplementasikan dalam proses pendekatan cara belajar. Hal ini berimbas pada cara belajar anak yang berbeda-beda yang tidak bisa disamaratakan satu sama lainnya. Seorang anak dengan tipe kecerdasan linguistik tidak bisa dipaksakan terus menerus untuk belajar persis seperti anak dengan tipe kecerdasan musik, misalnya, atau seorang anak yang kuat dalam kecerdasan naturalis dipaksakan untuk belajar dengan cara tipe anak yang memiliki kecerdasan logis-matematis. Segala sesuatu yang tidak sesuai kadar kebutuhannya akan menghasilkan hal yang tidak baik dalam keseimbangan pertumbuhan anaknya. Misalnya anak menjadi stress, mudah marah, mogok belajar, dan lain-lain.
Keberanian
Kenapa saya katakan bahwa homeschooling adalah tentang keberanian. Keberanian dalam banyak hal bisa membuat atau menghasilkan sesuatu yang baru. Nah keberanian orangtua dalam mengambil keputusan untuk pendidikan anaknya dengan homeschooling tentu perlu diapresiasi. Dalam beberapa kesempat ketika saya bertemu dengan pegiat homeschooling selalu saya katakan penghargaan yang besar untuk mereka.
Orangtua yang memutuskan homeschooling untuk pendidikan anaknya adalah golongan pemberani yang sangat besar perannya dalam menjaga kemurnian anaknya. Yah, beberapa orangtua ada yang mengatakan salah satu alasan mengambil homeschooling karena sekolah hanya membuat anaknya malah tidak tumbuh dengan baik karena banyaknya paksaan yang masuk ke dalam dunia anak-anaknya tanpa bisa mereka kendalikan.
Today is a gift! Homeschooling dan Keberanian 
Orangtua yang sudah tahu potensi anaknya tentu tidak mau potensi tersebut mati karena sekolah konvensional. Ada juga mengatakan “masa anak didik tidak boleh kreatif dari gurunya?!”. Hal yang miris karena ini masih terjadi di beberapa sekolah konvensional di Indonesia. Homeschooling kemudian menjadi alternatif untuk tetap menjaga potensi tersebut tetap ada bahkan berkembang semakin baik dengan pembelajaran yang tepat dan metode yang baik untuk anak-anaknya.

Para orangtua kemudian membuat perencanaan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan anak didiknya. Membuat kegiatan-kegiatan menarik, mengunjungi tempat-tempat yang memungkinkan anak-anaknya belajar langsung dari pengalaman yang mereka terima. Dan masih banyak lagi variasi kegiatan yang dirancang orangtua pegiat homeschooling.
Perkembangan media sosial dan teknologi semakin membuat pegiat homeschooling mudah untuk mengakses berbagai hal yang dibutuhkan seperti materi, kurikulum, kegiatan, dan lain-lain. Materi-materi yang dibutuhkan untuk pembelajaran di rumah tersebar banyak di internet. Dengan modifikasi sesuai kebutuhan, orangtua kemudian tinggal menyajikannya kepada anak didiknya. Variasi kegiatan juga semakin mudah untuk didapatkan, tinggal cari di mesin pencari dengan materi dan kata kunci yang tepat maka dalam waktu yang cepat referensi itu akan muncul.
Bukan hanya itu, jaringan antar sesama orangtua pegiat homeschooling lainnya semakin terbuka lebar. Group-group di media sosial seperti facebook, memudahkan para pegiat homeschooling untuk saling bertukar informasi dan menjalin komunikasi satu sama lain. Tak jarang forum komunikasi ini kemudian membuat acara pertemuan bersama-sama untuk saling belajar dalam satu waktu yang ditentukan dengan tema yang dirancang sebelumnya.
Lembaga Pegiat Homeschooling
Ada dua lembaga pegiat homeschooling yang saya catat dan cukup berhasil dalam mengembangkan konsep homeschooling di Kota Bandung. Kalau ditingkat nasional, homeschooling binaan Kak Seto sudah sangat terkenal. Jika berbincang dengan orangtua baru yang hendak mengambil keputusan homeschooling dengan bantuan lembaga, yang pertamakali mereka tanyakan adalah homeschooling Kak Seto. Nah di luar lembaga homeschooling Kak Seto ini, saya melihat lembaga yang memfasilitasi pegiat homeschooling misalnya Homeschooling Kancil Cendikia dan Homeschooling Taman Sekar. Kedua lembaga ini sudah menjadi pilihan banyak orangtua untuk menjadikan partner buat anak didiknya.
Dengan pendekatan metode pendidikan alternatif, kedua lembaga tersebut menawarkan bentuk-bentuk baru dalam pendidikan di Indonesia. Beberapa anak didiknya dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang menarik setiap minggunya. Misalnya outing ke tempat-tempat yang bisa dijadikan sebagai bagian dari pembelajarannya, kegiatan perkemahan, dan lain-lain. Lembaga homeshooling ini mengorganisir termasuk memberikan fasilitator atau pendamping kegiatan belajarnya dengan baik. Fasilitator ini berperan sebagai guru jika disandingkan dengan sekolah-sekolah konvensional, bedanya fasilitator ini biasanya lebih dekat, lebih memahami karakter anak dibandingkan guru konvensional yang mengajar demi menghantarkan materi saja.
Nah, sekolah rumah dengan perkembangan teknologi ini dan banyaknya lembaga yang membantu pegiat homeschooling ini semakin mengukuhkan keberadaannya yang menjadi pilihan buat orangtua. Homeschooling bukan saja menjadi alternatif buat anak-anaknya tetapi homeschooling bisa menjadi kekuatan baru dalam peta pendidikan alternatif di Indonesia. Dukungan dari lembaga pemerintahan sangat dibutuhkan dalam berbagai hal. Demikian juga dengan kementrian pendidikan dan kebudayaan Indonesia sudah memberi warna hijau untuk bentuk pendidikan alternatif ini sebagai salah satu bentuk pendidikan yang juga diakui oleh negara. Legalitas ini diperlukan terutama misalnya untuk kebutuhan anak saat pindah jenjang dari tingkat dasar ke tingkat menengah, kemudian dari tingkat atas ke jenjang mahasiswa. Dukungan masyarakat luas pada komunitas dan para pegiat homeschooling juga diperlukan. Dukungan ini bisa dalam bentuk apapun.
Keberanian orangtua pegiat homeschooling ini semoga menjadi inspirasi untuk orangtua lainnya di Indonesia semata-mata untuk membangun sumberdaya manusia Indonesia yang baik di masa depan.


Share:

Rabu, September 14, 2016

Pentingnya Memahami Makna Kata Untuk Anak-Anak

Sebut saja namanya Mawar Merah, usianya 10 tahun bersekolah di sebuah sekolah yang mentereng. Sehari-hari diantar jemput oleh supir pribadinya dari rumah ke sekolah dan sebaliknya. Dalam tas yang besar selain buku-buku pelajaran yang tebal, terselip sebuah telepon genggam pintar. Untuk ukuran anak seusianya, keberadaan telepon genggam tersebut seolah sudah lumrah. Di dalamnya terdapat banyak aplikasi yang didominasi oleh permainan. Sisanya aplikasi media sosial dan aplikasi fotografi instan. 

Selepas sekolah, Mawar berkumpul dengan teman-temannya di sudut sekolah, cekikikan atau tertawa-tawa bersama. Mereka asyik bermain menggunakan telepon pintarnya. 
Membaca kemudian memahaminya!

Jauh sebelum waktu sekolah bubar, ia mengikuti ulangan Bahasa Indonesia. Betapa sulitnya ia mengerjakan soal-soal ulangan tersebut. Berkali-kali ia mendatangi gurunya di depan kelas hanya untuk bertanya arti dari kata yang ada di soal tersebut. Kata-kata "Rutin, menyinggung, melambai, dan kata-kata lainnya yang ia tak mengerti.

Cerita di atas adalah gambaran betapa anak-anak sekarang begitu sulit memahami arti kata. Jangankan ditanya makna kata, untuk mengartikannya juga sangat butuh waktu yang panjang sampai akhirnya bisa mengerti. 

Jangan sepelekan masalah bahasa ini, bahasa adalah awal untuk anak memahami fenomena di sekitar. Setelah mengerti lalu memahami dan bisa melaksanakan. Lalu bagaimana selanjutnya agar anak mencintai bahasa Indonesia. Inilah beberapa tips yang bisa dilakukan di rumah dan juga di sekolah untuk membangun kesadaran berbahasa dan mampu memahami setiap kata yang terdapat dalam setiap kalimat. 

1. Budayakan membaca buku. Membaca buku di era sekarang itu sangat menantang. Keasyikan membaca seolah hilang tergantikan oleh asyiknya bermain games di tablet atau di telepon genggam. Sekolah dan rumah harus menyediakan waktu khusus untuk membaca. Dengan sedikit paksaan membaca rutin, diharapkan anak mampu membiasakan diri dekat dengan buku. Kalau sudah biasa, secara perlahan ia akan mencintai buku bacaan.

2. Sediakan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Saat anak bertanya tentang sebuah kata yang tidak dimengerti, arahkan langsung untuk mencari di kamus. Apapun yang anak tidak mengerti arti kata, kamus menyediakan penjelasan yang memadai. Jangan reaktif menjawab karena anak hanya akan menunggu jawaban kita, arahkan untuk mencari agar ia aktif belajar.

3. Menulis jurnal atau diari. Terbiasa menulis jurnal harian atau diari akan membuat anak terbiasa mengolah kata-katanya. Selain mengolah kata, anak juga akan terbiasa untuk mengolah emosi. Ia tahu kapan menuliskan hal baik yang akan baik dibaca orang lain atau hal tak baik yang akan mengakibatkan hal tak baik saat dibaca orang lain.

4. Review setiap bacaan dengan membuat resensi atau catatan singkat. Mengajak anak meresensi adalah tahap selanjutnya dari menyukai bacaan. Meresensi akan mengasah kepekaan anak terhadap apapun yang ia baca. Kadang, ide-ide baru muncul saat kita meresensi sebuah buku bacaan. 

Nah, dengan membiasakan keempat hal tadi, Mawar Merah yang tadinya kesulitan memahami kata, mudah-mudahan ia menjadi lancar mengerjakan soal-soal bahasa Indonesia. Bukan hanya itu saja, Mawar Merah juga akan lancar dipelajaran lain misalnya sains, terpadu, bahasa Inggris dan lain-lain.
Share:

Selasa, September 13, 2016

Kejutan Kecil Bermakna Besar

Selalu ada kejutan-kejutan kecil dalam hidup ini yang buat saya maknanya sangat besar. Terlebih, ketika bergiat di pendidikan alternatif anak-anak. Berbagai bentuk kejutan itu bisa muncul dalam bentuk yang serbarupa. 

Buat Mr Iden 
Kejutan yang tak terduga bisa saja dalam bentuk hasil yang melampaui proses. Tak terduga karena bisa jadi melebihi ekspektasi dari yang kita bayangkan sebelumnya. Misalnya ketika memfasilitasi sebuah kegiatan dari materi yang harus diajarkan, materi berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Inti. Sebuah lembar kerja siswa diberikan begitu saja, dengan kemasan yang menarik kemudian anak diminta mengisi. Saat mengisi, anak tak cuma mengisi sesuai instruksi, ia merangkai lembar kerja tersebut bagaikan berkarya. Menambahkan warna yang menarik pada setiap gambar yang dituangkannya. Menuliskan deskripsi lebih dari instruksi yang ada atau ruang tulis yang ada.

Hallo, aku Mr Iden
Sebagai guru fasilitator, tentu saja kebahagiaan yang muncul karena anak berani lebih keren dari gurunya. Anak berani lebih kreatif dari gurunya. Anak mampu memaksimalkan semua potensi yang dimiliki tanpa harus didorong-dorong. 

Kejutan lainnya adalah bingkisan tak terduga. Tiba-tiba seorang anak memberikan batu. Yah hanya sebuah batu versi orang dewasa tetapi lebih dari batu buat anak kecil. Batu yang bermakna dalam yang diberikan seorang manusia untuk manusia lainnya. Saya selalu menyimpan apapun yang anak berikan. Secarik kertas bergambar, sepotong kayu kering, sebuah bekas kaleng, atau apapun yang anak berikan selalu saya apresiasi. 

Di mata mereka, kejutan itu adalah sebuah hal yang sangat istimewa. Menyakitkan jika orang dewasa mengabaikan kejutan kecil ini. Apresiasi ini lebih berharga dari sekian banyak apresiasi yang diterima orang dewasa. Tak salah jika orang dewasa harus bisa memberikan sesuatu yang lebih besar untuk anak-anak melebihi materi yaitu kasih sayang! 


Share:

Rabu, September 07, 2016

Kenapa Pendidikan Alternatif?

"Pendidikan bukan cuma urusan memperbanyak isi memori otak atau mencari tahu sesuatu yang tidak diketahui sebelumnya. Namun lebih dari itu adalah upaya menghubungkan semua yang sudah diketahui dengan hal-hal yang masih menjadi misteri" (Anatole France, 1817-1895 pemenang Nobel Sastra, Prancis)

Beberapa hari ini blogpost saya berbicara seputar pendidikan alternatif yang diusung oleh sekolah-sekolah alternatif yang ada di Kota Bandung. Saya menaruh hormat dan apresiasi yang besar untuk setiap sekolah alternatif yang sudah mengembangkan metode pendekatan belajar yang manusiawi. 


Salah satu bentuk pembelajaran di Sekolah Alternatif
Istilah pendidikan alternatif merupakan istilah generik dari berbagai program pendidikan yang dilakukan dengan cara berbeda dari cara tradisional. Secara umum pendidikan alternatif memiliki persamaan, yaitu: pendekatannya bersifat individual, memberi perhatian besar kepada peserta didik, orang tua/keluarga, dan pendidik serta dikembangkan berdasarkan minat dan pengalaman.

Pemikiran tentang pendidikan alternatif ini bermula dari kritik-kritik Romo Mangun terhadap bentuk pendidikan yang sejak berlakunya kurikulum 1974, berkembang hingga kurikulum 1994.

Pendidikan alternatif tidak diartikan sebagai pengganti sekolah formal, melainkan mencari materi dan metode dedaktik baru sampai kurikulum baru. Menurut Nunuk Murniati, pendidikan seharusnya bersifat kontekstual, harus disesuaikan dengan lingkungan. Pendidikan untuk kaum marjinal pun demikian. Dimana konsep link and macth yang digembar-gemborkan oleh pemerintah orde baru dalam pendidikan hanya menghasilkan sekrup-sekrup kapitalis yang dibuat hanya untuk menyesuaikan dengan kebutuhan tenaga kerja dalam mesin industri.

Menurut Jery Mintz (1994:xi) Pendidikan alternatif dapat dikategorikan dalam empat bentuk pengorganisasian, yaitu:

  1. sekolah publik pilihan (public choice);
  2. sekolah/lembaga pendidikan publik untuk siswa bermasalah (student at risk);
  3. sekolah/lembaga pendidikan swasta/independent dan
  4. pendidikan di rumah (homeschooling).

Woodworking di Sekolah Waldorf 
Bentuk pendidikan alternatif tertua yang dikelola masyarakat untuk masyarakat adalah pesantren. Diperkirakan dimulai pada abad 15, kali pertama dikembangkan oleh Raden Rahmad alias Sunan Ampel. Kemudian muncul pesantren Giri oleh Sunan Giri, pesantren Demak oleh Raden Fatah dan Pesantren Tuban oleh Sunan Bonang.

Selain pesantren, Taman Siswa didirikan pada tahun 1922. Selain Taman Siswa, Mohammad Syafei membuka sekolah di Kayutaman. Sekolah dengan semboyan, “Carilah sendiri dan kerjakanlah sendiri”. Siswa diberi keterampilan untuk membuat sendiri meja dan kursi yang digunakan bagi mereka belajar. Namun Belanda telah membumihanguskan sekolah tersebut.

Semangat Alternatif
Walaupun jarak yang jauh sejak Taman Siswa dan Sekolah Kayutaman, kini sekolah-sekolah alternatif semakin tumbuh subur di kota-kota besar di Indonesia. Hal yang patut kita banggakan karena masyarakat memiliki banyak pilihan untuk mendapatkan kesempatan belajar yang lebih baik untuk anak-anaknya. Nah, semangat memberikan pendekatan pendidikan yang lebih manusiawi adalah hal yang saya pikirkan. Pendidikan alternatif bisa menjadi bagian yang menarik untuk membangun sumber daya manusia Indonesia di masa depan yang lebih baik.


Mengolah tanah untuk pertanian di sekolah
Sekolah alternatif terbukti mampu memberikan dimensi lain dalam dunia pendidikan Indonesia. Sekolah alternatif berani keluar dari pakem-pakem pembelajaran yang begitu-begitu saja. Anak pasif dan guru ceramah seharian. Walaupun semangat ini juga sudah hadir dalam perencanaan pendidikan di kurikulum tetapi kenyataannya jauh panggang dari api. 

Sekolah-sekolah yang konvensional masih kesulitan menerapkan hal-hal yang menarik dalam menyampaikan pembelajarannya. Alokasi dana pelatihan sudah dikeluarkan banyak sekali tetapi alih-alih memperbaiki sistem pendidikan yang ada hanya pemborosan  anggaran. Guru di kelas akan kembali mengambil jalan teraman, cari di internet, copy paste kemudian sebarkan di kelas. Lebih parah lagi, jual LKS kemudian suruh anak mengerjakan sendiri dan guru tinggal ongkang-ongkang kaki dengan santainya sambil menghembuskan asap rokok yang dihisapnya. Sebuah potret buruk pendidikan yang sudah sangat akut. 

Sementara di sekolah-sekolah alternatif, guru berjibaku mencari bentuk-bentuk menarik dalam menghantarkan pembelajaran yang menarik dan mudah dipahami oleh anak-anak lewat berbagai macam kegiatan yang variatif. Guru mengolah semua materi berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi inti untuk disampaikan kepada anak didiknya. 
Nah semangat berpikir kreatif dalam pendidikan alternatif inilah yang ingin saya bagikan untuk semua. Pendidikan yang kreatif, pendidikan yang menyenangkan, mendidik kreatif adalah semangat yang harus muncul dalam setiap diri pendidik di seluruh Indonesia. Semoga saja semakin banyak sekolah-sekolah alternatif yang mampu memberikan kontribusi positif dalam membangun manusia Indonesia yang merdeka, mandiri, kreatif, dan berdaya! 






Share:

Selasa, September 06, 2016

Sains yang menyenangkan di Sekolah Kuntum Cemerlang

‎”Ada benda-benda di sekitar kita dan sangat dekat dengan kaki kita. Tetapi kita belum pernah melihatnya, karena kita tidak benar-benar berusaha melihatnya.” (Alexander Graham Bell)
‎”Sains bukan daftar fakta dan prinsip yang harus dipelajari dengan cara dihafal. Sains adalah cara melihat dunia dan mengajukan pertanyaan.” (F. James Rutherford)

Menembus padatnya lalu lintas di Jalan Setiabudi, Bandung kemudian berbelok ke arah kanan menuju Cipaku. Sebuah sekolah di kawasan yang rimbun, asri, dan sejuk bersiap menyambut. Seperti biasa, matahari selalu memberikan kehangatan pada pagi hari yang dingin. 

Bandung yang dingin pada pagi hari bahkan jika mencapai puncaknya musim kemarau atau musim hujan, pagi hari di Bandung bisa diselimuti oleh kabut yang turun kemudian perlahan-lahan pergi ketika hangatnya matahari mulai terasa.
Anak-anak di Sekolah Kuntum Cemerlang
 sedang melakukan percobaan sains (dok. Iden Wildensyah

Sekolah Kuntum Cemerlang atau lebih banyak dikenal dengan singkatan SKC adalah sekolah menarik yang ada di Bandung. Banyak sekali program yang ditawarkan untuk anak didiknya dalam memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan. Dengan pendekatan belajar yang holistik, di SKC kita akan menemukan paduan belajar dengan kegiatan yang menarik untuk anak-anak. Anak-anak akan diajak untuk berpikir kritis terhadap segala sesuatu yang terjadi. Berpikir kritis adalah salah satu pondasi dasar pendidikan alternatif. Anak-anak begitu menyukai setiap kegiatan yang mereka ikuti. Sebut saja salah satunya yaitu kegiatan sains. Sains memiliki tempat yang baik di SKC. Sedari dini, anak-anak sudah dikenalkan dengan konsep-konsep sains yang menarik. Sains di sekitar kita kemudian dikaji bersama-sama antara siswa dan guru. 

Tak jarang, penelitian untuk membuktikan sesuatu dilakukan untuk menarik minat anak-anak terhadap sains. Misalnya penelitian tentang tumbuhan yang menyerap Karbondioksida dan melepaskan oksigen. Mereka akan lakukan penelitian di laboratorium yang cukup lengkap untuk ukuran sekolah di Kota Bandung. 

Bukan hanya di sekolah saja, praktik lapangan juga sering dilakukan di SKC dengan mengunjungi lokasi-lokasi yang akan diobservasi. Misalnya meninjau kehidupan laut dengan langsung belajar di lokasi seperti Pangandaran. Mengenal hutan langsung belajar ke Taman Hutan Raya. Mengenal kenampakan alam dan fenomena gunung berapi langsung belajar dan meninjau lokasi gunung berapi. 

Bukan hanya sains, praktik observasi lapangan juga berhubungan dengan sejarah. Misalnya mengunjungi lokasi candi, tempat adat, dan masih banyak lagi lagi kegiatan menarik seputar observasi lapangan yang dilakukan oleh anak-anak di SKC. 

Kekuatan sains di SKC ini tidak bisa dianggap enteng. Pengalaman membuktikan jika Sekolah Kuntum Cemerlang selalu berkontribusi dalam lomba sains yang dilakukan oleh dinas-dinas terkait. Penelitian siswa-siswanya sangat menarik untuk dikaji. Sains menjadi sangat menyenangkan di SKC. 

Bukan hanya sains, kegiatan lainnya juga tak kalah menarik. Sebut saja belajar dengan menggunakan media LEGO. Dengan LEGO yang sudah mereka miliki, anak-anak diajak untuk merancang mulai dari bangunan atau konstruksi sederhana sampai konstruksi yang rumit. Mulai dari yang pasif sampai bentuk konstruksi yang aktif atau bisa digerak-gerakan untuk tujuan tertentu. 

Salah satu hal yang juga menarik perhatian saya adalah pelajaran creative writing atau menulis kreatif. Buat ini juga menjadi keistimewaan dari SKC. Anak-anak diajak untuk mampu menuliskan setiap ide yang mereka miliki dengan cara-cara yang kreatif. Kreativitas adalah bentuk menarik dari sekolah alternatif. Keberadaan kreativitas menjadi nyawa untuk mengembangkan ide-ide. Ketika anak mampu menuliskan ide-ide secara kreatif dan menyampaikan ke khalayak dengan menarik, ia sudah memiliki satu poin untuk bekal kehidupan. 

Sebagaimana sekolah alternatif lainnya, sekolah tidak boleh jauh dari masalah-masalah kehidupan karena sekolah adalah kehidupan itu sendiri. Anak diajak untuk kreatif sejak dini pada hakikatnya adalah untuk memberi pengalaman hidup secara kreatif di kemudian hari. Saya yakin SKC termasuk salah satu bentuk miniatur kehidupan dimana anak-anak belajar lebih banyak dari pengalamannya setiap hari beraktivitas di sekolah bersama guru dan teman-temannya. 
Share:

Senin, September 05, 2016

Belajar Kreatif di Rumah Belajar Semi Palar

Pagi-pagi sekali dengan wajah senang anak-anak berbaju oranye dengan celana biru kotak-kotak berkumpul di depan parkiran sebuah pusat pertokoan. Bercengkerama satu sama lain sambil menunggu kehadiran teman-temannya yang lain. Hari itu tanggal 22 April yang bertepatan dengan Hari Bumi. Anak-anak yang didampingi guru bersiap untuk melakukan perjalanan ke sekolah. Anak-anak di Semi Palar sudah terbiasa melakukan rutinitas berjalan ke sekolah setiap tanggal 22 setiap bulannya. Rutinitas yang sangat positif untuk membangun kesadaran lingkungan sejak dini dimulai dengan mengurangi menggunakan kendaraan bermotor. Jika biasanya mereka diantar jemput, maka satu hari dalam sebulan, anak-anak harus bisa berjalan kaki ke sekolah tanpa di antar orangtua.
Semi Palar merupakan salah satu sekolah alternatif di Kota Bandung. Sebagaimana sekolah-sekolah alternatif lainnya, Semi Palar menawarkan hal yang menarik untuk masa depan pendidikan Indonesia lewat pendekatan metode belajar holistik dan terpadu. Dengan pendekatan yang holistik, tak heran jika kita menemukan perpaduan yang unik dalam setiap karya anak-anak di Semi Palar.
Saya bisa katakan bahwa pembelajaran kreatif di Semi Palar tidak lepas dari pentingnya membangun cara pandang yang holistik pada pendidikan. Contoh sederhana misalnya matematika yang tidak bisa lepas dari logika, seni, dan bahasa. Ketiganya berbaur membuat satu kesatuan yang utuh. Matematika juga tidak bisa lepas dari kehidupan. Untuk itu, pendekatan soal-soal matematika dalam kehidupan serta praktik dalam kegiatan atau dalam berkarya akan kita temukan di Semi Palar.

Kreativitas
Salah satu hal yang menarik lainnya di Semi Palar adalah kreativitas. Kreativitas adalah kunci! Dengan kreativitas, pembelajaran di dalam kelas menjadi sangat menyenangkan. Perpaduan antara teori dan praksis pendidikan kritis bisa saya rasakan di Semi Palar ini.
Salah satu karya anak-anak di Semi Palar (dok.Iden Widensyah)
Proses dialogis yang menarik antara guru dengan anak-anak, guru dengan guru, dan guru dengan orangtua terjalin dengan harmonis. Secara berkala sekolah mengadakan pertemuan orangtua untuk membangun komunikasi yang baik antara rumah dan sekolah. Demikian juga dengan pertemuan antar guru yang rutin dilakukan setiap minggunya dalam rangka belajar bersama.
Dalam pertemuan guru ini tak jarang ide-ide kreatif dalam belajar bermunculan satu sama lain. Setiap guru memberikan feedback satu sama atas proses yang terjadi di kelas masing-masing. Sebuah proses pembelajaran yang menarik untuk menumbuhkan jiwa-jiwa guru yang kreatif.
Guru yang kreatif kemudian melahirkan murid-murid yang kreatif juga. Proses mengapresiasi karya siswa ini sering diselenggarakan oleh sekolah lewat pameran akhir tahun atau pada moment-moment tertentu. Kita bisa melihat bagaimana kreatifnya anak-anak di Semi Palar lewat karya yang mereka pamerkan.
Sekali lagi sekolah alternatif! Saya selalu mengapresiasi setiap sekolah alternatif karena keberanian dalam mengembangkan cara dan pendekatan belajar yang lebih keren dari sekadar tuntutan kurikulum pendidikan nasional dengan standarisasi-standarisasinya yang kaku. Semoga pembelajaran kreatif di Semi Palar bisa menular ke sekolah-sekolah alternatif lainnya di Bandung khususnya dan di Indonesia umumnya!
Share:

Minggu, September 04, 2016

Ceria di Sekolah Bianglala

"Kami siswa siswi SD Bianglala, anak yang jujur, jujur, jujur. Tanggungjawab, tanggungjawab, tanggungjawab. Visioner, visioner, visioner. Disiplin, disiplin, disiplin, Kerjasama, kerjasama, kerjasama. Adil, adil, adil. Peduli, peduli, peduli!"
Suara anak-anak terdengar serentak ketika memasuki Sekolah Bianglala pada pagi hari. Nilai-nilai yang diucapkan tersebut rutin diucapkan sebelum memulai kegiatan di masing-masing kelas. Pun ketika akan bergiat dengan orangtua, nilai-nilai yang menjadi cita-cita sekolah selalu diucapkan bersama-sama. Hal ini mengingatkan saya pada kegiatan kepanduan yang selalu diucapkan bersama-sama setiap pagi sebelum bergiat dan malam hari sebelum istirahat.
Sekolah Bianglala
Sekolah Bianglala bisa jadi salah satu sekolah alternatif yang juga menarik di Kota Bandung. Dengan semangat membangun pendidikan Indonesia yang lebih baik, sekolah-sekolah alternatif akan terus saya tulis dan saya dukung kehadirannya di Indonesia. Termasuk salahsatunya adalah Sekolah Bianglala ini. Sekolah Bianglala dengan tagline sport, art, good ethic, dan music ini sudah lama menjadi perbincangan di kalangan pendidik di Kota Bandung karena kiprahnya dalam menjadikan musik dan olah raga sebagai bagian penting dalam pembelajarannya. Team musik yang ada di Sekolah Bianglala termasuk salah satu team yang sering mendapat tempat di setiap event di Kota Bandung. Mulai dari musik modern sampai musik tradisional mendapat tempat yang sama di Sekolah Bianglala.
Angklung misalnya, dengan group angklung yang mereka bina, Sekolah Bianglala sering tampil di acara-acara seperti kegiatan lingkungan, seni dan budaya. Anak-anak yang belajar musik tradisional selalu dilibatkan dalam setiap acara tersebut. Mereka silih berganti bersama-sama memainkan musik-musik yang menarik dalam pembelajarannya.
Setiap akhir tahun, Sekolah Bianglala rutin mengadakan pentas akhir tahun dengan tema-tema yang menarik seperti the soul of music, dll. Pentas yang memberikan pembelajaran kemandirian dan percaya diri dalam anak-anak ini patut diapresiasi. Tak banyak sekolah-sekolah apalagi sekolah umum yang mampu menghadirkan hal-hal menarik untuk anak didiknya. Bisa jadi karena keterbatasan ruang dan waktu atau juga banyaknya peserta didik di sekolah umum yang membuat sulit dalam mengorganisir jika harus mementaskan dan semua memiliki peran yang sama dalam setiap acara pementasan. Bisa dimaklumi!
Dalam hal olah raga, Sekolah Bianglala termasuk sekolah yang peduli dan memiliki pandangan yang menarik yang menjadikan olah raga sebagai bagian dari pembentukan karakter dalam pendidikan karakter yang mereka bangun dalam diri anak didiknya. Yah, olah raga mengajarkan banyak hal untuk anak didik, seperti sportivitas, kerjasama, kemandirian, dan respek serta nilai-nilai pendidikan lainnya yang menarik dalam sebuah kegiatan olah raga. Saya termasuk orang yang dahulu lebih suka pelajaran olah raga daripada terlalu lama duduk manis di dalam kelas.
Bisbol, Softball, kasti, basket, beladiri, futsal, adalah kegiatan olah raga yang populer di Sekolah Bianglala. Khusus untuk Softball, Sekolah Bianglala bekerjasama dengan klub Rusa Hitam untuk membina atlet-atlet mudanya. Rusa Hitam adalah klub profesional di Kota Bandung. Pembinaan atlet usia muda ini sangat menarik karena seyogianya anak-anak memiliki porsi yang besar dalam keterampilan fisik. Anak-anak yang bergerak dalam aktivitas hariannya di sekolah akan berbeda dengan anak-anak yang terlalu banyak dipapar oleh akademis di dalam kelas.
Nah, sebagai sekolah alternatif di Kota Bandung, buat saya olah raga bersama anak-anak menjadi penting untuk selalu dilakukan. Sayangnya menurut beberapa orangtua yang menyekolahkan anaknya di sana, hubungan antara sekolah dengan rumah belum terbangun dengan baik, seolah-olah sekolah berjalan sendiri dan orangtua tinggal dukung saja. Ada sisi positif dan negatifnya dari hal tersebut. Positif dan negatifnya tergantung dari persfektif orangtua atau sekolah. Walau demikian, sekolah alternatif tetap saja mendapat tempat yang menarik bagi pegiat pendidikan yang sudah lama menantikan bentuk pendekatan yang baru. Sudah terlalu lama berdinamika dengan masalah akut pendidikan di Indonesia, maka kehadiran sekolah alternatif seperti Sekolah Bianglala ini menjadi angin segar bagi masa depan pendidikan di Indonesia. Semoga saja semakin banyak orang yang terinspirasi dari Sekolah Bianglala dan muncul sekolah-sekolah alternatif lainnya yang menawarkan pendekatan pendidikan yang manusiawi, holistik, ramah anak, dan kreatif. Aamiin!


Share:

Sabtu, September 03, 2016

Senangnya di Sekolah Prima

Sinar matahari menyelusup di antara dedaunan. Di lapangan terbuka, sinar matahari pagi itu memberikan kehangatan tersendiri. Beberapa anak sudah masuk ke dalam kelas masing-masing. Terdengar riuh rendah di dalam kelas yang begitu hangat. Guru sedang membimbing baca Al Quran. Beberapa siswa membaca sendiri secara mandiri. 
Ruang kelas yang cukup untuk menampung anak-anak untuk selalu berdekatan itu sangat terasa nyaman. Udara dingin di luar tidak akan terasa ketika mereka berkumpul. Kehangatan langsung terasa dari dalam kelas. Hangat karena suasana yang menyenangkan. 
Kursi dan meja tertata dengan rapi. Di setiap dinding kelas terdapat banyak sekali karya anak-anak. Gambar serta karya-karya lainnya seolah menyambut setiap anak dengan pertanyaan "Apa yang bisa kita buat hari ini? Karya apa yang akan kau buat hari ini?" Sebuah sapaan kreatif untuk mengajak anak-anak mandiri membuat sesuatu. 
Suasana di Sekolah Prima (iden wildensyah)
Yah, berkarya membuat anak mandiri. Berkarya membuat anak belajar utuh tentang segala sesuatu yang dipelajari. Bisa jadi, anak tidak menyadari pelajaran yang sedang di pelajarinya saat ia berkarya. Terlebih misalnya ketika anak sudah tenggelam dalam karyanya atau juga dalam kegiatannya.
Sekolah Prima atau SD Prima yang merupakan kependekan dari Sekolah Dasar Peradaban Insan Mulia terletak di Kota Cimahi. Saya menyebutnya sebagai sekolah alternatif. Terlebih, dalam beberapa tahun ini kegiatan saya di sekolah-sekolah alternatif di Kota Bandung. Saya menyukai konsep-konsep sekolah alternatif ini karena meyakini bisi menjadi tonggak perbaikan sistem pendidikan nasional. 
Proses mendekatkan konsep pendidikan yang menyenangkan di SD Prima yang saya catat misalnya membuat semacam tantangan mingguan yang dikeluarkan (diterbitkan) setiap jumat. Anak secara mandiri diajak untuk mencari tahu, mengkaji hal-hal yang sudah dipelajari di sekolah dan belajar di rumah. Tantangan ini sangat menarik karena melibatkan banyak pengetahuan. Anak diajak untuk kreatif mengemas, mencari atau mengeksplorasi setiap hal yang menjadi tantangannya.
Ruang kelas yang dibuat ramah memungkinkan anak untuk merasa nyaman saat berada di sekolah. Bukan lagi seolah berada di dalam ruang yang kotak begitu-begitu saja. Atau sebagian orang menyebutnya sedang berada dalam penjara kelas. Di Sekolah Prima tidak demikian. Ruang kelas begitu terasa nyaman dan mengasyikan untuk belajar.

Perbaikan Sistem Pendidikan Nasional
Sekolah alternatif yang tumbuh subur di kota-kota besar di Indonesia sesungguhnya bisa menjadi angin segar untuk pendidikan Indonesia yang kadung akut sekali masalahnya. Sekolah alternatif berarti memberikan alternatif, cara-cara pendekatan pendidikan yang lebih manusiawi, lebih mudah diserap anak-anak dibandingkan sekolah umum yang sudah lama berdiri. 
Nyaman di dalam kelas SD Prima (Iden Wildensyah)
Beberapa sekolah alternatif berani untuk melakukan revolusi dalam pendekatan pendidikannya. Misalnya mengubah cara pandang pendidikan yang gaya bank (Paulo Preire dalam bukunya Pendidikan Kaum Tertindas menjelaskan lebih detail tentang gaya bank ini). Pendidikan di sekolah alternatif tidak lagi melihat murid sebagai benda pasif yang tidak berdaya. Di sini saya melihat banyak sekali pendekatan sekolah alternatif yang memanusiakan manusia lewat diskusi-diskusi, kedekatan guru dan siswa, kedekatan guru dan orangtua, serta masyarakat pada umumnnya.
Sekolah bukan lagi menara gading yang jauh dari realitas masyarakat. Sekolah menjadi bagian dari masyarakat itu sendiri. 
Masalah-masalah masyarakat kemudian didekatkan dengan cara yang elegan untuk mencari solusinya. Di sisi praksis ini misalnya mengajarkan anak-anak terjun langsung bertani, mengolah tanah, mengolah kayu, mengolah karya-karya kreatif lainnya untuk membuat anak didik menjadi mandiri dan mampu berdaya dikemudian hari.
Tentu saja tantangan pendidikan alternatif ini adalah standarisasi. Beberapa sekolah alternatif banyak yang kemudian akhirnya tunduk pada sistem pemerintahan karena berbagai hal seperti keharusan mengikuti akreditasi. Sekolah alternatif yang awalnya mampu menyeimbangkan kreativitas dengan kurikulum nasional akhirnya tidak berdaya untuk kembali mengikuti cara-cara pendidikan di sekolah-sekolah pada umumnya. Misalnya dengan sistem penilaian, raport, seragam sekolah, fasilitas sekolah sesuai yang tertera di dokumen akreditasi.
Walaupun demikian, ada juga sekolah-sekolah alternatif yang mampu menyeimbangkan antara kemauan dinas pendidikan dengan tetap mempertahankan idealisme sekolah alternatif yang sudah mengakar sebelumnya. Nah, saya yakin Sekolah Prima termasuk salah satu sekolah alternatif yang mampu menyeimbangkan hal tersebut dengan baik. 
Share:

Rabu, Agustus 17, 2016

Isi Paket Data Praktis Saat Traveling

Ada yang hal yang mengganggu saat kita melakukan perjalanan jauh yaitu saat kita harus kehilangan paket data internet. Kehilangan moment berbagi dengan teman-teman kita di tempat baru tentu sangat merugikan. Misalnya di tempat seperti pantai yang indah, puncak gunung yang memukau, dan tempat menarik lainnya yang kita temukan saat traveling. Syukur-syukur jika kita mampu menemukan tempat untuk isi paket data lagi, kalau tidak, ya terpaksa gigit jari.

Isi paket data praktis saat traveling dibutuhkan untuk siapapun yang sedang melakukan perjalanan. Dengan paket data yang baru, paket internet kita kemudian bisa aktif lagi dan kita bisa melakukan banyak hal dengan jaringan internet tersebut. Contoh kecilnya menemukan jalur jalan lewat bantuan GPS, atau google map, atau aplikasi lainnya yang membutuhkan jaringan internet selama mengoperasikannya.

Buat saya, isi paket data praktis sangat membantu mudahkan kita untuk tetap bisa menjalin komunikasi dengan orang-orang dekat yang sedang ditinggalkan selama traveling. Misalnya orangtua kita, suami atau istri, anak-anak, dan juga teman-teman kita. Kehadiran kita lewat posting di media sosial menjadi berita yang menggembirakan untuk mereka yang tidak turut serta dalam perjalanan. Misalnya mereka jadi mengetahui lokasi kita berada pada jam-jam tertentu, melihat suasana tempat baru yang kita kunjungi, dan juga mendapatkan berita baik seputar makna pembelajaran dari perjalanan yang sedang dilalui. Bisa dibaca dalam postingan di blog atau juga di-caption foto yang kita sebar di internet.
Isi Paket Data di MatahariMall.com
Keasyikan traveling yang dibagikan lewat media sosial biasanya menjadi magnet untuk orang lain dengan minat yang sama untuk mengunjunginya. Hal ini membuat beberapa tempat yang awalnya biasa-biasa saja kemudian berubah 360 derajat ketika seseorang memublikasikan di internet dengan gaya bahasa yang baik, tampilan foto yang menarik, dan bisa meraih banyak pembaca. Wajar jika sekarang, kebutuhan publikasi lewat internet untuk lokasi-lokasi wisata baru sangat penting. Nah, peluang ini menjadi besar ketika jaringan internet semakin luas menjangkau seluruh wilayah Nusantara.

Peluang publikasi ini tetap harus juga memperhatikan etika dan budaya setempat. Bisa jadi ada beberapa tempat yang sakral dan tidak boleh diekspose secara luas kepada khalayak. Sebut saja di lokasi seperti Baduy Dalam, publikasi foto sangat tidak diperbolehkan. Jangankan memublikasikan, untuk merekam saja sangat tidak boleh. Selain itu ada juga tempat latihan yang tidak boleh dipublikasikan secara umum seperti sebuah kawasan di Bandung Utara yang menjadi tempat latihan militer. Nah contoh kedua tempat ini adalah tempat yang terlarang untuk dibagikan dalam media sosial karena akan menyebabkan efek negatif pada tempat tersebut.

Jikapun kemudian beberapa tempat menjadi tenar dan terkenal karena media sosial, tetap saja beberapa tempat tidak boleh dipublikasikan. Bersyukur untuk tempat yang bisa kita publikasikan dalam media sosial dan memberikan banyak manfaat untuk masyarakat setempat. Untuk sebagian tempat, ada kalanya kita harus meredam kemampuan kita menyebarkannya. Cukup hanya kita dan beberapa orang saja jangan sampai membludaknya pengunjung dikemudian hari membuat tempat baru yang kita publikasi, pesonanya memudar karena terjadi kerusakan. 

Soal membagi di media sosial, jangan khawatir kehilangan paket data internet saat traveling, pantau sejak lama kuota yang kita miliki agar tidak kehilangan moment berbagi dengan banyak orang. Isi paket data di MatahariMall.com untuk menjaga agar kita tetap bisa membagikan hal-hal baru kepada orang lain.
 Traveling Asyik Tanpa Khawatir (dok.pribadi)



Share:

Jumat, April 22, 2016

Hari Bumi dan Kepedulian Kita

Hari Bumi adalah hari pengamatan tentang bumi yang dicanangkan setiap tahun pada tanggal 22 April dan diperingati secara internasional. Hari Bumi dirancang untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap planet yang ditinggali manusia ini yaitu bumi. Dicanangkan oleh Senator Amerika Serikat Gaylord Nelson pada tahun 1970 seorang pengajar lingkungan hidup. Tanggal ini bertepatan pada musim semi di Northern Hemisphere (belahan Bumi utara) dan musim gugur di belahan Bumi selatan. PBB sendiri merayakan hari Bumi pada 20 Maret sebuah tradisi yang dicanangkan aktivis perdamaian John McConnell pada tahun 1969, adalah hari dimana matahari tepat di atas khatulistiwa yang sering disebut Ekuinoks Maret. Kini hari bumi diperingati di lebih dari 175 negara dan dikoordinasi secara global oleh Jaringan Hari Bumi (Earth Day Network).

Bumi adalah planet ketiga dari Matahari yang merupakan planet terpadat dan terbesar kelima dari delapan planet dalam Tata Surya. Bumi juga merupakan planet terbesar dari empat planet kebumian Tata Surya. Bumi terkadang disebut dengan dunia atau Planet Biru. Bumi terbentuk sekitar 4,54 miliar tahun yang lalu, dan kehidupan muncul di permukaannya pada miliar tahun pertama. Biosfer Bumi kemudian secara perlahan mengubah atmosfer dan kondisi fisik dasar lainnya, yang memungkinkan terjadinya perkembangbiakan organisme serta pembentukan lapisan ozon, yang bersama medan magnet Bumi menghalangi radiasi surya berbahaya dan mengizinkan makhluk hidup mikroskopis untuk berkembang biak dengan aman di daratan. Sifat fisik, sejarah geologi, dan orbit Bumi memungkinkan kehidupan untuk bisa terus bertahan.

Litosfer Bumi terbagi menjadi beberapa segmen kaku, atau lempeng tektonik, yang mengalami pergerakan di seluruh permukaan Bumi selama jutaan tahun. Lebih dari 70% permukaan Bumi ditutupi oleh air, dan sisanya terdiri dari benua dan pulau-pulau yang memiliki banyak danau dan sumber air lainnya yang bersumbangsih terhadap pembentukan hidrosfer. Kutub Bumi sebagian besarnya tertutup es; es padat di lapisan es Antarktika dan es laut di paket es kutub. Interior Bumi masih tetap aktif, dengan inti dalam terdiri dari besi padat, sedangkan inti luar berupa fluida yang menciptakan medan magnet, dan lapisan tebal yang relatif padat di bagian mantel.

Bumi berinteraksi secara gravitasi dengan objek lainnya di luar angkasa, terutama Matahari dan Bulan. Ketika mengelilingi Matahari dalam satu orbit, Bumi berputar pada sumbunya sebanyak 366,26 kali, yang menciptakan 365,26 hari matahari atau satu tahun sideris. Perputaran Bumi pada sumbunya miring 23,4° dari serenjang bidang orbit, yang menyebabkan perbedaan musim di permukaan Bumi dengan periode satu tahun tropis (365,24 hari matahari). Bulan adalah satu-satunya satelit alami Bumi, yang mulai mengorbit Bumi sekitar 4,53 miliar tahun yang lalu. Interaksi gravitasi antara Bulan dengan Bumi merangsang terjadinya pasang laut, menstabilkan kemiringan sumbu, dan secara bertahap memperlambat rotasi Bumi.

Bumi adalah tempat tinggal bagi jutaan makhluk hidup, termasuk manusia. Sumber daya mineral Bumi dan produk-produk biosfer lainnya bersumbangsih terhadap penyediaan sumber daya untuk mendukung populasi manusia global. Wilayah Bumi yang dihuni manusia dikelompokkan menjadi 200 negara berdaulat, yang saling berinteraksi satu sama lain melalui diplomasi, pelancongan, perdagangan, dan aksi militer.
Hari Bumi di Gandawesi KPALH

Hari Bumi di Gandawesi

Teman-teman Gandawesi secara rutin memperingati Hari Bumi. Bentuk-bentuknya variatif seperti diskusi, pameran, performance art dan pemberian bibit tanaman kepada semua peserta. Waktu itu seorang ketua pelaksana, Diego Dirgantara mengatakan bahwa acara peringatan Hari Bumi adalah bagian dari upaya penyadaran lingkungan yang moment-nya bersamaan dengan Hari Bumi tanggal 22 April. Begitupula dengan ketua dewan pengurus Gandawesi, yang menuturkan bahwa kerusakan lingkungan itu sudah nyata dan kepedulian mahasiswa belum terlihat nyata, masih temporer, makanya yang perlu dilakukan sekarang adalah terus menerus mengampanyekan gerakan lingkungan. Diskusi di Hari Bumi bersama Gandawesi menjadi salahsatu bentuk kepedulian Gandawesi sebagai pencinta alam terhadap lingkungan. Cerita tentang Gandawesi bisa dilihat di www.gandawesi.or.id.

Share:

Kamis, April 21, 2016

Perempuan dan Lingkungan Hidup

Setiap Hari Kartini, saya selalu mengingat sosok Vandana Shiva yang menulis buku Water Wars. Yah, dari Vandana Shiva saya kemudian menelusuri jejak-jejak perempuan dan lingkungan hidup. Vandana Shiva (bahasa Hindi: वंदना शिवा: lahir 5 November 1952) adalah cendekiawan, aktivis lingkungan, dan penulis anti-globalisasi India.Shiva yang saat ini tinggal di Delhi telah menulis lebih dari 20 buku. Ia merupakan salah satu pemimpin dan anggota dewan International Forum on Globalization (bersama Jerry Mander, Edward Goldsmith, Ralph Nader, Jeremy Rifkin, et al.) dan tokoh gerakan solidaritas global yang dikenal dengan sebutan gerakan alter-globalisasi. Ia mendukung nilai-nilai tradisional seperti yang pernah dipaparkannya dalam buku Vedic Ecology karya Ranchor Prime. Ia adalah anggota komite ilmiah Fundacion IDEAS, wadah pemikir Partai Sosialis Spanyol. Ia juga merupakan anggota International Organization for a Participatory Society. Pada tahun 1993, Shiva dianugerahi Right Livelihood Award dan sejumlah penghargaan lainnya.
Perempuan dan Lingkungan Hidup

Perempuan dan Lingkungan Hidup
Perempuan yang dilekatkan dengan sifat feminin selama berabad-abad, baik secara natural maupun kultural, lebih dekat relasinya dengan bumi. Secara natural, femininitas perempuan membawa perempuan menjadi sosok yang caring & nurturing, bernaluri merawat dan memelihara, sebagaimana perannya sebagai ibu yang mengandung dan melahirkan, yang  kemudian (secara otomatis diharapkan melakukan peran) merawat dan memelihara anak-anak yang dikandung dan dilahirkannya. Peran merawat dan memelihara itu membuat perempuan banyak berhubungan langsung dengan lingkungan dan bumi secara luas dan positif, sedangkan laki jika berhubungan dengan bumi lebih secara negatif (berburu). Perempuan menjadi bukan hanya secara otomatis lebih peduli  terhadap bumi dan segala yang hidup, namun juga menjadi lebih mudah mengidentifikasikan diri dengan bumi yang melahirkan banyak kehidupan. Sementara itu secara kultural, secara training, perempuan selama berabada-abad lebih diakrabkan dengan dunia domestik dan bercocok tanam yang lebih dekat dengan alam, maka lagi-lagi, perempuan menjadi sahabat alam, sedangkan laki-laki menjadi musuh alam.

Menurut Vandana Shiva, kesalahan sudah dimulai pada definisi mengenai ranah yang dianggap produksi, yaitu mengendai pengertian dan definisi tentang yang produktif dan tidak produktif. Menurut konsep yang sudah diterima oleh umum, yang sangat bias laki-laki, sesuatu dianggap masuk ranah produktif ketika sudah ada internvesi teknologi dan tenaga yang sayangnya adalah bias laki-laki tadi. Contohnya adalah hutan di Kalimantan yang kaya akan keaneragaman hayati dan menjadi sumber kehidupan bagi sejumlah suku dan sub-suku di Kalimantan tidak masuk dalam kategori hutan produktif, karena tidak pernah ada jamahan traktor, atau benih pabrikan, atau tangan-tangan insinyur pertanian dengan berbagai teorinya. Sama seperti mata air yang mengalir dari pegunungan, dan menghidupi jutaan orang yang dilewati sungai tersebut juga tidak dianggap sebagai produktif sampai datang para investor, memasang bendungan berkatup, atau memasukkan air ke dalam botol dan menjualnya ke masyarakat yang sebenarnya tidak membutuhkan botol-botol plastik tadi. Fakta bahwa selama ribuan tahun sebelum ada internvensi teknologi alat berat dan internvensi pabrikan tadi sudah ada tangan-tangan perempuan dan laki-laki, tetapi terutama perempuan, yang membuat hutan dan sungai mampu nenghidupi ribuan penduduk di sekitarnya, tidak bisa diperhitungkan sebagai sebuah proses produksi. Saya katakan terutama perempuan, karena dengan gender divisioan labor tradisional seperti diuraikan di atas, perempuan yang lebih banyak secara langsung berinteraksi dan memanfaatkan sumberdaya alam tersebut.

Dalam analogi demikian, kerja perempuan dalam mengambil air bersih dari mata air sampai di atas meja makan, dan atau mengambil hasil hutan dan mengubahnya menjadi makanan di atas meja makan atau bahkan di warung-warung kecil di depan rumahnya tidak masuk dalam kategori produktif.  Masih menurut Shiva, perempuan beraktifitas di ranah ekonomi subsistense, berproduksi dan reproduksi dalam kemitraan dengan alam, menjadi ahli di bidangnya secara lebih holistis dan ramah lingkungan. Namun model pengetahuan, keahlian, dan bidang produksi yang mereka lakukan itu tidak dakui oleh teori kapitalisme dan kaum reduksionis.

Menurut Shiva, kita perlu berhati-hati dengan pandangan yang selama ini seperti sudah diamini oleh dunia modern (diperkenalkan oleh Francois Bacon) bahwa “knowledge is power”.  Dalam teori Bacon, pengetahuan adalah sumber kekuasaan, karena pengetahuan sanggup menghasilkan keuntungan, memperbesar kemampuan dan kekuasaan manusia.  Shiva menganggap hal tersebut sebagai tradisi epistemologi Barat yang membawa kekuatan patriarkis dan bersifat reduksionis.  Hal ini disebabkan karena tradisi pemikiran itu mengubah kemampuan manusia untuk mengetahui alam dengan menyingkirkan cara-cara mengetahui yang berbeda yang memiliki paradigma lain, yang tidak berbicara keuntungan dalam perspektif material dan ekonomis semata, dan sekaligu pelaku pengetahuan lain tadi.

Para Perempuan Penggerak Lingkungan Hidup di Dunia
Perkembangan permintaan sumber daya di seluruh dunia telah mengancam kesehatan lingungan hidup dunia sampai ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kecuali kebijakan baru ditetapkan, situasi ini dapat memiliki implikasi menghancurkan bagi perkembangan manusia. Dalam konteks ini, wanita dan anak-anak dapat menjadi peserta yang sangat aktif dalam membela lingkungan dan menghentikan, atau bahkan membalikkan degradasi dari sumber daya alam kita.

Pada tingkat dunia, ada kesadaran yang tumbuh akan kebutuhan dan pentingnya membuat perempuan berkontribusi terhadap identifikasi masalah lingkungan, serta dalam perencanaan kegiatan-kegiatan yang diarahkan pada pembangunan yang berkesinambungan dari komunitas mereka.
Selama 200 tahun terakhir, proses industri telah bertanggung jawab atas peningkatan tingkat polusi dan degradasi udara, air, dan tanah. Selain eksploitasi sumber daya alam tak terlarang, praktek-praktek pertanian yang tidak sehat memiliki efek sangat buruk bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat dan kualitas hidup. Perempuan dan anak-anak telah sangat terpengaruh.

Perempuan , terutama yang sedang hamil, sangat rentan terhadap beberapa ancaman lingkungan, khususnya wanita yang tinggal di daerah pedesaan atau di pinggiran kota marjinal di negara-negara berkembang. Sampai saat ini, wanita memiliki beberapa pilihan akan jenis gaya hidup yang mereka ingin pimpin dan lebih sedikit kesempatan untuk mengubah kondisi yang tidak memuaskan dan meningkatkan kesehatan keluarga dan diri mereka sendiri.

Karena peranan mereka sebagai manager rumah, penyedia ekonomi, dan peran mereka dalam reproduksi, perempuan rentan terhadap masalah kesehatan dan bahaya dalam beberapa situasi. Terutama sistem reproduksi perempuan hamil rentan terhadap kontaminasi lingkungan. Setiap langkah dalam proses reproduksi dapat diubah oleh zat-zat beracun di dalam lingkungannya. Zat-zat beracun ini dapat meningkatkan resiko aborsi, cacat lahir, keterbelakangan pertumbuhan janin, dan kematian pra-lahir.

Meskipun dalam waktu lama perempuan telah dianggap sebagai penerima bantuan pasif, bukan peserta aktif dalam pembangunan, peranan mereka sangat penting baik bagi perekonomian negara-negara berkembang maupun untuk masa depan lingkungan. Dalam hal itu, sebagai pendidik lingkungan dan motivator bagi perubahan, perempuan adalah agen kunci dalam proses yang mengarah ke pembangunan yang lebih berkelanjutan dan sehat di planet ini.

Perempuan adalah pelindung tradisional lingkungan. Sebuah survei dunia akan sikap publik terhadap lingkungan yang disponsori oleh Program Lingkungan PBB menunjukkan bahwa wanita, bila dibandingkan dengan laki-laki, lebih cenderung memilih standar hidup yang lebih rendah dengan resiko kesehatan yang lebih sedikit daripada standar hidup yang lebih tinggi dengan resiko kesehatan yang lebih.

Mungkin contoh terbaik akan partisipasi perempuan dalam kegiatan lingkungan diwakili oleh pemenang Hadiah Nobel Wangari Maathai, pendiri gerakan Green Belt. Melalui usahanya, lebih dari 30 juta pohon telah ditanam oleh para partisipan gerakan ini di tanah publik dan swasta. Karyanya telah memimpin pemulihan hutan-hutan Kenya yang berkurang cepat dan telah memberdayakan perempuan pedesaan dalam teknik pelestarian lingkungan.

Di Nepal, Saraswoti Bhetwal telah mampu bertahan sebagai petani berkat teknik-teknik yang dipelajari di Pusat Internasional bagi Pembangunan Pegunungan Terpadu (PIPP), seperti pemanenan atap air, irigasi tetes, pembuatan kompos, dan pemerataan teras.

Di Amerika Latin, perempuan pribumi menjadi lebih aktif dalam penggunaan strategi pengurangan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan.

Selain itu, peningkatan partisipasi perempuan dalam sumber-sumber pemikir dan aktivitas pelatihan lingkungan yang memungkinkan mereka untuk mendidik masyarakat dan pembuat kebijakan tentang hubungan penting antara wanita, penggunaan sumber daya alam, dan pembangunan berkelanjutan.

Dalam hal itu, perempuan memiliki akses yang lebih baik ke isu-isu lingkungan lokal dan bagaimana untuk melakukan pendekatan dibandingkan dengan pria. Perempuan sering memiliki peran kepemimpinan dalam mengurangi penggunaan yang tidak perlu terhadap sumber daya, mempromosikan etika lingkungan, dan daur ulang sumber daya untuk meminimalkan limbah.

Ada bukti yang berkembang bahwa perempuan di beberapa negara di seluruh dunia mengambil peran sentral dalam gerakan penting lingkungan. Dan ada peningkatan keyakinan bahwa kebijakan pembangunan yang tidak melibatkan wanita dan juga seperti halnya laki-laki tidak akan sukses dalam jangka panjang. (artikel ini diolah dari berbagai sumber)
Share:

Selasa, April 12, 2016

Sampah Jadi Berkah, Belajar Dari Bank Sampah dan HL Ecomart

Gudang Bank Sampah Hijau Lestari (dok. Iden Wildensyah)
Seorang teman mengabari hal baru yang terjadi di Kota Bandung. Sebuah minimarket dengan sistem pembeliannya bisa dengan sampah. Buat saya tentu saja ini sesuatu yang baru, sebuah kreatifitas yang jarang muncul di mana saja. Menjadi kreatif karena tidak rata-rata. Walaupun mungkin jika ditelusuri lebih banyak, ada juga di tempat lain yang sudah melakukan lebih dulu.

Berdiri di kawasan perumahan Jalan Tubagus Ismail, HL Ecomart nama tempatnya. HL merupakan singkatan Hijau Lestari. Nah Hijau Lestari inilah yang mewadahi dan memelopori keberadaan minimarket ramah lingkungan ini. Dilihat dari informasi yang ada di www.hijaulestari.org, banyak sekali aktivitas lingkungan yang sudah dilakukan lembaga ini. Seperti pendidikan dan penyuluhan lingkungan yang meliputi cara menanam di lahan sempit, pemilaham sampah, dan masih banyak lagi. 

Di lokasi HL Ecomart itu memang terbagi dalam beberapa sisi yang menarik. Ada gudang pemilahan sampah, saung kreativitas, tempat koordinasi, minimarket, dan beberapa sudut hidroponik dengan berbagai jenis sayuran. Memasuki gudangnya, di sana terdapat alat press sampah untuk mengemas dengan sempurna. Alat ini ada yang manual dan ada juga yang sudah memakai mesin.

Biodigester di HL Ecomart (Iden Wildensyah)
Biodigester juga tersedia di lokasi HL Ecomart. Biodigester adalah alat pengolah sampah organik melalui proses anaerob dengan output gas, listrik, pupuk cair dan kompos. Dengan demikian, selain mampu mengurangi sampah organik dan sampah rumah tangga, alat ini berfungsi juga sebagai alat penghasil energi. Ada pun energi utama yang dihasilkan adalah gas metan yang saat ini masih peruntukkannya masih sebatas penggerak mesin diesel, terutama genset yang mampu menghasilkan listrik. Sementara gas, bisa digunakan untuk keperluan rumah tangga.

Yang lebih menarik, listrik yang dihasilkan melalui genset tersebut dalam waktu yang dekat akan disimpan dalam powerbank hybrid. Dengan demikian, jumlah pasokan listrik akan semakin banyak dan bisa diperuntukkan untuk kepentingan lain.

Bank Sampah
Bank sampah adalah suatu tempat yang digunakan untuk mengumpulkan sampah yang sudah dipilah-pilah. Hasil dari pengumpulan sampah yang sudah dipilah akan disetorkan ke tempat pembuatan kerajinan dari sampah atau ke tempat pengepul sampah. Bank sampah dikelola menggunakan sistem seperti perbankkan yang dilakukan oleh petugas sukarelawan. Penyetor adalah warga yang tinggal di sekitar lokasi bank serta mendapat buku tabungan seperti menabung di bank. 

Jenis Sampah Yang Bisa Ditabung
Jenis sampah yang bisa di tabung (iden wildensyah)
Salah satu jenis sampah yang bisa ditabung adalah sampah anorganik. Sampah anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan alumunium. Sebagai zat anoragnik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Sampah yang dihasilkan oleh Madrasah/Sekolah sebagian besar merupakan bahan anorganik. Misalnya berupa plastik, kertas, sedotan, botol, botol plastik, kaleng, dan tas plastik.

Setelah selesai melakukan melihat-lihat aktivitas di HL Ecomart, sayapun kemudian membuka rekening dengan menjadi nasabah di Bank Sampah Hijau Lestari. Ini menjadi gerakan untuk mengubah cara pandang kita terhadap sampah. Sampah kini bukan lagi menjadi masalah, sampah kini menjadi berkah.
HL Ecomart, minimarket kreatif (Iden Wildensyah)

HL Ecomart (Iden Wildensyah)

Gudang Bank Sampah Hijau Lestari (Iden Wildensyah)
Tempat kumpul untuk rapat, koordinasi, atau penyuluhan (Iden Wildensyah)

Komunitas Pengrajin Daur Ulang Sampah (Iden Wildensyah

Buku Tabungan Bank Sampah Hijau Lestari (Iden Wildensyah)

Share:

Postingan Populer