Ruang Sederhana Berbagi

Senin, Februari 02, 2015

Mengantar Anak Ke Sekolah

Saat kasus kepolisian vs Komisi Pemberantasan Korupsi, Polisi vs KPK, yang rame disebut sebagai Cicak vs Buaya jilid 2, ada yang menarik perhatian saya. Oh iya, Istilah Cicak vs Buaya ini pertamakali disampaikan oleh Komjen Susno Duadji saat terjadi konflik antara kepolisian dengan KPK. Hal yang menarik dari Cicak vs Buaya ini adalah cerita Bambang Widjojanto yang rutin mengantar jemput sekolah anaknya. Bahkan saat ia ditangkap, ia sedang bersama anaknya usai dijemput dari sekolahnya.

Interaksi Bambang Widjojanto dengan anak juga sangat menarik. Di beberapa group ada broadcast yang sambung bersambung tentang sikap Bambang saat ditangkap kemudian menjelaskan kepada anaknya. Bambang ditangkap saat mengantar anaknya yg keempat sekolah, masih usia SD, ditemani anak ketiganya yg mau kuliah. Hal ini menunjukan sikap baik seorang ayah. Sesibuk apapun seorang ayah tidak akan melewatkan moment penting yg akan dikenang anak sampai besar. Salah satunya adalah perbincangan di mobil selama perjalanan ke sekolah.

Bambang saat ditangkap dan "diborgol"oleh pihak bareskrim disaksikan dari awal hingga akhir oleh putri ketiganya yg sudah berusia 20 tahun. Seorang Bambang sedang menancapkan memori kuat ke anak yang sudah aqil baligh, untuk tidak takut menanggung resiko, dan berani mengatakan benar meskipun itu pahit.

Bambang dalam kondisi diborgol, di mobil yang penuh dengan tim bareskrim, meminta anak perempuannya untuk duduk di pangkuan dia dan ikut sampai ke Bareskrim. Dalam kondisi seburuk apapun, seorang ayah sebagai pemimpin tetap bertugas menjaga iman dan kehormatan diri, anak, dan keluarganya.

Selama ditahan di bareskrim anak perempuannya setia mendampingi, justru muncul percakapan antara ayah dan anak ttg pra peradilan, proses tersangka dan proses hukum lainnya. Bambang menunjukan diri sebagai seorang imam keluarga selalu memaknai semua moment baik indah maupun buruk, sebagai moment belajar untuk anak dan istrinya.

Saat anak dan istrinya ditanya wartawan, terlihat tegar, dan mengatakan "ini konsekuensi dari pekerjaan ayah". Yah, seorang ayah sebagai pemimpin harus mendidik anak dan istrinya menjadi pribadi yg tangguh, mendidik mereka agar bisa mandiri dan siap dengan segala kemungkinan.

Mengantar Anak

Mari kembali ke fokus mengantar anak. Di jaman yang serbacepat ini, tuntutan pekerjaan seolah mengalir dengan deras. Tuntutan untuk datang tepat waktu dan pulang tepat waktu dari tempat bekerja seolah mengasingkan manusia dari hal-hal kecil yang bermakna besar. Tuntutan itu sudah menjauhkan manusia untuk berinteraksi dengan anak secara sehat dari pagi sampai malam. Bahkan saking sibuknya ada istilah orangtua weekend. Orangtua yang hanya merasakan perannya di akhir pekan. Itupun terkadang karena capeknya bekerja dari senin sampai sabtu, tak jarang orangtua yang mengabaikan anak-anak bahkan di hari sabtu dan minggu.

Mengalihkan pengasuhan dengan membayar orang lain adalah solusi instan yang hasilnya tak akan baik untuk anak-anak. Orangtua terasing dari anak-anaknya sementara anak-anak butuh perhatian orangtuanya. Fakta banyak anak yang melakukan bunuh diri atau terjerembab dalam lubang obat-obatan terlarang berawal dari kurangnya perhatian rumah atau orangtua terhadap anak-anaknya.

Mengantar anak sekolah di saat ini adalah pengalaman paling langka. Orangtua sebaiknya menggunakan moment mengantar ke sekolah sebagai awal membangun kedekatan yang baik. Angkat topi untuk orangtua yang memiliki keberanian untuk tidak terjebak dalam rutinitas pekerjaan.

Buat saya, tak peduli masalah kesiangan di tempat kerja saat anak merasa membutuhkan, saya akan paksakan untuk bisa memenuhinya. Melihat pentingnya proses mengantar atau jemput anak, saya bersyukur tak pernah hilang kesempatan mengantar anak di pagi hari ke sekolahnya. Saya merasakan kedekatan ketika berjalan bersama anak. Ini juga harus menjadi perhatian banyak orangtua untuk selalu meluangkan waktunya untuk anak-anak sesibuk apapun pekerjaannya.




Bambang Widjojanto (sumber foto Kompas.com)
Share:

Minggu, Februari 01, 2015

Kisah Tragis di Ladang Air

Sore itu selepas bergiat saya dikirimi buku yang berjudul Kehausan di Ladang Air. Penulisnya Zaky Yamani. Perasaan aneh karena tiba-tiba ia menitipkan buku lewat Rieta yang kemudian diterima istri sebelum sampai ke tangan saya. Saya tidak mengenal secara pribadi. Saya hanya mengenalnya pada beberapa tulisan di Pikiran Rakyat terutama saat memuat laporan khusus tentang sungai Citarum yang belakangan diketahui tulisannya itu meraih penghargaan.

Lewat buku Kehausan di Ladang Air, Zaky banyak bercerita tentang betapa pelik dan penuh dinamikanya sebuah air bersih. Kuasa mafia dan praktik kotor lapangan misalanya mempermainkan meteran warga adalah bagian kecil yang muncul ke permukaan. Lebih dalam lagi ada banyak pemain-pemain yang bertarung di Ladang Air ini. Disingkap begitu lugas oleh Zaky Yamani agar masyarakat tahu tentang betapa kotornya permainan para mafia air ini.

Masyarakat berhak tahu informasi di era keterbukaan ini. Bisa jadi hadirnya buku Kehausan di Ladang Air ini, Zaky hendak mendidik warga kota untuk kritis. Hadirnya sebagai bentuk agar masyarakat melek dan reformasi birokrasi bisa terjadi. PDAM mampu menyediakan air bersih untuk warga Kota Bandung terlaksana dengan baik dan adil.

Dituliskan dengan gaya yang mengalir dan enak dibaca. Mengikuti setiap lembarannya seperti membaca sebuah kisah detektif. Ada kepenasaran yang muncul untuk meresapi setiap proses yang terjadi dalam buku tersebut. Misalnya siapa pelaku yang harus bertanggungjawab atas hilangnya air di Kota Bandung. Hilang dalam artian tidak tercatat masuk dalam kalkulasi PDAM tetapi mengalir ke individu-individu yang tidak bertanggungjawab. Praktik kotor yang merugikan negara dan juga masyarakat secara umum.

Ingatan saya langsung melayang pada keadaan beberapa tahun yang lalu saat air sulit kemudian datang beberapa petugas ke rumah yang seenaknya mengganti meteran tanpa jelas. Beberapa bulan kemudian datang tagihan sampai satu juta lebih. Sesuatu yang tidak masuk akal karena berbeda jauh dengan biaya rutin yang dibayarkan. Seandainya saja tidak diurus ke Jalan Badak Singa waktu itu, kehilangan air yang harus dibayarkan kami akan semakin besar.

Jurnalisme investigasi Zaky Yamani dalam bukunya Kehausan di Ladang Air mengingatkan saya pada sosok jurnalis yang malang melintang di dunia investigasi seperti Andreas Harsono. Zaky Yamani menulis dengan sangat baik dan wajarlah jika berhasil mendapat apresiasi dari berbagai lembaga di dalam dan luar negeri.

Mari kita tunggu karya Zaky Yamani lainnya.

Share:

Kamis, Januari 29, 2015

Praktis, Instan, dan Singkat

Beberapa hari yang lalu saya ikut kegiatan alam terbuka. Kegiatan yang selalu saya rindukan setiap tahunnya. Kali ini adalah memanjat tebing. Percaya atau tidak, memanjat tebing itu penuh dengan pelajaran kehidupan. Nah tentang pelajaran hidup ini akan seru kalau dibahas tersendiri.

Kali ini saya melihat sisi lain dari kegiatan alam terbuka lainnya yaitu tentang praktis, instan, dan singkat. Kegiatan di alam terbuka itu membutuhkan persiapan yang matang, logistik yang memadai, dan hal praktis yang memudahkan seorang pegiat bisa melakukan kegiatannya dengan baik dan lancar.

Hiking is good 
Praktis itu berbeda dengan hal instan dan singkat. Praktis menyangkut kepada banyak kegiatan yang akan dilakukan dan logistik yang dibawa. Ini akan berhubungan dengan ketahanan tubuh dan energi yang akan dikeluarkan tubuh saat bergiat. Hal-hal praktis yang bisa dilakukan saat bergiat di alam terbuka antara lain:

1. Membawa bekal makanan yang praktis. Sekarang sudah tersedia banyak makanan praktis untuk bekal para pegiat. Makanan kaleng serta makanan yang dikemas secara khusus akan mengurangi beban yang harus dibawa.
2. Pakaian usahakan disesuaikan dengan kondisi alam yang akan di jelajahi. Pakaian cadangan juga demikian. Sebisamungkin menggunakan bahan yang mudah dikemas, cepat kering, dan bahannya halus.
3. Bawa obat-obatan yang diperlukan saja. Misalnya obat sakit kepala, obat sakit perut, obat masuk angin, dan selalu bawa minyak kayu putih yang bisa digunakan serbaguna untuk berbagai macam gangguan perjalanan.

Nah, membawa bekal tidak praktis akan menyebabkan banyak hal misalnya beban yang dibawa menjadi berat yang mengakibatkan perjalanan bisa terganggu karena tubuh harus bekerja ekstra keras.

Share:

Rabu, Januari 28, 2015

Menyaring Informasi

Salah satu kemampuan anak-anak sekolah saat ini adalah menyaring informasi. Di tingkat dasar, anak-anak seminimalmungkin harus terbebas dari gempuran teknologi. Teknologi akan membuat anak-anak cepat terbangun dari tahapan usianya. Anak tercerabut dari keasyikan masa kecilnya.
Gempuran informasi itu hadir lewat teknologi. Dengan kemudahan yang ditawarkan sebuah benda bernama handphone, tablet, dan teknologi lainnya, informasi deras dijejalkan ke kepala anak-anak. Anak-anak bisa kecapean karena informasi yang bersaing masuk tanpa bisa dikendalikan. Hasilnya biasanya muncul dalam bentuk tantrum, cepat marah, stress, dan tak bisa diatur.

Lengkapi kemampuan menyaring informasi agar anak terhindar dari efek negatif internet
Arus informasi bisa disesakan antara informasi yang benar dan informasi yang tak benar. Ada juga informasi yang mendompleng kebenaran sebenarnya mengarah pada hal tak benar. Hoax adalah salah satu contohnya. Tak terkira banyaknya informasi hoax yang dibuat untuk menakut-nakuti pembaca.
Belum lagi virus akal budi atau dikenal dengan meme. Virus akal budi ini semula hanya berupa hiburan tetapi lama-lama secara tak sadar akan membuat bingung antar fakta dan bukan fakta. Antara kebenaran dan bukan kebenaran.

Untuk itu, kemampuan menyaring informasi di era teknologi ini sangat mendesak untuk diketahui banyak orang terutama kepada orangtua dan guru yang selalu berhubungan dengan anak-anak di sekolah. Anak yang mampu menyaring informasi dengan baik akan belajar maksimal di dalam kelasnya. Lebih menikmati saat ia mengikuti kegiatan bersama teman-temannya. Bisa bermain dengan ceria dan selalu segar untuk mencari pengalaman-pengalaman barunya.


Share:

Selasa, Januari 27, 2015

Melawan Nyamuk

Hal yang paling sulit saat bermain ke pantai adalah melawan nyamuk. Misalnya ke Pantai Pangandaran, Pantai Pelabuhan Ratu, Pantai Santolo, dan pantai-pantai lainnya. Malam-malam penuh bintang tapi harus berjuang dari serangan nyamuk. Nyamuk pantai bergerombol siap mengisap darah para pelancong, para traveler.

Traveler harus bersiap dengan kondisi malam tak menyenangkan karena nyamuk. Biasanya nyamuk beredar mulai dari maghrib sampai dini hari. Subuh sudah berkurang atau juga karena kita sudah nyenyak tertidur.

fighting mosquitoes
Jauh-jauh hari sebelum mengunjungi pantai, traveler harus menyiapkan kebutuhan anti nyamuk agar perjalanan tetap mengasyikan. Nah untuk terbebas dari nyamuk, inilah tips yang bisa traveler coba.

1. Siapkan lotion anti nyamuk. Sudah banyak beredar dipasaran berbagai merek lotion anti nyamuk. Oleskan pada bagian tubuh yang rentan terkena serangan nyamuk seperti kaki, tangan, dan muka.
2. Bawa selalu minyak angin atau minyak kayu putih. Minyak kayu putih juga bermanfaat mengusir nyamuk dari tubuh kita. Bau minyak kayu putih bisa mengganggu nyamuk.
3. Kulit jeruk jangan dibuang. Kulit jeruk juga mempunyai wangi yang membuat nyamuk menjauh dari tubuh kita. Simpan di dekat tempat tidur kita selama kita istirahat.
4. Minyak Tawon selain bisa mengusir nyamuk juga bisa mengobati bentol-bentol karena gigitan serangga dan juga nyamuk.
5. Kelambu. Alat ini sangatlah ringan dan tradisional. Sejak jaman dahulu, orangtua kita menggunakan kelambu untuk menghindari gigitan nyamuk. Ada kelambu khusus yang praktis untuk traveler. Silahkan cek di toko-toko penyedia alat camping, traveling, dll.
6. Obat nyamuk bakar. Ini tidak direkomendasikan khusus yang menderita gangguan pernafasan. Obat nyamuk bakar efektif mengusir nyamuk yang beterbangan di atas kepala kita dan mengganggu saat istirahat.
Demikian tips praktis mengindari serangan nyamuk buat traveler yang akan mengunjungi daerah seperti pantai. Nyamuk hilang, istirahat tenang dan traveling menjadi semakin menyenangkan.
Share:

Senin, Januari 26, 2015

Insomnia

Insomnia itu tak bisa tidur, maunya melek terus. Diusahakan tidur juga tetap saja tak bisa. Dapat tidur sebentar lalu bangun lagi. Demikian selalu berulang. Mulai dari jam 10.00 malam terbangun jam 11.30 malam setelah itu sulit tidur lagi dan lagi.

Insomnia
Teringat sosok si Gelombang yang sengaja membuat dirinya insomnia karena tidur hanya akan menjadi gangguan buat dirinya. Tidur mengancam jiwanya. Ada bayangan yang selalu muncul dimimpinya kalau ia tertidur. Si Jaga Portibi yang selalu mengikuti kemanapun dan dimanapun ia tidur.

Kelainan pada tidur beragam macamnya. Misalnya karena bayangan masa lalu alias trauma saat tidur. Ia tak bisa tidur karena trauma. Kondisi tanpa tidur bisa menyebabkan tubuh cepat lelah. Tetapi tidak berlaku juga pada beberapa orang. Pernah ada laporan seorang kakek yang sepanjang hayatnya nyaris tidak tidur. Kegiatannya dari pagi hari sampai malam penuh bahkan sampai bertemu dengan pagi kembali. Ia bisa hidup normal sebagaimana orang yang tidur biasa.

Tidur adalah kesempatan kita melanglang ke alam lain yang tidak bisa kita jumpai saat sadar. Tidur yang mengantarkan banyak pengalaman seharusnya dinikmati. Kalau tidak dinikmati, impian akan menjadi hal yang tak menyenangkan. Nikmati saja setiap proses mimpi dalam tidur. Bunga tidur. Mimpi terbang kemudian terjatuh dan terbangun.
Share:

Bandar, Tipisnya Batas Fiksi dan Realitas

Saat membaca novel Bandar, saya merasakan tipisnya batas antara fiksi dan nonfiksi, imajinasi dan kenyataan, mimpi dan realitas. Diombang-ambing sedari awal sampai akhir. Disinilah letaknya mengapa saya tahan membaca novel Bandar dibanding novel lainnya. Terbius antara cerita fiksi dengan realitas.

Bandar, menceritakan sosok perempuan dari sebuah kampung yang kemudian melalui proses berat hidupnya membentuk karakter yang tangguh bahkan sampai tua. Prosesnya yang berliku dan penuh kejutan dalam setiap babaknya membuat kita dibawa untuk meresapi sisi terdalam orang-orang yang dianggap gelap dalam kehidupan masyarakat. Profesi-profesi yang bahkan tak ada dalam kamus anak-anak Sekolah Dasar dengan gamblang diceritakan oleh penulisnya dengan baik. 

Gelap, kalau boleh membuat sebuah gambaran suasana novelnya. Kalau disandingkan dengan film, saya membayangkan novel ini adalah film "The Raid". Mencekam dan penuh misteri. Misteri dibuka secara perlahan-lahan dari satu lembar ke lembar lainnya. Inilah yang akan membuat penasaran dan selalu ingin terjaga untuk terus membaca dan membaca sampai akhirnya seperti menemukan puzle untuk melengkapi puzle lainnya. 

Seperti mengurai benang rajut yang kusut sekusut-kusutnya. Ada keasyikan saat kita berhasil mengurainya secara perlahan kemudian menggulung kembali dan merajutnya menjadi sebuah karya. Keasyikan tersebut hadir saat menuntaskan sampai akhir dan menarik kesimpulan dari berbagai fakta yang dihadirkan oleh penulis di novelnya.

Keasyikan lainnya dari novel Bandar yang ditulis Zaky Yamani ini bisa jadi diombang-ambingnya pembaca untuk selalu berada dibatas tipis antara fakta dan fiktif, antara kenyataan dan imajinasi. Sejujurnya saya merasa ada bagian-bagian penting dalam cerita novel tersebut yang memang benar-benar fakta, bukan semata-mata kelihaian imajinasi penulisnya dalam merangkai kata. Misalnya tentang sebuah tempat di Kota Bandung yang menjadi hilir mudiknya penjual dan pembeli barang-barang bekas yang disinyalir berawal dari kisah para bandar narkoba yang berhasil mengambil barang dari pemakai yang tak mampu membayar tunai. Barang elektronik sitaan banyak tersimpan di rumah kemudian secara perlahan di jual ke masyarakat umum dan terbentuklah sebuah pasar barang bekas daripada teronggok percuma. Bayangan saya menebak-nebak tempat seperti itu di Kota Bandung lalu menebak lokasi tempat bandar itu berada seperti yang digambarkan dalam novel tersebut.

Permainan fakta dan fiktif yang menarik ini mirip kisah Harry Potter di stasiun London yang kemudian untuk menuntaskan imajinasi penyuka kisah Harry Potter dihadirkan peron 9 3/4 (dibaca peron sembilan tiga perempat) dengan sebuah trolly yang menempel hendak menembus dinding. Diombang-ambingnya fakta dan fiktif ini juga mirip kisah Moammar Emka dalam novelnya "Jakarta Undercover" yang membuat banyak orang penasaran dengan lokasi dan kisah-kisah orang dalam novelnya. 

Kepenasaran saya tentang sisi fakta dan fiktif ini tidak berhenti sampai cerita novelnya. Sisi penulisnya yang seorang wartawan juga membuat saya semakin terombang-ambing. Sebelumnya saya diberikan sebuah cerita tentang Investigasi kasus pencurian air di Kota Bandung yang melibatkan banyak orang dalam lembaga yang mengurus masalah air oleh penulis yang sama, Zaky Yamani. Dalam benak saya bertanya-tanya, "jangan-jangan ini adalah sebuah liputan investigasi tentang Bandar narkoba?" Atau "Ini pasti hasil liputan tentang dunia malam Kota Bandung saat membaca babak perempuan yang menjual dirinya untuk keperluan anak-anaknya" dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan seputar kisah Bandar.

Terlepas dari pertanyaan yang banyak dan asumsi tentang cerita fiktif atau nyata, imajinasi atau realitas, membaca Bandar adalah sebentuk hiburan yang menyenangkan. Lepaskan semua hal yang mengganggu untuk dibuktikan, novel adalah karya seorang penulis yang perlu kita apresiasi. Ruh penulis lewat rangkaian kata-kata yang dramatis sangat mengasyikan untuk dilahap setiap lembarnya. Ada semacam ekstraksi pengalaman penulis saat melakukan investigasi yang tertuang dalam novel ini untuk menampilkan sisi-sisi lain yang tidak terlihat mata masyarakat umum. Hal-hal yang manusiawi tetapi juga keras. Hal-hal yang menyentuh tetapi juga bergidik. Dan segala macam perasaan yang bercampur aduk setelah menuntaskan seluruh rangkaian ceritanya. Muncul sebuah kesimpulan "Hebat betul ibu ini!?"

Share:

Minggu, Januari 25, 2015

Cuaca Tidak Bagus

Percakapan di TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Santolo antara penjual dan pembeli ikan di sela-sela waktu mereka saling tawar.
"Kenapa hasil tangkapan ikannya gak bagus? Cuaca sedang tidak bagus yah" kata pembeli.
"Ah cuaca mah baik-baik saja, ikannya saja sedang tidak ada" jawab penjual ikan.

Percakapan singkat itu menyadarkan tentang cara memandang setiap hal yang terjadi dalam keseharian. Terkadang menyalahkan pihak luar lebih mudah dibandingkan dari pada meraba ke dalam diri sendiri untuk instrospeksi. Kalau kata Gobind Vasdhev, semua hal di luar diri kita itu bernilai netral, diri kita sendirilah yang memberi nilainya.

Ketiadaan ikan bisa dilihat karena kesalahan cuaca atau karena memang ikannya sedang tiada. Lebih mudah menyalahkan maka salahkan cuaca karen ketiadaan ikan. Padahal di laut yang maha luas, ketersediaan ikan sangat berlimpah. Ikan bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya. Bisa jadi ketiadaan ikan terjadi karena ikannya pergi sementara nelayan menangkap pada tempat yang sama.
Pada hari tertentu setiap bulan ikan memang sulit ditangkap karena pancaran cahaya bulan menganggu konsentrasi nelayan. Pernah lihat film yang tokohnya berjuang di lautan dengan harimau? Film yang berjudul Life Of Pi itu dalan satu scene-nya menceritakan suasana malam hari. Ikan-ikan memancarkan warna-warni yang elok. Punggung ikan bisa terlihat jelas pada malam hari. Nah demikianlah para nelayan juga menentukan jenis ikannya pada malam hari dengan melihat pancaran punggung ikannya.

Kalau hasil tangkapan nelayan berkurang, benar kata penjual ikan, ikannya sedang tidak ada. Jadi tenang saja, nanti akan ada lagi ikannya, akan mudah lagi ditangkap oleh nelayan asal tidak serakah agar ketersediaan di alam terbuka masih melimpah.

Share:

Sabtu, Januari 24, 2015

Hope Kemudian Hopeless

Terpilih secara dramatis oleh rakyat Indonesia, Jokowi kemudian di elu-elukan dunia. Majalah Time memampang muka Jokowi dengan jelas dan dibubuhi "A New Hope" di bagian halaman depan atau covernya.

Sebuah harapan baru masyarakat Indonesia atau harapab baru Amerika Serikat untuk mencengkeramkan kuasanya atas sumber daya alam. Keduanya beririsan sangat tipis mengingat harapan barunya disampaikan secara terang-terangan oleh media Amerika Serikat.

Merasa tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilihannya yang sangat tinggi, pemerintah bisa mudah membangun kebijakannya. Pun di sisi masyarakat, Jokowi dianggap mampu menampung semua aspirasi secara langsung tanpa terjebak berbelitnya birokrasi. Harapannya kemudian menggantung setinggi langit kepada Presiden Jokowi yang terpilih.


Sayangnya, harapan yang terlampau tinggi ini juga ternyata sulit direalisasikan. Misalnya tiba-tiba Jokowi menaikan harga BBM yang belakangan kemudian diturunkan lagi. Jokowi bisa saja berkilah karena subsidi harus dialihkan ke sektor yang lain tetapi harga minyak dunia sedang turun drastis. Menurunkan harga premium ternyata tidak diikuti oleh penurunan harga barang dan jasa lainnya. Misalnya ongkos angkutan kota yang tak berangsur turun sejak harga premium turun.

Selama ini masyarakat hanya mengenal Jokowi seorang, tidak melihat lingkaran lebih luas lagi. Ada Megawati yang sebenarnya masih 'ngebet' ingin jadi presiden lagi. Megawati tidak jadi presiden, kalah pamor dari Jokowi tetapi Megawati punya jaringan besar politikus pengatur negeri ini. Mereka yang sudah malang melintang di peta politik republik Indonesia.

Saat ini, disinyalir Jokowi sedang digiring ke killing ground. Jokowi harus siap berada di posisi yang akan dibenturkan dengan pendukungnya sendiri. Beberapa hari yang lalu, Relawan Dua Jari berunjuk rasa. Relawan adalah basis terbesar Jokowi dalam memenangi pemilihan umum. Kasus perselisihan antara KPK dan Polri yang berawal dari polemik yang melibatkan Budi Gunawan adalah sebentuk jembatan pengantar ke arena killing ground. KPK vs Polri sedikit banyak menguras pemikiran Presiden Jokowi. Dua-duanya merupakan pilar penting negara ini. Memberantas korupsi adalah janji Jokowi, kepolisian adalah lembaga penting yang harus diperhatikan mengingat stabilitas negara berbanding lurus dengan stabilitas ekonomi.

Ada kesan Jokowi tak tegas dalam mengintervensi kepolisian perihal penangkapan Bambang Widjayanto. Jokowi tak ada, muncullah beragam tuntutan kepada presiden. Tengok saja hastag #SaveKPK #WhereAreYouJokowi dan lain-lain menjadi trending topic untuk mendesak Jokowi tegas dalam melindungi lembaga anti korupsi.

Dari hope kemudian menjadi hopeless, semoga saja Presiden Jokowi sedang membuat pertimbangan agar tidak makan buah simalakama. Membela KPK dan Polri adalah hal penting jangan sampai kehilangan arah dan fokus dalam menyelesaikannya.

Share:

Postingan Populer