Ruang Sederhana Berbagi

Tampilkan postingan dengan label Guru. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Guru. Tampilkan semua postingan

Selasa, September 10, 2013

Kelinci dan Anjing Pemburu

Pada suatu pagi seekor anjing pemburu mencari mangsa untuk sarapan paginya. Dia menjelajahi semak belukar di dekat hutan. Tak lama kemudian sampailah di padang rumput. Dia mendapatkan seekor kelinci yang sedang asyik makan rumput.
Anjing itupun menyalak keras sehingga kelinci itu terkejut bukan kepalang. Kelinci itu terus berlari sekencang-kencangnya. Sementara itu anjing mengejarnya. Kelinci larinya berbelok-belok, sehingga anjing sukar mengikutinya.
Karena kalah gesit, dia tidak berhasil menikmati daging kelinci. Dia pulang dengan kecewa. Di tengah jalan bertemu dengan seekor kambing. Kambing itu menyindir, “Kawan, bukankah anda pemburu yang cekatan? Alangkah malunya, kalau hal ini terdengar oleh binatang lain. Anda terkenal gesit kali ini menyerah kepada kelinci”.
“Bukan begitu” tukas anjing kecewa. “Kelinci itu lari karena dia ingin menyelamatkan jiwanya. Aku memburunya sekedar memenuhi selera makan pagiku. Masih banyak binatang untuk makananku. Bagi kelinci hanya ada satu nyawa saja.”


(diambil dari kumpulan dongeng “Kelinci dan Anjing Pemburu”, Sulartoyo S, dkk. 1977)




Share:

Membuat Film

Tantangan yang menarik buat anak-anak adalah membuat film. Tentu saja harus disesuaikan dengan usia dan tahapan jenjang kelasnya. Untuk anak-anak Sekolah Dasar, bisa saja hanya berperan sebagai tokoh-tokoh dalam filmnya. Sementara untuk anak-anak SMP sampai SMA, mereka sudah bisa sendiri membuat film.
Ketertarikan saya pada film bukan karena latah atau sekedar ikut trend saja, tetapi pada kepenasaran tentang membuat film yang berbeda. Setelah membaca bukunya @maswaditya, Sila Ke 6 Kreatif Sampai Mati, saya menemukan ide sederhana tentang menuang ide dalam karya film. Stop motion, itulah jawabannya.
Setelah menimbang teknik, pertama dengan foto yang disambung satu sama lain sampai kemudian ditemukannya sebuah aplikasi praktis stop motion. 
Hasilnya memang mengasyikan untuk seorang saya yang sedang belajar. Beberapa video stop motion saya, bisa dilihat di youtube.
Hari ini adalah berbagi ide dan inspirasi @idenide
Share:

Minggu, September 08, 2013

Prinsip Dasar Berkarya

Bagi saya, setelah melalui diskusi menarik di studi klub Diagonal yaitu studi klub yang interest dengan pemikiran Rudolf Steiner yang mendasari sekolah waldorf, berkarya itu bukan semata-mata berkarya tetapi lebih dalam dari itu. Berkarya adalah keterampilan dasar menjadi manusia utuh. Sangat dalam memang, dan saya setuju. Dengan berkarya kita bisa menemukan diri kita. Menemukan passion dan juga menemukan semua hal yang menjadi tujuan kita dilahirkan ke dunia ini. Jika belum berarti kadar berkarya masih seputar permukaan saja. 

Nah agar berkarya bukan sekedar permukaan saja, maka berkarya harus memberikan nilai dan makna yang mendalam bagi orang yang berkaryanya. Saya menemukan isi berkarya ketika saya bisa merasakan lebih dalam dan berpikir lebih dalam serta ada paduan antara keduanya saat berkarya.
Apa saja makna berkarya itu? Bentuknya bisa macam-macam tergantung pemikiran masing-masing. Tetapi karya yang terpenting adalah membuat kebijaksanaan pada orang yang berkaryanya.
Karya bagi anak-anak yang harus terus menjadi inspirasi bagi kehidupan mereka kelak tidak lepas dari prinsip sandang, pangan, dan papan.
Berkarya itu berhubungan dengan keterampilan dasar membuat sandang adalah merajut, meronce, menjahit, dan lain-lain. Manusia butuh pakaian maka keterampilan membuat pakaian harus dikenalkan sejak dini.
Keterampilan kedua berhubungan dengan papan yaitu pertukangan. Manusia membuat papan atau rumah untuk berlindung dari panas dan dingin. Rumah dengan segala isinya untuk kebutuhan manusia.
Selanjutnya adalah keterampilan dasar mengolah pangan yaitu pertanian, mengolah tanah, meracik makanan, itu berarti anak harus diajak untuk menanam tanaman, memasak, dan lain-lain.
Pada akhirnya berkarya itu menjadi jembatan bagi manusia untuk menjadi manusia seutuhnya. 

Share:

Semangat Berkarya

Berkarya adalah kebutuhan. Itulah yang membedakan kita dengan mereka. Semangat berkarya harus tumbuh sejak dini mulai dari anak-anak sampai dewasa. 
Berkarya dalam keseharian akan menjadi kebiasaan yang baik. Dalam berkarya yang sudah menjadi dalam diri kita, tidak akan ada lagi pemisahan dengan apapun. Seolah-olah sudah menjadi bagian utuh dengan kehidupan.
Sejatinya berkarya akan mengkayakan diri kita. Dengan berbagai pengalaman yang dilaluinya sebuah karya mewujud bukan saja hasil torehan tangan tetapi hasil olah diri yang baik.
Mengajarkan berkarya berarti harus memulai dari orang yang akan mengajarkannya. Tidak semata-mata mengantarkan teknik tetapi juga mendasari dengan pemahaman filosofi.
Mari ajak berkarya sebagai keseharian. 
Berkarya sebagai keseharian bersama anak-anak.

Share:

Jumat, Juli 26, 2013

Hari Puisi

Hari ini tanggal 26 Juli adalah hari puisi. Mengingat puisi berarti mengingat sosok dibalik sejarah sastra yang melegenda. Namanya Chairil Anwar. Saya mengetahui dia melalui pelajaran bahasa Indonesia waktu kelas 4 SD saat harus menghapal sajak Aku. "Aku ini binatang jalang dari kumpulan terbuang" "Aku ingin hidup seribu tahun lagi" dan masih banyak lagi puisi-puisi yang harus diingat.
Puisi adalah rangkaian kata-kata indah yang ditulis dengan penuh penghayatan perasaan dan refleksi penulisnya. Tidak semua orang bisa menulis puisi, persis dengan tidak semua orang bisa menulis.
Tidak semua penulis bisa menulis puisi tetapi semua penulis puisi rata-rata bisa menulis.
Hari Puisi ini harusnya menjadi bagian utuh dalam mengapresiasi sastra. Sebuah kegiatan yang sangat mendalam tentang menghargai karya puisi. Di sini, sekolah ini, puisi adalah sebuah rangkaian kata indah. Membaca puisi membuat kita bisa terjatuh dalam keasyikan yang tidak bisa digambarkan.
Memaknai puisi ternyata bisa beragam, bagi seorang pelukis, puisi bisa tergambar dari lukisan yang indah. Bagi seorang penyuka fotografi, foto indah adalah puisi terindah. Dan bagi saya, alam ini adalah puisi yang sangat indah.
Keindahan puisi merasuk ke dalam jiwa, memenuhi setiap relung yang kosong.
Hari puisi ini adalah sebentuk apresiasi bagi alam ini yang indah. Jangan lupa, keindahan ini bisa rusak oleh perilaku tidak baik manusia. Maka marilah menjadi manusia baik untuk menjaga alam yang indah ini, puisi terindah dari Tuhan untuk kita semua
Seindah Puisi #haripuisi
Share:

Rabu, Juli 24, 2013

Belajar Dari Master Shifu

Master Shifu: Focus. Focus!
Po: So I should stop talking 
Master Shifu: If you can
Dialog di atas adalah percakapan Master Shifu dengan Po. Master Shifu adalah murid Oogway sang guru yang meninggal dunia setelah pewaris pendekar naga ditemukan. Yah Pendekar Naga tersebut ada Po, seekor panda yang nyaris tidak memiliki bentuk dan perawakan sebagai seorang pendekar. Semua orang meragukan keputusan pemilihan Po sebagai pendekar naga. Termasuk yang meragukan adalah murid-murid yang sebelumnya sudah ia didik karena merasa pilihan pendekar naga harusnya salah satu di antara mereka. Tentang keraguan ini sebenarnya Master Shifu sekalipun, awalnya ia tidak yakin. Tetapi karena ia sangat percaya dan yakin dengan sang guru, maka ia tidak meragukan lagi. Ia bersiap mengajari sang pendekar naga!
Dan lebih dari itu, Master Shifu percaya takdir. Ia ditakdirkan untuk mendidik pendekar naga. Tak peduli siapapun itu orangnya, ia meyakini tentang kekuatan besar yang dimiliki oleh Po. Master Shifu menggunakan semua cara dalam mendidik Po. Sampai ia sendiri yang menemukan cara terbaik dalam mendidiknya yaitu sesuaikan dengan diri Po itu sendiri.
Persis seperti Master Shifu, kita belajar menerima takdir sebagai pendidik untuk menerima anak-anak yang memilih kita menjadi pendidiknya. Menerima anugerah semesta untuk memberikan pengalaman tentang hidup di dunia.Kita bisa mendidik mereka dengan berbagai cara sesuai dengan harapan yang kita bangun bersama mereka dalam keseharian. Mendidik seekor panda yang diragukan menjadi seorang pendekar naga yang kelak akan berguna bagi masyarakat.
Master Shifu, saya belajar dari anda!


Share:

Menonton Film

Bisa jadi bagi beberapa orang menonton film bukan sebagai bagian dari pembelajaran. Tetapi berbeda dengan mereka, saya suka mengajak anak-anak menonton film. Tentu saja dengan judul-judul film yang terpilih. 
Pilihannya beragam mulai dari film dokumenter, film drama, dan film imajinatif. Buat anak-anak (juga buat orang dewasa) menonton film itu mengasyikan. Dalam film kita bisa melihat kehidupan di luar diri kita. Ada tawa, sedih, dan segala perasaan yang tumpah di dalamnya.
Buat pembelajaran, menonton film itu akan membawa anak pada pengalaman imajinasi. Sebut saja film Dr Seus, imajinasi dan hiburan bersatu di dalamnya. Kita bisa belajar tentang kehidupan dari film tersebut.
Hari ini saya mengajak nonton film untuk pertama kalinya di tahun pendidikan 13-14 ini. Saya ingin mengajak mereka dalam pembelajaran tentang fokus, tenang, dan konsentrasi. Lewat film, anak dituntut untuk bisa memfokuskan diri. Hasilnya, untuk satu moment ini ternyata anak-anak mampu fokus dengan baik sesuai harapan.
Suasana saat anak menonton film di pojok perpustakaan sekolah.
Share:

Selasa, Juli 23, 2013

Mengulik Tampilan

Sebenarnya saya tidak begitu suka mengutak-atik tampilan blog. Tetapi, tetapi, tetapi, ada seorang anak yang sangat rajin sekali mengubah tampilan blognya. 
Sebenarnya ketika pertama kali demam bloger, saya mencoba-coba banyak tampilan melalui berbagi media. Senangnya saat berhasil membuat sesuatu yang baru, berbeda, dan unik.
Sebenarnya, mengutak-atik HTML itu sudah saya kerjakan lama sekali. Tetapi setelah dunia instan merajalela, saya lebih memilih konten saja daripada tampilan. Tampilan cari yang instan, kemudian fokus di isi. Ingat selalu contens is king!
Sebenarnya tampilan itu sangat penting! Sama pentingnya dengan isi. Nah keduanya harus bisa berjalan beriringan. Dan yang sebenar-benarnya, hari ini saya senang karena bisa membuat hari menyenangkan.

Share:

Sabtu, Juli 20, 2013

Pakaian Seorang Guru

Guru dalam bahasa sunda sering disebut sebagai sosok digugu dan ditiru yang berarti diikuti perkataannya dan ditiru perbuatannya. Tentu saja semua berharap pada kebaikan. Perkataan yang baik dan perbuatan yang baik juga.
Mengingat perannya yang sangat besar, guru hendaknya memahami hal ini sebagai sesuatu sangat penting dalam kesehariannya. Ucapan yang baik saat menyapa anak-anak, menyapa teman, dan lain-lain. Nah dalam perbuatan bentuknya bisa beragam. Misalnya cara berjalan, cara bekerja, cara berpakaian guru, dan masih banyak lagi. 
Tentang cara berpakaian, saya akan berbagi pengalaman tentang seorang teman di sekolah. Sekolah kita memang bukan sekolah dengan seragam sekolah yang pada umumnya. Kasual dan santai, demikian saya menggambarkannya. Ada alasan tertentu dari pilihan ini, selain mengajak untuk selalu kreatif bukan karena pakaian juga membangun suasana santai dan kreatif selama belajar dan bermain. Kecuali hari jumat, anak-anak berseragam semacam kaos. Jumat bebas tetapi tetap memperhatikan kesopanan.
Kasual dan santai ini kemudian memberi dasar bagi guru untuk juga bisa seiring anak-anak dalam berpakaian. Guru tidak kalah kasual dan santainya, dengan kaos dan celana jeans yang sopan, guru bisa beraktivitas mengajar dengan santai dan tidak terkekang oleh pakaian dinas yang kaku.
Teman saya bercerita, setiap hari ketika memasuki kelas dia menganggap semacam pertunjukan yang harus ia siapkan mulai dari pakaian, cara menyampaikan materi, dll. 
Bagi saya, berpakaian yang sopan itu penting tetapi tidak terbatas pada jenis bahannya. Jeans dan kaos oblong adalah pilihan utama, sisanya sebagai pelengkap. Pelengkap untuk kegiatan-kegiatan tertentu semacam acara formal. Dari dulu, saya paling tidak suka diatur-atur masalah berpakaian tetapi sekarang dalam konteks pendidikan dan menginspirasi anak-anak, saya jadi lebih suka bereksperimen dengan berbagai jenis berpakaian. Tentu saja selalu mengutamakan kesopanan.
Teringat sebuah buku bacaan tentang sekolah, saat seorang guru perempuan yang selalu lengkap berpakaian blazer di tengah-tengah muridnya yang berpakaian kasual. Ia mengatakan "suatu hari anak akan menggunakan pakaian semacam ini saat mereka memasuki dunia kerja, saya berhak mengenalkannya mulai dari sekarang". Nah dengan dasar itulah saya sekarang suka mengeksplorasi berpakaian saat bersama anak-anak. Kadang kasual, kadang kemeja, kadang berdasi lengkap dengan celana setelan. Semuanya dilakukan untuk memberi referensi bagi anak didik kita di kelas. 
Kadang rapi dengan kemeja dan celana katun. Rapi dengan tampilan seperti orang kantoran.
Kadang menjadi (seperti) petualang dengan pakaian kasual dan celana jeans untuk bergiat bersama anak-anak. Ini pilihan cocok setiap hari, lebih simpel, lebih leluasa bergerak dan bergiat.

Share:

Jumat, Juli 19, 2013

Mengalir Seperti Air

Hidup itu mengalir saja, dengan harapan dan kebaikan yang terus dipupuk setiap hari, kita bisa jalani setiap hari dengan baik. Mengalirkan setiap dinamika yang terjadi serta selalu merefleksikan hal sudah terjadi.
Kemampuan mengalirkan semua ini butuh latihan. Salah satunya adalah kesabaran dan ikhlas. Selalu terbayang si Master Sifu dan Po yang belajar mengendalikan damai mulai dari diri sendiri. Hanya mengalirkan saja tetapi segalanya menjadi terkendali.


Share:

Harapan

Salah satu hal yang tersisa walaupun sedikit dari kotak Pandora adalah harapan. Ini berarti walaupun kecil tetapi sebuah harapan sangatlah besar peranannya dalam kehidupan ini. Mendidik sepenuh jiwa dengan harapan-harapan yang baik untuk anak didik adalah bentuk kepedulian terhadap generasi yang akan datang. Harapan tentang kebaikan dan kehidupan masa depan yang lebih baik.
Membangun harapan dalam diri di setiap anak untuk bisa menjadi dirinya, untuk menjadi manusia seutuhnya yang mampu memberikan kebaikan-kebaikan bagi kehidupan yang lain. Anak tumbuh dan kemudian akan menjadi penerus generasi harus selalu dipupuk harapannya. Sekolah punya peran besar dalam membangun harapan ini. Setiap harapan orangtua agar anaknya mampu menjadi anak yang baik dan harapan setiap anak untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.
Inilah harapan semua yang harus tetap ada. Anak belajar dari pengalamannya, dan sebagai orangtua harus memberikan banyak harapan tentang the world is good, the world is beautiful, dan the world is truthful.


Share:

Senin, Juni 10, 2013

Terima Kasih Tuhan

Terima kasih Tuhan, untuk hari ini dan hari-hari yang sudah dilewati. Banyak sekali pembelajaran menarik bagi saya. Saya percaya setiap benih kebaikan akan menghasilkan buah kebaikan. 
Begitu juga dengan sekolah hari ini. Rasanya saya sangat senang berada di antara anak-anak yang selalu menebarkan kasih dan kedamaian setiap harinya.
Adakalanya saya benar-benar belajar dari mereka tentang segala sesuatu yang terjadi dalam keseharian. Mereka mengajarkan kebaikan, kejujuran, kecerian, kehebohan, kesabaran, dan masih banyak lagi pelajaran yang sudah mereka bagi selama bertualang di berbagai tema yang menarik.
Jangan lupakan orangtua, saya sangat bersyukur bertemu orangtua hebat yang selalu mendukung setiap hari. Tanpa dukungan mereka, apalah jadinya kelompok ini. 
Terima kasih Tuhan untuk semua keceriaan hari ini. Semoga menginspirasi!
Saatnya berkarya!
Share:

Sabtu, Juni 08, 2013

Saat Waktu Berpisah

Setelah bertualang kesana kemari ke tempat-tempat yang jauh untuk belajar segala sesuatu yang ada di dalamnya, inilah saatnya berpisah. Ada waktu bertemu ada juga waktu berpisah. Inilah kehidupan yang harus terus berjalan dengan dinamika yang terjadi setiap harinya.
Tidak ada satupun yang menyukai perpisahan, bahkan saya sekalipun. Selalu ada perasaan bercampur yang rasanya aneh, gak bisa ditebak, dan tidak bisa berkata-kata selain meneteskan air mata.
Mungkin ini jawaban, saat kata-kata tidak mampu menjelaskannya, uraian air matalah yang mampu melukiskannya.
Terima kasih untuk semuanya, petualang kalian di waktu yang akan datang tentu lebih mengasyikkan dan menyenangkan. Kakak sampai di sini menemanimu. Adiosss Bengkirai!
Adios Bengkirai, teringat sebuah lagu dari Payung Teduh "aku ingin berjalan bersamamu, dalam gelap dan malamku. Tapi aku tak bisa melihat wajahmu. 
Aku ingin berdua denganmu, di antara daun gugur. Tapi aku hanya melihat keresahanmu"
Share:

Jumat, Juni 07, 2013

Kerja Kreatif

Selain bekerja cerdas, bekerja kreatif adalah salah satu impian saya. Kerja-kerja yang mengutamakan kreativitas kita bukan sekedar menjadi mesin penggerak roda kapitalis (demikian seorang teman mengatakan untuk pekerja). Kerja kreatif yang bukan sekedar mengerjakan hal-hal teknis saja tetapi memadukan semuanya.
Memadukan antara teori dan konsep serta pelaksanaannya. Bukan sekedar teori saja atau konsep saja tetapi juga pelaksanaannya. 
Kerja kreatif dalam setiap hal agar menghasilkan semua hal yang kreatif juga. Berpikir kreatif dan mengemas dengan kreatif merupakan tantangan saya.  Usahakanlah agar menjadi sesuatu yang kreatif!
Mendidik adalah kerja kreatif!
Share:

Senin, Juni 03, 2013

Kreativitas Memasak

Satu hal yang menarik dilakukan di sekolah sebagai implementasi pembelajaran menarik dan menyenangkan adalah memasak. Dalam konteks pembelajaran aktif, memasak adalah kegiatan yang secara langsung bisa dilihat hasilnya. Anak yang memiliki kreativitas dan kemauan belajar yang tinggi akan menghasilkan masakan yang menarik dan tentu saja enak.
Kalau saya coba komparasi ke konsep di Waldorf School yang memakai pemikiran Rudolf Steiner, memasak adalah salah satu bentuk berkarya yang secara filosofis mengenalkan kepada anak tentang pentingnya mengolah makanan untuk bekal hidup saat mereka dewasa.
Memasak setelah mereka menanam dari awal benih sampai layak untuk ditanam. Banyak hal menarik di sisi itu, anak bisa diajak untuk merasakan makanan sendiri dari hasil tanaman yang ditanam sendiri di kebun sekolah. Ini bentuk idealnya, bentuk praktisnya bisa saja memasak dari bahan makanan yang sudah disediakan. Misalnya anak memasak telur, nasi, dan lain-lain.
Kemandirian harus ditanamkan sejak dini mulai dari sekolah. Memasak adalah bagian dari pelajaran kemandirian yang akan berguna kelak ketika mereka dewasa saat semua harus dikerjakan sendiri.
Nah, sekolah sejatinya mengajarkan pengalaman-pengalaman yang harus menjadi bekal mereka dikemudian hari saat anak-anak tumbuh dan berkembang untuk menjalankan perannya di kehidupan. Berikan makna pada setiap aktivitasnya agar semuanya terasa bernilai. 

Memasak telur itu menyenangkan, anak-anak menyukainya!
Share:

Jumat, Mei 31, 2013

Koran Bekas Bungkusan

Saya teringat ketika membaca koran waktu kecil, bertanya pada ibu tentang siapa yang suka menulis di koran. Sebagai anak kecil yang penasaran, saya selalu tertarik mengetahui hal baru dari koran walaupun koran bekas bungkus baju, atau makanan. Beruntung, Ibu tidak langsung membuang koran bekas bungkusan tersebut. Inilah awal ketertarikan saya pada dunia tulis menulis.
Newspaper http://www.freegreatpicture.com
Keluarga kami tidak langganan koran, sekalinya langganan yang saya ingat Tabloid Hikmah, itu karena Bapak saya menilai tabloid ini sarat dengan nilai-nilai islam. Dahulu, bapak langganan Panji Mas. Saya menemukan arsipnya yang banyak diperpustakaan rumah. Sudah kotor, berdebu dan kusam. Saya menemukan tulisan-tulisan Hamka serta Muhammada Hatta di majalah tersebut.
Semakin saja saya penasaran tentang sosok dibalik berita serta opini-opini yang muncul. Ibu mengatakan bahwa orang yang suka menulis berita adalah wartawan. Sementara dari kakak saya mengetahui jenis wartawan, wartawan tetap dan wartawan freelance. Saya juga mengetahui kelebihan dan kekurangan kedua jenis wartawan tersebut dari dia. Karena begitu asiknya membaca koran, saya pernah bermimpi menjadi wartawan. Saya membayangkan betapa saya akan menjadi sosok dibalik berita yang ditulis dikoran, majalah ataupun tabloid. 
Memasuki dunia mahasiswa, saya berkenalan dengan Unit Pers Mahasiswa (UPM) Isola Pos. Ketertarikan saya pada mulanya dari mimpi kecil saya menjadi wartawan. Saya masih ingat ketika membaca salah satu poster training pers dan jurnalistik berbunyi ''Tertarik dunia wartawan, kepenulisan dan media? Ayo ikuti Training Pers dan Jurnalistik Mahasiwa (TPJM)''. Tahun pertama kuliah saya tidak mengikuti, baru pada tahun ketiga saya bisa mengikuti rangkaian kegiatan training pers tersebut. Tidak cukup hanya dikampus, saya mengikuti juga training pers diluar kampus.
Banyak pengalaman yang saya dapatkan dari training pers tersebut, terutama dunia mimpi kecil saya menjadi wartawan. Saya melatih diri membuat tulisan, saya melatih membuat berita dan berlatih mengelola media. Pengalaman yang berharga menjadi bagian dari dunia jurnalistik ini membuat saya semakin jatuh cinta pada dunia baca, tulis dan fotografi. Selain menambah uang beli buku ketika mahasiswa, pengalaman ini membukakan pada satu kenyataan bahwa menjadi wartawan itu mengasyikan walaupun resiko dan beban pekerjaannya berat. Teman saya sampai mengatakan tidak ada Tuhan selain deadline, saking begitu kerasnya mengejar deadline. Untuk teman yang satu ini, saya angkat topi atas pencapaian prestasi luar biasanya dalam mempraksiskan teori. Saya salut sama dia, saya belajar banyak pada dia.
Menjadi wartawan freelance, itulah saya. Dalam beberapa tahun yang lalu, saya pernah menjadi wartawan cabutan. Hanya bertugas kalau ada materi yang harus ditulis. Saya merasa merdeka menjadi wartawan seperti ini, saya tidak dikejar deadline. Kalaupun deadline, tenggang waktunya cukup untuk mengerjakan hal lain. 
Sampai hari ini, saya merasa dunia jurnalistik masih menjadi bagian hidup saya. Saya tetap menulis seperti sedia kala. Menulis membuat energi berlimpah, apalagi mewujud buku atau artikel yang dimuat di majalah, koran, atau media cetak lainnya. Sekarang, media online juga butuh menulis. Content is King, dan saya merasakan betul sebuah ide segar untuk mengisi konten itu sangat berharga. Hati-hati pencuri konten!
Nah.. kembali ke masa lalu, beruntung Ibu saya tidak langsung membuang koran bekas bungkus belanjaan pasar, ternyata koran bekas bungkusan tersebut membuat saya tetap menyukai dunia tulis menulis dan baca hingga kini.
Share:

Solfing dan Handling

Dua kata baru untuk pendidikan alternatif adalah solfing dan handling. Kedua sama-sama penting dalam membangun karakter yang kuat di anak. Seorang anak yang memiliki kemampuan solfing dan handling terhadap apapun akan mampu menunjukan kepercayaan diri yang baik dibanding anak lainnya. Walaupun bukan untuk membanding-bandingkan tetapi kemampuan solfing dan handling ini sangatlah penting dalam konteks pendidikan.
Sebagai pendidik yang selalu mencari alternatif bentuk-bentuk menarik pendidikan, tentu saja dua kata ini sangat penting untuk dicatat. Saya katakan demikian karena kita membutuhkan generasi ini, generasi yang mampu menangani masalah dan mencari solusi serta memecahkan masalah sampai titik praktisnya. 
Banyak sekolah yang kemudian dikritik sistem pendidikan secara umumnya karena hanya mengajarkan teori tanpa menunjukkan prakteknya. Di sisi ini kita tidak bisa menyalahkan guru sebagai penggerak karena guru digerakan oleh sistem kurikulum. Apalagi dengan sosok pegawai dinas yang kaku seolah-olah semua harus sesuai kurikulum negara.
Tetapi jangan khawatir, selama modal kreatifitas kita miliki, maka hambatan dalam penghantaran metode yang menarik pasti akan kita dapatkan.
Mengajarkan anak bukan sekedar menunjukkan teori saja, tetapi menjiwai setiap proses pendidikan yang akan mereka rasakan hasilnya kelak di masa yang akan datang. Barengi teori dengan kemampuan menyelesaikan masalah secara praktis.
Bekerja sama membuat karya di Hari Bumi! Kerjasama akan menumbuhkan kepedulian. Secara tidak langsung mengajarkan praktek tentang pentingnya membangun kerjasama antar pribadi untuk mewujudkan harapan bersama.
Share:

Rabu, Mei 29, 2013

Dari Karya ke Karakter

Sebuah karya bisa menjelaskan pembuatnya. Karya menggambarkan seorang yang ulet, telaten, baik, pemarah, grasa-grusu, sabar, tidak sabar, dan sifat-sifat lainnya yang ada di anak. 
Karya juga menjadi sebuah bentuk inspirasi anak-anak untuk mengalami pengalaman mewujudkan sesuatu. Memberi pengalaman tentang kemandirian menghasilkan sesuatu. Mandiri untuk hidup dan tidak tergantung dari siapa pun selain Tuhan, tentu saja! 
Kemandirian anak adalah salah satu tujuan sekolah dan orangtua. Secara perlahan anak-anak dikenalkan pada dunia dan mereka harus memberikan makna kehidupannya pada dunia. Tidak tergantung lagi pada orangtua. Di jaman yang serba instan dan semua sudah tersedia ini, kemandirian untuk melakukan sesuatu, menghasilkan sesuatu adalah sebuah tantangan bersama.
Berkarya adalah salah satu solusi membangun kemandirian dan mengenal setiap pribadi anak. Jadikan berkarya sebagai keseharian yang kemudian akan menjadi kebiasaan. Jika sudah jadi kebiasaan yang menempel maka karakter anak yang mandiri bisa terwujud.
Karya anak tentang maket Desa Wayang
Share:

Senin, Mei 27, 2013

Crafting

Salah satu bagian paling menarik saat bergiat bersama anak-anak adalah crafting. Dengan berbagai media yang ada, crafting sangatlah menyenangkan. Banyak pembelajaran di dalamnya. Apalagi kalau kita menyelami konsep pembelajaran seperti yang dilakukan di Waldorf School. Sebuah konsep yang dikembangkan oleh Rudolf Steiner melalui pemahaman dan pendalaman spiritual yang tinggi, seorang pengajar atau guru seolah digiring untuk mengenali dirinya sendiri sebelum mengajar atau mendidik anak. Mendidik anak dalam paradigma berpikir  Rudolf Steiner bukanlah sekedar mengantarkan materi-materi pelajaran saja. Tetapi mengenalkan sebuah kehidupan dan makna yang harus mereka (anak-anak) dapatkan selama mereka hidupnya.
Ada penjelasan atau semacam perasaan yang mendalam, yang filosofis pada sebuah kegiatan crafting. Bukan sekedar membuat karya tetapi memberikan pengalaman spiritual pada anak-anak yang tumbuh setiap harinya.
Karya anak kelompok Mahoni tentang rumah dari bahan alami.
Share:

Kreatif Mengemas LKS

Kalau sekedar menghantarkan materi pelajaran, seorang guru tentu tidak akan sulit-sulit mengajarkan. Namanya menghantarkan berarti tinggal buat presentasi, buat lembaran soal, lalu perbanyak dan sebar ke anak-anak. Beres, permasalahan menjadi pengajar sangat simpel dan sederhana. Secara kewajiban, sebagai pekerja, menghantarkan materi sesuai RPP (katakanlah demikian) sudah selesai. 
Tugas guru sebagai penghantar materi pelajaran sudah kita selesaikan dan tinggal menunggu hasil tes yang dilakukan untuk melakukan evaluasi pada materi yang sudah dihantarkan. Anak mengerjakan dengan baik, hasil baik, fotokopian materi sudah selesai dilaksanakan. Kalau hasil baik semua dan indikator RPP sudah dicapai, maka pengajar sudah selesai. 
Tapi memberi makna dan nilai pada sebuah penghantaran materi sangatlah berbeda. Butuh kualitas guru dan kreativitas guru untuk mengemas sebuah bentuk LKS atau juga penghantaran materi yang lebih kreatif. 
Mengajar adalah sebentuk kerja kreatif yang membutuhkan banyak pemikiran kreatif di dalamnya. Tidak sekedar menyampaikan materi saja, tetapi mengemasnya menjadi sesuatu yang asyik, menyenangkan, dan menarik untuk dipelajari. 
Banyak sisi-sisi yang kreatif kalau guru mau membuka diri. Jangan terpatok pada buku paket. Saya tidak mau berada dalam frame berpikir pengarang buku, digiring untuk mengikuti tanpa meliht sisi lainnya. Misalnya memotokopi LKS dari buku tanpa ada pengolah terlebih dahulu.
Selalu cari sisi-sisi lainya agar pembelajar semakin menarik dan menyenangkan.
Ini adalah karya anak kelas 4 tentang materi keragaman budaya di Indonesia.
Sisi-sisi kreatif yang ada pada diri guru dan anak-anak harus saling melengkapi. Guru hanya memberi stimulan dan anak-anaklah yang mengembangkannya lebih dalam dan lebih menarik. Mari menjadi inspirasi kreatif bagi lingkungan!


Share:

Postingan Populer