Ruang Sederhana Berbagi

Minggu, Desember 01, 2013

Belajar Budaya di Saung Angklung Udjo

Untuk yang ketiga kalinya saya mengunjungi saung @angklungudjo di daerah Cicaheum, Bandung. Setiap kali mengunjungi selalu ada yang baru yang saya rasakan.

Anak-anak bermain angklung (dok.iden)
Anak-anak yang bermain dan belajar mengusik saya untuk melihat lebih dalam. Keberadaan mereka yang mementaskan permainan tradisional sunda sangatlah mengesankan. Mereka tampil penuh percaya diri. Mereka begitu senang terlibat di dalam sebuah pementasan kebudayaan yang diadakan setiap hari pukul 15.30 Wib.

Keberadaan mereka selain menarik hati pengunjung dengan sajian yang tak biasa juga menjadi catatan pendidikan bagi saya. Mereka belajar tentang kebudayaan sunda secara langsung. Anak-anak adalah penerus generasi sekarang. Jika mereka diajarkan, dilibatkan secara langsung untuk mengalami, mereka akan menyimpan memori itu sampai lama. 

Anak-anak juga akan mengenal secara langsung bentuk-bentuk permainan yang mereka alami langsung. Ini bentuk pembelajaran menarik karena anak tidak hanya belajar dari teori saja tetapi dari praktek keseharian.

Seorang petani akan membawa anaknya ke sawah untuk belajar bertani. Seorang nelayan akan mengajak anaknya melaut. Seorang tukang kayu akan membawa anaknya bekerja mengolah kayu. Maka demikian pula, seorang dalang membawa anaknya untuk ikut mendalang. Dan ini yang menarik kemarin. Setelah pementasan wayang golek yang singkat, saat dibuka panggungnya, seorang anak duduk manis di samping dalang. Sungguh pemandangan yang indah dan mengharukan. Saya sangat mengapresiasi proses belajar menarik ini. Maka tidak salah jika @kotabandung melalui @ridwankamil harus berterima kasih karena kebudayaan sunda tetap lestari dan masih berlangsung sampai saat ini karena kehadiran @angklungudjo di tengah-tengah gempuran budaya barat lewat media.
Pagelaran wayang golek yang memukau dan penuh makna. Lewat gerakan kelihaian tangan dalang saat memainkan wayang.
Di balik pagelaran wayang golek, seorang dalang dengan anak kecil yang duduk manis di sampingnya. Ini proses pendidikan yang menarik. Proses pendidikan yang holistik karena anak secara langsung mengalami pembelajaran lewat pagelaran. Energi yang tersebar dari dalang akan diserap secara langsung oleh anak.
Bermain angklung bersama, memainkan beberapa lagu nasional dan internasional dengan panduan konduktor di depan. Mengasah kejelian serta kepekaan terhadap nada. Di Saung Angklung Udjo, penonton terus diajak berinteraksi lewat beberapa pagelaran dan permainan.
Menikmati pagelaran orkestra angklung yang  harmonis. Sebuah pengalaman menarik yang sangat berkesan.










Konduktor memimpin dengan baik. Terbayang latihan kerasnya untuk menampilkan pagelaran sebaik yang sudah saya lihat ini. Salut buat latihan, ketekunan, dan kekuatan energi belajarnya.


Akhirnya, menikmati keseluruhan pagelaran itu bukan hanya sekedar menikmati saja, tetapi ada proses belajar budaya yang sangat mengasyikan. Apresiasi besar untuk para pementas yang sudah tampil dengan sangat besar.

Share:

Rabu, November 27, 2013

Kepada Hujan

Hujan telah bertahan berhari-hari, Tuhanku, dalam hatiku gersang. Kaki langit telanjang bulat tak ada selembar awan tipis pun menutupi, tak ada sekecil apa pun tanda-tanda akan datangnya hujan yang menyejukan. 1)
Mendung datang berlapis-lapis dan langit menjadi gelap. Ah, kekasih mengapa engkau biarkan aku sendirian menunggu di depan pintu? 2)
Hujan tumpah dengan deras dari langit, aku melihat dan tak mampu menghitung tetes demi tetes air yang turun melewati sirap. Barangkali aku tak memiliki cinta sebanyak curah hujan. Tapi tak bisakah aku diberi kesempatan?.
Ingin aku menjadi hujan yang tak pernah pamrih, yang menyirami bumi tanpa meminta imbalan.
Hujan, mestinya aku belajar darimu bagaimana caranya mencintai. 3)
Cinta adalah titik-titik hujan yang jatuh dari langit. Bunga bermekaran dan kupu-kupu menari-nari di sekelilingnya. Pelangi melengkung indah dan kamu berkecipak-kecipuk di tanah basah. 4)

Kepada hujan


1) Rabindranath Tagore, Gitanjali, kidung 40 hal 24.
2) Rabindranath Tagore, Gitanjali, kidung 18 hal 11.
3) Andrei Aksana, Kompas. 05 Okt 2009.
4) Clara Ng, ‘Melukis Cinta’. Hal 8.
Share:

Rabu, November 20, 2013

Menempuh Badai Sudah Biasa

Hari kemarin (Rabu, 20 November 2013), dua orang anggota Tim Garis Depan Nusantara yaitu @denisambas dan @yudipentilbarkah, berbagi inspirasi di sekolah. Ia bercerita tentang laut nusantara yang luas. Tentang nenek moyang seorang pelaut. Nah karena nenek moyang seorang pelaut, maka selayaknya kita sebagai pewarisnya tidak melupakan laut.

Laut adalah penghubung antar pulau. Laut adalah pemersatu nusantara. Salah jika kita menyebut sebagai pemisah antara satu pulau dengan pulau lainnya. Adanya laut yang membuat Indonesia sangat kaya dengan sumber daya alam. Laut menjadi bagian utuh yang menyatukan Indonesia.

Tanah Air Indonesia. Ini juga yang penting kita ketahui. Tanah air adalah sebutan untuk nusantara. Jika di banyak negara menyebutnya sebagai motherland atau juga fatherland. Tanah air adalah kesatuan antara tanah dan air. Air dalam bentuk kelautan di Indonesia, jumlahnya lebih banyak daripada daratan. Sekitar 70 % wilayah Indonesia adalah laut. Sisanya adalah daratan. Itu berarti lautan sangat penting untuk dijaga.

Indonesia dijaga oleh 92 pulau terluar perbatasan dengan 10 negara tetangga. Karena luas, Indonesia harus melakukan kerjasama dengan perbatasan 10 negara tetangga. Beberapa pulau mengalami gangguan dari 10 negara tetangga. (12 pulau terluar rawan konflik) 

Begitu pentingnya sebuah laut, Napoleon Bonaparte yang pernah terkenal menguasai dunia bilang "siapa yang menguasai perdagangan, ia akan menguasai lautan. Siapa yang menguasai lautan, ia akan menguasai dunia. Jadi mari kita jaga laut kita agar tanah air Indonesia makin jaya di dunia. Di laut kita jaya!
Apresiasi yang besar untuk semua tim Ekspedisi Pulau Terluar Indonesia, Garis Depan Nusantara, pihak-pihak yang sudah membuat sejarah bagi bangsa Indonesia. Semoga menginspirasi!

Share:

Hari Berterima Kasih

Cuaca masih belum jelas antara hujan atau tidak hujan. Dua hari yang lalu, hujan lebat menempa Kota Bandung dan kota-kota lainnya di Indonesia. Hujan lebat ini malah berasa tambah berat dengan hadirnya angin. Jadilah kemudian dinamakan hujan angin. 

Tetapi, sudah dua hari ini cuaca sangat bersahabat. Pagi yang hangat, siang yang cerah, dan sore yang kembali menghangat. Berbeda dengan siang, malam udara yang berhembus terasa menjadi sangat dingin. 

Pagi, siang, dan sore, matahari bersinar dengan terang. Membawakan kehangatan tetapi juga kekhawatiran akan datang hujan angin lagi di sore hari. Bersyukur, kehangatan matahari terus berlangsung sampai sore hari. 

Tak biasa memang, November adalah bulan hujan. Saat di mana rasa kerinduan akan hujan yang telah lewat muncul saat hujan turun. November yang cerah ini patut kita rasakan dan syukuri kebaikannya. Tuhan selalu menyisipkan banyak pelajaran untuk direnungkan. Makanya tidak salah jika kita berterima kasih atas November ini. Seiring thankgiving yang hadir di bulan ini juga.

Terima kasih. Sebuah kata penuh makna tentang "kuterima kasihmu dan kuharap bisa membalas kasihmu seperti yang telah engkau berikan kepadaku". Mari berterima kasih!
Terima kasih semesta, selalu ada kebaikan dalam setiap hal yang terjadi. Tuhan selalu bersama orang-orang berani! Berani bersyukur atas semua karunia Tuhan.
Dalam peralihan cuaca, hujan atau tidak hujan selalu ada yang menarik. Lembayung sore salah satunya. Menikmati dua sore yang indah, seperti menikmati keindahan semesta setelah beberapa hari tertutup awan hujan.
Share:

Minggu, November 17, 2013

Lelaki Yang Dihentikan Hujan

Sore itu hujan di bulan November saat gemuruh dan kilat saling berlomba menuju pelataran toko. Lelaki muda dengan tas selempang dan sebungkus rokok berteduh di salahsatu sisi pertokoan sederhana. Sore itu harusnya bertemu dengan seorang perempuan, tapi malang harus batal karena hujan. Si pemuda tidak tampak gelisah, dia menyalakan sebatang rokok dari dari dalam bungkusan berwarna putih. Rokok masih tersisa 6 dari 12 batang sebelumnya. Sudah setengahnya pemuda itu menghabiskan rokok. Di tengah gemuruh dan hujan, udara memang terasa menjadi lebih dingin, pemuda itu menyalakan rokok untuk kesekian kalinya. Dia menengok sebentar ke samping kiri dan kanannya. Tidak ada yang berubah sejak pertama dia datang berteduh.

Pemuda itu berpikir bahwa perempuan yang sedang menunggunya akan marah karena terlambat datang menemui. Tapi pemuda itu tak peduli, dia menikmati waktu berteduh dengan rokok yang terus menempel di tangannya.

Seorang lelaki paruh baya tergopoh-gopoh menggapai tempat berteduh setelah turun dari kendaraan umum. Hujan bertambah deras. Beberapa orang memilih berteduh daripada beresiko sakit karena kehujanan. Lelaki paruh baya mendekati pemuda yang sedang merokok. Sejenak mereka berdua berbincang. Lelaki paruh baya begitu ramah menyapa setiap orang yang berteduh termasuk pemuda itu. Pemuda yang disapa berpikir bahwa lelaki paruh baya baik hati.

Hujan belum reda, yang terjadi malah bertambah deras. Lelaki paruh baya yang ramah dan pemuda yang angkuh itu melebur dalam sebuah percakapan. Mereka ngobrol dengan asiknya. Dari pembicaraan itu mereka menyadari tentang arti persahabatan. Lelaki paruh baya mengajarkan kearifan, pemuda itu murid yang sedang belajar kearifan. Jika sebuah keangkuhan sekarang menimpa dirinya, pemuda anggap sebagai proses melewati dinamika.
Lelaki paruh baya bercerita tentang seorang temannya ketika mereka masih sama sama muda. Persahabatan yang terus terbina sampai sore ketika hujan deras turun di kota itu. Sore ini mereka akan bertemu disalahsatu tempat. Sayangnya hujan menghentikan langkah lelaki paruh baya untuk menemui temannya.

Pemuda menyimak semua cerita dengan seksama. Ada raut kekaguman pada lelaki paruh baya di sampingnya. Obrolan mereka melupakan orang yang menunggu di tempat berbeda.
Di tempat yang lain, seorang perempuan menunggu gelisah kedatangan pemuda. Sudah hampir dua jam lelaki yang ditunggunya tidak memberi kabar. Kegelisahan makin menjadi karena hujan bertambah deras. Tidak bisa diam dengan tenang, perempuan itu tampak gusar. Saat pertemuan terakhir mereka di sebuah sudut perpustakaan yang menyenangkan kini mereka hendak bertemu untuk kesekian kalinya. Sama halnya dengan pertemuan sebelumnya, mereka hendak membahas sebuah buku serta menulis beberapa artikel.

Sore itu ketika hujan deras dan gemuruh semakin menjadi, pemuda dan perempuan itu hendak bertemu. Hujan menghentikan langkah pemuda dan membuat gusar perempuan yang menunggunya sekian lama. Hujan masih turun tetapi pertemuan itu belum juga terwujud.



Share:

Bermain Kelereng

Enam orang anak bermain di lapangan tanah dekat rumah mereka. Lapangan yang berukuran sekitar 6 x 3 itu cukup untuk bermain kelereng. Permainan yang mereka biasa lakukan selepas sekolah.
Bersama-sama membuat jarak lempar terlebih dahulu. Setelah cukup, jarak yang sudah disepakati kemudian diberi garis penanda. Selanjutnya adalah membuat lingkaran tepat di tengah-tengah sebagai kalang atau tempat menaruh kelereng sesuai kesepakatan. Misalnya menaruh masing-masing dua kelereng. Jika ada enam pemain, maka terkumpul dua belas kelereng di kalang tersebut. Pemenang berhak mengambil semua kelereng yang ada di kalang.



Seorang dari mereka kemudian melemparkan kelerengnya. Diikuti giliran orang kedua, ketiga, dst sampai habis dan kembali ke giliran awal. Mereka bermain dengan senang. Sesekali terdengar seorang bersuara keras memberi ketegasan. Misalnya ia merasa ada temannya yang bermain curang. Teman lainnya kemudian membela atau juga sama-sama mengatakan curang. Jika ia merasa tidak bermain curang, ia akan bertahan untuk mengatakan bahwa ia tidak bertindak curang.

Walau demikian, permainan terus berjalan. Kadang sambil menggerutu, mereka tetap melanjutkan permainan. Mereka merasakan kesenangan saat berhasil menuntaskan permainan. Bagi yang memenangi permainan, ia akan terus bersemangat bermain. Bagi mereka yang kalah, mereka juga tetap bersemangat untuk memenangi dan mengambil kembali kelereng yang sudah ada di tangan pemenang. Tentu saja lewat permainan lagi.

Keenam anak yang bermain kelereng itu tak terganggu kehadiran orang dewasa yang lewat. Mereka bergembira bersama. Dan yang terutama menarik adalah mereka belajar lewat permainan!
Share:

Kamis, November 14, 2013

Warna Warni Angkot

Bandung terkenal kreatif sejak dulu, semua kota juga sebenarnya kreatif. Berhubung saat ini saya penduduk Kota Bandung, ya sudah, Bandung Kreatif! Kreativitas sudah menjadi bagian penting dalam sebuah kehidupan. Dari dahulu kala, manusia menggunakan kreativitasnya untuk bertahan hidup. Lebih dari itu, sekarang kreativitas bukan saja masalah bertahan hidup tetapi sebuah passion, panggilan jiwa, dan hasrat tersendiri untuk hidup.
Jika melihat sekilas di lapangan, angkot hanyalah sebuah moda transportasi begitu saja. Bukan sebagai seni yang menarik. Tetapi jika dilihat dalam bentuk yang bersatu, setiap angkot dengan angkot yang lainnya memiliki keunikan tersendiri. 
Nah, kali saya terinspirasi oleh sebuah foto yang pernah dimuat di harian yang ada di Kota Bandung. Jajaran warna-warni angkot yang begitu indah dan mengesankan. Jangan pikirkan saat 'mengetem' atau menunggu penumpang yang lama serta macetnya, rasakan saja keindahan warna-warni angkot Bandungnya.
Warna warni angkot yang semarak ini akan menjadi sebuah hal menarik jika dibarengi dengan perilaku yang baik dalam berlalu lintas, misalnya tertib saat membawa angkot, tidak 'mengetem', patuh rambu-rambu lalulintas, dll.
Share:

Rabu, November 13, 2013

Tuhan Sedang Pergi

"Tuhan pasti sedang berada di tempat lain. Atau mungkin Dia lupa ada sebuah planet bernama bumi," kata Duterte saat bertemu wartawan di terminal kedatangan Bandara Internasional Davao pada Selasa, 12 November 2013. Dilansir laman Inquirer, dia mengunjungi kota Tacloban pada Senin pagi kemarin. Sebelum berangkat, Duterte mengaku dititipi sebuah daftar nama warga hilang. Sayang, Duterte gagal menemukan mereka.

Penggalan di atas saya ambil dari salah satu portal berita. Menarik bagi saya karena kata yang terucap dari seorang Wali Kota Davao di Kepulauan Mindanau, Filipina, Rodrigo Duterte adalah menanyakan Tuhan. Ada kesan ia menyalahkan Tuhan juga. Tetapi ini biasa saja, itu realitasnya seorang dengan jiwa ketuhanan yang masih ada, pasti mempertanyakan Tuhan saat ia merasa harusnya ada Tuhan saat kejadian itu. Tuhan sedang pergi, bisa saja, tetapi harus yakin juga bahwa Tuhan akan datang lagi dengan rencana yang lebih mulia dan besar untuk kebaikan manusia.

Buat saya, Tuhan ada. Sekalipun dalam bencana yang besar. Tuhan menitipkan banyak pelajaran dari peristiwa besar ini. Bisa jadi sekarang kita belum mendapat cobaan sebesar Topan Haiyan. Tetapi mungkin suatu saat nanti juga akan datang kepada kita. Saya sadar itu, fluktuasi kehidupan manusia dan kehidupan di bumi akan demikian seterusnya. Ada saatnya tenang tanpa badai, ada saatnya badai datang. 

Tentu saja saya ikut berduka atas musibah Topan Haiyan, di Filipina. Bagaimanapun sebagai manusia, mereka juga bagian dari kehidupan semesta yang luas. Mereka tinggal jauh di sana, tetapi punya peran yang sama sebagai manusia. 

Share:

Key Economics On The Road

Key Economics On The Road disingkat KEOR adalah nama yang baru dan asing di telinga saya, sejenis angkutan darat baru yang ada di Kota Bandung. Sepengetahuan saya, angkutan di darat itu berupa angkutan kota (angkot), angkutan pedesaan (angped), elf, minibus dan bus. Sementara keor, namanya saja unik, mengingatkan saya pada keong yang jalannya lambat. Saya pun punya kesimpulan mungkin keor ini adalah kendaraan yang jalannya lambat seperti keong.
Saya bersyukur punya kesempatan naik kendaraan yang orang menyebutnya keor ketika melakukan perjalanan kampus di Gegerkalong menuju Setrasari. Setelah merasakan langsung naik keor tersebut, semua praduga saya terhadap keor selama ini tiba-tiba saja luntur. Keor bukan keong yang saya duga. Keor adalah Key Economics On The Road
Saya mengetahui apa itu keor, saya berkesimpulan bahwa semua jenis kendaraan yang digunakan untuk berusaha mendapatkan uang adalah keor.
Kini saya sudah tahu serta merasakan langsung naik bajaj, naik andong, naik ojek juga naik rakit. 
Keor, Angkot dan Penumpang
Angkutan Kota
Tidak bisa dipungkiri bahwa jumlah angkot semakin bertambah, sementara jumlah penumpangnya berkurang. Berkurang karena akses untuk mendapatkan kendaraan motor lebih mudah, dengan Down Payment yang rendah, bunga cicilan rendah, orang lebih mudah mengalihkan pilihan dari pengguna angkot ke pengendara sepeda motor. Alasan lainnya daripada susah naik angkot, udah macet, ngetem, panas pula mending naik motor.
Data yang valid tentang jumlah penurunan penumpang angkot karena motor belum ada, kalau otak skripsi, mungkin saya akan membuat judul ”Pengaruh meningkatnya penjualan sepeda motor terhadap penurunan jumlah penumpang angkot di Kota Bandung”. Analisisnya pasti kuantitatif, menggunakan pendekatan statistika untuk mendapatkan Rasio jumlah motor yang terjual dengan jumlah penumpang angkot.
Ah sudahlah, nanti saya pikirkan kalau ada yang mendanai penelitian. Rasio itu sekarang tidak penting karena isu yang akan saya angkat adalah perilaku penumpang dan angkot itu sendiri. Perilaku angkot dan penumpang maksud saya begini, jika ada angkot berhenti didaerah yang harusnya tidak boleh berhenti karena ada penumpang yang memberhentikan, siapa yang harus disalahkan? Apakah penumpang yang memberhentikan atau angkot?.
Kita masuk melalui celah si penumpang, saya pernah mengalami tetapi saya tidak pernah bertanya pada mereka secara langsung tentang kenapa memberhentikan pada tempat yang salah. Perkiraan saya adalah jarak. Orang sudah merasa serba praktis, naik angkot tinggal naik, turun tinggal turun saja. Jarak menjadi masalah karena jarak menguras energi, daripada kehilangan energi yang bisa menyebabkan badan lemas mending langsung aja stop angkot. Kesampingkan efeknya jika memberhentikan tidak pada tempat yang tepat seperti macet, karena energi harus dihemat.
Kalau angkot alasannya sederhana, ekonomi dan persaingan. Tidak bisa dipungkiri bahwa semakin banyak angkot yang beroperasi itu semakin ketat peta persaingan mendapatkan penumpang. Sangatlah wajar jika ada satu penumpang yang memberhentikan, tidak peduli dimana berhenti, yang penting uang. Akibatnya tetap macet, kalau hanya satu atau dua saja angkot mungkin tidak akan macet, tetapi kalau sudah 10, 20 atau lebih ya macetlah.
Share:

Postingan Populer