Salah satu bentuk pendidikan alternatif yang berkembang
cukup baik di Indonesia adalah homeschooling atau beken juga disebut Sekolah
Rumah. Awal kehadiran homeschooling juga tidak terlepas dari kritik terhadap
sekolah konvensional. Kritik terhadap sistem pendidikan yang berlaku di negara
tersebut kemudian melahirkan sekolah-sekolah rumah yang diinisiasi oleh
keluarga-keluarga dengan kebutuhan pendidikan yang disesuaikan dengan anak
didiknya.
Perkembangan penemuan cara belajar yang beragam semakin
mengukuhkan kebutuhan belajar sesuai kebutuhan anak. Demikian juga ketika Howard
Gardner menyampaikan delapan tipe kecerdasan yang menarik untuk
diimplementasikan dalam proses pendekatan cara belajar. Hal ini berimbas pada
cara belajar anak yang berbeda-beda yang tidak bisa disamaratakan satu sama
lainnya. Seorang anak dengan tipe kecerdasan linguistik tidak bisa dipaksakan
terus menerus untuk belajar persis seperti anak dengan tipe kecerdasan musik,
misalnya, atau seorang anak yang kuat dalam kecerdasan naturalis dipaksakan
untuk belajar dengan cara tipe anak yang memiliki kecerdasan logis-matematis.
Segala sesuatu yang tidak sesuai kadar kebutuhannya akan menghasilkan hal yang
tidak baik dalam keseimbangan pertumbuhan anaknya. Misalnya anak menjadi
stress, mudah marah, mogok belajar, dan lain-lain.
Keberanian
Kenapa saya katakan bahwa homeschooling adalah tentang
keberanian. Keberanian dalam banyak hal bisa membuat atau menghasilkan sesuatu
yang baru. Nah keberanian orangtua dalam mengambil keputusan untuk pendidikan
anaknya dengan homeschooling tentu perlu diapresiasi. Dalam beberapa kesempat
ketika saya bertemu dengan pegiat homeschooling selalu saya katakan penghargaan
yang besar untuk mereka.
Orangtua yang memutuskan homeschooling untuk pendidikan
anaknya adalah golongan pemberani yang sangat besar perannya dalam menjaga
kemurnian anaknya. Yah, beberapa orangtua ada yang mengatakan salah satu alasan
mengambil homeschooling karena sekolah hanya membuat anaknya malah tidak tumbuh
dengan baik karena banyaknya paksaan yang masuk ke dalam dunia anak-anaknya
tanpa bisa mereka kendalikan.
Today is a gift! Homeschooling dan Keberanian |
Orangtua yang sudah tahu potensi anaknya tentu tidak mau
potensi tersebut mati karena sekolah konvensional. Ada juga mengatakan “masa
anak didik tidak boleh kreatif dari gurunya?!”. Hal yang miris karena ini masih
terjadi di beberapa sekolah konvensional di Indonesia. Homeschooling kemudian
menjadi alternatif untuk tetap menjaga potensi tersebut tetap ada bahkan
berkembang semakin baik dengan pembelajaran yang tepat dan metode yang baik
untuk anak-anaknya.
Para orangtua kemudian membuat perencanaan pendidikan yang
disesuaikan dengan kebutuhan anak didiknya. Membuat kegiatan-kegiatan menarik,
mengunjungi tempat-tempat yang memungkinkan anak-anaknya belajar langsung dari
pengalaman yang mereka terima. Dan masih banyak lagi variasi kegiatan yang
dirancang orangtua pegiat homeschooling.
Perkembangan media sosial dan teknologi semakin membuat
pegiat homeschooling mudah untuk mengakses berbagai hal yang dibutuhkan seperti
materi, kurikulum, kegiatan, dan lain-lain. Materi-materi yang dibutuhkan untuk
pembelajaran di rumah tersebar banyak di internet. Dengan modifikasi sesuai
kebutuhan, orangtua kemudian tinggal menyajikannya kepada anak didiknya.
Variasi kegiatan juga semakin mudah untuk didapatkan, tinggal cari di mesin
pencari dengan materi dan kata kunci yang tepat maka dalam waktu yang cepat
referensi itu akan muncul.
Bukan hanya itu, jaringan antar sesama orangtua pegiat
homeschooling lainnya semakin terbuka lebar. Group-group di media sosial
seperti facebook, memudahkan para pegiat homeschooling untuk saling bertukar
informasi dan menjalin komunikasi satu sama lain. Tak jarang forum komunikasi
ini kemudian membuat acara pertemuan bersama-sama untuk saling belajar dalam
satu waktu yang ditentukan dengan tema yang dirancang sebelumnya.
Lembaga Pegiat Homeschooling
Ada dua lembaga pegiat homeschooling yang saya catat dan
cukup berhasil dalam mengembangkan konsep homeschooling di Kota Bandung. Kalau
ditingkat nasional, homeschooling binaan Kak Seto sudah sangat terkenal. Jika
berbincang dengan orangtua baru yang hendak mengambil keputusan homeschooling
dengan bantuan lembaga, yang pertamakali mereka tanyakan adalah homeschooling
Kak Seto. Nah di luar lembaga homeschooling Kak Seto ini, saya melihat lembaga
yang memfasilitasi pegiat homeschooling misalnya Homeschooling Kancil Cendikia
dan Homeschooling Taman Sekar. Kedua lembaga ini sudah menjadi pilihan banyak
orangtua untuk menjadikan partner buat anak didiknya.
Dengan pendekatan metode pendidikan alternatif, kedua
lembaga tersebut menawarkan bentuk-bentuk baru dalam pendidikan di Indonesia. Beberapa
anak didiknya dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang menarik setiap minggunya.
Misalnya outing ke tempat-tempat yang bisa dijadikan sebagai bagian dari
pembelajarannya, kegiatan perkemahan, dan lain-lain. Lembaga homeshooling ini
mengorganisir termasuk memberikan fasilitator atau pendamping kegiatan
belajarnya dengan baik. Fasilitator ini berperan sebagai guru jika disandingkan
dengan sekolah-sekolah konvensional, bedanya fasilitator ini biasanya lebih
dekat, lebih memahami karakter anak dibandingkan guru konvensional yang
mengajar demi menghantarkan materi saja.
Nah, sekolah rumah dengan perkembangan teknologi ini dan
banyaknya lembaga yang membantu pegiat homeschooling ini semakin mengukuhkan
keberadaannya yang menjadi pilihan buat orangtua. Homeschooling bukan saja
menjadi alternatif buat anak-anaknya tetapi homeschooling bisa menjadi kekuatan
baru dalam peta pendidikan alternatif di Indonesia. Dukungan dari lembaga
pemerintahan sangat dibutuhkan dalam berbagai hal. Demikian juga dengan
kementrian pendidikan dan kebudayaan Indonesia sudah memberi warna hijau untuk
bentuk pendidikan alternatif ini sebagai salah satu bentuk pendidikan yang juga
diakui oleh negara. Legalitas ini diperlukan terutama misalnya untuk kebutuhan
anak saat pindah jenjang dari tingkat dasar ke tingkat menengah, kemudian dari
tingkat atas ke jenjang mahasiswa. Dukungan masyarakat luas pada komunitas dan
para pegiat homeschooling juga diperlukan. Dukungan ini bisa dalam bentuk
apapun.
Keberanian orangtua pegiat homeschooling ini semoga menjadi
inspirasi untuk orangtua lainnya di Indonesia semata-mata untuk membangun
sumberdaya manusia Indonesia yang baik di masa depan.