Ruang Sederhana Berbagi

Sabtu, Oktober 31, 2015

Cerita Kemarau [3]

Malam kemarau adalah malam terdingin di daerah pegunungan, dan hari-hari tersesak karena debu yang bertebaran dipinggir jalan desa. Selain di sisi pantai yang saya sebut sebagai tetangga Australia (istri saya masih tidak percaya kalau nenek moyang saya pelaut dari Australia). Saya menghabiskan masa kecil di daerah pegunungan di selatan Garut. Perubahan kontur wilayah ini membuat saya harus bisa secepat mungkin menyesuaikan diri dengan suhu yang sangat jauh berbeda.
Kaki gunung (iden wildensyah)
Dinginnya malam hari di musim kemarau terlihat dari uap-uap yang keluar dari mulut kalau saya tiupkan, seperti sedang mengeluarkan asap rokok. Juga dari kolam-kolam ikan yang terlihat ”ngebul” bukan panas tetapi karena dingin. Kalau saya raba, dinginnya seperti air es.
Malam hari dengan bulan purnama di samping Gunung Cikuray, adalah pemandangan lain dari musim kemarau. Karena terlihat jelas puncak gunungnya, saya bertanya pada bapak tentang situasi di atas gunung tersebut. Bapak menjawab dengan penuh keyakinan bahwa di puncak gunung itu ada banyak burung yang sangat indah, yang tidak akan ditemui di bawah atau di kaki gunung. Bapak juga menceritakan tentang keadaan jika bermalam disana, kata beliau, sarung yang dipakai untuk selimut akan berembun saking dinginnya. 
Dinginnya malam di musim kemarau membuat kami harus siduru (menghangatkan badan dipinggir hawu (tempat pembakaran untuk menanak nasi atau masak memasak) sebelum tidur atau bangun tidur menjelang pagi setelah Sholat Shubuh. Masa siduru adalah waktu yang sangat menyenangkan, sambil bermain-main api saya meuleum (membakar) ubi atau ketela pohon yang saya celupkan ke air gula atau langsung dimakan dengan gula.
Oiya... Gunung Cikuray yang selalu saya bayangkan puncaknya dari kecil itu, akhirnya bisa saya daki ketika saya mahasiswa. Saya berhasil mendaki Gunung Cikuray meraih kepenasaran waktu kecil dan Saya mengetahui keadaan disekitar puncak gunungnya seperti yang dibayangkan sebelumnya.
Share:

Jumat, Oktober 30, 2015

Cerita Kemarau [2]

Kemarau adalah malam yang terang benderang dikala bulan purnama. Keceriaan sore berlanjut dimalam hari, sehabis ngaji (saya ngaji di rumah di wuruk (diajar) oleh bapak) dan teman juga beres ngaji di surau kampung kami. Saya langsung keluar rumah, tentu setelah mendapat ijin dari orang tua. Bersama teman-teman saya kembali bermain di teras rumah, di tempat yang lapang. Main kuda-kudaan dengan sarung dililitkan ke leher dan seorang teman yang dibelakang sebagai joki, bergantian kami memainkan peran itu. Saling kejar saling teriak di bawah sinar bulan purnama.
Bulan purnama 
Di malam hari dimusim kemarau bulan purnama terlihat sempurna, bulan terlihat penuh. Saya selalu penasaran melihat bulan, memandangi dari jauh dan kata bapak saya, harus dilihat dengan mengucap maha besar Alloh. Saya bertanya tentang bulan. Saya bertanya pada banyak orang, pada seorang kakek juga pada seorang nenek. Dan jawabannya sama, di bulan ada nini anteh. Nini (nenek) anteh juga sama dengan sanekala, saya belum menemukannya sampai era google pun saya tidak menemukan nini anteh.
Kata jawaban itu, nini anteh di bulan ditemani kucing dan nini anteh suka menenun. Bayangkan sudah berapa kain yang nini anteh bikin.
Sinar bulan purnama yang sempurna di musim kemarau, walau sesekali awan menghalangi untuk sekedar numpang lewat itu, membuat malam terlalu sayang untuk dilewatkan begitu saja. Dan saya bersama teman-teman melewatkan malam dengan keceriaan. Keceriaan itu biasanya berakhir kalau sudah larut malam, atau seorang anak kecil nangis karena jatuh, atau ibu kami memanggil. Saya tidak tahu persis jam berapa kami mengakhiri bermain malam, yang pasti saya selalu tertidur nyenyak jika sudah kecapean.
Kemarau menyisakan malam bulan purnama dengan keceriaan.
4
Kadangkala kemarau benar-benar membuat saya khawatir, kejadiannya karena sering terjadi kebakaran hutan. Bahkan kebun kami pernah dilahap sijago merah, untungnya bukan kebun belakang yang tanamannya saya sirami setiap pagi dan sore menjelang pergi sekolah.
Saya menyaksikan sendiri bagaimana api melahap tanaman kering yang ada di kebun, atau ilalalang di padang penggembalaan. Saya menduga ada orang jahil yang sengaja membakar. Tetapi seiring waktu saya belajar bahwa suhu panas matahari yang memancar ke bumi pada titik tertentu bisa membuat api, terutama pada gesekan-gesekan ranting pohon yang kering. Saya tahu ini dari tayangan di televisi. 
Kekeringan menyebabkan lahan yang tadinya subur untuk bercocok tanam menjadi gersang, bahkan terlihat sangat kering kerontang. Ditambah dengan suhu yang panas maka lengkaplah cerita penderitaan di desa kami, sebagian menyebutnya musim kemarau sebagai peringatan Tuhan untuk manusia agar mensyukuri karuniaNya. Untuk ini dalam Islam ada sebuah sholat meminta hujan, namanya Sholat Istiskho. Waktu saya kecil saya pernah diajak bapak untuk Sholat Istiskho. Saya tidak mengerti dengan sholat ini, sholat dilaksanakan mirip dengan Sholat Idul Fitri hanya waktu pelaksanaannya saja yang berbeda. Sholat Istiskho dilaksanakan pada waktu siang menjelang matahari berada tepat di atas ubun-ubun.
Terbayang bagaimana panasnya, saya berada disamping bapak waktu sholat ini. Bapak begitu bersungguh-sungguh dalam memanjatkan doa memohon hujan walau panasnya minta ampun. Kepanasan ditengah terik matahari membuat saya kecil mengeluh ke bapak, dan tahu kah apa jawaban bapak? Beliau menjawab: ”Panasnya matahari disini tidak akan sepanas matahari di padang mahsyar dengan 7 matahari yang jaraknya satu jengkal di atas kepala kita”. Saya kaget tetapi saya berpikir positif waktu itu, karena kata bapak kalau orang beriman jangan takut ada Alloh yang akan melindungi. Saya merasakan optimisme bapak ketika berdoa. Jadi walaupun panas, saya tetap bertahan. Dalam hati saya berkata, ”bagaimana mungkin saya bisa bertahan dengan 7 matahari kalau 1 matahari saja saya mengeluh”.
Selepas sholat meminta hujan, saya tidak menghitung hari menunggu hujan, yang saya rasakan hanya ada sedikit optimis dalam diri saya bahwa hujan akan datang. Kenyataan memang hujan datang turun ke bumi, tetapi sekali lagi saya tidak menghitung berapa hari atau berapa bulan rentang waktu dari kami sholat meminta hujan dengan hujan turun.
Kemarau menjadi pelajaran bagi saya dari bapak untuk tidak mengeluh karena panas. Terima kasih untuk bapak, semoga beliau damai disisiNya. Tuhan, masukanlah beliau pada golongan orang yang diberkati, pada golongan orang yang bersyukur! Amien.
Kemarau menyisakan semangat, optimisme dan yakin akan pertolongan Tuhan.
Share:

Kamis, Oktober 29, 2015

Cerita Kemarau [1]

1.
Musim kemarau dalam memori saya waktu kecil adalah kekeringan dan kerja keras untuk menyiram tumbuhan di kebun. Sawah yang kerontang, irigasi yang mengering, angin yang bertiup kencang dan tentunya suhu yang panas. Terlebih saya kecil hidup di pesisir pantai, saya menyebutnya tetangga Australia. 
Kemarau dan sore yang indah (iden wildensyah)
Setiap pagi sebelum berangkat sekolah saya dibangunkan untuk segera mengambil air di kulah (sebuah kolam didepan surau untuk wudlu). Airnya sudah berwarna hijau karena lukut (tumbuhan yang tumbuh dibebatuan biasanya licin kalau diinjak bisa membuat tergelincir) tetapi untuk menyiram tumbuhan rasanya bau lukut itu tidak masalah yang penting tumbuhan di kebun kami bisa minum. Dua ember saya jinjing di kiri dan di kanan saya. Kadang dengan mulut bersungut-sungut saya melaksanakan rutinitas pagi di musim kemarau tersebut. Pernah satu kali diwaktu saya malas, saya menyiram tumbuhan daunnya saja yang terlihat basah, tanahnya tetap kering. Kasus ini jadi pelajaran karena ibuku mengetahui sampai beliau memarahi dan memberi tahu kalau menyiram itu sama dengan memberi makan bukan memandikan atau membasahi daun saja. 
Saya menyiram setiap pagi sebelum berangkat sekolah, dalam hati saya berkata bahwa apa yang saya lakukan bisa membuat tanaman itu tumbuh dikemudian hari bisa memberikan buah-buah pada kami. Tumbuhan yang baru ditanam itu terdiri dari Durian, Mangga, Sawo dan Rambutan. Kalau sedang Mood bagus, semua tanaman yang terlihat kering saya sirami sampai pagar pun saya sirami. Saya sangat sayang sekali pada tanaman tersebut, kasihan rasanya kalau mereka layu gara-gara kemarau. Saya menyiram dua kali sehari, pagi dan sore menjelang maghrib. Saya senang melakukannya, saya merasa memberi kehidupan ketika melihat tanaman tersebut tumbuh dengan baik. Indikatornya bagi saya sederhana, daunnya terlihat segar. 
Kemarau membuat desa kami kering, tetapi keceriaan anak-anak seusia saya waktu itu membuat kekeringan tidak terasa sebagai masalah. Saya bersyukur mengalami satu masa itu, masa yang kadang membuat saya merasa iri pada teman-teman yang bisa langsung bermain tanpa ditanya "sudah disiram belum tanaman dibelakang?". Tanaman itu sekarang sudah besar, seiring waktu yang terus berpacu tanaman itu pun sedikit demi sedikit bisa diambil buahnya, ibu saya tidak pernah melupakan untuk menyisakan buahnya untuk saya.
2.
Kemarau selalu identik dengan sore yang cerah dan malam yang terang benderang dikala purnama. Sore dikala musim kemarau adalah saat yang menyenangkan, suhu menjadi sedang maksudnya tidak begitu panas juga tidak begitu dingin dari suhu maksimal disiang hari sehingga banyak keceriaan yang muncul disore hari. Keceriaan di sore hari inidimanfaatkan oleh anak-anak kecil untuk bermain ucing-ucingan, main layangan, susumputan dan juga keceng-kecengan bagi mereka yang sudah dewasa. Moment sore di musim kemarau oleh saya kecil pada waktu itu digunakan untuk bermain bersama teman-teman tentunya setelah menjawab pertanyaan ibu: ”sudah disiram belum tanaman dibelakang?” dengan jawaban sudah.
Sore yang cerah dan keceriaan anak-anak yang sedang bermain di lapangan membuat semarak kampung kami, kadang saya lupa waktu kalau sudah bermain. Rasanya saya ingin terus merasakan sore hari, saya tidak mau memasuki malam. Saya tidak mau ibu memanggil saya untuk segera kembali ke rumah untuk sholat berjamaah bersama bapak di surau.
Biasanya kami baru beranjak menuju rumah kalau sudah ditakuti dengan mahluk bernama ”Sanekala” yaitu mahluk yang suka mengambil anak-anak yang main kemaleman. Sanekala hanya ada dalam bayang saja, karena sampai sekarang saya belum tahu rupa dan wujudnya. Dalam bayangan saya sanekala bermuka seram dan bergigi tajam serta bisa terbang. Di era google pun saya tidak menemukan mahluk bernama sanekala ini.
Sore yang cerah dan angin barat yang bertiup kencang membuat ideal menerbangkan layang-layang. Layang-layang bisa menjadi indikator musim kemarau, maklum saja waktu saya kecil tidak tahu ada siklus musim di dunia ini. Yang saya tahu hanya kalau musim kemarau itu panas dan sore bisa main seenaknya serta kewajiban untuk menyiram tanaman, nah kalau musim hujan saya bermain menjelang siang di selokan membuat bendungan dari tanah liat, main air dan basah kuyup (kadang ibu marah-marah kalau saya leledokan (kotor-kotoran) alasannya baju habis karena yang kemaren-kemaren belum kering karena hujan sepanjang hari).
Menyaksikan layang-layang di udara membuat saya kagum, saya berpikir tentang apa yang menyebabkan layang-layang bisa terbang tinggi. Apakah karena kertas yang ringan atau karena angin. Saya sempat berkesimpulan bahwa layang-layang bisa terbang karena kertas yang ringan, karena tanpa rangka pun kertas bisa terbang. Pengecualian adalah kertas koran, saya menganggap kertas koran terlalu berat untuk diterbangkan.
Anak-anak dikampung saya membuat sendiri layang-layang, menggambarnya dengan kreasi sendiri. Tidak termasuk saya, saya tidak bisa membuat layang-layang karena bapak saya tidak bisa membuat layang-layang. Sekali-kalinya membuat eh tidak terbang, akhirnya mencari saja layangan putus yang hinggap di kebun belakang tempat tanaman saya sirami.
Sore yang cerah ini menyisakan lembayung sesaat sebelum menuju malam, warnanya biru, putih, oranye cerah dan kekuningan. Semburat matahari sore itu memancarkan sinar yang indah. Saya terkagum-kagum melihat keindahan sore dimusim kemarau, sinar matahari sore ini kadang membuat waktu siang terasa lebih lama, saya merasakannya karena walaupun sudah maghrib tetapi masih terang benderang. 
Kemarau membuat sore menjadi indah.
Share:

Rabu, Oktober 28, 2015

Cara Pintar Menarik Pelanggan

Ada banyak perusahaan penyedia jasa atau produk yang ingin mengikat konsumen menjadi pelanggan. Banyak sekali cara-cara yang digunakan misalnya dengan mendekatkan setiap hadir produk baru ke setiap konsumennya lewat media sosial. Mengirim email dengan sapaan yang akrab. Memberikan kejutan dan hadiah spesial pada waktu-waktu tertentu.

Siapa yang tak suka diperlakukan istimewa? Nah dasar inilah yang menjadi bagian penting setiap orang membangun hubungan spesial dengan pelanggan atau konsumen barunya. Konsumen baru yang diperlakukan spesial tentu akan sangat senang. Ia akan mendapat pengalaman yang menarik dalam berinteraksi dengan produk tersebut.

Salah satu bentuk menarik perhatian untuk membuat pelanggan ketagihan adalah jajak pendapat atau kuisioner. Di salah satu restoran waralaba di Kota Bandung, metode ini ternyata sangat ampuh. Mereka menyediakan sebuah lembar kuisioner yang cukup menarik. Selembar kertas ukuran setengah B5 disimpan di atas meja. Biasanya sambil menunggu, banyak konsumen yang tertarik mengisi. Isian dalam kuisioner ini cukup simpel, misalnya hanya bertanya kunjungan keberapa? Menu apa yang pernah dicoba? Dan pertanyaan lainnya yang bisa dijadikan masukan untuk pengelola restoran. 

Kuisioner unik ampuh untuk mendapatkan feedback dari konsumen. Dua arah yang menarik karena restoran seperti membuat ikatan yang menarik untuk pelanggannya. Demikian juga untuk pelanggannya pasti akan mendapatkan pengalaman yang menarik selama mencoba menu-menu yang ditawarkan.

Buat inovasi dan pelanggan siap datang setiap waktu!

Share:

Rabu, September 09, 2015

Pengenalan Dasar Kerja Kayu

Kerja kayu atau woodworking adalah salah satu hal yang mengasyikan untuk dilakukan. Dahulu, pekerja kayu ini punya peran strategis di masyarakat. Seorang tukang kayu atau carpenter dibutuhkan banyak orang untuk membangun rumah, membuat perkakas, dan lain-lain. 

Kini, pekerja kayu semakin banyak seiring berkembangnya teknologi perkayuan seperti alat potong modern dengan bantuan mesin. Tetapi pengetahuan dasar tentang kerja kayu yang manual tetap harus diketahui terlebih dahulu. Inilah dasar-dasar kerja kayu yang harus diketahui. Saya dapatkan langsung dari praktisi woodworking yang sudah malang melintang membuat karya dari kayu.

1. Mengukur Dengan Presisi
Salah satu prinsip dasar woodworking adalah "Measure twice, cut once". Begitu pentingnya akurasi dalam pengukuran, sehingga kesalahan di sini akan sangat menentukan setiap langkah dalam proses pengerjaan pada cara dan alat-alat ukur:
- Hanya menggunakan satu penggaris yang sama untuk setiap pengukuran.
- Story stick
- Marking knife vs pencil
- Devider
- Menggunakan dan membuat marking gauge

2. Memotong
Bahkan seorang tukangpun belum tentu tahu cara menggunakan dan merawat gergaji dengan benar. Kebanyakan mereka hanya mengandalkan tenaga supaya bisa secepatnya menyelesaikan bagian yang sering dianggap membosankan ini.
- kita harus mengenal jenis-jenis gergaji
- harus tahu cara menggergaji yang benar
- tahu merawat dan menyimpan gergaji dengan benar

3. Alat-alat potong presisi (pahat dan ketam)
Ketam atau planer adalah salah satu perkakas paling penting dalan kerja kayu, baik yang terbuat dari logam maupun dari kayu. Yang penting harus diingat dan diketahui adalah:
- Mengasah mata pahat dan ketam
- Cara menggunakan pahat
- Menyerut kayu dengan tingkat ketelitian 0,05 mm

4. Dasar-dasar penyambungan
Lem adalah bagian yang paling sering digunakan dalam penyambungan di kerja kayu. Meskipun memang tidak selalu. Dengan joinery yang kompleks, kadang-kadang lem tidak diperlukan lagi. Selain itu, ada banyak lagi teknik dan bahan penyambung perkayuan yang umum digunakan. Mulai dari dowel, sekrup, biscuit joinery, bahkan juga paku dan sekrup (seringkali dihindari karena sifat korosif logam yang dapat merusak kayu dari dalam).

Nah, itulah hal-hal mendasar yang saya dapatkan dari kegiatan Main Kayu. Terpenting dalam semua itu juga mental untuk terus berusaha, sabar, dan tabah. Kreatif tentu saja penting juga. Sabar misalnya saat menggergaji satu bagian, sabar saat menunggu lem kering, dan sabar selama proses berlangsung. Ini adalah tentang proses jadi ikuti saja prosesnya dan nikmati buah kesabaran proses tersebut.

Saking pentingnya proses ini. Seorang peserta main kayu sempat berkata: "gak nawar lagi deh jika ada pekerjaan kayu di rumah"


Share:

Selasa, Agustus 18, 2015

Pesan Bob Sadino

Inilah beberapa pesan Om Bob Sadino yang sangat inspiratif untuk kita renungkan. Pesan yang sangat baik karena mengandung nilai-nilai kebaikan yang praktis walaupun terkadang ada sisi nakalnya juga. Terima kasih untuk Alm Bob Sadino yang sudah menginspirasi banyak orang untuk giat berusaha dan tetap rendah hati. 

Inilah pesan-pesannya: 
Membawa selusin bodyguard bukan jaminan keamanan. Tapi rendah hati, ramah, dan tidak mencari musuh, itulah kunci keamanan.

Obat dan vitamin bukan jaminan hidup sehat. Jaga ucapan, jaga hati, istirahat cukup, makan dengan gizi seimbang dan olahraga yg teratur, itulah kunci hidup sehat.

Rumah mewah bukan jaminan keluarga bahagia. Saling mengasihi, menghormati, dan memaafkan, itulah kunci keluarga bahagia.

Gaji tinggi bukan jaminan kepuasan hidup. Bersyukur, berbagi, dan saling menyayangi, itulah kunci kepuasan hidup.

Kaya raya bukan jaminan hidup terhormat. Tapi jujur, sopan, murah hati, dan menghargai sesama, itulah kunci hidup terhormat.

Hidup berfoya-foya bukan jaminan banyak sahabat. Tapi setia kawan, bijaksana, mau menghargai, menerima teman apa adanya dan suka menolong, itulah kunci banyak sahabat.

Kosmetik bukan jaminan kecantikan. Tapi semangat, kasih, ceria, ramah, dan senyuman, itulah kunci kecantikan.

Satpam dan tembok rumah yg kokoh bukan jaminan hidup tenang. Hati yang damai, kasih dan tiada kebencian itulah kunci ketenangan dan rasa aman.

Hidup kita itu sebaiknya ibarat “Bulan & Matahari”—dilihat orang atau tidak, ia tetap bersinar. Dihargai orang atau tidak, ia tetap menerangi. Diterimakasihi atau tidak, ia tetap “berbagi”.

Jika Anda bilang Anda susah, banyak orang yang lebih susah dari Anda. Jika Anda bilang Anda kaya, banyak orang yang lebih kaya dari Anda. Di atas langit, masih ada langit. Suami, istri, anak, jabatan, harta adalah “titipan Sementara”. Itulah kehidupan.

Nikmatilah hidup selama Anda masih memilikinya dan terus belajar untuk bersyukur dengan keadaanmu! Karena Anda tidak akan tahu kapan Sang Pemilik Raga akan datang dan mengatakan pada Anda, “Ini saatnya Pulang!!”—memaksa Anda meninggalkan apa pun yang Anda Cintai, dan Anda Banggakan, serta Sombongkan.

Bob Sadino
Share:

Minggu, Agustus 09, 2015

Tempayan Retak

Seorang ibu di Cina yang sudah tua  memiliki 2 buah tempayan yang digunakan untuk mencari air, yang dipikul di pundak dengan menggunakan sebatang bambu. Salah satu dari tempayan itu retak, sedangkan yg satunya tanpa cela dan selalu memuat air hingga penuh. 

Tempayan Retak
Setibanya  di rumah setelah menempuh perjalanan panjang dari sungai, air di tempayan yang retak tinggal 1/2. Selama 2 thn hal ini berlangsung setiap hari, dimana ibu itu membawa pulang air hanya 1 1/2 tempayan. 

Tentunya si tempayan yang utuh sangat bangga akan pencapaiannya. Namun tempayan yg retak merasa malu akan kekurangannya, dan cukup sedih, sebab hanya bisa memenuhi 1/2 dari kewajibannya. 

Setelah 2 tahun berlalu, yg dianggapnya sebagai kegagalan nya akhirnya tempayan retak itu berbicara kepada ibu tua itu di dekat sungai.  "Aku malu, sebab airku selalu bocor melalui bagian tubuhku yg retak di sepanjang jalan menuju ke rumahmu."

Si ibu itu tersenyum, "Tidakkah kau lihat bunga beraneka warna di jalur yg selalu kau lalui, namun tidak ada di jalur yg satunya? Aku sdh tahu kekuranganmu, jd aku menabur benih bunga di jalurmu dan setiap hari dalam perjalanan pulang tanpa disadari kau menyirami benih-benih itu. 

Selama 2 tahun aku bisa memetik bunga-bunga cantik untuk menghias meja. Dan aku jual sebagai tambahan penghasilan, kalau kau tdk seperti itu, maka rumah ku tidak akan seindah  ini, tanpa keindahan bunga2 dari jalur mu." 

Kita semua mempunyai kekurangan masing-masing tentunya. namun keretakan dan kekurangan itulah yang menjadikan hidup kita bersama menyenangkan dan memuaskan. 

Kita harus menerima setiap orang apa adanya dan mencari yang terbaik dalam diri mereka. 

Rekan2 sesama tempayan yang retak, semoga hari kalian  menyenangkan. Jangan lupa mencium wanginya bunga-bunga di jalur yg kalian tempuh. Setiap orang pasti memiliki Karunia (kelebihan dan kekurangan) masing-masing, sehingga perbuatan apapun itu pasti ada sisi baik walau itu mungkin hadir dari kekurangan kita.                

Mari kita saling menghargai Karunia masing2 serta terus berusaha untuk saling melengkapi. Because, Life is never flat.

Tempatan Retak adalah sebuah cerita bijak dari Cina
Share:

Senin, Juli 27, 2015

Sambutan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan RI

Pada Upacara Bendera di Hari Pertama Sekolah Tahun Ajaran 2015/2016.


Hari ini adalah hari istimewa bagi kita semua. Kita mengawali hari dengan berkumpul bersama di halaman ini. Kita bersama-sama melaksanakan upacara bendera, menyanyikan lagu kebangsaan kita, menghormat bendera sembari berbaris rapi sebagai satu komunitas sekolah yang sama. Hari ini istimewa karena inilah hari pertama kita pada tahun ajaran 2015/2016 ini.
Pada hari pertama sekolah ini pula, upacara yang sama ini digelar di setiap sekolah di seluruh penjuru negeri kita tercinta ini. Pada hari ini kalian berdiri rapi bersama saudara-saudara sebayamu dari Sabang sampai Merauke melaksanakan upacara hari pertama memasuki tahun ajaran baru. Semua berseragam rapi, menghormati bendera yang sama, sang dwi warna, menyanyikan lagu kebangsaan yang sama, Indonesia Raya.
Hari ini kita bukan sekadar berkumpul di lapangan. Panjang barisan kalian kalau bergandeng tangan sambung-menyambung akan menghubungkan Kota Sabang di Pulau We hingga Kota Merauke di Papua, yang panjangnya 8.514 km, hingga 4 kali. Berkumpulnya kalian di hari ini adalah juga mengirim pesan bahwa barisan besar ini adalah barisan anak bangsa yang sedang bergerak bersama mendorong kemajuan dan menyongsong masa depan gemilang untuk negeri ini.
Bagi para siswa semua yang saya cintai dan banggakan, di tahun ajaran baru ini, perbaruilah semangat kalian. Belajarlah dengan kesungguhan. Tuntaskanlah setiap pelajaran, terlibatlah dalam kegiatan-kegiatan di sekolah, berlatihlah untuk bisa memimpin dan dipimpin. 
Kalian adalah pemilik masa depan Republik tercinta ini. Kalian tidak hanya sekedar pewaris, tapi di tangan kalianlah masa depan bangsa ini berada. Masa depan negeri ini ada di genggaman anda sekalian! Namun masa depan gemilang tak datang dengan sendirinya, tapi harus diraih melalui kerja keras dan perjuangan, dimulai dari bangku sekolah ini. Pesan saya adalah tinggikan mimpimu, cita-citamu, lalu kerja keraslah, berdoa dengan kesungguhan lalu targetkan pada dirimu bukan hanya berusaha untuk meraih cita-citamu, tapi kalian harus bisa melampaui cita-citamu itu. 
Bagi Kepala Sekolah, Guru dan Tenaga Kependidikan yang saya hormati dan banggakan, anak-anak didik yang hadir disini adalah amanah dari orang tua dan bangsa. Mereka percayakan pada Ibu dan Bapak untuk mendidik, mencerdaskan dan mencerahkan mereka.
Bagi sebagian Guru, hari ini adalah hari pertama bertugas di kelas baru, mata pelajaran baru atau bertemu dengan siswa-siswa baru. Demikian juga bagi Kepala Sekolah, ini adalah hari pertama menyambut siswa-siswa yang masuk dari jenjang paling bawah. Jangan biarkan upacara setiap Senin ini menjadi sekadar kegiatan seremonial, tapi harus menjadi wahana bagi seluruh warga sekolah untuk berinteraksi secara reguler dan menjadi wahana bagi Kepala Sekolah untuk memberikan paparan dan arahan bagi seluruh warga sekolah secara rutin.
Mari bersama-sama kita tingkatkan kualitas pendidikan kita dengan menyadari bahwa bukan hanya para siswa, tetapi kita semua harus bisa dan harus tetap menjadi pembelajar. Mari kita tumbuh kembangkan anak didik kita bukan saja untuk meraih angka-angka tinggi di tiap mata pelajaran, tapi mari kita berikan pada mereka keteladanan dalam berbudi pekerti dan kita tumbuhkan karakter kepemimpinan mereka. Mari kita kembangkan budaya sekolah yang bisa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, berkomunikasi efektif, bekerja sama dan berkreativitas bagi semua anak didik kita. Mulai hari ini, mari kita kuatkan jalinan silaturahmi sekolah dengan keluarga melalui interaksi yang baik dan rutin antara Kepala Sekolah, Guru, Siswa, dan Orang Tua/Wali. Mari kita kembangkan semua itu melalui kegiatan intra-kurikular, ekstra-kurikuler maupun kegiatan non-kurikuler. Republik ini membutuhkan generasi baru yang bisa menjawab dan memenangkan tantangan di jamannya nanti. 
Karena itu pulalah, hari ini adalah saat yang tepat untuk memulai babak baru bagi kita semua. Ini saat bagi kita untuk membentuk sekolah menjadi taman, menjadi ekosistem pendidikan yang penuh tantangan tapi menyenangkan bagi semua warganya. Siswa senang belajar di sekolah, guru-guru tulus dan gembira dalam mendidik serta menginspirasi, Kepala Sekolah yang bersemangat membangun budaya baik di sekolahnya serta membina warganya.
Ini juga kesempatan bagi kita untuk memulai pembiasaan dalam ekosistem sekolah ini. Saat kita menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan baik yang akan menjadi karakter dan budaya warganya. Mari biasakan lakukan hal baik, mari kerjakan dengan rutin, karena apa yang kita biasakan akan membentuk budi pekerti kita. 
Perlu diingat bahwa budi pekerti ini bukan hanya tentang siswa, tapi juga budi pekerti dari kita semua di dunia pendidikan; termasuk budi pekerti dari seluruh warga sekolah, dari Siswa, Guru, Kepala Sekolah dan Tenaga Kependidikan lainnya.
Dalam usaha penumbuhan budi pekerti ini, mari kita libatkan orangtua secara dekat, karena Orangtua dan Guru adalah mitra yang perlu bergandengan tangan saat menuntun tumbuh kembang siswa. Jangan lupakan pula pelibatan masyarakat dalam proses pendidikan di sekolah. Jangan jadikan sekolah sebagai ruang tertutup, namun bukalah satu dindingnya kepada luasnya kenyataan yang ada di masyarakat. Ajak berbagai elemen masyarakat untuk ikut berbagi kepada siswa di sekolah dan ajak siswa terlibat aktif dalam kehidupan masyarakat di sekitar sekolah.
Mari kita niatkan ikhtiar ini sebagai langkah awal untuk menumbuhkan siswa kita menjadi anak-anak pembelajar. Langkah pertama di tahun ajaran ini bagi Kepala Sekolah dan Guru untuk menjadi teladan sepanjang tahun. Dan bila kita terus bekerja dengan semangat yang sama di sepanjang tahun dan diikuti tahun-tahun berikutnya, maka kita semua sedang bergerak cepat membentuk bangsa kokoh. 
Para siswa yang sedang berdiri di lapangan ini adalah putra-putri bangsa yang akan memimpin Indonesia saat kita merayakan  100 tahun Indonesia Merdeka. Izinkan anak-anak kita tumbuh semua potensinya, menjadi yang terbaik dari dirinya, dan kelak mereka bisa bersama-sama menjadi generasi baru, pembuat Indonesia jadi negeri maju, sejahtera yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyatnya. 
Selamat berjuang sepanjang satu tahun ke depan!
Salam hangat dan hormat dari seluruh jajaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 
Anies Baswedan
Share:

Jumat, Juni 26, 2015

Menikmati Senja di Kota Bandung

Kota Bandung punya banyak cerita menarik yang bisa menjadi kenangan. Sebagai kota di ketinggian 700 Mdpl lebih, jelaslah Kota Bandung termasuk salah satu kota yang memiliki suhu dingin dibanding kota-kota lainnya di Indonesia.  Nama Bandung yang berawal dari nama bendung merupakan kota cekungan. Terdapat di antara banyak gunung-gunung yang mengelilinginya baik itu di selatan maupun di utara. Sejenak kita menuju dataran tinggi misalnya dari arah utara atau dari arah selatan Bandung, maka Kota Bandung akan terilhat seperti mangkuk raksasa. Jika menilik ke belakang mempelajari sejarah Bandung purba, sepertinya sangat rasional jika Bandung adalah sebuah bendungan besar. Dari ketinggian ini, kita bisa coba untuk menikmati senja di kota Bandung.

Senja di Kota Bandung (idenide)
Hikayat Sangkuriang yang hendak membuat bendungan besar untuk menuntaskan keinginan Dayang Sumbi, terlihat pada berbagai bentuk gunung dan nama-nama yang kemudian mendasari cerita Sangkuriang tersebut. Misalnya Gunung Tangkuban Perahu adalah bekas perahu yang akan dijadikan sebagai alat untuk ‘lalayaran’ berdua. Gunung Tangkuban Perahu jika dilihat dari Kota Bandung akan terlihat seperti perahu yang telungkup. Perahu yang tidak jadi alat ‘lalayaran’ ditendang oleh Sangkuriang. Perahu telungkup ini terjadi karena kemarahan Sangkuriang yang gagal menuntaskan inginnya Dayang Sumbi.

Sebelah kiri Gunung Tangkuban Perahu adalah Burangrang. Namanya burangrang yang berarti bekas kayu-kayu yang akan dijadikan bendungan. Kayu-kayu yang berserakan itu kemudian membentuk sebuah gunung yang dinamai Gunung Burangrang. Sekilas kalau dilihat Gunung Burang memang tidak membentuk kerucut gunung yang sempurna. Bandingkan misalnya dengan Gunung Cikuray yang membentuk kerucut. Nah.. Gunung Burangrang memang terlihat seperti bekas tumpukan kayu-kayu. Dari Bandung, kita bisa melihat Gunung Burangrang ini tepat di sebelah kiri Gunung Tangkuban Perahu.

Masih dari Kota Bandung jika melihat ke kanan akan terlihat Gunung Bukit Tunggul. Gunung ini dinamai demikian karena menurut sejarahnya merupakan bekas kayu yang ditebang. ‘Tunggul’ dalam bahasa sunda adalah sisa kayu yang sudah ditebang dan masih tertanam di tanah. Gunung Bukit Tunggul ini adalah tempat mendapatkan kayu untuk membuat bendungan. Kayu-kayu yang ditumpuk di Gunung Burangrang ini berawal dari Gunung Bukit Tunggul.

Ekowisata Bandung
Sebagai bagian dari Parahyangan, bukan saja keelokan kotanya yang orang Belanda bilang sebagai tempat bersemayamnya pada dewa dan diciptakan Tuhan saat tersenyum. Bandung memiliki potensi ekowisata yang sangat menarik. Ekowisata ini tersebar di seluruh pelosok Bandung. Baik itu di Bandung Utara maupun Bandung Selatan. Keindahan alam dan kesejukannya menjadi magnet tersendiri yang bisa menjadi penarik bagi banyak wisatawan untuk mengunjungi daerah-daerah ekowisata.

Sebut saja di utara mulai dari Parongpong, Cisarua, Cikole, Lembang, sampai Gunung Tangkuban Perahu adalah tempat-tempat menarik yang banyak menyedot perhatian wisatawan. Mereka berbondong-bondong mendatangi wilayah untuk merasakan suasana kesejukan alami dan panorama wilayah yang indah. Selain merasakan suasana tetapi juga pengalaman menyenangkan bagi setiap pengunjung.

Kemudian di kawasan selatan Bandung misalnya Pangalengan, Cililin, Ciwidey, sampai Kawah Putih juga merupakan kawasan yang selalu dipadati pengunjung setiap akhir pekan atau hari libur. Tempat-tempat ini juga sama menariknya dengan kawasan di utara Bandung. Kesejukan alamnya, dinginnya dan pengalamannya. Yang membedakan hanya satu, wilayah. Yang satu di utara dan yang satunya di selatan.

Dari dua kawasan wisata di utara dan selatan Bandung saja sudah sangat banyak. Belum lagi jika ditambah dengan timur dan barat. Di timur misalnya sebut saja satu ada Curug Cinulang, kemudian di barat ada kawasan karst Citatah. Kawasan Karst Citatah adalah bukti peninggalan Danau Bandung Purba. Di sini banyak peninggalan-peninggalan yang menarik untuk dikunjungi.

Kawasan ekowisata Bandung lainnya masih banyak. Mulai dari kawasan yang ditata oleh swasta atau pemerintah dengan mengubah bentuk kontur alam yang kemudian dijadikan arena bermain sampai kawasan yang benar-benar alami tanpa intervensi pengelolaan dari luar. Menariknya, kawasan ekowisata ini menjadi daya tarik bagi turis-turis dari luar negeri. Terutama misalnya Kawasan Tangkuban Perahu atau Kawah Putih di Ciwidey.

Senja di Kota Bandung

Menikmati Senja Di Kota Bandung (idenide)
Keindahan senja yang biasanya hanya di dapatkan saat mengunjungi pantai sebenarnya bisa juga dinikmati dari Kota Bandung. Jika udara cerah, melihat saat-saat terakhir matahari tenggelam adalah saat yang menyenangkan. Kota Bandung juga memberikan suasana itu. Misalnya jika kita mengendarai kendaraan sore hari menjelang Maghrib, tepat di Jembatan Pasupati akan terlihat matahari yang akan tenggelam di arah barat. Sinar kemerahan dan oranye di langit sangat indah dipandang.

Sayangnya masih sedikit yang menangkap momen dan kesempatan ini. Mungkin warga Kota Bandung belum menyadari secara utuh salah satu potensi wisatanya. Jika pun ada, menikmati sunset di Kota Bandung memerlukan ketinggian yang memadai. Misalnya dari ketinggian gedung atau ketinggian wilayah seperti dari Kawasan Bandung Utara atau Kawasan Bandung Selatan. Dari utara Bandung terlihat jelas jika cuaca cerah, begitu juga dari arah selatan Kota Bandung.

Dari Kota Bandung sendiri khususnya penyuka senja, bisa sejenak mengunjungi ketinggian gedung kemudian menaiki puncak untuk melihat senja yang menawan. Misalnya masuki saja gedung tinggi sebuah pusat perbelanjaan di Jalan Terusan Pasteur atau sebuah pusat perbelanjaan di Jalan Siliwangi dekat jembatan Pasupati. Setelah berada di ketinggian, rasakan suasana senja yang menawan tersebut.
Yang paling mungkin juga adalah melihat senja di kawasan lapangan terbang di Nurtanio. Sebuah lapangan yang luas memungkinkan kita melihat senja secara utuh. Apalagi jika tepat dengan kedatangan sebuah kapal terbang, kita bisa mendapatkan pengalaman menarik tambahan bumbu menariknya yaitu kapal yang hendak terbang di antara matahari yang akan terbenam. Ini pengalaman yang sangat langka. Hanya terjadi pada saat-saat tertentu dan pengalaman ini tidak bisa ditebak. Saya masih ingat pada saat melewati kawasan ini kemudian melihat kapal yang akan terbang dengan latar belakang matahari yang akan terbenam. Indah nian!

Menangkap Senja

Langkah selanjutnya tentu saja menangkap momen. Peristiwa yang terjadi di alam sangatlah jarang dan langka. Kesempatan yang datang selalu berbeda dengan kesempatan yang datang di hari kemudian. Untuk itu jika kita akan merasakan senja di Kota Bandung, sebaiknya persiapkan diri dengan amunisi dokumentasi yang lengkap. Tanpa harus menggunakan kamera dengan teknologi canggih, dengan sebuah kamera telepon pun sebenarnya kita bisa menangkap momen. Tetapi lebih baik memang menggunakan kamera dengan kapasitas yang baik untuk mendapatkan kesempurnaan dokumentasi.

Baik itu pada saat kita melakukan kunjungan ekowisata di daerah utara atau daerah selatan, maupun saat mengunjungi Kota Bandung dengan segenap momen-momen menariknya. Ingatlah bahwa pengalaman mengunjungi sebuah daerah pada saat pertama kali kita mengunjungi berbeda dengan saat kedua kalinya kita mengunjungi. Biasanya dengan memori sebelumnya atau mungkin perubahan-perubahan yang terjadi. Nah di sinilah kesempatan menangkap pengalaman harus menjadi perhatian.

Kota Bandung yang menarik menyuguhkan banyak pengalaman bagi para pengunjung. Sebagai pengunjung tetaplah kita patut memperhatikan adat istiadat setempat. Misalnya dengan respek pada masyarakat Kota Bandung, tidak membuang sampah sembarang, dan yang paling utama adalah peduli dengan lingkungan. Kepedulian lingkungan ini lebih luas bukan sekedar membuang sampah pada tempatnya. Kepedulian ini mencakup banyak sisi, mulai dari sisi pribadi maupun sisi sosial.

Masyarakat Bandung itu terkenal dengan keramahannya.

Masyarakat Bandung terbuka pada siapa saja yang mengunjungi. Keramahtamahan ini harus menjadi modal dasar untuk menerima setiap pengunjung dengan baik. Di sisi lain, sikap respek pengunjung pada masyarakat akan menimbulkan suasana menyenangkan dan timbal balik yang sama. Nikmati pengalaman menikmati senja di Kota Bandung dengan kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan. Jika ini dilakukan, saya yakin pengalaman menarik akan terus terkenang selama anda mengunjungi Kota Bandung.
Share:

Postingan Populer