Ruang Sederhana Berbagi

Selasa, Februari 25, 2014

Live Twit Anies Baswedan di Celah Celah Langit Bandung

1. Siap live twitt nih buat di CCL Bandung bersama untuk Indonesia kreatif!
2. Dan sudah ada di antara para pengunjung CCL Bandung. siap untuk malam ini
3. Nih berada di antara kita menyaksikan pencak silat
4.  mendengar sambutan tuan rumah Kang Iman Soleh.
5. Jangan pisahkan ruang kebudayaan dengan senimannya! Ini penting kata Kang Iman Soleh saat
6. Hadir bareng : Malam ini mas mllkn silaturahmi budaya di CCL, Ledeng Jl Setiabudi :)
7. sedang menyimak performance Siska dengan alunan kecapi yang memukau
8. Mas Imam Suryantoko sedang memandu acara bareng di CCL Bandung
9.  menyimak puisi Peri Sandi yg tampil semangat tentang Sengkon Karta.
10. Pak sudah di depan! Siap menyimak bersama
12.  sudah mulai! Dititipi pupuk, pertanian, & kebudayan oleh Kang Iman Soleh.
13. Ledeng bukanlah daerah yang asing bagi dulu sering ke IKIP bdg krn ibunya beliau kuliah di IKIP
14. Ini gerakan kebudayaan bukan program kebudayaan. Kebudayaan dilakukan di tempat seniman itu berada
15. Anak muda itu bicara masa depan bukan masa lalu
16. Orang baik bertumbangan karena tidak cukup menghadapi kekuatan uang. Mari ! Jangan mendiamkan!
17. Doa saja tak cukup, kita harus berusaha, kita harus untuk Indonesia
Share:

Kamis, Februari 13, 2014

Cara Tuhan

Tuhan selalu memberikan banyak solusi bagi mahlukNya, sekalipun itu di tengah hutan atau di padang pasir atau di tengah lautan. Membaca kisah 2 pelaut dalam Reader Digest mei 2009 tentang perjuangan mereka dalam bertahan hidup ketika kapal mereka karam diterjang gelombang yang ganas, membuat saya berpikir tentang bagaimana Maha Pengasih dan Maha Penyayangnya Tuhan pada mahlukNya.

Cara Tuhan membuat mereka tetap hidup itu dengan banyak cara, saya membaca bagaimana mereka bisa mendapatkan sekoci yang hampir bocor dan mereka harus berjuang agar tidak bocor. Lalu Tuhan mengirimkan suplai makanan dalam bentuk yang tidak disangka-sangka seperti tiba-tiba saja mereka dapati burung laut hinggap di kapal mereka, atau pancing sederhana yang selalu berhasil mendapatkan ikan. 

Itu cara Tuhan membuat mereka tetap hidup sampai akhirnya selamat setelah bertemu dengan kapal barang yang lewat.
Ada juga cara Tuhan membuat manusia mati, maksudnya mengakhiri hidup tanpa disadari. Cerita ini ada dalam kisah Christhoper Johnson yang teruang dalam buku ''Into The Wild''.
Diceritakan bahwa dia bisa bertahan hidup di alam terbuka dengan segala keterampilannya, seperti memancing, berburu dan meramu makanan yang tersedia di alam terbuka. Tuhan memang Maha Adil, ketika DIA berkehendak agar mahlukNya tetap hidup, maka akan tetap hidup. Cara ini terlihat dari sekonyong-konyong datang Rusa menghampiri, atau ikan sungai yang mudah didapat. 
Tetapi ketika Tuhan berkehendak lain, walaupun sudah sekuat tenaga, kehendak Tuhan akan menang. Diceritakanlah si Christopher ini kelaparan, dia mengambil umbi-umbian, bunga dan buah-buahan. Saya juga aneh ketika mendapati dia mengambil bunga berwarna ungu menyala, saya berpikir dia mau bunuh diri. Dia tidak peduli, dia lapar dan hasil pencarian makanan itu dimasak. Namun yang terjadi kemudian adalah muntah-muntah. Di tengah kesadarannya, dia mengambil buku berisi catatan tentang tumbuhan, dia baru menyadari bahwa makanan yang dia ambil tersebut berpotensi membunuh diri. Dia baru sadar, karena dia membaca buku itu setengah-setengah alias tidak tuntas.

Cara Tuhan yang baru saja saya alami adalah jawaban atas pilihan. Tuhan menjawab saat-saat yang tidak diduga. Benar adanya bahwa ketenangan itu penting, kesunyian malam mampu membawa kedamaian dan juga jawaban. Tuhan punya banyak cara memberi jawaban kepada umatNya. Buka hati, buka mata, buka semuanya dan lepaskan ego, bersiaplah dengan segala kebaikan semesta kepada kita. 

Saya melihatnya sebagai cara Tuhan, yah Tuhan selalu memberikan cara-cara yang terbaik bagi umatNYA, tinggal bagaimana kita melihat cara-cara itu dengan kebaikan. Saya percaya bahwa benih kebaikan akan menghasilkan buah kebaikan. Terima kasih Tuhan!
Share:

Minggu, Februari 09, 2014

Crafty Day

Sudah beberapa kali saya datang ke ajang tahunan, crafty day. Sekarang sudah memasuki yang ke delapan, crafty day 8. 

Senang rasanya setiap kali datang, selain membeli tetapi juga mencari inspirasi berkarya. Beraneka rupa produk karya yang menarik ada di crafty day.

Dari mulai pernak-pernik hiasan sampai aksesoris untuk rumah tersedia di crafty day yang diselenggarakan di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung ini.

Ada juga workshop, mendongeng berkarya sama fotografi. Yang fotografi saya gak tahu lengkapnya. Kedua workshop ini sangat menarik karena melibatkan pendidikan yang menyenangkan. Terutama dongeng, saya senang dengan dongeng. Banyak hal yang menarik dari dongeng. 

Nah, crafty day bisa jadi sebuah even besar dikemudian hari. Kayaknya tempatnya bisa lebih besar lagi dan peserta serta pengunjungnya akan semakin banyak lagi dikemudian hari. Saya senang dengan crafty day ini. 

Sesi workshop dongeng dan berkarya
Sesi berkarya bersama orangtua dan anak-anak
Ruang jualan karya kreatif
Salah satu stand di crafty day, Bengkimut.


Share:

Jumat, Februari 07, 2014

Pemimpin Yang Menginspirasi

Saat gegap gempita Barack Obama di Amerika Serikat menjelang pemilihan umumnya, saya termasuk orang yang mengagumi sosok tersebut. Kagum bukan semata-mata karena berhasilnya media membuat Barack Obama menjadi terlihat kinclong tetapi lebih dari itu, saya kagum karena inspirasinya. Barack Obama seperti menampilkan sisi-sisi pemimpin alternatif pada saat itu. Lewat orasi serta tulisan-tulisannya yang menginspirasi rakyat Amerika Serikat untuk bergerak bersama-sama. “Yes We Can!” menjadi trade mark yang sangat kental dengan kebersamaanya. “Yes We Can”  yang bukan “Yes You Can“. Ia hendak membawa masyarakat untuk bersama-sama menjadi bagian dari perubahan.

Anies Baswedan (www.aniesbaswedan.com)
Saya kemudian membayangkan ada sosok seperti itu di Indonesia. Seorang yang membawa obor pencerahan dan inspirasi untuk bangsa Indonesia menuju bangsa yang mandiri, kreatif, dan berdaya. Lama saya menanti sambil terus berusaha melakukan hal-hal kecil lewat diskusi-diskusi serta kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang terus dilakukan. Sampai akhirnya, seorang Anies Baswedan muncul kepermukaan. Saya mengenal Anies Baswedan bukan hanya dari Indonesia Mengajar, salah satu program kebangsaannya yang mampu menggerakan ribuan anak muda untuk bergerak. Jauh sebelumnya dari beberapa artikel serta tulisan tentang Anies Baswedan yang sudah saya baca. Anies Baswedan adalah pemimpin masa depan Indonesia yang mampu menginspirasi masyarakat untuk bergerak bersama-sama.

Inspirasi Pendidikan

Dalam salah satu diskusi yang saya ikuti, Anies Baswedan pernah menyampaikan dasar pemikiran Indonesia Mengajar. “Indonesia Mengajar adalah sebentuk usaha kita, generasi sekarang untuk menuntaskan janji kemerdekaan” demikian kata Anies Baswedan. Janji kemerdekaan yang tertuang dalam UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini yang penting diketahui semua masyarakat. Jika kita sudah mendapatkan banyak dari negara ini, maka saatnya kita bergerak bersama-sama untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa Indonesia.

Pendidikan adalah salah kunci memenuhi janji kemerdekaan tersebut. Pendidikan manusia yang mampu menjadi manusia yang berdaya, bukan lagi manusia yang terjajah. Saat Indonesia merdeka, Belanda meninggalkan rakyat Indonesia yang buta huruf hampir separuh dari jumlah rakyat Indonesia yang bisa membaca pada saat itu. Kenyataan ini masih berlangsung sampai sekarang. Artinya, masih banyak hal yang belum merasakan kemerdekaan jika sebagian rakyat belum bisa membaca. Anies Baswedan mengetuk semua anak muda untuk bergerak. “Mendidik adalah tugas orang terdidik!” kata Anie Baswedan.  Sebuah kalimat yang sangat menggetarkan saat mendengarnya. Tak terbayangkan selama ini, jika kepedulian akan pendidikan masih mengandalkan orang lain, bukan pribadi-pribadi yang terdidik. Semangat inilah yang membuat kaum terdidik rela meninggalkan banyak profesinya untuk menjadi bagian dari pendidikan manusia Indonesia yang lebih baik.

Pendidikan adalah kunci memberdayakan manusia Indonesia. Ketika kunci ini mampu dimaksimalkan dengan baik, maka sumber daya manusia Indonesia akan mampu mandiri. Manusia Indonesia akan mampu berdiri di kaki sendiri. Menjadi tuan atas tanah sendiri. Manusia Indonesia yang beragam dengan potensi daerah yang berbeda serta jarak yang jauh dari pusat kota, tidak menyurutkan tangan-tangan Anies Baswedan untuk menjangkaunya. Tangan Anies Baswedan melalui Pengajar Muda mampu meraih dan menyebarkan inspirasi-inspirasi kebangsaan yang sangat luas. Tidak hanya berkutat di Jakarta yang kemudian akan membuat iri daerah lain. Jangkauan yang luas ini, membuat Anies Baswedan mampu dikenal secara luas di Indonesia.

Begitu pentingnya sebuah pendidikan untuk membangun sumber daya manusia sudah banyak disampaikan contoh-contohnya. Jepang sebagai negara kecil, New Zealand, dan masih banyak lagi, menaruh harapan kemajuan negaranya lewat pendidikan. Jika ini sudah berhasil dilakukan di Indonesia secara merata, saya yakin seperti halnya keyakinan Anies Baswedan, rakyat Indonesia akan menjadi bangsa yang berdaya. Menjadi masyarakat yang adil dan makmur, menjadi bangsa yang kreatif, menjadi bangsa yang merdeka seutuhnya. Dan janji kemerdekaan, secara perlahan bisa dilunasi dengan baik oleh generasi sekarang.

Inspirasi Pemimpin

Kekuatan ide dan inspirasi mampu mengalahkan uang dan publikasi konvensional. Saya yakin itu dengan sepenuh hati. Seorang Anies Baswedan memberikan banyak inspirasi untuk bergerak. Saat ini, Indonesia membutuhkan pemimpin yang mampu menggerakan. Pemimpin yang mampu memberikan inspirasi untuk bergerak bersama-sama memberikan solusi atas masalah yang terjadi pada bangsa ini. Bukan seorang manusia super power yang bisa menyelesaikan masalah dari sekian banyaknya masalah di Indonesia.

Seperti yang sering disampaikan Anies Baswedan, “Kesalahan sekarang adalah menganggap masalah yang terjadi bukan sebagai masalah dirinya. Masalah bangsa Indonesia dianggap sebagai masalah orang lain”. Hal yang sangat mendasar dalam kehidupan bangsa ini adalah rasa memiliki. Ketika masalah dianggap sebagai masalah orang lain, maka kepedulian kita akan berkurang. Tetapi saat masalah dianggap sebagai masalah sendiri, maka sekuat tenaga kita akan bergerak menyelesaikannya. Bayangkan jika seorang pemimpin harus menyelesaikan semua masalah bangsa ini, siapapun tak ada yang akan sanggup menyelesaikannya sendirian. “Turun tangan, bukan urun angan” kata Anies Baswedan dalam setiap diskusinya. Kata yang tepat untuk mengajak semua lapisan masyarakat agar turut ambil bagian dalam setiap masalah dan menjadi pribadi-pribadi yang mampu menjadi inspirator kebaikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pemimpin yang menginspirasi adalah pemimpin yang menggerakan untuk bersama-sama menjadi bagian dari solusi atas masalah bangsa ini. Seperti halnya Barack Obama yang hadir dengan ide-ide segar kebangsaan, saya melihat inspirasi kebangsaan ini juga hadir lewat sosok Anies Baswedan. Tidak salah jika saya katakan bahwa Indonesia membutuhkan sosok pemimpin yang menginspirasi perubahan seperti Anies Baswedan. Inilah saatnya kita semua menjadi bagian dari perubahan. Soekarno dan Hatta dua orang proklamator sudah mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk bergerak bersama-sama mengisi kemerdekaan. Kini saatnya semua turun tangan untuk mengambil bagian dari melunasi janji kemerdekaan Indonesia.
Share:

Jumat, Januari 03, 2014

Sekolah Waldorf

Sekolah ini adalah salah satu sekolah yang menginspirasi saya selama bergiat. Banyak inspirasi mendidik yang saya ambil referensinya dari sekolah ini.Sekolah Waldorf menjadi pilihan para petinggi perusahaan teknologi di Silicon Valley.
Pendidikan Waldorf dikenal pula sebagai Pendidikan Steiner. Sistem ini dikembangkan oleh Rudolf Steiner dari Austria. Pendidikan di Sekolah Waldorf mementingkan imajinasi dan kreativitas dalam pembelajaran. Misi sekolah ini adalah mendidik anak-anak agar menjadi pribadi yang merdeka, utuh, dan memiliki tanggung jawab sosial. Guru dipandang memiliki tugas suci membantu perkembangan jiwa dan rasa anak-anak. Setiap anak dibantu agar mereka bisa mencapai yang terbaik sesuai potensi masing-masing.
Sekolah Waldorf di Thailand (iden wildensyah)

Sejarah Sekolah Waldorf
Sekolah Waldorf di sebagian tempat dikenal pula sebagai Sekolah Steiner, yang diambil dari nama Rudolf Steiner. Sedangkan nama Sekolah Waldorf, diambil dari nama sekolah pertama yang didirikan dan dikembangkan Rudolf Steiner. Sekolah itu dibangun di Kota Stutgart, Jerman, tahun 1919. Sekolah itu dibangun untuk mendidik anak-anak pekerja pabrik Waldorf-Astoria. Nama Sekolah Waldorf kemudian menjadi trademark.
Sekolah Waldorf terus bertambah. Hingga tahun 2011, sudah ada 1.003 Sekolah Waldorf di 60 negara. Serta, ada lebih dari 2.000 pendidikan anak usia dini, 629 institusi untuk sekolah rumah, dan sekolah luar biasa di seluruh dunia. Sekolah-sekolah itu merupakan sekolah independen, namaun menerapkan model pendidikan yang dikembangkan oleh Rudolf Steiner.
Teori Perkembangan Anak Menurut Rudolf Steiner
Dalam prosesnya, pendidikan di Sekolah Waldorf sangat menekankan pentingnya pendidikan berdasarkan jenjang usia. Berikut ini tahap-tahap pembelajaran dalam sistem pendidikan Rudolf Steiner.
  • Pada masa awal kanak-kanak, pembelajaran  lebih banyak didasarkan kepada pengalaman, peniruan, dan berbasis indra. Pembelajaran pun lebih banyak menggunakan kegiatan-kegiatan praktis.
  • Pada masa usia sekolah dasar, pembelajaran bersifat artistik dan imajinatif. Pada tahap ini, pendekatan yang digunakan adalah membangun kehidupan emosional anak. Juga, mengembangkan ekspresi seni anak melalui serangkaian seni pertunjukan dan seni rupa.
  • Pada masa remaja, pembelajaran ditekankan pada pengembangan pemahaman intelektual, juga gagasan-gagasan mulia seperti tanggung jawab sosial.
Sistem Pendidikan di Sekolah Waldorf
  1. Memupuk Kreativitas 
Pembelajaran di tingkat SD ditekankan kepada pemupukan daya imajinasi dan kreativitas anak. Perkembangan emosi anak mendapat perhatian besar. Anak-anak mendapatkan banyak ruang untuk berekspresi melalui berbagai bidang seni seperti seni drama, seni musik, seni rupa, hingga seni suara. Untuk memupuk kreativitas, segala hal yang dipandang menghambat kreativitas anak akan dijauhkan. Bukan hanya komputer, tetapi juga televisi serta rekaman musik. Aktivitas di luar ruangan serta gerak badan juga sangat dipentingkan.
2.      Keterampilan Diutamakan
Keterampilan tangan para murid juga sangat diutamakan dalam pembelajaran ini. Misalnya merajut, membuat keramik, menjahit dengan tangan, dan sebagainya. Bahkan, pelajaran keterampilan masuk kurikulum sekolah. Mereka meyakini, keterampilan tangan dapat melatih koordinasi antara mata dengan tangan. Juga belajar untuk fokus dalam sebuah proses sejak membuat konsep hingga tahap penyelesaian.

3.      Cinta Bahasa Sebelum Bisa Membaca
Salah satu keunikan lainnya adalah sebelum anak-anak bisa membaca, para guru lebih dulu menumbuhkan kecintaan akan bahasa. Hal itu dibangun melalui bahasa lisan, nyanyian, puisi, serta permainan. Termasuk saat guru mendongeng, anak-anak akan menyimak dan belajar menjadi pendengar yang baik.
Selain bahasa ibu, anak-anak diajarkan pula dua bahasa asing di tingkat dasar. Untuk sekolah berbahasa Inggris, bahasa asing yang diajarkan adalah bahasa Jerman dan bahasa Prancis atau Spanyol.

4.      Keterampilan Bersosialisasi
Murid-murid juga diajarkan mengenai pentingnya memiliki rasa tanggung jawab sosial, rasa hormat, dan kasih sayang, serta kemampuan bekerja sama. Diajarkan pula mengenal perbedaan. Seperti di Afrika Selatan, saat politik apartheid masih diberlakukan. Sekolah Waldorf justru memiliki murid warga kulit hitam maupun kulit putih. UNESCO memiliki peran menyiapkan masyarakat untuk memasuki era komunitas baru yang menyatu.

Sekolah Waldorf di Thailand
Panyotai Waldorf School (dok. Iden Wildensyah)
Saya bersyukur punya kesempatan mengunjungi Sekolah Waldorf di Asia Tenggara yaitu Thailand. Dua Sekolah Waldorf yang saya kunjungi adalah Tripat Waldorf School dan Panyotai Waldorf School
Inilah sedikit catatan saya waktu mengungjungi kedua sekolah tersebut.
Salah satu hal yang menarik dari sekolah ini adalah penggunaan kapur dan bentuk papan tulis yang tidak konvensional. Bentuknya sangat artistik bisa dibuka tutup yang memungkinkan anak-anak untuk menyerap materi dengan penuh kejutan-kejutan menarik dari gurunya. Setiap bagian dalam papan tulis memiliki arti dan gambar tersendiri. Yang patut diacungi jempol dari setiap ruangan dan papan tulis yang saya lihat adalah kreativitas guru-gurunya dalam menampilkan gambar dan materi yang menarik. Tidak rata-rata, tentu saja.
Para guru membuat dengan kesungguhan dan cita rasa seni yang tinggi. Seperti menggambar salah satu adegan dongeng yang menjadi pengantar untuk belajar anak-anak, membuat komposisi warna pada pelajaran matematika dan pengenalan bidang datar, dll. Sangat artistik dan terlihat bahwa seni adalah bagian tak terpisahkan dari mengajar apapun. Inspirasi semangat ini yang perlu ditiru, saya senang melihat dan merasakan secara langsung energi yang positif dalam menghantarkan pembelajaran untuk anak-anak.
Di kedua sekolah yang saya datangi, saya juga merasakan bahwa berkarya adalah keseharian mereka dan mereka sangat menikmati saat-saat berkarya, saat merancang, dan saat mengerjakannya. Berkarya adalah bagian pembelajaran yang menyenangkan dan menaik.
Dalam berkarya, anak-anak membuat karya individu dan kelompok. Berkarya bisa menjadi proyek yang berdaya guna. Hasil karyanya bisa digunakan untuk aktivitas sehari-hari. Baik karya kelompok atau juga karya individu, misalnya merajut untuk membuat wadah dekoder. Lebih dalam lagi, merajut adalah bagian dari keterampilan untuk membuat pakaian. Dalam membuat proyek, anak-anak berkarya sesuai jenjangnya. Anak-anak yang lebih besar dengan kemampuan fisik dan motorik kasarnya yang sudah terasah mampu membuat proyek yang besar untuk digunakan anak-anak jenjang kecil. Misalnya membuat rangka kayu untuk permainan, rumah-rumahan dari kayu, dsb.
Bersama guru di Tripat Waldorf School (dok. Iden Wildensyah
Dalam berkarya selanjutnya bisa disebut sebagai bagian dari proyek kelas.Proyek yang selalu melibatkan anak-anak dan guru sebagai fasilitator. Pada sekolah yang saya datangi, salah satu proyek besarnya adalah pembuatan ruangan untuk berkarya dengan bahan kayu. Mulai dari meratakan tanah, membuat tiang-tiang penanda, dan membuat pondasi, semua dikerjakan bersama-sama oleh guru dan anak-anak. Anak-anak adalah pemeran utama dalam proyek ini, guru sebagai fasilitator mengarahkan dan membimbing anak-anak untuk bisa menjalankan proyeknya dengan baik.
Mari kita lihat juga proyek di jenjang kelas 2, di sini saya melihat sebuah anyaman dari benang berwarna-warni. Salah seorang guru yang saya temui merendah ketika ditanya itu proyek spektakuler untuk anak-anak kelas 2. “Yah, tapi gak tahu kapan selesainya” kata dia sambil bercanda. Proyek ini dikerjakan setelah mengerjakan pekerjaan rutin sekolah lainnya misalnya mengerjakan lembaran kerja matematika. Tiap anak yang berhasil duluan, boleh mengambil satu benang kemudian disulam dengan cara mengikuti pola yang sudah ada sebelumnya. Proyek ini selain mengajarkan ketekunan, kerapihan, dan ketepatan mengikuti pola juga mengajarkan kreativitas dalam mengolah bahan benang. Anak-anak yang mengerjakan proyek itu sangat menikmati prosesnya, mereka belajar untuk tenang dan mampu mengerjakan sesuai instruksi tanpa harus terburu-buru ingin menyelesaikan pekerjaannya.


Sebagian sumber artikel ini diambil dari Koran Berani, 15 November 2011. 



Share:

Selasa, Desember 31, 2013

Kenangan Kebersamaan

Foto di atas adalah salah satu moment yang selalu saya ingat. Kenangan terbaik dalam hidup saya selama ini. Merasakan dinamika bersama mereka selama hampir satu dekade lebih di kampus dan di lapangan saat ada acara-acara penting.

Saya hanya bisa menggambarkan bagaimana kebersamaan itu melekat sampai sekarang. Kami bisa main bersama, berkonflik bersama, dan terutama kami belajar kehidupan bersama-sama. Tak bisa dipungkiri, selama bersama-sama itu hadir berbagai dinamika yang naik turun. Ada saatnya menyenangkan dan ada saatnya tidak menyenangkan.

Sama halnya dengan naik gunung, perlu kebersamaan dan kekompakan untuk bisa menggapai puncak bersama-sama. Banyak gunung yang kita daki bersama-sama. Banyak lembah yang kita susuri, sungai, dan juga bukit-bukit. Rasa capek dan kesal tak jarang menghinggapi diri kita masing-masing tetapi semua sadar tentang satu tekad satu tujuan.

Foto di atas adalah saat melanjutkan perjalanan setelah mendaki gunung Guntur di Kota Garut kemudian mendaki gunung Papandayan untuk menuju kabupaten Bandung dari arah selatan. Perjalanan panjang dan melelahkan tetapi bisa dinikmati dan sampai kembali pulang ke kampus untuk melanjutkan kehidupan kampus.

Merasakan saat tersesat, mencari alternatif jalan menuju lembah dan mendapati pemukiman di perkebunan teh paling jauh dari Pangalengan dan lebih dekat ke kaki gunung. Udara dingin dengan hujan rintik-rintik, setia mengikuti perjalanan kita mencapai pemukiman terdekat yang bisa dijangkau sekedar bermalam sebelum melanjutkan perjalanan menuju Bandung.

Melihat asap dari kejauhan yang muncul dari ladang petani itu sangat terasa sampai sekarang. Ada harapan karena masih bisa bertemu penduduk. Ada yang diutus bertanya tentang daerahnya kemudian bertanya alternatif jalan yang bisa dijangkau dengan berjalan kaki.

Kita semua sampai dipemukiman saat hari menjelang malam. Hujan masih mengguyur kampung itu. Bersyukur ada penduduk yang memberi ruang untuk beristirahat. Seingat saya waktu itu kita bermalam di sebuah masjid penduduk. Sampai pagi dan kemudian pulang menggunakan angkutan umum yang pemberangkatannya satu kali dalam satu hari.

Kini, semua sudah memiliki kehidupan masing-masing. Sesekali kita masih berkumpul kalau ada acara bersama di Situ Lembang atau di Citatah. Bersama mereka, saya bersyukur belajar banyak tentang kehidupan, tentang kebersamaan, dan rasa saling menghargai satu sama lain. Terima kasih, Tuhan! Berikan banyak kebaikan kepada mereka yang sudah bersama-sama dalam satu kesempatan menarik. 

Catatan di dedikasikan kepada teman-teman yang ada di foto antara lain: Nurcahya, Cecep Permana, Iman Kape, Hendi Tale, Erwin, Andi, dan Iwan Embu. Dua orang traveller itu, saya lupa namanya.

Saat itu, saya merasakan banget efek dari "Kuliah tong ngaganggu ulin!" yang kemudian menjadi jargon tak resmi sampai sekarang.
Share:

Gerimis Desember

Angin desember menjelang pergantian tahun baru ini sangat dingin melebihi kata sejuk untuk menggambarkannya. Melewati celah-celah jendela dan pintu rumah, angin meresap memasuki rumah kemudian menempa kulitku. Dingin terasa lalu kuambil baju hangat untuk mengurangi rasa yang membuat bulu halus di tangan berdiri. 

Gerimis turun bersama angin. Terseok-seok pucuk pohon mangga mengikuti alur angin. Tidak berusaha menolak setiap hembusan yang datang kepadanya. Titik-titik air hujan turun melekat di daun kemudian mengalir ke tangkai kemudian membasahi dahan dan batang pohon. Semut-semut kecil yang biasa berduyun-duyun di batang pohon mangga terpaksa mencari jalan lain yang masih kering. Khawatir terbawa aliran air, beberapa semut memilih diam sementara sampai butiran air jatuh turun ke tanah.

Desember ini angin bertiup sepoi-sepoi, dingin menusuk kulit membawa gerimis yang sudah menggelayut sejak beberapa hari yang lalu. Gerimis titik-titik hujan jatuh di merahnya bunga kertas yang mekar di beranda rumah. Indah nian di tengah dinginnya siang di akhir tahun ini. Oh seandainya aku bisa mereguk semua keindahan ini, akan kusimpan sampai seribu tahun lamanya.


Share:

Ruang Bermain

Siang itu selepas pulang sekolah, empat anak-anak bermain di belakang rumah. Di sebuah tempat kosong yang biasa digunakan anak-anak pada sore hari setelah ngaji atau pagi-pagi jika hari minggu. Beragam mainan mereka mainkan di tempat kosong itu, mulai dari sepak bola, main kelereng, galasin, sondah, lompat tali, dll.

Di tempat kosong itu, keceriaan hadir. Ruang bersama yang menjadi bagian keseharian anak-anak untuk bermain. Sejatinya bukan hanya bermain tetapi mereka juga belajar tentang banyak hal. Misalnya ketelitian, kecermatan, kelincahan, sosialisasi, dan kepekaan kepada sesama teman.

Tempat kosong ruang terbuka itu penuh makna buat anak-anak. Kehadirannya mampu menghiasi dinamika belajar yang sesungguhnya. Adakalanya pikiran menerawang ke ruang terbuka itu untuk bermain bersama teman-teman ketika waktu sekolah masih berlangsung. Keinginan dan rencana untuk bermain setelah waktu sekolah usai terkadang menyita waktu bahkan terlihat seperti sedang melamun.

Pelajaran kalah oleh keinginan bermain di ruang terbuka bersama teman-teman. Mungkin salah karena tidak seharusnya. Tetapi demikian anak-anak, senang bermain bersama teman-teman untuk belajar hal yang tidak diajarkan di sekolah.

Sekolah tetap penting, tantangannya adalah menyediakan ruang terbuka yang bisa dijadikan sebagai media pembelajaran bersama-sama.
Salah satu kegiatan menarik di halaman belakang ruang kosong untuk bermain kelereng.
Share:

Minggu, Desember 29, 2013

Kesempatan Moyes

Sudah beberapa pekan ini saya mengikuti berita seputar Mancherster United (MU). Walaupun bukan sebagai pendukung fanatik, tapi saya senang mengikuti dinamika yang terjadi dalam sebuah klub sepakbola.

Penunjukan David Moyes oleh Sir Alex Ferguson dan kawan-kawan tentu bukan karena kebetulan. Tentu dengan berbagai perhitungan dan pertimbangan yang matang.

Intinya saya belajar tentang manajemen sepakbola yang secara tidak langsung juga belajar manajemen manusia. Nah David Moyes memberikan banyak pembelajaran menarik buat saya.

Saat ini kalau boleh dibilang terseok-seok, iya. MU nangkring di papan tengah, bukan di papan atas. Terlempar dari 'The Big Four' yang sudah sering mereka tempat dalam dekade sebelumnya. Wajar jika beberapa pendukung MU merasa khawatir dengan kondisi permainan ini. Apalagi di jaman yang instan ini, semua ingin cepat terlihat hasilnya. Melupakan proses panjang untuk meraih sebuah prestasi besar.

Buat saya, Moyes memiliki kans besar membuat sejarah di MU jika pemilik MU dan pendukung setianya memberikan kesempatan dan kepercayaan penuh kepadanya. Jangan melihat proses ini sebagai sesuatu yang instan. Cepat dan langsung jadi juara di awal kepemimpinannya. 

Dua Tipe 

Dalam sepakbola modern, saya melihat dua tipe yang berbeda dalam memimpin sebuah tim sepakbola. Pertama tipe coach dan kedua tipe manajer. Keduanya sangat berbeda walau hasil yang ingin dicapai sama, yaitu juara.

Tipe pertama, coach. Sebagai contoh saya ambil Jose Mourinho. Saya mengagumi terutama saat menjadi rival Sir Alex Ferguson. Mourinho sempat beredar rumor akan menggantikan Sir Alex di MU. Mourinho adalah tipe couch, dia memiliki kapasitas untuk melatih dalam waktu yang cepat dan instan untuk meraih prestasinya.

Ciri-ciri tipe ini adalah pembelian pemain yang bisa jor-joran dan berlabel bintang. Lihat saja contohnya saat ia memegang Inter Milan, Real Madrid, dan sekarang Chelsea. Di Chelsea relatif tidak sebombastis waktu di Real Madrid. Saat itu Chelsea berhasil meraih prestasi besar di kancah liga Inggris. Sayangnya, tetap saja tidak dianggap berhasil oleh sang pemilik, Roman Abramovich karena Mou tidak bisa memenangi piala champion. Piala yang dirindukan oleh sang pemiliknya.

Tipe kedua adalah manajer. Tipe ini saya ambil contoh Sir Alex Fergosun dan Arsene Wenger. Keduanya memberikan cara memenej sebuah tim sepakbola dengan baik. Sir Alex Ferguson mampu meraih banyak prestasi hal didikannya pada the young gun seperti David Beckam, Ryan Giggs, Paul Scholes, Olle Gunnar Solkjaer, dan lain-lain.

Sir Alex Fergosun dan Arsene Wenger merintis dari tim biasa saja menjadi tim besar yang disegani. Arsene Wenger misalnya, pernah membawa Arsenal sebagai tim yang tidak terkalahkan dalam satu putaran kompetisi liga Inggris bersama Thiery Henry dkk. Sebuah prestasi yang belum dicapai manajer manapun.

Nah, kembali kepada David Moyes, seandainya manajemen memberikan kesempatan kepada David Moyes untuk terus memimpin pasukannya, saya yakin MU bisa kembali ke track-nya sebagai kontestan liga Inggris dan masuk kembali ke habitat 'The Big Four'. Semoga!
Share:

Postingan Populer