Senin, April 28, 2014
Tanya Google Ajaa...!
Musim dan Pranata Mangsa
Berikut ini adalah pranata mangsa yang ada di Jawa.
Ada juga yang berbentuk seperti ini:
Dan ada juga yang begini:
Nah, demikianlah sebuah kekayaan negeri ini. Tinggal sekarang adalah mengamalkannya dalam bentuk kebijaksanaan dalam bertindak dan memperlakukan alam ini sesuai dengan pranata mangsa.
Kamis, April 10, 2014
Pagi Baru
Pagi baru berarti aku bertemu Mahmud, seorang anak yang selalu berpikir positif jika teman-temannya menjahili. Mahmud tidak pernah sekalipun membalas temannya yang jahil pada dia. Dia seolah mengerti bagaimana temannya sedang berproses mengenali diri dan situasi saat berinteraksi dengan sesamanya. Mahmud suka bermain bola, ketangkasannya bermain membuat teman-temannya berebut untuk menjadi bagian kelompoknya.
Rumah Pohon (deviantart.com) |
Pernah satu kali waktu, Dodo seperti marah-marah. Dia mendatangiku dan berkata “Kak, aku tidak suka matematika, aku tidak suka soal ini, soal ini membuatku frustasi!”. Teman-teman kaget dan seketika langsung tegang, Dodo yang berbadan besar sedang marah-marah. Aku coba dekati, aku ajak Dodo diskusi. Sampai akhirnya Dodo berkata “Kak, ternyata mudah, yah!”. Senang rasanya hatiku melihat Dodo mau kembali terlibat dalam kelas. Biasanya Dodo selalu menarik diri untuk pergi dari lingkaran kelompok belajar di kelasnya jika dia merasa sudah tidak mampu untuk menyelesaikan soal-soal yang ada dihadapannya.
Selasa, Maret 18, 2014
Cinta dan Impian
Jumat, Februari 07, 2014
Pemimpin Yang Menginspirasi
Anies Baswedan (www.aniesbaswedan.com) |
Jumat, Januari 03, 2014
Sekolah Waldorf
Sekolah Waldorf di Thailand (iden wildensyah) |
- Pada masa awal kanak-kanak, pembelajaran lebih banyak didasarkan kepada pengalaman, peniruan, dan berbasis indra. Pembelajaran pun lebih banyak menggunakan kegiatan-kegiatan praktis.
- Pada masa usia sekolah dasar, pembelajaran bersifat artistik dan imajinatif. Pada tahap ini, pendekatan yang digunakan adalah membangun kehidupan emosional anak. Juga, mengembangkan ekspresi seni anak melalui serangkaian seni pertunjukan dan seni rupa.
- Pada masa remaja, pembelajaran ditekankan pada pengembangan pemahaman intelektual, juga gagasan-gagasan mulia seperti tanggung jawab sosial.
- Memupuk Kreativitas
Panyotai Waldorf School (dok. Iden Wildensyah) |
Bersama guru di Tripat Waldorf School (dok. Iden Wildensyah |
Selasa, Desember 31, 2013
Ruang Bermain
Minggu, Desember 01, 2013
Belajar Budaya di Saung Angklung Udjo
Anak-anak bermain angklung (dok.iden) |
Menikmati pagelaran orkestra angklung yang harmonis. Sebuah pengalaman menarik yang sangat berkesan.
Konduktor memimpin dengan baik. Terbayang latihan kerasnya untuk menampilkan pagelaran sebaik yang sudah saya lihat ini. Salut buat latihan, ketekunan, dan kekuatan energi belajarnya.
Akhirnya, menikmati keseluruhan pagelaran itu bukan hanya sekedar menikmati saja, tetapi ada proses belajar budaya yang sangat mengasyikan. Apresiasi besar untuk para pementas yang sudah tampil dengan sangat besar.
Minggu, November 17, 2013
Bermain Kelereng
Seorang dari mereka kemudian melemparkan kelerengnya. Diikuti giliran orang kedua, ketiga, dst sampai habis dan kembali ke giliran awal. Mereka bermain dengan senang. Sesekali terdengar seorang bersuara keras memberi ketegasan. Misalnya ia merasa ada temannya yang bermain curang. Teman lainnya kemudian membela atau juga sama-sama mengatakan curang. Jika ia merasa tidak bermain curang, ia akan bertahan untuk mengatakan bahwa ia tidak bertindak curang.
Kamis, Oktober 24, 2013
Cerita Memanah
Senin pagi seperti biasa rutin pagi. Anak-anak bercerita tentang libur akhir pekannya. Beragama cerita yang mereka sampaikan. Sekalipun hanya di rumah, tetapi selalu ada yang menarik.
Misalnya, Bryan yang berkata "bosan, aku di rumah saja. Baru pindahan dan semuanya beres-beres". Berbeda dengan Bryan, Bintang cerita tentang kegiatan akhir pekannya bersama keluarga di arena panahan. Ini yang menarik! Memanah.
Bintang kemudian menyusun ceritanya, mulai dari persiapan sampai pelaksanaan. Ia berkisah bahwa memanah itu sulit. Berkali-kali ia gagal melepaskan anak panah dengan baik karena pegangannya yang tidak tepat. Walaupun ia berhasil melepaskan anak panah, tetap saja belum mencapai sasaran.
Apa yang disampaikan oleh Bintang ini menjadi awal untuk saya bercerita tentang kisah dibalik memanah. Kebetulan sehari sebelumnya saya melihat ada seorang anak yang memajang photo dirinya berkostum Merida (tokoh kartun perempuan yang ingin jadi pemanah).
Memanah, bukan sekedar melepaskan anak panah saja. Ada pembelajaran menarik di dalamnya yang bisa dibagikan. Memanah dan berkuda adalah dua kegiatan menarik anak laki-laki jaman dahulu. Bahkan Nabi Muhammad menganjurkan anak lelaki untuk bermain panah dan berkuda sebagai kemampuan dasarnya (ditambah juga berenang).
Memanah adalah sebentuk latihan berpikir dan merasa dengan seimbang. Fokus dan menjiwai setiap kali akan melepaskan anak panahnya. Hasil bidikannya adalah bentuk perpaduan yang harmonis antara fokus, konsentrasi, dan kematangan jiwa.
Saya selalu terkesan dengan catatan Paulo Coelho tentang memanah dan melihat bagaimana ia berpikir mendalam dari kegiatan memanah.
"Ketika aku menarik busurku," kata Herrigel kepada guru Zen-nya, "kadang aku merasa seolah-olah aku tak bisa bernapas jika tidak segera melepaskan anak panah itu."
"Kalau engkau terus berupaya mengusik momen-momen saat engkau harus melepaskan anak panah, maka engkau tidak akan pernah mempelajari seni sang pemanah" kata gurunya. "Kadang-kadang, hasrat berlebihan sang pemanah sendirilah yang merusak ketepatan bidikannya." (Paulo Coelho, Kitab Suci Kesatria Cahaya, hal 43)
Semakin kita renungi cerita anak-anak kemudian merefleksikannya dalam catatan atau keseharian, semakin mudah menarik kesadaran dalam ritme yang ingin dibangun.
Rabu, Oktober 23, 2013
Ulat Bulu
Selasa, Oktober 22, 2013
Mencuri Matahari
Rabu, Oktober 16, 2013
Kamu Tetap Bernilai
Dikisahkan seorang pengajar yang memulai seminar dengan memperlihatkan selembar uang dua puluh dolar dan bertanya, "Siapa yang menginginkan lembaran dua puluh dolar ini?"
Paulo Coelho |
Dia meremas-remas lembar uang itu dan berkata, "Siapa yang masih menginginkan uang ini?"
Tangan-tangan kembali teracung.
Dia melemparkan lembar uang yang sudah kucal itu ke tembok, dan setelah lembar uang itu terjatuh, dia menginjak-injaknya, kemudian sekali lagi dia menunjukannya kepada peserta seminar --sekarang uang itu sudah benar-benar kucal dan kotor. Dia mengajukan pertanyaan yang sama, dan orang-orang tadi tetap mengangkat tangan.
"Jangan pernah melupakan pelajaran ini," katanya."Tidak masalah, apapun yang saya lakukan kepada lembar uang ini. Ini tetap selembar uang dua puluh dolar. Dalam hidup kita, sering kali kita dibuat kucal, diinjak-injak, diperlakukan buruk, dihina. Akan tetapi, meski mengalami semua itu, nilai kita tidak akan berubah."
Rabu, Oktober 09, 2013
Berinteraksi Melalui Soal
Melalui soal juga, kita berinteraksi dengan anak. Kita bisa mengenal anak per anak melalui soal-soal yang ia buat sendiri. Anak yang cari aman, anak yang tertantang, dan anak yang biasa saja. Maka berinteraksilah dengan soal-soal yang dibuat sendiri dan anak-anak akan menyenanginya.