Ruang Sederhana Berbagi

Selasa, Desember 09, 2014

Alam Terbuka Untuk Pendidikan Anak

Belajar Bersama Alam (www.gettyimages.com)
Sudah sering saya mendampingi anak-anak camping atau berkemah di alam terbuka. Memfasilitasi acara berkemah anak-anak berbeda dengan memfasilitasi berkemah orang dewasa. Ada banyak dinamika yang menarik dan perlu jadi bahan perhatian selama mendampinginya. Baik secara teknis atau pun nonteknis, berkemah bersama anak-anak itu butuh kesiapan mental yang kuat. Mulai dari menyiapkan fisik anak-anak sampai kesiapan mental anak-anak. Terutama juga meyakinkan orangtua bahwa pendidikan di alam terbuka untuk anak-anak itu sangat baik. Ada hal-hal yang harus disiapkan menjelang keberangkatan agar anak siap.

Beberapa hal positif dari pendidikan di alam terbuka untuk anak-anak adalah sebagai berikut:
1. Belajar sambil melakukan
Belajar sambil melalukan dilaksanan dengan mengutamakan sebanyak mungkin kegiatan praktik. Anak akan belajar langsung dilapangan. Mereka akan mendapatkan pengalaman secara langsung.

2. Kegiatan berkelompok
Kegiatan berkelompok memberikan kesempatan belajar memimpin dan dipimpin, mengatur dan diatur, berorganisasi, memikul tanggungjawab, serta bekerja dan bekerjasama dalam kerukunan. Kegiatan berkelompok memberi kesempatan untuk saling bekerjasama dalam suasana persaudaraan guna menumbuhkan keinginan untuk menjadi lebih baik.

3. Kegiatan menarik dan menantang
Kegiatan menarik dan menantang merupakan kegiatan yang kreatif, inovatif, rekreatif, dan mengandung pendidikan, yang mampu mengubah sikap dan perilaku, menambah pengetahuan dan pengalaman. Penyelenggaraannya disesuaikan dengan usia dan perkembangan rohani dan jasmani peserta didik, sehingga mudah diterima oleh yang bersangkutan. Diutamakan pada kegiatan yang dapat mengembangkan bakat dan minat yang mencakup ranah spiritual, emosional, sosial, intelektual, dan fisik anak, serta bermanfaat bagi perkembangan kepribadian.

4. Membangun kemandirian 
Seorang anak yang bergiat di alam terbuka akan dibiasakan untuk mandiri. Anak harus mandiri mulai dari menyiapkan fisik dan mental sendiri, menyiapkan kebutuhan selama bergiat di alam terbuka oleh sendiri, melakukan perjalanan secara personal tetapi butuh kerjasama untuk menyukseskannya. Untuk beberapa tahap tentu saja masih harus ada bantuan dari pembimbingnya.

Masih banyak lagi hal positif lainnya yang bisa anak dapatkan dari pendidikan di alam terbuka. Kegiatan camping dan outbond lainnya sangat diperlukan untuk membangun kepribadian anak-anak. Anak yang sering bergiat di alam terbuka akan terbangun fisiknya dengan baik. Begitu pula dengan mentalnya, ia akan berkembang sesuai tahapan tumbuh kembang anak. Orangtua tentu saja akan mendukung saat melihat hasil kemandirian dalam diri anaknya. Tidak instan tetapi prosesnya perlu kita alami bersama-sama dengan kesabaran dan tetap berusaha. Ayo bergiat di alam terbuka!

Share:

Kamis, Desember 04, 2014

Setiap Anak Itu Unik

Setiap anak dilahirkan dengan keunikan, seperti Alien dia merasa akan menguasai bumi dan berusaha agar tidak kembali tetapi kadang orangtua tidak menyadari bahwa anak memiliki potensi dan energi yang luar biasa” (David Gerrold)

                            Imagine (www.redorbit.com)
Saya menonton film ini tanpa disengaja, tahu judulnya pun setelah saya habis nonton. Saya sangat menyukai setiap film yang menceritakan hubungan anak dan orang dewasa, baik itu ayah anak ataupun anak dengan orang dewasa di luar ayahnya. Kisahnya berkisar seorang penulis duda (diperankan Cusack) yang diyakinkan seorang petugas sosial (diperankan Okonedo) untuk mengadopsi seorang anak lelaki bernama Dennis (diperankan Coleman) yang dianggap berasal dari planet Mars. Dennis seorang anak laki-laki yang menghabiskan waktu nya dalam kotak pendingin (sejak ia alergi matahari) yang berat dan memakai ikat pinggang yang terbuat dari baterai untuk menghindari The Earth’s gravity dia tidak akan terus ke bawah.

David adalah seorang penulis sains fiksi, dia mengadopsi Dennis walaupun ditentang oleh Agen dan saudara perempuannya. penentangan ini wajar saja, pertama sang agen khawatir perhatian David malah tercurahkan pada anaknya. Kedua, proyek bukunya bisa berantakan.Anak yang diadopsi ternyata memiliki kelebihan, kelebihan ini yang ternyata membuatnya menjadi seorang yang unik. David belajar banyak dari kelebihan anak ini. Dalam satu adegan, Dennis bermain dengan dilindungi oleh kardus, kemana-mana dibersembunyi didalam kardus itu, alasannya karena ia takut matahari. Di pinggangnya dia pasangi pemberat yang dia buat sendiri dari batere bekas untuk menahan agar gravitas tidak menyedot dia ke Mars.

Dialog yang seru tentu saja di adegan menjelang akhir cerita, ketika David berusaha menyelamatkan Dennis di atas atap observatorium yang diyakini Dennis sebagai tempat untuk kembali ke Mars. Dialog ini sangat kuat, isinya sangat bermakna sampai akhirnya mereka bisa bersatu.Proyek film THE MARTIAN CHILD diangkat dari cerpen David Gerrold, sedangkan Jonathan Tollins dan Seth Bass menulis skenarionya.
Share:

Selasa, November 25, 2014

Membongkar Prototipe Guru Lama


Prototipe (pro·to·ti·pe) n model yang mula-mula (model asli) yang menjadi contoh; contoh baku; contoh khas. Dalam istilah internet Prototipe adalah model kerja dasar dari pengembangan sebuah program (software) atau perangkat lunak. Prototipe dalam Bahasa Inggris “prototype” disebut juga dengan purwarupa. Prototipe biasanya dibuat sebagai model untuk tujuan demonstrasi atau sebagai bagian dari proses pengembangan atau pembuatan sebuah software
Ikuti di twitter @kreatifmendidik untuk melihat 
alternatif pembelajaran menarik
Kata prototipe berasal dari Bahasa Latin, yaitu kata “proto” yang berarti asli, dan “typus” yang berarti bentuk atau model. Dalam konteks non-teknis, prototipe adalah contoh khusus sebagai wakil dari kategori tertentu. Dalam bidang desain, prototipe atau purwarupa atau disebut juga dengan arketipe adalah bentuk awal sebagai contoh atau standar ukuran dari sebuah entitas. Sebuah prototipe dibuat sebelum dikembangkan atau justru dibuat khusus untuk pengembangan sebelum dibuat dalam skala sebenarnya atau sebelum diproduksi secara massal.

Guru (bahasa Sanskerta: गुरू yang berarti guru, tetapi arti secara harfiahnya adalah "berat") adalah seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru.

Dalam agama Hindu, guru merupakan simbol bagi suatu tempat suci yang berisi ilmu (vidya) dan juga pembagi ilmu. Seorang guru adalah pemandu spiritual atau kejiwaan murid-muridnya. Dalam agama Buddha, guru adalah orang yang memandu muridnya dalam jalan menuju kebenaran. Murid seorang guru memandang gurunya sebagai jelmaan Buddha atau Bodhisattva. Dalam agama Sikh, guru mempunyai makna yang mirip dengan agama Hindu dan Buddha, namun posisinya lebih penting lagi dikarenakan salah satu inti ajaran agama Sikh adalah kepercayaan terhadap ajaran sepuluh guru Sikh. Hanya ada sepuluh guru dalam agama Sikh. Guru pertama, Guru Nanak Dev adalah pendiri agama ini. Orang India, Cina, Mesir, dan Israel menerima pengajaran dari guru yang merupakan seorang imam atau nabi. Oleh sebab itu, seorang guru sangat dihormati dan terkenal di masyarakat serta menganggap guru sebagai pembimbing untuk mendapat keselamatan dan dihormati bahkan lebih dari orang tua mereka.

Secara formal di Indonesia, guru adalah seorang pengajar di sekolah negeri ataupun swasta yang memiliki kemampuan berdasarkan latar belakang pendidikan formal minimal berstatus sarjana, dan telah memiliki ketetapan hukum yang sah sebagai guru berdasarkan undang-undang guru dan dosen yang berlaku di Indonesia.

Gambaran Guru

Inilah gambaran umum guru yang sering muncul dibenak masing-masing orang. Berkumis bisa tipis atau tebal, berambut rapi, berkacamata dan bersafari rapi. Sayapun dulu sempat membayangkan bahwa guru itu bentuknya seperti ini. Oh iya, kata teman saya selain rapi dan selalu klimis, juga senang meroko (Maaf ini sering saya temukan pada beberapa guru sekolah saat rapat nun jauh di tempat yang dirahasiakan).

Guru-guru seperti ini, seperti gambaran umum yang selalu muncul lengkap dengan motornya yaitu vespa adalah ciri khas guru yang selalu baik. Ia mampu memberikan kesan yang mendalam kepada semua masyarakat tentang sisi guru yang baik. Kesan ini bisa terus menerus menempel dalam diri masyarakat sehingga ia bisa dikenang terus bahkan sampai rambut, kumis tipisnya, baju safarinya, dan juga suara klakson vespanya. Berkahilah para guru ya Tuhanku!

Guru Sekarang
Tanpa mengurangi rasa hormat pada semua guru yang sudah berpakaian rapi dan tampil berkesan, saya sebenarnya lama mengidam-idamkan sebuah bentuk baru dari guru-guru yang ada di Indonesia. Saya pernah mendengar di sebuah sekolah di Kota Yogyakarta, tatanan rapi dalam bentuk fisik ini pernah didobraknya. Mereka membolehkan gurunya tampil kasual, memakai celana jeans, kaos oblong, dan rambut yang bisa dipanjangkan.

Di sebuah sekolah di Kota Bandung, ternyata saya menemukan bentuk-bentuk baru guru yang lebih fresh dan tampil natural. Guru-gurunya bisa dibilang kreatif dan mungkin saja melanggar pakem guru yang ada dalam gambaran dahulu. Memakai kaos, bercelana jeans, rambut gondrong, dll. Kreatifitas mereka menjadi modal dalam mendidik anak-anaknya di kelas.
Mereka lebih terlihat segar dan kreatif. Wajarlah jika kemudian anak-anak didiknya juga akan lebih kreatif daripada guru-gurunya. Dengan pakaian yang bisa luwes, maka pendekatan ke anak didik pun akan lebih luwes dan dekat. Mereka jadi bisa berinteraksi dengan anak-anak secara bebas. Bebas tapi tetap membangun sikap hormat satu sama lainnya.

Sekedar baju saja ternyata tidak cukup, pakaian itu hanya permukaannya saja, yang harus dilihat lebih dalam adalah jiwa dan semangatnya. Bukan sekedar berpakaian yang harus dibongkar dari guru lama, tetapi juga sikap pembelajar serta karakter pendidik yang harus dijiwai. Pernah beberapa kali saya mengikuti seminar yang pesertanya guru-guru. Sikap mereka tidak menunjukan hormat yang baik pada saat ada pembicara, ada yang asyik mengobrol, main hape, dan terutama pada saat mengantri, ada beberapa guru yang berpakaian safari 'nyelonong' begitu saja. Ia tak mau mengantri. Dan, yang bikin saya gregetan adalah buang puntungnya yang sembarangan. Sangat tidak menunjukan sikap sebagai pendidik yang berbaju safari rapi.

Pada saat mengikrarkan diri kita menjadi guru, maka sewajarnya kita harus menjiwai peran kita sebagai guru. Tak bisa dipisahkan antara kehidupan dalam kelas dengan kehidupan di luar kelas. Kata John Dewey "Education is not preparation for life; education is life itself"Bebaskan diri kita dari pakem-pakem dan gambaran yang kaku tentang guru lama, buat sesuatu yang baru. Kreativitas dalam mendidik sangat menentukan di era sekarang. Guru yang kreatif akan lebih menyenangkan dibandingkan guru yang konvensional dan kaku. (diolah dari berbagai sumber)

Iden Wildensyah (@idenide) saat ini bergiat di Sekolah Alam Bandung.
Mengelola twitter @kreatifmendidik

Share:

Sabtu, November 22, 2014

Olah Sampahmu!

"Buanglah sampah pada tempatnya!" Itu slogan lama. Ajakan untuk membuang sampah itu bisa jadi pada saat itu kebiasaan orang membuang sampah sembarangan. Kemudian disediakan tempat sampahnya maka masalah sampah selesai.

Kini, setelah sistem open dumping sudah usang karena volume sampah yang semakin hari semakin meningkat di Tempat Pembuangan Akhir Sampahnya, maka membuang sampah pada tempatnya menjadi masalah baru. 

Sebuah lembaga yang giat mengampanyekan gerakan zero waste bernama YPBB di Kota Bandung, sudah lama mengajak masyarakat untuk mengurangi sampah mulai dari diri sendiri. Konsepnya jika semua orang berhasil tidak menghasilkan sampah, maka sampah tidak akan ada. Cara ini sangat ideal untuk mendidik warga kota menjadi lebih kreatif dalam memperlakukan sampah.

Sebagai pendidik, ajakan lebih kreatif dalam memanfaatkan sampah itu harus terus dikampanyekan. Jangan cukup berhenti hanya sekedar mampu membuang sampah pada tempatnya saja, lebih dari itu mengajak lebih kreatif dalam memanfaatkan sampah.

Ayoo, olah sampahmu!

Gambar di bawah ini bisa dijadikan referensi buat berkarya



Share:

Senin, November 17, 2014

Merancang

Salahsatu kegiatan di sekolah yang sering saya lakukan adalah merancang. Apapun yang menarik untuk dirancang. Misalnya kendaraan, pesawat, robot, rumah, lingkungan sekolah ideal, dll. Dalam setiap kegiatan merancang, anak dibebaskan untuk berkreasi seunik dirinya. Tidak ada batasan. Jikapun ada instruksi, itu dilakukan semata-mata membuat patokan agar anak bisa menangkap proses pembelajaran dalam rancangannya.

Setiap pelajaran bisa dipadupadankan dalam proses merancang ini. Istilah kerennya bisa diintegrasikan. Misalnya saat belajar tentang sifat bahan, anak bisa merancang dengan jenis bahan yang sudah mereka ketahui sebelumnya. Anak mengukur berdasarkan imajinasinya. Setelah itu, saat memasuki materi energi dan sumber energi, anak bisa memadukan pengetahuannya tentang energi ke dalam rancangannya. 

Pengetahuan-pengetahuan dasarnya harus diperkuat dalam diri anak-anak. Selanjutnya proses merancang akan semakin menguatkan lagi tentang keterkaitan satu ilmu dengan ilmu pengetahuan lainnya.

Proses kreatif dan imajinasi juga akan semakin terasah dalam diri anak-anak. Mereka akan terbiasa krearif dalam mengolah rancangannya. Misalnya dengan warna-warni yang lebih ekspresif.  Begitu juga penambahan fungsi lain pada setiap rancangannya.

Senang rasanya saat ada anak yang kemudian menjadikan proses rancangannya tidak terpatok pada pelajaran saja atau pada instruksi saja. Ia melakukannya murni karena insiatif sendiri untuk mengimajinasikan sesuatu yang ada dalam pikirannya.

Jadi, ajak terus anak-anak untuk merancang apapun yang ada di dalam pikirannya. Imajinasi yang terasah sejak kecil mampu membuat anak kreatif dikemudian hari. 

Share:

Sabtu, November 15, 2014

Mencintai Matematika

Matematika bagi beberapa anak terlihat seperti menakutkan. Hal ini wajar karena matematika menjadi salah satu pelajaran yang sulit untuk dipahami. Apalagi dengan konsep-konsep yang abstrak, anak-anak sulit untuk membayangkannya. Dengan penghantaran materi yang tidak bertahap, langsung ke hal abstrak, makin sulitlah anak memahaminya.

Di tahap awal, pendidikan matematika untuk anak-anak bisa diawali dengan hal-hal yang nyata. Dari benda yang bisa disentuh dan dirasakan oleh anak tanpa melabeli dengan kata-kata matematika. Hal ini untuk mengajak anak merasakan bahwa matematika adalah bagian dari kehidupan. Bukan sesuatu yang jauh dan hanya dipelajari di sekolah.

Ditahap selanjutnya, ajak anak untuk menghitung misalnya uang saat belanja di pasar. Anak akan terasa langsung pada proses matematika untuk kehidupan. Atau melihat-lihat angka yang tertera pada pelat nomor kemudian ajak main dengan menjumlahkannya saat melihat pelat nomor kendaraan lainnya.

Di rumah, banyak sekali aktivitas yang bisa membuat matematika menjadi sangat menyenangkan. Misalnya permainan kartu, sondah, ular tangga, monopoli, lego, bisa menjadi alternatif lain dalam mengantarkan matematika secara tidak sadar. Misalnya menghitung langkah setelah dadu dilempar, kemudian ajak anak untuk menjumlahkan setelah muncul angka dari dadu.

Kalau di luar ruangan, bisa lebih banyak lagi. Misalnya saat menaiki tangga, ajak anak untuk menghitung setiap langkahnya. Lalu saat melihat ubin yang coraknya menarik, tidak salah untuk menghitungnya kemudian menjumlahkan. 

Mendekatkan matematika dengan kehidupan adalah tugas semua. Jangan dipilah-pilah bahwa seolah matematika hanya ada di sekolah saja. Kesalahan fatal ketika pembelajaran di sekolah dipisahkan dengan keseharian anak-anak. Dengan mendekatkan dalam keseharian anak, saya yakin semua pelajaran akan terasa menyenangkan dan proses belajar akan berlangsung secara terus menerus baik dalam kehidupan anak.

Share:

Rabu, November 12, 2014

Sepatu

Beberapa hari yang lalu saya ke sebuah toko untuk membeli sepatu. Sepatu adalah hal penting dalam menentukan prioritas belanja. Bukan karena penting, mahal, dan berharganya, tetapi karena sulitnya menentukan pilihan sepatu. Saya paling sulit membeli sepatu sendiri. Teorinya sih mudah, cari yang cocok dan sesuai dengan diri kita. Bisa juga dibaca sebagai sepatu yang cocok dengan isi dompet.
Ada banyak kisah menarik tentang sepatu ini. Saking menariknya sebuah cerita sepatu, Dahlan Iskan pernah bercerita banyak tentang hal ini dalam buku cerita yang berjudul "Sepatu Dahlan". Maknanya sangat dalam karena sepatu tersebut adalah kisahnya waktu kecil.

Sepatu juga menjadi bagian yang menarik dalam film "Shaolin Soccer". Seorang perempuan jago Thai Chi penjual martabak, menjahit sepatu Stephen Cow yang sudah usang. Sepatu itu mengantarkan para jagoan mengalahkan manusia teknologi.

Tali Sepatu

Saya mengawali awal sekolah dasar dengan sepatu bertali. Perjuangan pagi hari setelah sarapan sebelum berangkat sekolah adalah menalikan sepatu. Dengan berkali-kali diberi arahan dari orangtua, saya berusaha sekuat tenaga menalikannya. Walaupun hasil belum bagus tetapi dengan usaha yang terus menerus, saya bisa lancar juga ketika memasuki kelas 2 SD. Pernah satu kali waktu ketika pelajaran olahraga, sepatu saya terlepas tetapi karena saat itu belum bisa menalikan, akhirnya dibantu oleh guru olah raga.

Perkembangan sekarang untuk merespon kesulitannya anak dalam memakai sepatu bertali, muncul sepatu tak bertali. Cukup dengan karet pegas saja dibagian yang biasanya ada tali. Anak tinggal memasukan kakinya yang sudah berkaus kaki lalu berangkat ke sekolah. Ringkas dan praktis memang, tetapi dibalik itu ada sesuatu yang terlewat yaitu proses belajar anak.

Anak melewatkan sebuah pembelajaran menarik tentang menalikan sepatu. Keterampilan dasar ini akan menjadi bagian penting dikemudian hari. Dalam sebuah proses menalikan sepatu ada pembelajaran tentang mendengarkan arahan dan melakukan sesuai instruksi. Dengan mendengarkan yang baik, anak bisa menangkap instruksi dengan baik. Di bawah sadarnya, ia akan mengolah setiap informasi yang masuk ke otaknya kemudian ia proses menjadi tindakan. Ketika tindakannya benar, pada saat itu kita bisa melihat anak mengolah dengan baik. Tetapi jika ia terus menerus melakukan kesalahan, bisa jadi ia salah menangkap instruksi atau kita harus introspeksi melihat kembali instruksinya.

Motorik kasar dan halus anak secara tidak langsung diasah sejak pagi hari dari rumah. Motorik kasar dan halus ini bisa kita amati dari proses menyusun rangkaian tali agar bisa menjadi simpul yang benar saat terpasang di sepatu. Misalnya ia menalikan terlalu kencang dengan simpul mati, hasilnya saat ia membuka sepatunya ia akan kesulitan membuka karena tali terikat mati. Beda halnya saat ia langsung memasukan kakinya ke sepatu tanpa proses menalikan. Belum ada penelitian sih tapi rasanya setiap hal kecil yang dilakukan oleh anak akan selalu punya makna buat pembelajaran dirinya.

Ada baiknya selalu ajak anak untuk melewati proses yang menyenangkan dalam kesehariannya termasuk mengikat tali sepatu.




Share:

Rabu, Oktober 08, 2014

Cukul

Ada satu daerah di Bandung Selatan yang cukup menarik untuk dikunjungi. Terutama mereka yang suka jalan-jalan menyusuri perkebunan teh, merasakan kesegaran udara pegunungan, dan indahnya danau.

Bandung Selatan selain perkebunan teh di Ciwidey dan Pangalengan, masih banyak lagi yang belum terungkap. Hal ini karena akses jalan menuju perkebunan yang seringkali tidak sebaik jalan jalan di perkotaan. Tetapi jangan khawatir jalur ke Cukul ini sangatlah baik. Jalanan mulus sampai lokasi. Kalaupun ada lubang-lubang sedikit itu hal wajar.

Saya melewati jalur selatan sebelum sampai di Cukul. Jalur yang tak biasa karena jalur selatan menuju Bandung biasanya mengikuti jalur umum. Ini berbeda, dengan semangat menyala, saya putuskan jalurnya berbeda.

Dari arah Garut Selatan, lurus ke arah barat menuju Pantai Rancabuaya. Jalanan sepanjang jalur selatan ini sekarang sudah bagus dibandingkan dua tiga tahun yang lalu. Dari Rancabuaya kemudian belok kanan ke arah Cisewu. Jalanan cukup menanjak dan menurun maka pastikan kendaraan anda prima. Tanjakan dan turunannya sangat curam dengan jurang di sisi kiri dan kanannya. Lebar jalan juga sangat sempit, pada beberapa daerah kita harus melipir jika berpapasan dengan kendaraan dari arah sebaliknya.

Selesai melewati Cisewu selanjutnya jalanan cukup lebar pada saat mendekati daerah perkebunan teh. Cuaca yang cerah membuat pemandangan sekitar sangat indah. Nah di perkebunan ini salah satu puncaknya kita bisa menikmati kantor afdeling Cukul. Di tengah kebun teh dengan danau di lembahnya. Sejenak beristirahat di Cukul sambil menghirup udara segar dan meredakan ketegangan setelah melewati tanjakan dan turunan yang curam. Ada penjual baso yang enak yang bisa kita nikmati setelah 'gogoleran'. Jangan lupakan merekem kenangan. Spot di Cukul sangat menarik untuk para penyuka fotografi.
Jalanan di Jalur Selatan Jawa Barat
Sambil menikmati pantai selama perjalanan
Cukul, tempat asyik buat refreshing
Danau dengan air jernih


Share:

Selasa, Oktober 07, 2014

Kemarau

Panasnya terasa menusuk kulit, rasanya seperti berada di puncak gunung. Siang ini sudah beberapa bulan dilanda kemarau. Kekeringan melanda. Sumur-sumur mengering kalaupun ada, keberadaannya sangat terbatas.

Angin berhembus kencang dari barat ke timur, ada juga yang bilang dari arah tenggara. Tiupannya seperti membawa kabar tentang kepahitan hidup tanpa air. Air yang menjadi sumber kehidupan seperti cepat menguap ke udara. Disertai suhu yang panas dan angin, lengkap sudah rasa gerah menghinggapi tubuh. Dahaga dan haus melengkapi rasa gerah tersebut.

Debu-debu berterbangan kesana kemari dibawa angin. Masuk tenggorokan kemudian tersangkut di antara hidung dan mulut. Gejala flu dan batuk kemudian menjangkiti setiap orang. Debu-debu juga hinggap diberbagai tempat, di rumah, di mobil, diperabotan rumah, dipelataran rumah, dan di segala tempat yang mampu dijangkaunya.

Rumput dan tumbuhan terlihat kering kerontang. Warnanya kuning karena kurang air. Seharus ia bisa berwarna hijau. Sayangnya, air tak cukup membuatnya mengantarkan proses fotosintesis yang utuh setiap hari. Ia korbankan warna hijau dengan mengganti dengan warna kuning, sampai waktu berlimpah air untuk mengembalikan lagi warna hijaunya.

Inilah kemarau. Saat dimana air begitu langka dan berharga. Inilah kemarau, saat manusia harus sadar untuk menjaga lingkungannya. Ini juga kemarau, saat manusia harus bersiap jika suatu saat berlimpah air dan menjadi bencana.

#Tuesday 
Share:

Postingan Populer