Ruang Sederhana Berbagi

Tampilkan postingan dengan label Guru. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Guru. Tampilkan semua postingan

Selasa, Januari 13, 2015

Tekad

Pagi-pagi terbangun kemudian bersiap-siap menuju kampung tempat bergiat sehari-hari. Setelah mandi, gosok gigi, sholat, sarapan, hidupkan motor melajulah melewati lembah dan punggungan.

Di setiap belokan lembah, ia temui banyak hewan yang riang gembira di pohon. Burung-burung yang berkicau. Tupai yang meloncat dari satu dahan ke dahan lainnya. Sesekali kutemui musang yang melintasi jalanan. Bergegas lari untuk menghindari pemangsa dan manusia. Manusia yang sering memburu hewan-hewan tak berdosa. Apa salah mereka sampai harus diburu? Buat dijual? Dipelihara? Sesungguhnya mereka para pemburu, pembeli, dan pemelihara itu tidak tahu apa yang dirasakan oleh hewan-hewan peliharaannya. Mereka mengurung dalam sangkar, menebak-nebak tentang perasaannya. Lapar beri makan demikian dan seterusnya. Padahal ada perasaan lain yang dirasakan hewan dan tidak diketahui manusia. Perasaan terasing dan tercerabut dari habibatnya adalah hal yang menyiksanya. Bayangkan mereka terpisah dari keluarganya. Anak yang kehilangan induknya. Induk yang kehilangan anaknya.

Perasaan itu mengaduk-aduk sepanjang jalan menuju kampung tempatnya mengajar. Ia pun bertekad untuk mengubah cara pandang anak-anak di kampung itu untuk tidak lagi memburu hewan-hewan tak berdosa. Ia bertekad untuk menghentikan perburuan hewan liar yang dilindungi. Memerangi penjualan hewan dan menggantinya dengan memberdayakan pertanian.

Memutus mata rantai penjualan hewan-hewan liar mulai dari pemburunya. Para pemburu hewan liar akan dibina kegiatan ekonomi yang lebih kreatif dari sekedar memburu. Misalnya dengan mengemas penjualan pertanian di kampungnya dengan lebih kreatif.

Melaju terus motor trailnya melewati jalan setapak sebelum menemui jalan desa. Dengan segudang tekad, ia berjuang untuk kebaikan alam semesta dan semuanya.

Share:

Sabtu, Januari 10, 2015

Delapan Kalimat Kehidupan

1. Hidup sebagai pelajaran. Hidup adalah perjalanan kita mempelajari  pahit&manis. Semua itu membuat kita lebih bijak dalam menjalankannya.

2. Penerimaan yang Tulus. Terima semua yang Anda temui sebagai sebuah pelajaran yang diberikan oleh seorang Guru. Sulit&mudah, tetaplah yakin bahwa anda mampu mengerjakannya.

3. Berpikir menang-Anda menang ; Berpikir kalah-Anda kalah. Tidak ada yang bisa mengalahkan diri Anda selain pikiran Anda sendiri.

4. Jangan Menyerah Sebelum dihentikan. Tetaplah berjalan, pelajari dan gali lebih banyak ilmu dan pelajaran hidup, sebelum kemampuan Anda dihentikan oleh Tuhan.

5. Hargailah hidup sebagai sebuah proses. Tidak ada satupun sisi kehidupan Anda yang tidak berguna. Semua itu adalah pelajaran yang membimbing kita menjadi manusia yang lebih bernilai bagi dunia.

6. Bersyukur dan berdoa. Dengan kedua cara itulah, semua hal akan terasa lebih mudah untuk dilalui.

7. Berubahlah untuk sebuah kebahagiaan. Jika Anda ingin mengubah sesuatu hal yang buruk dalam hidup Anda, maka ubahlah saat ini dengan mengubah pikiran Anda sendiri.

8. Pikiran menjadi sesuatu! Apa yang Anda pikirkan, itulah yang Anda rasakan. Maka, semakin Anda berpikiran hal (baik/buruk) , semakin pula mereka akan mendekati hidup Anda. Oleh karena itu, berpikirlah yang baik, sehingga hidup Anda akan menjadi baik.





Share:

Rabu, Desember 31, 2014

How Good You Want To Be?

Tahun 2014 sebentar lagi berakhir. Pasti banyak cerita selama mengarungi tahun 2014. Cerita-cerita seru yang membuat tahun 2014 menjadi sangat berkesan. Pelajaran-pelajaran penting mengalir sedemikian rupa pada setiap individu yang menjalaninya. Semua tahu, guru terbaik adalah pengalaman. Selama mengalami tahun 2014, pengalaman-pengalaman yang terjadi baik yang berkesan mendalam atau sekedar lewat saja, semuanya adalah guru buat kita. Guru-guru itu membawa pelajaran kehidupan untuk kita maknai.

Whatever You Think, Think The Opposite! (Paul Arden)
Selama menjalani, kita menginginkan kebaikan tetapi adakalanya malah ketidakbaikan yang menimpa. Bisa jadi itu yang terbaik yang Tuhan berikan pada kita. Baik di mata kita belum tentu baik di mata Tuhan. Tetapi tidak baik di mata kita bisa jadi kebaikan di mata Tuhan. Kita hanya tidak menyadarinya. Tuhan mengajak kita untuk lebih bersabar menunggu waktu yang tepat.

Teringat salah satu catatan Paul Arden, It's  All My Fault yang berusaha menasehati dengan baik.
If you are involved in something that goes wrong, never blame others. Blame no one but yourself. If you touched something, accept total responsibility for that piece of work. If you accept responsibility, you are in a position to do something about it. 
The point is that, whatever other people's failings might be, you are the one to shoulder the responsibility. There are no excuses.

Terimalah setiap pelajaran penting dalam hidup ini untuk kebaikan diri sendiri. Tidak ada alasan untuk mencari-mencari kesalahan ke pihak luar. Intinya ada di dalam diri.

Everybody wants to be good, but no many are prepared to make the sacrifices it takes to be great.
To many people, being nice in order to be liked is more important. There's equal merit in that, but you must not confuse being good with being liked.
Most people are looking for a solution, a way become good. There is no instant solution, the onle way to learn is through experience and mistakes.
You will become whoever you want to be.





Share:

Selasa, November 25, 2014

Membongkar Prototipe Guru Lama


Prototipe (pro·to·ti·pe) n model yang mula-mula (model asli) yang menjadi contoh; contoh baku; contoh khas. Dalam istilah internet Prototipe adalah model kerja dasar dari pengembangan sebuah program (software) atau perangkat lunak. Prototipe dalam Bahasa Inggris “prototype” disebut juga dengan purwarupa. Prototipe biasanya dibuat sebagai model untuk tujuan demonstrasi atau sebagai bagian dari proses pengembangan atau pembuatan sebuah software
Ikuti di twitter @kreatifmendidik untuk melihat 
alternatif pembelajaran menarik
Kata prototipe berasal dari Bahasa Latin, yaitu kata “proto” yang berarti asli, dan “typus” yang berarti bentuk atau model. Dalam konteks non-teknis, prototipe adalah contoh khusus sebagai wakil dari kategori tertentu. Dalam bidang desain, prototipe atau purwarupa atau disebut juga dengan arketipe adalah bentuk awal sebagai contoh atau standar ukuran dari sebuah entitas. Sebuah prototipe dibuat sebelum dikembangkan atau justru dibuat khusus untuk pengembangan sebelum dibuat dalam skala sebenarnya atau sebelum diproduksi secara massal.

Guru (bahasa Sanskerta: गुरू yang berarti guru, tetapi arti secara harfiahnya adalah "berat") adalah seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru.

Dalam agama Hindu, guru merupakan simbol bagi suatu tempat suci yang berisi ilmu (vidya) dan juga pembagi ilmu. Seorang guru adalah pemandu spiritual atau kejiwaan murid-muridnya. Dalam agama Buddha, guru adalah orang yang memandu muridnya dalam jalan menuju kebenaran. Murid seorang guru memandang gurunya sebagai jelmaan Buddha atau Bodhisattva. Dalam agama Sikh, guru mempunyai makna yang mirip dengan agama Hindu dan Buddha, namun posisinya lebih penting lagi dikarenakan salah satu inti ajaran agama Sikh adalah kepercayaan terhadap ajaran sepuluh guru Sikh. Hanya ada sepuluh guru dalam agama Sikh. Guru pertama, Guru Nanak Dev adalah pendiri agama ini. Orang India, Cina, Mesir, dan Israel menerima pengajaran dari guru yang merupakan seorang imam atau nabi. Oleh sebab itu, seorang guru sangat dihormati dan terkenal di masyarakat serta menganggap guru sebagai pembimbing untuk mendapat keselamatan dan dihormati bahkan lebih dari orang tua mereka.

Secara formal di Indonesia, guru adalah seorang pengajar di sekolah negeri ataupun swasta yang memiliki kemampuan berdasarkan latar belakang pendidikan formal minimal berstatus sarjana, dan telah memiliki ketetapan hukum yang sah sebagai guru berdasarkan undang-undang guru dan dosen yang berlaku di Indonesia.

Gambaran Guru

Inilah gambaran umum guru yang sering muncul dibenak masing-masing orang. Berkumis bisa tipis atau tebal, berambut rapi, berkacamata dan bersafari rapi. Sayapun dulu sempat membayangkan bahwa guru itu bentuknya seperti ini. Oh iya, kata teman saya selain rapi dan selalu klimis, juga senang meroko (Maaf ini sering saya temukan pada beberapa guru sekolah saat rapat nun jauh di tempat yang dirahasiakan).

Guru-guru seperti ini, seperti gambaran umum yang selalu muncul lengkap dengan motornya yaitu vespa adalah ciri khas guru yang selalu baik. Ia mampu memberikan kesan yang mendalam kepada semua masyarakat tentang sisi guru yang baik. Kesan ini bisa terus menerus menempel dalam diri masyarakat sehingga ia bisa dikenang terus bahkan sampai rambut, kumis tipisnya, baju safarinya, dan juga suara klakson vespanya. Berkahilah para guru ya Tuhanku!

Guru Sekarang
Tanpa mengurangi rasa hormat pada semua guru yang sudah berpakaian rapi dan tampil berkesan, saya sebenarnya lama mengidam-idamkan sebuah bentuk baru dari guru-guru yang ada di Indonesia. Saya pernah mendengar di sebuah sekolah di Kota Yogyakarta, tatanan rapi dalam bentuk fisik ini pernah didobraknya. Mereka membolehkan gurunya tampil kasual, memakai celana jeans, kaos oblong, dan rambut yang bisa dipanjangkan.

Di sebuah sekolah di Kota Bandung, ternyata saya menemukan bentuk-bentuk baru guru yang lebih fresh dan tampil natural. Guru-gurunya bisa dibilang kreatif dan mungkin saja melanggar pakem guru yang ada dalam gambaran dahulu. Memakai kaos, bercelana jeans, rambut gondrong, dll. Kreatifitas mereka menjadi modal dalam mendidik anak-anaknya di kelas.
Mereka lebih terlihat segar dan kreatif. Wajarlah jika kemudian anak-anak didiknya juga akan lebih kreatif daripada guru-gurunya. Dengan pakaian yang bisa luwes, maka pendekatan ke anak didik pun akan lebih luwes dan dekat. Mereka jadi bisa berinteraksi dengan anak-anak secara bebas. Bebas tapi tetap membangun sikap hormat satu sama lainnya.

Sekedar baju saja ternyata tidak cukup, pakaian itu hanya permukaannya saja, yang harus dilihat lebih dalam adalah jiwa dan semangatnya. Bukan sekedar berpakaian yang harus dibongkar dari guru lama, tetapi juga sikap pembelajar serta karakter pendidik yang harus dijiwai. Pernah beberapa kali saya mengikuti seminar yang pesertanya guru-guru. Sikap mereka tidak menunjukan hormat yang baik pada saat ada pembicara, ada yang asyik mengobrol, main hape, dan terutama pada saat mengantri, ada beberapa guru yang berpakaian safari 'nyelonong' begitu saja. Ia tak mau mengantri. Dan, yang bikin saya gregetan adalah buang puntungnya yang sembarangan. Sangat tidak menunjukan sikap sebagai pendidik yang berbaju safari rapi.

Pada saat mengikrarkan diri kita menjadi guru, maka sewajarnya kita harus menjiwai peran kita sebagai guru. Tak bisa dipisahkan antara kehidupan dalam kelas dengan kehidupan di luar kelas. Kata John Dewey "Education is not preparation for life; education is life itself"Bebaskan diri kita dari pakem-pakem dan gambaran yang kaku tentang guru lama, buat sesuatu yang baru. Kreativitas dalam mendidik sangat menentukan di era sekarang. Guru yang kreatif akan lebih menyenangkan dibandingkan guru yang konvensional dan kaku. (diolah dari berbagai sumber)

Iden Wildensyah (@idenide) saat ini bergiat di Sekolah Alam Bandung.
Mengelola twitter @kreatifmendidik

Share:

Senin, April 28, 2014

Tanya Google Ajaa...!

Suatu sore di hari Sabtu, seperti biasa jadwal rutin bergiat di Studi Group Diagonal. Diskusi tentang Sekolah Waldorf, membahas pemikiran Rudolf Steiner, kajian guru, kajian tradisional, serta berkarya. Teman saya @carolinenajoan berbicara tentang ritme alam semesta. Dia berpesan untuk jeli melihat perubahan alam terutama kita yang hidup di wilayah tropis atau equator.

Ingatan saya kemudian melayang ke masa-masa di kampung. Saat waktu peralihan musim selalu ditandai dengan kehadiran bunga, tanaman, atau mahluk hidup lainnya seperti belalang, burung, serangga, dan lain-lain.

Google
"Oh iya, ada perhitungan waktu dalam masyarakat sunda yaitu mangsa-mangsa. (Belakangan tahu ada pranata mangsa)" kata saya. Lalu dicarilah mangsa dalam adat sunda. Muncul pranata mangsa. Dalam satu mangsa ada petunjuk tentang datangnya hama kungkang. Lalu @carolinenajoan bertanya "Kak, apa itu kungkang?". Lalu saya jawab, "Cari aja di google". Terus ia berkata, "Nah itu dia jeleknya sekarang, orang jadi malas menjelaskan malah menyuruh untuk mencari di google.

Rasanya kayak ditembak tepat dikepala kemudian terkapar tak berdaya. Benar! Sekarang rasanya google sudah menjadi dewa pengetahuan dan membuat orang jadi malas berpikir karena merasa sudah tersedia di luar dirinya.

Bayangkan jika itu tidak diingatkan, makin malas dan makin tidak berpikir dari dalam melalui pengolahan terlebih dahulu tetapi langsung berharap google bisa menjawabnya. Tak terbayang manusia menjadi seperti robot yang bergerak otomatis sementara kendalinya ada di luar. Makanya benar jika ajakan menjadi manusia kembali itu dengan mengurangi berinteraksi dengan teknologi. Batasi penggunaannya dan atur oleh kita saja sesuai kebutuhan. Menjadi manusia dan kembali melakukan aktivitas yang bermakna dengan alam.
Share:

Musim dan Pranata Mangsa

Ternyata ada banyak musim di Indonesia. Hal ini tertuang dalam kalender pranata mangsa. Khusunya di daerah Jawa, baik itu Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, para petani menggunakan kalender pranata mangsa ini untuk kebutuhan pertanian.
Berikut ini adalah pranata mangsa yang ada di Jawa.
Ada juga yang berbentuk seperti ini:
Dan ada juga yang begini:
Nah, demikianlah sebuah kekayaan negeri ini. Tinggal sekarang adalah mengamalkannya dalam bentuk kebijaksanaan dalam bertindak dan memperlakukan alam ini sesuai dengan pranata mangsa.
Share:

Kamis, April 10, 2014

Pagi Baru

Pagi ini adalah pagi baru yang akan ku jalani bersama anak-anak hebat di kelas. Selalu aku katakan sebagai hari baru kepada anak-anak. Aku coba tanamkan ini sebagai bahan untuk selalu mencari hal-hal baru pada anak-anak. Setiap pagi, ku kayuh sepeda melewati jalan raya dan beberapa toko yang ada di kota kecil ini. Sisanya melewati jalur kampung yang harus meminggir jika pengendara motor lewat. Maklum, sebuah gang bukan sekedar jalan saja tetapi juga jalur umum untuk mereka yang memiliki motor. Aku, masih setia dengan sepeda ini. Pagi baru ini aku bersiap untuk pergi menemui keceriaan dan kegembiraan anak-anak.

Pagi baru berarti aku bertemu Mahmud, seorang anak yang selalu berpikir positif jika teman-temannya menjahili. Mahmud tidak pernah sekalipun membalas temannya yang jahil pada dia. Dia seolah mengerti bagaimana temannya sedang berproses mengenali diri dan situasi saat berinteraksi dengan sesamanya. Mahmud suka bermain bola, ketangkasannya bermain membuat teman-temannya berebut untuk menjadi bagian kelompoknya.
Rumah Pohon (deviantart.com)

Suatu hari Mahmud datang padaku “Kak, punya ide untuk membuat pesawat luar angkasa”. Mahmud kemudian menceritakan sebuah gagasan-gagasannya yang luar biasa. Aku sesekali menanggapinya untuk mengapresiasi ide yang dia miliki. Gagasan ini bukan sekali dua kali dia sampaikan padaku, pernah satu kali waktu dia bercerita tentang kisah nabi-nabi yang menurut dia sangat menarik karena ada peperangannya.

Pagi baru berarti aku bertema Dani, seorang anak yang penuh cerita lucu. Dani senang melucu di antara teman-temannya. Dani sangat senang ketika teman-temannya tertawa oleh tingkah lucunya. Dani juga suka bercerita tentang proses mendapatkan kisah-kisah lucunya. Selain dari pengalamannya saat bermain di rumahnya, Dani juga mendapatkan kisah lucu tersebut dari buku-buku homur yang dibelikan bapaknya. Bapak Dani sangat mengerti bagaimana anaknya sangat menyukai kisah-kisah lucu.

Kisah lucunya tersebut mulai dari banyolan, cerita orang lain, juga dari tebak-tebakan yang spontan akan memancing tawa seluruh kelas. Suatu hari Dani cerita tentang seorang kakek dan nenek yang baru saja pulang dari dokter. Kakek kebingungan dengan secarik kertas yang diberikan oleh dokter. Kertas tersebut harusnya dibawa ke apotek untuk mendapatkan obat, tetapi karena ketidaktahuan si kakek akhirnya dibawa pulang saja. Di rumah, si nenek menjawab kebingungan si kakek. Nenek bilang “Masukan saja kertasnya ke gelas tambahkan air, mungkin itu jampi-jampi”. Gerrrrrrr semua anak tertawa, mereka melihat sebagai sesuatu yang lucu karena kakek dan nenek tidak mengenal resep dokter, yang mereka ketahui hanya jampi-jampi.

Pagi baru juga berari bertemu Darojat atau biasa dipanggil Ojat oleh teman-temannya. Ojat adalah anak yang cekatan. Ojat paling cepat kalau sudah berkarya, begitu juga saat beres-beres kelas. Sering kali Ojat diminta oleh teman-temannya untuk membantu membereskan sisa berkaryanya. Ojat sangat senang membantu teman-temannya. Kesenangan Ojat membantu temannya itu membuat Ojat banyak teman. Bahkan anak-anak lain yang beda kelas juga sangat senang dengan Ojat. Ojat tidak pernah mengeluh walau pekerjaannya banyak. Inilah yang membuat Ojat disenangi teman-temannya.

Ojat suatu kali pernah meminta ijin untuk tidak masuk sekolah karena harus membantu pamannya panen padi di sawah. Pamannya sangat senang karena Ojat mau belajar bertani, menanam padi, dan juga memanen. Saat itu kebetulan pamannya hendak memanen padi. Ojat tidak mau kehilangan kesempatan belajar. “Kak, aku ijin gak masuk besok yah, paman mau panen dan aku ingin belajar memanen padi”. Begitu kata Ojat sebelum pulang. Aku katakan, “Wah sangat menarik, Jat. Kalau sempat nanti cerita sama teman-temannya, yah”. Benar saja, keesokan harinya, Ojat bercerita dengan antusias bagaimana dia memanen padi, walau cape tetapi banyak hal yang menyenangkan.

Pagi baru berarti aku bertemu Darsa, seorang anak pendiam yang selalu berpikir. Aku katakan demikian karena Darsa nyaris tidak suka berbicara. Darsa lebih banyak diam ketika teman-temannya saling bercanda, bercerita, dan diskusi. Walaupun diam tetapi Darsa menyerap semua informasi yang masuk pada dirinya. Darsa hanya berbicara sesekali saja misalnya ketika dipancing pertanyaan “Menurut Darsa, bagaimana yah pembagian matematika dalam kehidupan kita?”. Darsa menjawab dengan meyakinkan, “Banyak kak, misalnya pada saat membagi kue, membagi permen, membagi pekerjaan, membagi uang. Kan pembagian bukan hanya soal angka-angka”. Darsa memang benar-benar mantap. Dia bisa melihat banyak sudut yang biasanya tidak terjangkau anak-anak seusianya.

Darsa lebih menyukai membaca buku yang dibawanya atau pergi ke perpustakaan untuk mengisi istirahatnya dibandingkan main dengan teman-temannya. Ketika kutanyakan, Darsa menjawab “Ah kak, aku senang membaca saja, kan buku bisa membawa aku ke berbagai tempat menarik di dunia”. Wooow... jawaban yang sangat menarik bagiku. Darsa memang hebat, dan setiap pagi aku harus bersiap dengan informasi baru yang ia dapatkan dari buku yang sudah ia baca.

Pagi baru berarti aku bertema sosok mungil penuh keceriaan, dia adalah Nurmelina. Teman-temannya biasa memanggil Nina. Nina adalah sosok yang menggembirakan teman-temannya. Nina selalu ceria, keceriannya terpancar dari tingkahnya yang energik, lincah, dan selalu tersenyum. Nina juga suka bercerita terutama cerita tentang pahlawan nasional. Nina terinpirasi oleh sosok Tjoet Nyak Dien. Nina mengatakan bahwa Tjoet Nyak Dien adalah perempuan hebat yang berani melawan penjajah. Walaupun penjajah menggunakan senjata api, tetapi Tjoet Nyak Dien tidak takut. Tjoet Nyak Dien berjuang sampai titik darah penghabisan. Aku pernah menanyakan pada dia, “Kalau sekarang kan tidak perang, berarti Nina mengambil pelajaran dari kisah Tjoet Nyak Diennya, seperti apa?”. Nina berkata “Aku harus belajar sungguh-sungguh, Kak. Seperti Tjoet Nyak Dien yang berjuang teguh melawan penjajah, aku juga harus semangat berjuang agar aku bisa belajar semakin baik”.

Pagi baru berarti aku juga bertemu dengan Dodo, anak yang katanya bodoh dan nakal. Aku tidak katakan demikian, Dodo adalah anak yang memiliki potensi besar untuk menjadi atlet. Dodo berbadan besar di antara teman-temannya. Dodo senang kegiatan olah raga, sepertinya Dodo hanya menyukai kegiatan olah raga saja. Dodo seperti malas-malasan kalau sudah kegiatan matematika. Dodo merasa dirinya tidak bisa menghitung. Tetapi bagiku tidak, Dodo sebenarnya pandai matematika, Dodo bisa menyerap dengan baik setiap pelajaran matematika. Sayangnya, Dodo tidak cukup sabar untuk mengerjakan soal-soal matematika.

Pernah satu kali waktu, Dodo seperti marah-marah. Dia mendatangiku dan berkata “Kak, aku tidak suka matematika, aku tidak suka soal ini, soal ini membuatku frustasi!”. Teman-teman kaget dan seketika langsung tegang, Dodo yang berbadan besar sedang marah-marah. Aku coba dekati, aku ajak Dodo diskusi. Sampai akhirnya Dodo berkata “Kak, ternyata mudah, yah!”. Senang rasanya hatiku melihat Dodo mau kembali terlibat dalam kelas. Biasanya Dodo selalu menarik diri untuk pergi dari lingkaran kelompok belajar di kelasnya jika dia merasa sudah tidak mampu untuk menyelesaikan soal-soal yang ada dihadapannya.

Pagi baru berarti aku juga bertemu Maesaroh. Teman-temannya memanggil dia Mae. Dia adalah anak rajin yang selalu rapi. Setiap kali Mae datang, temannya langsung mengerebungi untuk bermain congkak atau bola bekel. Mae bisa adil mengatur teman-temannya hingga mereka menjadi asik bermain. Mae bisa dikatakan sangat perhatian sama temannya, jika ada temannya yang tidak masuk sekolah, Mae biasanya menjenguk kemudian menceritakan pada teman-temannya. Mae juga menginisiasi teman-temannya untuk berkunjung ke temannya yang sakit. Kehadiran Mae membuat temannyas senang. Jika ada temannya yang bertengkar, Mae bisa melerai dan menyelesaikannya dengan baik. Setelah itu mereka bermain lagi dengan asik. Mae suka semua pelajaran, Mae ingin menjadi guru suatu hari nanti. Mae mengatakan bahwa Guru bisa mencerdaskan generasi bangsa. Mencerdaskan bangsa berarti mencerdaskan kehidupan. Dan inilah  kehidupan bagiku, seperti kata Mae yang selalu bijaksana dalam mengatur teman-temannya.

Pagi baru bagiku penuh dengan dinamika, pertanyaan-pertanyaan menarik dari anak-anak, ide-ide baru, keingintahuan baru, dan suasana baru yang akan menghiasi kehidupan. Inilah hari baru saat aku akan bertemu anak-anak hebat yang saling menginspirasi. Inilah generasi-generasi yang harus ku antarkan pada pengalaman-pengalaman belajar yang menyenangkan. Inilah pagi baru saat aku harus pergi.
Share:

Selasa, Maret 18, 2014

Cinta dan Impian

Apa itu cinta? Cinta adalah sebuah kisah antara aku dan kamu. Banyak orang menafsir cinta. Ketika menggambarkannya, setiap kita punya rasa yang berbeda. Sebuah kisah berikut ini sangat menarik untuk menggambarkan cinta dan impian.

Seorang perempuan muda yang tidak berpakaian hitam mendekat. Dia membawa bejana di bahunya, dan kepalanya tertutup kerudung, tapi wajahnya terbuka. Si bocah mendekatinya untuk bertanya tentang sang alkemis itu.

Saat itulah si bocah merasa waktu berhenti, dan Jiwa Buana menyentak keluar dari dalam dirinya. Ketika dia menatap gadis itu, dan melihat bibirnya bersikap antara tertawa dan diam, dia mengerti bagian terpenting dari bahasa yang digunakan oleh seluruh dunia - bahasa yang bisa dipahami oleh setiap orang di bumi dengan hati mereka. Itulah cinta. Sesuatu yang lebih tua dari umat manusia, lebih purba dari gurun. Sesuatu yang menggunakan daya yang sama kapanpun dua pasang mata bertemu, seperti mata mereka kini dan di sini, di sumur ini. 

Gadis itu tersenyum, dan itu pastilah sebuah pertanda - pertanda yang telah dinantinya, sepanjang hidupnya. Pertanda yang dicarinya bersama domba-dombanya dan dalam buku-bukunya, dalam kristal-kristal dan dalam kesunyian gurun.

Itulah Bahasa Buana yang murni. Ia tidak membutuhkan penjelasan, sebagaimana alam semesta tak memerlukan apapun saat berjalan melewati waktu yang tiada akhir. Apa yang dirasakan si bocah pada saat itu adalah bahwa dia berada di hadapan satu-satunya perempuan dalam hidupnya, dan bahwa, tanpa perlu kata-kata, gadis itu merasakan hal yang sama. Dia lebih yakin pada hal itu daripada terhadap apapun di dunia ini.

Dia pernah diberitahu oleh orang tua dan kakek-neneknya bahwa dia harua jatuh cinta dan benar-benar mengenal seseorang sebelum terikat. Tapi mungkin orang-orang yang merasakannya tidak pernah memahami bahasa universal ini. Karena, jika kita memahami bahasa itu, mudahlah untuk mengerti bahwa seseorang di dunia menanti kita, entah di tengah gurun, atau di kota besar. Dan saat dua orang itu berjumpa, dan mata mereka bertemu, masa lalu dan masa depan menjadi tak penting. Yang ada hanyalah momen itu, dan kepastian yang ajaib bahwa segala yang ada di langit dan di bumi telah dituliskan oleh tangan yang esa. Itulah tangan yang menimbulkan cinta, dan menciptakan suatu jiwa kembar bagi setiap orang di dunia. Tanpa cinta seperti itu, impian-impian seseorang tidak bermakna.

Share:

Jumat, Februari 07, 2014

Pemimpin Yang Menginspirasi

Saat gegap gempita Barack Obama di Amerika Serikat menjelang pemilihan umumnya, saya termasuk orang yang mengagumi sosok tersebut. Kagum bukan semata-mata karena berhasilnya media membuat Barack Obama menjadi terlihat kinclong tetapi lebih dari itu, saya kagum karena inspirasinya. Barack Obama seperti menampilkan sisi-sisi pemimpin alternatif pada saat itu. Lewat orasi serta tulisan-tulisannya yang menginspirasi rakyat Amerika Serikat untuk bergerak bersama-sama. “Yes We Can!” menjadi trade mark yang sangat kental dengan kebersamaanya. “Yes We Can”  yang bukan “Yes You Can“. Ia hendak membawa masyarakat untuk bersama-sama menjadi bagian dari perubahan.

Anies Baswedan (www.aniesbaswedan.com)
Saya kemudian membayangkan ada sosok seperti itu di Indonesia. Seorang yang membawa obor pencerahan dan inspirasi untuk bangsa Indonesia menuju bangsa yang mandiri, kreatif, dan berdaya. Lama saya menanti sambil terus berusaha melakukan hal-hal kecil lewat diskusi-diskusi serta kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang terus dilakukan. Sampai akhirnya, seorang Anies Baswedan muncul kepermukaan. Saya mengenal Anies Baswedan bukan hanya dari Indonesia Mengajar, salah satu program kebangsaannya yang mampu menggerakan ribuan anak muda untuk bergerak. Jauh sebelumnya dari beberapa artikel serta tulisan tentang Anies Baswedan yang sudah saya baca. Anies Baswedan adalah pemimpin masa depan Indonesia yang mampu menginspirasi masyarakat untuk bergerak bersama-sama.

Inspirasi Pendidikan

Dalam salah satu diskusi yang saya ikuti, Anies Baswedan pernah menyampaikan dasar pemikiran Indonesia Mengajar. “Indonesia Mengajar adalah sebentuk usaha kita, generasi sekarang untuk menuntaskan janji kemerdekaan” demikian kata Anies Baswedan. Janji kemerdekaan yang tertuang dalam UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini yang penting diketahui semua masyarakat. Jika kita sudah mendapatkan banyak dari negara ini, maka saatnya kita bergerak bersama-sama untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa Indonesia.

Pendidikan adalah salah kunci memenuhi janji kemerdekaan tersebut. Pendidikan manusia yang mampu menjadi manusia yang berdaya, bukan lagi manusia yang terjajah. Saat Indonesia merdeka, Belanda meninggalkan rakyat Indonesia yang buta huruf hampir separuh dari jumlah rakyat Indonesia yang bisa membaca pada saat itu. Kenyataan ini masih berlangsung sampai sekarang. Artinya, masih banyak hal yang belum merasakan kemerdekaan jika sebagian rakyat belum bisa membaca. Anies Baswedan mengetuk semua anak muda untuk bergerak. “Mendidik adalah tugas orang terdidik!” kata Anie Baswedan.  Sebuah kalimat yang sangat menggetarkan saat mendengarnya. Tak terbayangkan selama ini, jika kepedulian akan pendidikan masih mengandalkan orang lain, bukan pribadi-pribadi yang terdidik. Semangat inilah yang membuat kaum terdidik rela meninggalkan banyak profesinya untuk menjadi bagian dari pendidikan manusia Indonesia yang lebih baik.

Pendidikan adalah kunci memberdayakan manusia Indonesia. Ketika kunci ini mampu dimaksimalkan dengan baik, maka sumber daya manusia Indonesia akan mampu mandiri. Manusia Indonesia akan mampu berdiri di kaki sendiri. Menjadi tuan atas tanah sendiri. Manusia Indonesia yang beragam dengan potensi daerah yang berbeda serta jarak yang jauh dari pusat kota, tidak menyurutkan tangan-tangan Anies Baswedan untuk menjangkaunya. Tangan Anies Baswedan melalui Pengajar Muda mampu meraih dan menyebarkan inspirasi-inspirasi kebangsaan yang sangat luas. Tidak hanya berkutat di Jakarta yang kemudian akan membuat iri daerah lain. Jangkauan yang luas ini, membuat Anies Baswedan mampu dikenal secara luas di Indonesia.

Begitu pentingnya sebuah pendidikan untuk membangun sumber daya manusia sudah banyak disampaikan contoh-contohnya. Jepang sebagai negara kecil, New Zealand, dan masih banyak lagi, menaruh harapan kemajuan negaranya lewat pendidikan. Jika ini sudah berhasil dilakukan di Indonesia secara merata, saya yakin seperti halnya keyakinan Anies Baswedan, rakyat Indonesia akan menjadi bangsa yang berdaya. Menjadi masyarakat yang adil dan makmur, menjadi bangsa yang kreatif, menjadi bangsa yang merdeka seutuhnya. Dan janji kemerdekaan, secara perlahan bisa dilunasi dengan baik oleh generasi sekarang.

Inspirasi Pemimpin

Kekuatan ide dan inspirasi mampu mengalahkan uang dan publikasi konvensional. Saya yakin itu dengan sepenuh hati. Seorang Anies Baswedan memberikan banyak inspirasi untuk bergerak. Saat ini, Indonesia membutuhkan pemimpin yang mampu menggerakan. Pemimpin yang mampu memberikan inspirasi untuk bergerak bersama-sama memberikan solusi atas masalah yang terjadi pada bangsa ini. Bukan seorang manusia super power yang bisa menyelesaikan masalah dari sekian banyaknya masalah di Indonesia.

Seperti yang sering disampaikan Anies Baswedan, “Kesalahan sekarang adalah menganggap masalah yang terjadi bukan sebagai masalah dirinya. Masalah bangsa Indonesia dianggap sebagai masalah orang lain”. Hal yang sangat mendasar dalam kehidupan bangsa ini adalah rasa memiliki. Ketika masalah dianggap sebagai masalah orang lain, maka kepedulian kita akan berkurang. Tetapi saat masalah dianggap sebagai masalah sendiri, maka sekuat tenaga kita akan bergerak menyelesaikannya. Bayangkan jika seorang pemimpin harus menyelesaikan semua masalah bangsa ini, siapapun tak ada yang akan sanggup menyelesaikannya sendirian. “Turun tangan, bukan urun angan” kata Anies Baswedan dalam setiap diskusinya. Kata yang tepat untuk mengajak semua lapisan masyarakat agar turut ambil bagian dalam setiap masalah dan menjadi pribadi-pribadi yang mampu menjadi inspirator kebaikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pemimpin yang menginspirasi adalah pemimpin yang menggerakan untuk bersama-sama menjadi bagian dari solusi atas masalah bangsa ini. Seperti halnya Barack Obama yang hadir dengan ide-ide segar kebangsaan, saya melihat inspirasi kebangsaan ini juga hadir lewat sosok Anies Baswedan. Tidak salah jika saya katakan bahwa Indonesia membutuhkan sosok pemimpin yang menginspirasi perubahan seperti Anies Baswedan. Inilah saatnya kita semua menjadi bagian dari perubahan. Soekarno dan Hatta dua orang proklamator sudah mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk bergerak bersama-sama mengisi kemerdekaan. Kini saatnya semua turun tangan untuk mengambil bagian dari melunasi janji kemerdekaan Indonesia.
Share:

Jumat, Januari 03, 2014

Sekolah Waldorf

Sekolah ini adalah salah satu sekolah yang menginspirasi saya selama bergiat. Banyak inspirasi mendidik yang saya ambil referensinya dari sekolah ini.Sekolah Waldorf menjadi pilihan para petinggi perusahaan teknologi di Silicon Valley.
Pendidikan Waldorf dikenal pula sebagai Pendidikan Steiner. Sistem ini dikembangkan oleh Rudolf Steiner dari Austria. Pendidikan di Sekolah Waldorf mementingkan imajinasi dan kreativitas dalam pembelajaran. Misi sekolah ini adalah mendidik anak-anak agar menjadi pribadi yang merdeka, utuh, dan memiliki tanggung jawab sosial. Guru dipandang memiliki tugas suci membantu perkembangan jiwa dan rasa anak-anak. Setiap anak dibantu agar mereka bisa mencapai yang terbaik sesuai potensi masing-masing.
Sekolah Waldorf di Thailand (iden wildensyah)

Sejarah Sekolah Waldorf
Sekolah Waldorf di sebagian tempat dikenal pula sebagai Sekolah Steiner, yang diambil dari nama Rudolf Steiner. Sedangkan nama Sekolah Waldorf, diambil dari nama sekolah pertama yang didirikan dan dikembangkan Rudolf Steiner. Sekolah itu dibangun di Kota Stutgart, Jerman, tahun 1919. Sekolah itu dibangun untuk mendidik anak-anak pekerja pabrik Waldorf-Astoria. Nama Sekolah Waldorf kemudian menjadi trademark.
Sekolah Waldorf terus bertambah. Hingga tahun 2011, sudah ada 1.003 Sekolah Waldorf di 60 negara. Serta, ada lebih dari 2.000 pendidikan anak usia dini, 629 institusi untuk sekolah rumah, dan sekolah luar biasa di seluruh dunia. Sekolah-sekolah itu merupakan sekolah independen, namaun menerapkan model pendidikan yang dikembangkan oleh Rudolf Steiner.
Teori Perkembangan Anak Menurut Rudolf Steiner
Dalam prosesnya, pendidikan di Sekolah Waldorf sangat menekankan pentingnya pendidikan berdasarkan jenjang usia. Berikut ini tahap-tahap pembelajaran dalam sistem pendidikan Rudolf Steiner.
  • Pada masa awal kanak-kanak, pembelajaran  lebih banyak didasarkan kepada pengalaman, peniruan, dan berbasis indra. Pembelajaran pun lebih banyak menggunakan kegiatan-kegiatan praktis.
  • Pada masa usia sekolah dasar, pembelajaran bersifat artistik dan imajinatif. Pada tahap ini, pendekatan yang digunakan adalah membangun kehidupan emosional anak. Juga, mengembangkan ekspresi seni anak melalui serangkaian seni pertunjukan dan seni rupa.
  • Pada masa remaja, pembelajaran ditekankan pada pengembangan pemahaman intelektual, juga gagasan-gagasan mulia seperti tanggung jawab sosial.
Sistem Pendidikan di Sekolah Waldorf
  1. Memupuk Kreativitas 
Pembelajaran di tingkat SD ditekankan kepada pemupukan daya imajinasi dan kreativitas anak. Perkembangan emosi anak mendapat perhatian besar. Anak-anak mendapatkan banyak ruang untuk berekspresi melalui berbagai bidang seni seperti seni drama, seni musik, seni rupa, hingga seni suara. Untuk memupuk kreativitas, segala hal yang dipandang menghambat kreativitas anak akan dijauhkan. Bukan hanya komputer, tetapi juga televisi serta rekaman musik. Aktivitas di luar ruangan serta gerak badan juga sangat dipentingkan.
2.      Keterampilan Diutamakan
Keterampilan tangan para murid juga sangat diutamakan dalam pembelajaran ini. Misalnya merajut, membuat keramik, menjahit dengan tangan, dan sebagainya. Bahkan, pelajaran keterampilan masuk kurikulum sekolah. Mereka meyakini, keterampilan tangan dapat melatih koordinasi antara mata dengan tangan. Juga belajar untuk fokus dalam sebuah proses sejak membuat konsep hingga tahap penyelesaian.

3.      Cinta Bahasa Sebelum Bisa Membaca
Salah satu keunikan lainnya adalah sebelum anak-anak bisa membaca, para guru lebih dulu menumbuhkan kecintaan akan bahasa. Hal itu dibangun melalui bahasa lisan, nyanyian, puisi, serta permainan. Termasuk saat guru mendongeng, anak-anak akan menyimak dan belajar menjadi pendengar yang baik.
Selain bahasa ibu, anak-anak diajarkan pula dua bahasa asing di tingkat dasar. Untuk sekolah berbahasa Inggris, bahasa asing yang diajarkan adalah bahasa Jerman dan bahasa Prancis atau Spanyol.

4.      Keterampilan Bersosialisasi
Murid-murid juga diajarkan mengenai pentingnya memiliki rasa tanggung jawab sosial, rasa hormat, dan kasih sayang, serta kemampuan bekerja sama. Diajarkan pula mengenal perbedaan. Seperti di Afrika Selatan, saat politik apartheid masih diberlakukan. Sekolah Waldorf justru memiliki murid warga kulit hitam maupun kulit putih. UNESCO memiliki peran menyiapkan masyarakat untuk memasuki era komunitas baru yang menyatu.

Sekolah Waldorf di Thailand
Panyotai Waldorf School (dok. Iden Wildensyah)
Saya bersyukur punya kesempatan mengunjungi Sekolah Waldorf di Asia Tenggara yaitu Thailand. Dua Sekolah Waldorf yang saya kunjungi adalah Tripat Waldorf School dan Panyotai Waldorf School
Inilah sedikit catatan saya waktu mengungjungi kedua sekolah tersebut.
Salah satu hal yang menarik dari sekolah ini adalah penggunaan kapur dan bentuk papan tulis yang tidak konvensional. Bentuknya sangat artistik bisa dibuka tutup yang memungkinkan anak-anak untuk menyerap materi dengan penuh kejutan-kejutan menarik dari gurunya. Setiap bagian dalam papan tulis memiliki arti dan gambar tersendiri. Yang patut diacungi jempol dari setiap ruangan dan papan tulis yang saya lihat adalah kreativitas guru-gurunya dalam menampilkan gambar dan materi yang menarik. Tidak rata-rata, tentu saja.
Para guru membuat dengan kesungguhan dan cita rasa seni yang tinggi. Seperti menggambar salah satu adegan dongeng yang menjadi pengantar untuk belajar anak-anak, membuat komposisi warna pada pelajaran matematika dan pengenalan bidang datar, dll. Sangat artistik dan terlihat bahwa seni adalah bagian tak terpisahkan dari mengajar apapun. Inspirasi semangat ini yang perlu ditiru, saya senang melihat dan merasakan secara langsung energi yang positif dalam menghantarkan pembelajaran untuk anak-anak.
Di kedua sekolah yang saya datangi, saya juga merasakan bahwa berkarya adalah keseharian mereka dan mereka sangat menikmati saat-saat berkarya, saat merancang, dan saat mengerjakannya. Berkarya adalah bagian pembelajaran yang menyenangkan dan menaik.
Dalam berkarya, anak-anak membuat karya individu dan kelompok. Berkarya bisa menjadi proyek yang berdaya guna. Hasil karyanya bisa digunakan untuk aktivitas sehari-hari. Baik karya kelompok atau juga karya individu, misalnya merajut untuk membuat wadah dekoder. Lebih dalam lagi, merajut adalah bagian dari keterampilan untuk membuat pakaian. Dalam membuat proyek, anak-anak berkarya sesuai jenjangnya. Anak-anak yang lebih besar dengan kemampuan fisik dan motorik kasarnya yang sudah terasah mampu membuat proyek yang besar untuk digunakan anak-anak jenjang kecil. Misalnya membuat rangka kayu untuk permainan, rumah-rumahan dari kayu, dsb.
Bersama guru di Tripat Waldorf School (dok. Iden Wildensyah
Dalam berkarya selanjutnya bisa disebut sebagai bagian dari proyek kelas.Proyek yang selalu melibatkan anak-anak dan guru sebagai fasilitator. Pada sekolah yang saya datangi, salah satu proyek besarnya adalah pembuatan ruangan untuk berkarya dengan bahan kayu. Mulai dari meratakan tanah, membuat tiang-tiang penanda, dan membuat pondasi, semua dikerjakan bersama-sama oleh guru dan anak-anak. Anak-anak adalah pemeran utama dalam proyek ini, guru sebagai fasilitator mengarahkan dan membimbing anak-anak untuk bisa menjalankan proyeknya dengan baik.
Mari kita lihat juga proyek di jenjang kelas 2, di sini saya melihat sebuah anyaman dari benang berwarna-warni. Salah seorang guru yang saya temui merendah ketika ditanya itu proyek spektakuler untuk anak-anak kelas 2. “Yah, tapi gak tahu kapan selesainya” kata dia sambil bercanda. Proyek ini dikerjakan setelah mengerjakan pekerjaan rutin sekolah lainnya misalnya mengerjakan lembaran kerja matematika. Tiap anak yang berhasil duluan, boleh mengambil satu benang kemudian disulam dengan cara mengikuti pola yang sudah ada sebelumnya. Proyek ini selain mengajarkan ketekunan, kerapihan, dan ketepatan mengikuti pola juga mengajarkan kreativitas dalam mengolah bahan benang. Anak-anak yang mengerjakan proyek itu sangat menikmati prosesnya, mereka belajar untuk tenang dan mampu mengerjakan sesuai instruksi tanpa harus terburu-buru ingin menyelesaikan pekerjaannya.


Sebagian sumber artikel ini diambil dari Koran Berani, 15 November 2011. 



Share:

Selasa, Desember 31, 2013

Ruang Bermain

Siang itu selepas pulang sekolah, empat anak-anak bermain di belakang rumah. Di sebuah tempat kosong yang biasa digunakan anak-anak pada sore hari setelah ngaji atau pagi-pagi jika hari minggu. Beragam mainan mereka mainkan di tempat kosong itu, mulai dari sepak bola, main kelereng, galasin, sondah, lompat tali, dll.

Di tempat kosong itu, keceriaan hadir. Ruang bersama yang menjadi bagian keseharian anak-anak untuk bermain. Sejatinya bukan hanya bermain tetapi mereka juga belajar tentang banyak hal. Misalnya ketelitian, kecermatan, kelincahan, sosialisasi, dan kepekaan kepada sesama teman.

Tempat kosong ruang terbuka itu penuh makna buat anak-anak. Kehadirannya mampu menghiasi dinamika belajar yang sesungguhnya. Adakalanya pikiran menerawang ke ruang terbuka itu untuk bermain bersama teman-teman ketika waktu sekolah masih berlangsung. Keinginan dan rencana untuk bermain setelah waktu sekolah usai terkadang menyita waktu bahkan terlihat seperti sedang melamun.

Pelajaran kalah oleh keinginan bermain di ruang terbuka bersama teman-teman. Mungkin salah karena tidak seharusnya. Tetapi demikian anak-anak, senang bermain bersama teman-teman untuk belajar hal yang tidak diajarkan di sekolah.

Sekolah tetap penting, tantangannya adalah menyediakan ruang terbuka yang bisa dijadikan sebagai media pembelajaran bersama-sama.
Salah satu kegiatan menarik di halaman belakang ruang kosong untuk bermain kelereng.
Share:

Minggu, Desember 01, 2013

Belajar Budaya di Saung Angklung Udjo

Untuk yang ketiga kalinya saya mengunjungi saung @angklungudjo di daerah Cicaheum, Bandung. Setiap kali mengunjungi selalu ada yang baru yang saya rasakan.

Anak-anak bermain angklung (dok.iden)
Anak-anak yang bermain dan belajar mengusik saya untuk melihat lebih dalam. Keberadaan mereka yang mementaskan permainan tradisional sunda sangatlah mengesankan. Mereka tampil penuh percaya diri. Mereka begitu senang terlibat di dalam sebuah pementasan kebudayaan yang diadakan setiap hari pukul 15.30 Wib.

Keberadaan mereka selain menarik hati pengunjung dengan sajian yang tak biasa juga menjadi catatan pendidikan bagi saya. Mereka belajar tentang kebudayaan sunda secara langsung. Anak-anak adalah penerus generasi sekarang. Jika mereka diajarkan, dilibatkan secara langsung untuk mengalami, mereka akan menyimpan memori itu sampai lama. 

Anak-anak juga akan mengenal secara langsung bentuk-bentuk permainan yang mereka alami langsung. Ini bentuk pembelajaran menarik karena anak tidak hanya belajar dari teori saja tetapi dari praktek keseharian.

Seorang petani akan membawa anaknya ke sawah untuk belajar bertani. Seorang nelayan akan mengajak anaknya melaut. Seorang tukang kayu akan membawa anaknya bekerja mengolah kayu. Maka demikian pula, seorang dalang membawa anaknya untuk ikut mendalang. Dan ini yang menarik kemarin. Setelah pementasan wayang golek yang singkat, saat dibuka panggungnya, seorang anak duduk manis di samping dalang. Sungguh pemandangan yang indah dan mengharukan. Saya sangat mengapresiasi proses belajar menarik ini. Maka tidak salah jika @kotabandung melalui @ridwankamil harus berterima kasih karena kebudayaan sunda tetap lestari dan masih berlangsung sampai saat ini karena kehadiran @angklungudjo di tengah-tengah gempuran budaya barat lewat media.
Pagelaran wayang golek yang memukau dan penuh makna. Lewat gerakan kelihaian tangan dalang saat memainkan wayang.
Di balik pagelaran wayang golek, seorang dalang dengan anak kecil yang duduk manis di sampingnya. Ini proses pendidikan yang menarik. Proses pendidikan yang holistik karena anak secara langsung mengalami pembelajaran lewat pagelaran. Energi yang tersebar dari dalang akan diserap secara langsung oleh anak.
Bermain angklung bersama, memainkan beberapa lagu nasional dan internasional dengan panduan konduktor di depan. Mengasah kejelian serta kepekaan terhadap nada. Di Saung Angklung Udjo, penonton terus diajak berinteraksi lewat beberapa pagelaran dan permainan.
Menikmati pagelaran orkestra angklung yang  harmonis. Sebuah pengalaman menarik yang sangat berkesan.










Konduktor memimpin dengan baik. Terbayang latihan kerasnya untuk menampilkan pagelaran sebaik yang sudah saya lihat ini. Salut buat latihan, ketekunan, dan kekuatan energi belajarnya.


Akhirnya, menikmati keseluruhan pagelaran itu bukan hanya sekedar menikmati saja, tetapi ada proses belajar budaya yang sangat mengasyikan. Apresiasi besar untuk para pementas yang sudah tampil dengan sangat besar.

Share:

Postingan Populer