"Technology is just a tool. In terms of getting the kids working together and motivating them, the teacher is the most important" Bill Gates
Catatan ini adalah pengalaman, bisa jadi semacam hasil refleksi belajar bersama anak-anak di sekolah. Sama halnya dengan THAB (Teknik Hidup Di Alam Bebas) yang dipelajari kemudian dipraktikan pada saat mendaki gunung, susur pantai ataupun kegiatan di alam terbuka lainnya.
Kemampuan dasar seorang guru ini dibuat karena banyak hal yang tidak terduga sebelumnya. Memberikan banyak makna dan banyak pelajaran penting buat saya secara pribadi. Saya tidak mengalami menjadi guru anak-anak sebelum menulis catatan ini, maka dari itu saya membaca untuk memahami hal yang ingin saya ketahui seputar guru.
Saya membiasakan diri untuk merefleksikan diri dari setiap kejadian di sekolah dan juga di luar sekolah. Saya percaya bahwa anak itu lahir dengan naluri untuk tumbuh dan berkembang. Orang tua dan guru berperan dalam mengarahkan karena peran ini memiliki peran yang signifikan dalam membentuk karakter anak. Untuk itu saya meringkas pengalaman ini dalam bentuk kemampuan dasar seorang guru.
Kemampuan Dasar ini dibagi dalam 4 bagian: (1) kemampuan berkesenian, (2) kemampuan berteater, (3) kemampuan berolahraga, dan tentu saja (4) kemampuan berfilsafat. Saya menuliskan urutan filsafat masih dalam tanda tanya, apakah perlu di urutan pertama atau keempat? rasanya peringkat ke 4 adalah hal yang logis karena anak bertanya hal mendasar setelah mereka mampu berbicara.
(1). Kemampuan Berkesenian
Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.
Seorang guru dituntut untuk bisa memiliki cita rasa seni serta kemampuan untuk mempraktekkannya. Seni ini menyangkut seni suara dan seni rupa dan seni-seni lainnya. Seni suara memungkinkan seorang guru mengajak anak bernyanyi untuk membangun suasana belajar yang menyenangkan. Sementara seni rupa penting dimiliki karena menggambar, melukis, dll adalah hal yang menyenangkan bagi anak-anak. Seni rupa kadang abstrak jadi saya ajak menggambar anak terkadang dengan pola yang alami saja, misalnya corat coret dengan pensil berwarna, lalu menggambar tarikan-tarikan garis. Seni itu luas jadi semakin baik seorang guru dalam mengapresiasi seni semakin menarik bagi anak untuk bereksplorasi. Semakin anak terinspirasi dengan hal-hal yang indah.
(2). Kemampuan Berteater
Saya menyebutnya sebagai kemampuan bermain peran. Pernahkah anda melihat film Pursuit of Happines yang perankan oleh Will Smith dan anaknya Jaden? dalam satu adegan, Will Smith berkeinginan mengajak anaknya tidur di tempat yang tidak biasa (sebuah toilet), agar anaknya mau dan merasa penting, dia memerankan tokoh anak dengan mengatakan ”ayo cepat kita ke dalam gua, ada dinosaurus yang akan memakan jika kita tetap di sini”
Saya sangat terharu melihat adegan ini, dan bagi saya ini adalah bagian dari kemampuan seorang guru untuk anak didiknya. Sewaktu mendongeng atau pada saat-saat tertentu kadang guru dituntut untuk berperan menjadi kuda, kadang menjadi kucing kadang menjadi pangeran juga. Hal ini penting terutama dalam pendidikan anak.
(3) Kemampuan Berolahraga
Ya… guru harus suka olahraga, olahraga apapun harus bisa, dan anak didik pasti meniru. Seorang anak akan diminta memperagakan olahraga yang ada buku, main sepak bola, basket, golf dan semua yang dia dapatkan dari buku atau dari hal yang ia lihat di media-media. Guru yang senang berolahraga juga akan tampil prima, tampil penuh kepercayaan diri dan mampu menjadi sosok yang inspiratif karena kehadirannya yang energik.
(4) Kemampuan Berfilsafat
Saya melihat ini sebagai sebuah keharusan, karena anak didik terutama anak-anak kecil akan bertanya hal-hal yang mendasar. Coba saja kalau seorang anak bertanya: "Apa itu warna, apa itu putih, apa itu kuning, apa itu merah? Lebih dalam lagi misalnya "kenapa tanah warnanya cokelat, kenapa daun itu hijau?" Dan banyak sekali pertanyaan-pertanyaan mendasar yang muncul dari anak-anak.
Filsafat bagi saya penting untuk menjelaskan hal yang rumit menjadi sederhana, tidak mungkin seorang guru menjelaskan hal-hal mendasar dengan kajian ilmiah sementara anak didiknya tidak mengerti, nah seorang guru membutuhkan filsafat untuk menyederhanakan hal yang rumit ini. Filsafat penting untuk diketahui tetapi arahkan sesuai dengan umurnya, dengan kapasitas pemahamannya. kalau perlu kursus filsafat selain penting bagi diri sendiri juga penting bagi menjelaskan hal mendasar pada anak.
Di luar ini semua, anak adalah amanah, titipan Tuhan, diajarkan atau tidak dia pasti hidup, pilihannya sebagai guru dan orang tua wajib mengarahkan anak dengan baik sehingga berkembang menjadi anak yang baik, atau mewakilkan kepada alam untuk berkembang. Jangan mewakilkan anak berkembang pada televisi apalagi sinetron Indonesia!
Catatan ini adalah pengalaman, bisa jadi semacam hasil refleksi belajar bersama anak-anak di sekolah. Sama halnya dengan THAB (Teknik Hidup Di Alam Bebas) yang dipelajari kemudian dipraktikan pada saat mendaki gunung, susur pantai ataupun kegiatan di alam terbuka lainnya.
Kemampuan dasar seorang guru ini dibuat karena banyak hal yang tidak terduga sebelumnya. Memberikan banyak makna dan banyak pelajaran penting buat saya secara pribadi. Saya tidak mengalami menjadi guru anak-anak sebelum menulis catatan ini, maka dari itu saya membaca untuk memahami hal yang ingin saya ketahui seputar guru.
Saya membiasakan diri untuk merefleksikan diri dari setiap kejadian di sekolah dan juga di luar sekolah. Saya percaya bahwa anak itu lahir dengan naluri untuk tumbuh dan berkembang. Orang tua dan guru berperan dalam mengarahkan karena peran ini memiliki peran yang signifikan dalam membentuk karakter anak. Untuk itu saya meringkas pengalaman ini dalam bentuk kemampuan dasar seorang guru.
Kemampuan Dasar ini dibagi dalam 4 bagian: (1) kemampuan berkesenian, (2) kemampuan berteater, (3) kemampuan berolahraga, dan tentu saja (4) kemampuan berfilsafat. Saya menuliskan urutan filsafat masih dalam tanda tanya, apakah perlu di urutan pertama atau keempat? rasanya peringkat ke 4 adalah hal yang logis karena anak bertanya hal mendasar setelah mereka mampu berbicara.
(1). Kemampuan Berkesenian
Guru di sekolah waldorf sedang menghias dinding sekolahnya |
Seorang guru dituntut untuk bisa memiliki cita rasa seni serta kemampuan untuk mempraktekkannya. Seni ini menyangkut seni suara dan seni rupa dan seni-seni lainnya. Seni suara memungkinkan seorang guru mengajak anak bernyanyi untuk membangun suasana belajar yang menyenangkan. Sementara seni rupa penting dimiliki karena menggambar, melukis, dll adalah hal yang menyenangkan bagi anak-anak. Seni rupa kadang abstrak jadi saya ajak menggambar anak terkadang dengan pola yang alami saja, misalnya corat coret dengan pensil berwarna, lalu menggambar tarikan-tarikan garis. Seni itu luas jadi semakin baik seorang guru dalam mengapresiasi seni semakin menarik bagi anak untuk bereksplorasi. Semakin anak terinspirasi dengan hal-hal yang indah.
(2). Kemampuan Berteater
Kemampuan bermain peran dengan baik terutama pada saat-saat tertentu |
Saya sangat terharu melihat adegan ini, dan bagi saya ini adalah bagian dari kemampuan seorang guru untuk anak didiknya. Sewaktu mendongeng atau pada saat-saat tertentu kadang guru dituntut untuk berperan menjadi kuda, kadang menjadi kucing kadang menjadi pangeran juga. Hal ini penting terutama dalam pendidikan anak.
(3) Kemampuan Berolahraga
Berolahraga bersama anak akan selalu menyenangkan |
Ya… guru harus suka olahraga, olahraga apapun harus bisa, dan anak didik pasti meniru. Seorang anak akan diminta memperagakan olahraga yang ada buku, main sepak bola, basket, golf dan semua yang dia dapatkan dari buku atau dari hal yang ia lihat di media-media. Guru yang senang berolahraga juga akan tampil prima, tampil penuh kepercayaan diri dan mampu menjadi sosok yang inspiratif karena kehadirannya yang energik.
(4) Kemampuan Berfilsafat
Berfilsafat akan selalu menyenangkan terutama ajakan berpikir mendalam pada setiap pertanyaan anak |
Saya melihat ini sebagai sebuah keharusan, karena anak didik terutama anak-anak kecil akan bertanya hal-hal yang mendasar. Coba saja kalau seorang anak bertanya: "Apa itu warna, apa itu putih, apa itu kuning, apa itu merah? Lebih dalam lagi misalnya "kenapa tanah warnanya cokelat, kenapa daun itu hijau?" Dan banyak sekali pertanyaan-pertanyaan mendasar yang muncul dari anak-anak.
Filsafat bagi saya penting untuk menjelaskan hal yang rumit menjadi sederhana, tidak mungkin seorang guru menjelaskan hal-hal mendasar dengan kajian ilmiah sementara anak didiknya tidak mengerti, nah seorang guru membutuhkan filsafat untuk menyederhanakan hal yang rumit ini. Filsafat penting untuk diketahui tetapi arahkan sesuai dengan umurnya, dengan kapasitas pemahamannya. kalau perlu kursus filsafat selain penting bagi diri sendiri juga penting bagi menjelaskan hal mendasar pada anak.
Di luar ini semua, anak adalah amanah, titipan Tuhan, diajarkan atau tidak dia pasti hidup, pilihannya sebagai guru dan orang tua wajib mengarahkan anak dengan baik sehingga berkembang menjadi anak yang baik, atau mewakilkan kepada alam untuk berkembang. Jangan mewakilkan anak berkembang pada televisi apalagi sinetron Indonesia!
0 komentar:
Posting Komentar