Ruang Sederhana Berbagi

Rabu, Oktober 02, 2013

Relevansi

Suatu siang saya bertemu seorang auditor dari salah satu kementerian pendidikan di Jakarta. Ia menyapa saya dengan baik. Menanyakan nama kemudian pekerjaan. Ia juga mengenalkan dirinya dan menyebutkan pekerjaan. 
Dari pekerjaannya, saya tahu ia seorang auditor. Ia sedang mengaudit kegiatan pelatihan sertifikasi guru. 
Saya pun mengenalkan diri dan kegiatan sehari-hari. Ia kemudian tertarik mengetahui tentang studi saya dan bidang yang saya geluti sekarang.
Ada semacam gurat pertanyaan dalam benaknya. Saya biarkan saja menebak. Memang aneh tetapi bukan sesuatu yang baru. Ia bertanya tentang relevansi.
Tidak ada relevansi dan tidak butuh relevansi untuk mendidik anak-anak. Karena mendidik anak-anak adalah panggilan jiwa. Mendidik anak-anak adalah kerja kreatif. Selama kreativitas dan ide-ide untuk menginspirasi hadir, maka pendidikan akan berlangsung sebagaimana mestinya. 
Relevansi, mari kita berkenalan saja!
Share:

Minggu, September 29, 2013

Keliling Sumatra Bersama Ary

Selalu menarik ketika membaca kisah perjalanan. Saya menyukainya karena dengan membaca kisah perjalanan, saya dibawa pada tempat-tempat menarik yang belum saya kunjungi. Beberapa tempat yang sudah dikunjungipun tetap akan menarik karena kita akan melihat dari sisi yang lain.
Saya suka membaca kisah perjalanan, sebut saja kisah perjalanan Marco Polo keliling dunia. Setiap dinamika yang terjadi disebuah tempat pasti akan diceritakan. Pun dengan kisah Deandels sewaktu menggarap proyek Anyer-Panarukan yang dikisahkan oleh Pramoedya Ananta Toer. Setiap tempat punya kisah yang berbeda, setiap tempat punya catatan yang berbeda. Setiap tempat memberikan banyak catatan yang menarik bagi siapa saja yang merekamnya dalam tulisan.
Tempat yang menarik tentu saja akan membawa cerita yang menarik juga. Ujung-ujungnya seperti ada magnet yang membawa ke tempat tersebut. Rasa penasaran yang akan muncul kemudian membawanya pergi ke tempat yang dimaksud dalam bacaan tersebut. Tidak mungkin tercatat jika tempat itu biasa-biasa saja.
Ary Amhir sudah membawa saya jalan-jalan keliling Sumatera selama 30 hari. Selama 30 hari itu banyak dinamika yang menarik. Misalnya ketika dia mengunjungi sebuah tempat di Padang, lalu kisah penyair Amir Hamzah dikesultanan langkat yang meninggal oleh revolusi rakyat. Kemudian juga saat mengunjungi Kota Medan. Ary menceritakan dengan baik saat mengunjungi tempat salah satu Taipan besar Medan yaitu Tjong A Fie.
Medan dalam catatan Ary Amhir sangat unik dan menarik. Saat Ary mengunjungi kuil ditengah kota, kemudian kawasan India yang mengingatkannya pada sebuah tempat di Malaysia. Suasana beragam penuh dinamika yang menarik untuk dinikmati.
Dalam buku ini Ary juga bercerita yang dalam kamus saya seperti tips bagi siapa saja yang mau berpetualang dengan modal yang cukup tetapi tidak begitu mewah. Cukup untuk makan, nginap, dan ongkos naik angkutan. Tips terbaik yang saya dapatkan misalnya untuk menginap, cari losmen murah atau penginapan murah, terbaik lagi adalah cari warnet 24 jam. Online semalam, sewa dalam paket 12 jam atau perkirakan sampai pagi siap pergi lagi. Untuk makan, cari warung kopi, ganjal dengan makanan yang ada di warung tersebut. Dijamin tidak akan terlalu mahal. Bonusnya adalah cerita, kita akan diberikan cerita menarik oleh abang di warung atau juga pengunjung.
Saya salut dengan Ary Amhir, karya buku ini menunjukan kekuatan kreatifitasnya yang berbeda. Sangat menarik untuk menyimak karya Ary selanjutnya.

Judul : 30 Hari Keliling Sumatra
Penulis : Ary Amhir
Penerbit : Dolphin
Cetakan : I, 2013
Tebal : 278 hlm
Share:

Minggu, September 22, 2013

Inspirasi Anies Baswedan

Suatu hari di siang yang cerah, saya mendapat kesempatan untuk datang di diskusi yang dihadiri oleh Anies Baswedan.Tentu saja ini menjadi spesial karena kehadiran Anies Baswedan, tokoh muda Indonesia yang masuk dalam jajaran 100 orang intelektual muda berpengaruh di dunia pada abad ini.
Anies Baswedan menyempatkan diri untuk berbagi pengalaman tentang pendidikan, masa depan pendidikan Indonesia, dan Indonesia Mengajar. Anies memulai dengan mengatakan bahwa siapa saja di antara kita yang membicarakan harapan, masa depan dengan belajar dari sejarah, dialah seorang muda. Sementara seorang tua hanya berbicara tentang romantika sejarah di belakang. Berbicara pendidikan berarti berbicara masa depan bangsa Indonesia. Segudang masalah pendidikan Indonesia hanya bisa diselesaikan oleh siapapun yang bergerak untuk memperbaikinya. Bukan oleh konsultan, bukan juga oleh peneliti yang hanya memberikan solusi tetapi tidak sanggup berada dalam masalah.
Anies Baswedan
Anies mengatakan bahwa hal pertama yang bisa dilakukan adalah memasuki masalah itu sendiri. Jadikan diri kita sebagai bagian dari masalah pendidikan, masalah harus dimiliki agar kita tergerak untuk memperbaikinya dengan karya nyata. Indonesia Mengajar adalah bagian dari karya nyata seorang Anies Baswedan dalam memberikan pengalaman baik untuk guru maupun anak-anak sekolah di pelosok. Indonesia Mengajar adalah bentuk pemenuhan janji bangsa Indonesia dalam ”Mencerdaskan kehidupan bangsa” yang tertuang dalam UUD 45.
Guru.. Yah.. Bagi Anies, guru punya peran strategis dalam membangun semangat kebangsaan dan membangun bangsa yang terdidik dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Tetapi kualitas guru yang ada belum sepenuhnya memadai, guru-guru berkualitas hanya ada di kota-kota besar dengan fasilitas gaji yang memadai, rumah, dan tunjangan ini itu. Berbeda dengan guru yang ada di pelosok, padahal murid-murid tidak mengenal kota dan desa. Murid-murid adalah anak yang memiliki potensi
luar biasa dalam belajar. Dan jangan dilupakan bahwa generasi selanjutnya yang akan meneruskan bangsa ini adalah anak-anak sekarang.

Anies sebagaimana akademisi lainnya, juga memberikan data dan fakta global seputar pendidikan. Tentang Amerika, China, India, Taiwan, dan Singapura yang fokus pada pendidikannya sangat besar dibanding Indonesia. Kemudian fakta-fakta tentang produk hasil sekolah yang kemudian menjadi bagian dari kebanggaan bangsanya.
Anies juga menyoroti tentang kualitas mahasiswa lulusan Perguruan Tinggi di Indonesia dengan lulusan Perguruan Tinggi di luar negeri seperti China. Jauhlah pokoknya kalau bicara fakta yang dipaparkan Anies Baswedan.
Di acara tersebut juga hadir budayawan Aat Soeratin yang membuka acara dengan mengkhidmati hari kemerdekaan RI dengan menyanyikan lagu kebangsaan serta merangkai acara awal dan akhir yang menarik. Setelah Anies Baswedan memaparkan pandangannya tentang pendidikan, diskusi interaktif dilakukan dengan peserta. Setelah acara diskusi beres, menjelang akhir acara, Anies Baswedan menyalakan obor di depan merah putih. Obor semangat kebangsaan yang harus terus dinyalakan untuk generasi bangsa yang lebih baik. Anies sudah membawa semangat kebangsaan pada diskusi sore itu!
Share:

Jumat, September 20, 2013

Menghapal Perkalian

Ada satu hal yang dulu sangat berat untuk dihapal, perkalian. Selain rumit, perkalian itu matematika. Pokoknya ketika berhubungan dengan matematika, rasanya menghapal itu sebuah hal yang berat. 
Dahulu saya tidak tahu alasan harus menghapal selain bisa menjawab perkalian. Menghapal perkalian bukan menghapal IPA atau IPS atau PMP. Di luar matematika, saya masih senang menghapalkan. 
Belakangan saya makin tidak suka menghapal karena terlalu dangkal untuk belajar. Menghapal bukan menganalisis, bukan juga mengikat makna. Menghapal hanya sekedar mengingat.
Tetapi sekarang saya tahu makna dibalik menghapal terutama matematika. Dalam matematika, operasi hitung itu sudah menjadi keseharian. Semua akan bermuara di penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Nah, hapal perkalian akan memudahkan analisis selanjutnya. Itu berarti menghapal menjadi penting untuk diperhatikan.
Masalahnya sekarang adalah mencari pola-pola menghapal yang menyenangkan dan mengasyikan. Misalnya menghapal dengan lagu-lagu. Biasanya yang dibawakan dalam nyanyian akan teringat terus. Selain itu, saya coba mencari literatur tentang menghapal dan pola perkalian yang diajarkan di Waldorf School. Muncullah beberapa pola yang menarik.
Pertama permainan mengingat bilangan loncat atau kelipatan bilangan. Misalnya kelipatan dua, tiga, dan seterusnya. Sambil bermain sambil mengingat pola kelipatan atau pola loncatnya bilangan ke bilangan selanjutnya.
Kedua, dengan bentuk pola. Polanya seperti bintang, mandala, dll. Caranya dengan menghubungkan setiap angka dengan angka yang lainnya sesuai kelipatannya. Misalnya dari perkalian 2 akan terhubung mulai dari 0, 2, 4, 6, 8, dan 0. 0 yang kedua nilainya jadi 10, 2 yang kedua nilainya jadi 12, demikian seterusnya sampai kembali ke 0 ketiga yang nilainya 20. Cara ini sangat mengasyikan karena anak akan mengingat pola bukan sekedar mengingat hasil angka perkalian saja.
Menghapal perkalian sambil berkarya!
Share:

Rabu, September 18, 2013

Catatan Bergambar

Sejujurnya saya kagum dengan catatan anak-anak sekolah Waldorf yang saya datangi di Thailand. Mereka mencatat dengan sangat indah. Sesuatu yang wajar di sekolah Waldorf karena keindahan adalah bagian dari kehidupan. 
Life is beautiful, hidup itu indah. Mereka, para guru di Waldorf seperti sudah tertanam chip keindahan untuk menginspirasi para murid-muridnya. Demikian juga dengan murid-muridnya yang sudah diberikan bentuk-bentuk keindahan sejak dini. Melalui dongeng atau fairy tale yang diceritakan dari sumber buku Grimm Brother. Keindahan dalam berkarya ini kemudian juga diturunkan dalam bentuk apapun. Misalnya membuat catatan bergambar, membuat ukiran pada kayu, membuat bentuk-bentuk yang menarik rajutan, dan lain-lain.
Ini pula yang mendasari saya membangun semangat keindahan dalam setiap apapun. Menulis bergambar yang indah. 
Sangat kontras memang, di sekolah dulu kita dibedakan antara belajar dan menggambar atau berkarya. Bahkan buku tulisan yang bergambar sering dimarahi guru. 
Nah, sekarang saya balik. Setiap catatan harus diberi gambar agar seimbang otak kiri dan otak kanan. Menulis itu kerja otak kiri sementara menggambar itu kerja otak kanan. Harapannya sih semoga dengan membuat catatan indah itu membangun manusia holistik menjadi kenyataan.
Mencatat itu menyeimbangkan!

Share:

Selasa, September 17, 2013

Menilik Finlandia

Tanpa mengesampingkan negara lain yang memiliki sistem pendidikan sendiri, saya ingin melihat beberapa sisi penting dari pendidikan di Finlandia.
Pertama guru, guru adalah sosok yang inspiratif dan terpilih dari lembaga pendidikan guru. Lembaga pendidikan gurunya sangat keren dalam merekrut orang-orang pilihan untuk kemudian menjadi guru. Guru adalah lulusan magister yang dididik dengan baik sebelum terjun ke sekolah-sekolah.
Guru tidak banyak mengajar tetapi menginspirasi murid. Murid belajar banyak dari kegiatan sehari-hari.
Kedua, dukungan pemerintah yang besar untuk pendidikan. Pemerintah tidak banyak mengintervensi sekolah, sekolah berhak mengembangkan kurikulum yang tepat untuk dijalankan dalam lingkungannya sendiri.
Masih banyak lagi sisi-sisi menarik tentang Finlandia. Sebagai gambaran besar, saya cantumkan sebuah gambar ilustrasi yang menarik.

Share:

Kepercayaan

Intinya kepercayaan! Itu yang selalu mendasari saya menunjuk anak dalam melakukan tugas-tugas yang sekira terlihat seperti berat. Ketika kita percaya pada anak maka segalanya akan berjalan sebagaimana mestinya.
Walau hati tetap gusar dan deg-degan tetapi berusaha tenang. Ketenangan menjadi penting karena tenangnya kita akan menjadi tenangnya mereka juga.
Minggu ini anak-anak menjadi petugas upacara. Rasanya tidak bisa disebut sebagai tugas yang berat tetapi tidak bisa juga disebut sebagai tugas yang ringan. Berdiri dihadapan banyak orang saat semua perhatian tertuju pada kita itu bisa membuat grogi terutama bagi mereka yang jarang tampil dihadapan banyak orang. Petugas upacara itu punya beban yang berbeda dibanding peserta upacara. Semua punya tanggungjawab masing-masing untuk menyukseskan.
Petugas upacara itu terdiri dari pembaca susunan acara, pemimpin upacara, pembawa/pembaca teks pancasila, pembaca UUD '45, pengibar bendera, pembaca doa, dirigen, dan paduan suara.
Mereka harus berjuang bersama untuk menjadi tim petugas yang baik. Untuk itu mereka berlatih sebelum pelaksanaan. Melalui berbagai pengarahan tentang makna bendera merah putih serta tahapan pelaksanaa upacara bendera, mereka berlatih dengan sungguh-sungguh.
Dan kepercayaan penuh kepada mereka, bekerja dengan baik. Anak-anak mampu melaksanakan tugasnya sebagai petugas upacara. Tak diragukan lagi, mereka mampu! Percaya itu penting!
Share:

Kamis, September 12, 2013

Anak dan Pelatih Sepakbola

Beberapa bulan ini saya sering mengantar anak bermain sepakbola di sebuah akademi sepakbola di Kota Bandung. Sambil menunggu saya berpikir tentang anak-anak di sekolah, pelatih, dan pemain sepakbola.
Terkadang, sesekali berperan sebagai pelatih sepakbola itu sangat menarik. 
Saya mengamati seorang pelatih sepakbola untuk anak-anak. Dengan instruksi-instruksi tegas dan terarah untuk anak-anak, pelatih sepakbola berteriak di samping lapangan. Pelatih sepakbola itu berperan dalam membangun tim yang solid, kompak, dan mampu memenangi sebuah pertandingan. 
Ada tujuan yang hendak dicapai bersama-sama sebagai sebuah tim. Itu berarti satu sama lain harus kompak untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam sepakbola, tujuan jangka pendeknya adalah memasukan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan. Tujuan jangka panjangnya menjadi juara untuk satu kompetisi penuh.
Menyatukan kepala-kepala yang berbeda dalam satu tim untuk mencapai tujuan juga terjadi pada anak-anak di sekolah. Menjadikan mereka satu tim yang solid adalah pekerjaan guru yang membutuhkan konsistensi dan komitmen bersama. 
Ada potensi-potensi yang muncul dalam diri anak yang harus diberdayakan untuk mendukung satu sama lain. Kemunculan potensi anak ini berdasarkan pengamatan serta paduan antara cara dan metode yang tepat kepada tiap anak-anak. Metode dan cara yang tepat dalam memberikan arahan bagi anak akan membuat anak mampu mengembangkan potensinya. 
Persis seperti pelatih sepakbola yang kemudian menempatkan tiap pemain dalam posisi yang tepat untuk saling bekerjasama satu sama lain dengan pemainnya lainnya. Bekerjasama untuk mencapai tujuan, memenangi pertandingan! 
Bermain bola itu menyenangkan!
Share:

Rabu, September 11, 2013

Misteri Berita

Televisi memang senjata massal yang ampuh untuk membunuh. Setidaknya membunuhi berita penting yang seharusnya diketahui bersama. 
Bisa sekonyong-konyong menjadi besar untuk sesuatu yang sebenarnya kecil. Misalnya isu tahu dan tempe yang mogok produksi karena kedelai. Isunya karena ada kartel kedelai yang memainkan harga. Ini kemudian lenyap dan tertutupi oleh berita tentang seorang mengaku intelek yang berbicara dengan gaya bahasa berbeda.
Sepertinya berita-berita pengalih isu penting sudah disiapkan untuk menjauhkan dari isu sentral yang lebih penting. Bisa jadi berita itu sebenarnya sampah saja yang disimpan untuk kemudian dimunculkan pada saat dibutuhkan.
Terkadang ada juga kebetulannya, misalnya untuk menambah jauh dari isu yang lebih penting tiba-tiba ada berita heboh seperti kasus kecelakan di tol Jagorawi. Maka dilebar-lebarkanlah berita tersebut mulai dari kronologi sampai bumbu-bumbu yang bisa menambah panjang jalannya berita. Sampai-sampai menjadi bahan perbincangan para lawyer di tanah air ini. Pertanyaannya adalah apa nilai urgensinya dengan kemasylahatan umat manusia yang lebih banyak?
Tahu dan tempe sepertinya lebih penting dan kehadirannya di masyarakat daripada isu kecelakaan anak artis. Tahu dan tempe itu masalah manusia makan sementara orang mengaku bisa berbicara intelek itu urusan dia saja, kecelakaan juga urusan korban dan polisi saja.
Di sini kita perlu jernih melihat sebuah berita dan memilah dengan baik jika terpaksa harus menontonnya. Lebih baik memanh jika tidak usah menonton saja. Matikan televisi untuk menghindari senjata massal.
Stop menonton TV, ayo bermain!
Share:

Postingan Populer