Persib Bandung lagi-lagi membuat saya menuliskan sisi lain dari sepakbola. Kali ini menyaksikan siaran langsung pertandingan melalui Radio. Saat itu di kota kecil di selatan Garut, keberadaan televisi masih langka, dan radio adalah alat komunikasi paling favorit bagi masyarakat desa. Ada dongeng Wa kepoh, Mang Jaya dan sandiwara radio Tutur Tinular, Babad Tanah Leluhur dll. Disamping acara itu, ada acara yang tidak pernah dilewatkan oleh pendengar di kota kami, Sepakbola. Ya.. Sepakbola, terutama ketika Persib Bandung bertanding. Kalau Persib Bandung bertanding, maka kampung akan terlihat sepi karena semua pemuda merapatkan diri, mendengarkan siaran langsung.
Pembawa acara yang menggebu-gebu dan selalu berteriak-teriak membuat jantung ini dagdigdug. Penuh ketegangan, penuh keceriaan dan penuh dramatisasi-dramatisasi lainnya yang membuat acara siaran langsung itu begitu berwarna. Namanya Bung Sandra, saya tidak pernah tahu bagaimana sosoknya, yang saya tahu hanya suaranya yang selalu bersemangat ketika pemain Persib Bandung menggiring bola menuju pertahanan lawan. Apalagi kalau sampai terjadi gol, maka serempak pendengar berjingkrak, berjoget dan berteriak goooool.
Siaran langsung lewat radio ini ternyata menjadi motivasi tersendiri bagi pemain sepakbola seperti Adeng Hudaya, Adjat Sudrajat, Nyangnyang, Jajang Nurjaman dan Uut. Uut misalnya, pemain Persib yang terkenal lewat bola ‘boseh’-nya, dalam satu kesempatan pernah menyatakan bahwa siaran langsung lewat radio membuat dirinya selalu ingin mendapatkan bola, kalau mendapatkan bola berarti penyiar akan menyebut namanya, kalau disebut namanya, maka masyarakat di kampung kami akan mengetahui keberadaannya. Dan keberadaannya ini membuat bangga masyarakat di kampung kami semua.
Sampai hari ini, saya masih tetap mendengarkan siaran langsung pertandingan sepakbola melalui radio RRI Bandung, terutama jika sedang di Jalan Raya dan belum sampai rumah saat pertandingan sudah berlangsung. Saya selalu teringat dramatisnya sebuah pertandingan sepakbola jika didengarkan lewat radio. Kata teman saya, mendengarkan dari radio itu penuh kejutan, bola masih di tengah lapangan terasa sudah didekat gawang. Pemain masih menggiring bola menuju pertahanan lawan, uuh rasanya sudah melewati sebelas pemain lawan saja. Berlebihan memang, tetapi ini sangat mengasikan. Kalau nonton distadion pun lebih enaknya membawa radio kecil, sambil melihat langsung, kita bisa mengetahui irama pertandingan dan luapan emosi lewat penyiar radio.
Radio Tape (Ilustrasi diunduh dari google.com) |
Siaran langsung lewat radio ini ternyata menjadi motivasi tersendiri bagi pemain sepakbola seperti Adeng Hudaya, Adjat Sudrajat, Nyangnyang, Jajang Nurjaman dan Uut. Uut misalnya, pemain Persib yang terkenal lewat bola ‘boseh’-nya, dalam satu kesempatan pernah menyatakan bahwa siaran langsung lewat radio membuat dirinya selalu ingin mendapatkan bola, kalau mendapatkan bola berarti penyiar akan menyebut namanya, kalau disebut namanya, maka masyarakat di kampung kami akan mengetahui keberadaannya. Dan keberadaannya ini membuat bangga masyarakat di kampung kami semua.
Sampai hari ini, saya masih tetap mendengarkan siaran langsung pertandingan sepakbola melalui radio RRI Bandung, terutama jika sedang di Jalan Raya dan belum sampai rumah saat pertandingan sudah berlangsung. Saya selalu teringat dramatisnya sebuah pertandingan sepakbola jika didengarkan lewat radio. Kata teman saya, mendengarkan dari radio itu penuh kejutan, bola masih di tengah lapangan terasa sudah didekat gawang. Pemain masih menggiring bola menuju pertahanan lawan, uuh rasanya sudah melewati sebelas pemain lawan saja. Berlebihan memang, tetapi ini sangat mengasikan. Kalau nonton distadion pun lebih enaknya membawa radio kecil, sambil melihat langsung, kita bisa mengetahui irama pertandingan dan luapan emosi lewat penyiar radio.
0 komentar:
Posting Komentar