Ruang Sederhana Berbagi

Tampilkan postingan dengan label Anak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Anak. Tampilkan semua postingan

Rabu, November 12, 2014

Sepatu

Beberapa hari yang lalu saya ke sebuah toko untuk membeli sepatu. Sepatu adalah hal penting dalam menentukan prioritas belanja. Bukan karena penting, mahal, dan berharganya, tetapi karena sulitnya menentukan pilihan sepatu. Saya paling sulit membeli sepatu sendiri. Teorinya sih mudah, cari yang cocok dan sesuai dengan diri kita. Bisa juga dibaca sebagai sepatu yang cocok dengan isi dompet.
Ada banyak kisah menarik tentang sepatu ini. Saking menariknya sebuah cerita sepatu, Dahlan Iskan pernah bercerita banyak tentang hal ini dalam buku cerita yang berjudul "Sepatu Dahlan". Maknanya sangat dalam karena sepatu tersebut adalah kisahnya waktu kecil.

Sepatu juga menjadi bagian yang menarik dalam film "Shaolin Soccer". Seorang perempuan jago Thai Chi penjual martabak, menjahit sepatu Stephen Cow yang sudah usang. Sepatu itu mengantarkan para jagoan mengalahkan manusia teknologi.

Tali Sepatu

Saya mengawali awal sekolah dasar dengan sepatu bertali. Perjuangan pagi hari setelah sarapan sebelum berangkat sekolah adalah menalikan sepatu. Dengan berkali-kali diberi arahan dari orangtua, saya berusaha sekuat tenaga menalikannya. Walaupun hasil belum bagus tetapi dengan usaha yang terus menerus, saya bisa lancar juga ketika memasuki kelas 2 SD. Pernah satu kali waktu ketika pelajaran olahraga, sepatu saya terlepas tetapi karena saat itu belum bisa menalikan, akhirnya dibantu oleh guru olah raga.

Perkembangan sekarang untuk merespon kesulitannya anak dalam memakai sepatu bertali, muncul sepatu tak bertali. Cukup dengan karet pegas saja dibagian yang biasanya ada tali. Anak tinggal memasukan kakinya yang sudah berkaus kaki lalu berangkat ke sekolah. Ringkas dan praktis memang, tetapi dibalik itu ada sesuatu yang terlewat yaitu proses belajar anak.

Anak melewatkan sebuah pembelajaran menarik tentang menalikan sepatu. Keterampilan dasar ini akan menjadi bagian penting dikemudian hari. Dalam sebuah proses menalikan sepatu ada pembelajaran tentang mendengarkan arahan dan melakukan sesuai instruksi. Dengan mendengarkan yang baik, anak bisa menangkap instruksi dengan baik. Di bawah sadarnya, ia akan mengolah setiap informasi yang masuk ke otaknya kemudian ia proses menjadi tindakan. Ketika tindakannya benar, pada saat itu kita bisa melihat anak mengolah dengan baik. Tetapi jika ia terus menerus melakukan kesalahan, bisa jadi ia salah menangkap instruksi atau kita harus introspeksi melihat kembali instruksinya.

Motorik kasar dan halus anak secara tidak langsung diasah sejak pagi hari dari rumah. Motorik kasar dan halus ini bisa kita amati dari proses menyusun rangkaian tali agar bisa menjadi simpul yang benar saat terpasang di sepatu. Misalnya ia menalikan terlalu kencang dengan simpul mati, hasilnya saat ia membuka sepatunya ia akan kesulitan membuka karena tali terikat mati. Beda halnya saat ia langsung memasukan kakinya ke sepatu tanpa proses menalikan. Belum ada penelitian sih tapi rasanya setiap hal kecil yang dilakukan oleh anak akan selalu punya makna buat pembelajaran dirinya.

Ada baiknya selalu ajak anak untuk melewati proses yang menyenangkan dalam kesehariannya termasuk mengikat tali sepatu.




Share:

Selasa, April 22, 2014

Satyagraha dan Anak

Gandhi buat saya adalah sosok yang sangat menginspirasi. Lewat kisah hidupnya ia memberikan banyak pelajaran-pelajaran penting untuk menghadapi berbagai masalah dalam hidup serta mencarikan jalan keluarnya lewat ajaran-ajaran yang sudah ia lakukan. Ia memberikan pelajaran dengan pengalamannya. Sekali lagi, lewat pengalamannya. 

Gandhi bermain dengan anak (deepprayers.blogspot.com)

Salah satu hal yang menarik yang ingin saya bagikan perilah pendidikan anak yang sudah Gandhi lakukan dalam ajarannya yaitu satyagraha. Satyagraha bukanlah merupakan sebuah metode. Apapun yang lebih dari cinta adalah metode. Gandhi melihat satyagraha sebagaimana sebuah perilaku, sebuah kondisi internal dari cinta nirkekerasan yang menjadi kerangka hubungan kita dengan manusia lainnya. Perilaku ini datang dari dalam, bukan dari luar.

Lalu bagaimana hubungannya satyagraha dengan anak? Satyagraha memiliki tempat tersendiri. Kesabaran yang dipadukan dengan ketegasan yang akan membentuk pendekatan ini. Keadaan yang tak dapat disederhanakan dalam satyagraha keluarga adalah bahwa kesejahteraan anak merupakan yang pertama; pertumbuhan dan perkembangan mereka diutamakan di atas kepentingan yang lainnya. Ini berarti mengorbankan sedikit kesenangan pada waktu-waktu tertentu atau menolak, dengan halus tetapi tegas, jauh lebih sering. Yang paling penting, dalam pemikiran Gandhi, adalah teladan orangtua.
Gandhi bermain dengan anak (deepprayers.blogspot.com)

Ada kisah menarik tentang bagaimana Gandhi memberi teladan kepada anak. Pada usia 30-an ada seorang wanita yang datang ke Sevagram dan meminta Gandhi untuk membuat anak lelakinya berhenti makan gula karena tidak baik baginya. Gandhi menjawab dengan samar, "Kembalilah minggu depan."

Wanita itu pergi dengan bertanya-tanya, tetapi kembali seminggu kemudian dengan patuh menuruti instruksi dari Gandhi. "Jangan makan gula," Gandhi bekata kepada si anak ketika menemuinya. "Gula tidak baik untukmu." Lalu ia bercanda dengan si anak sebentar, memeluknya, dan mengembalikannya. Namun, sang ibu tidak mampu menahan rasa penasarannya dan kemudian bertanya, "Bapu, mengapa kau tidak mengatakannya hal ini minggu lalu ketika kami datang kepadamu? Mengapa kau membuat kami datang kembali?"

Gandhi tersenyum. "Minggu lalu," ia berkata sang ibu, "Aku juga sedang makan gula."
Satu lagi, kutipan Gandhi yang terus saya ingat "Bumi ini cukup untuk semua orang, tapi tidak untuk dua orang yang serakah" Selamat hari Bumi, 22 April.


Share:

Selasa, September 17, 2013

Kepercayaan

Intinya kepercayaan! Itu yang selalu mendasari saya menunjuk anak dalam melakukan tugas-tugas yang sekira terlihat seperti berat. Ketika kita percaya pada anak maka segalanya akan berjalan sebagaimana mestinya.
Walau hati tetap gusar dan deg-degan tetapi berusaha tenang. Ketenangan menjadi penting karena tenangnya kita akan menjadi tenangnya mereka juga.
Minggu ini anak-anak menjadi petugas upacara. Rasanya tidak bisa disebut sebagai tugas yang berat tetapi tidak bisa juga disebut sebagai tugas yang ringan. Berdiri dihadapan banyak orang saat semua perhatian tertuju pada kita itu bisa membuat grogi terutama bagi mereka yang jarang tampil dihadapan banyak orang. Petugas upacara itu punya beban yang berbeda dibanding peserta upacara. Semua punya tanggungjawab masing-masing untuk menyukseskan.
Petugas upacara itu terdiri dari pembaca susunan acara, pemimpin upacara, pembawa/pembaca teks pancasila, pembaca UUD '45, pengibar bendera, pembaca doa, dirigen, dan paduan suara.
Mereka harus berjuang bersama untuk menjadi tim petugas yang baik. Untuk itu mereka berlatih sebelum pelaksanaan. Melalui berbagai pengarahan tentang makna bendera merah putih serta tahapan pelaksanaa upacara bendera, mereka berlatih dengan sungguh-sungguh.
Dan kepercayaan penuh kepada mereka, bekerja dengan baik. Anak-anak mampu melaksanakan tugasnya sebagai petugas upacara. Tak diragukan lagi, mereka mampu! Percaya itu penting!
Share:

Selasa, Juli 23, 2013

Hari Anak

Hari ini tanggal 23 Juli katanya diperingati sebagai Hari Anak. Tentu ada tujuan dibalik peringatan tersebut. Ada juga makna dibalik peringatan tersebut.
Buat saya, anak adalah dunia yang sangat menyenangkan. Masa yang sangat indah dan penuh dengan kedamaian. Masa dimana belum mengenal dunia sebagai bagian yang terpisahkan dari diri.
Ada tawa di dalamnya juga ada tangis. Yang tidak ada adalah prasangka buruk terhadap segala sesuatu. Yang ada adalah keingintahuan yang besar atas segala sesuatu yang membuatnya bertanya-tanya selalu.
Dalam keseharian, anak tak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Sebagai anak yang tumbuh di kampung dengan banyak pohon dan air yang mengalir jernih, dunia anak terasa sangat berkesan dan selalu dekat dengan alam.
Alam adalah bagian dalam diri anak-anak. Untuk itu menjaga alam yang baik sangat mendukung perkembangan anak yang baik.
Sebagai orang dewasa sekarang, tugasnya adalah membangun lingkungan yang kondusif untuk anak-anak tumbuh dengan baik. Selamat Hari Anak!

Share:

Postingan Populer