Terpilih secara dramatis oleh rakyat Indonesia, Jokowi kemudian di elu-elukan dunia. Majalah Time memampang muka Jokowi dengan jelas dan dibubuhi "A New Hope" di bagian halaman depan atau covernya.
Sebuah harapan baru masyarakat Indonesia atau harapab baru Amerika Serikat untuk mencengkeramkan kuasanya atas sumber daya alam. Keduanya beririsan sangat tipis mengingat harapan barunya disampaikan secara terang-terangan oleh media Amerika Serikat.
Merasa tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilihannya yang sangat tinggi, pemerintah bisa mudah membangun kebijakannya. Pun di sisi masyarakat, Jokowi dianggap mampu menampung semua aspirasi secara langsung tanpa terjebak berbelitnya birokrasi. Harapannya kemudian menggantung setinggi langit kepada Presiden Jokowi yang terpilih.
Sayangnya, harapan yang terlampau tinggi ini juga ternyata sulit direalisasikan. Misalnya tiba-tiba Jokowi menaikan harga BBM yang belakangan kemudian diturunkan lagi. Jokowi bisa saja berkilah karena subsidi harus dialihkan ke sektor yang lain tetapi harga minyak dunia sedang turun drastis. Menurunkan harga premium ternyata tidak diikuti oleh penurunan harga barang dan jasa lainnya. Misalnya ongkos angkutan kota yang tak berangsur turun sejak harga premium turun.
Selama ini masyarakat hanya mengenal Jokowi seorang, tidak melihat lingkaran lebih luas lagi. Ada Megawati yang sebenarnya masih 'ngebet' ingin jadi presiden lagi. Megawati tidak jadi presiden, kalah pamor dari Jokowi tetapi Megawati punya jaringan besar politikus pengatur negeri ini. Mereka yang sudah malang melintang di peta politik republik Indonesia.
Saat ini, disinyalir Jokowi sedang digiring ke killing ground. Jokowi harus siap berada di posisi yang akan dibenturkan dengan pendukungnya sendiri. Beberapa hari yang lalu, Relawan Dua Jari berunjuk rasa. Relawan adalah basis terbesar Jokowi dalam memenangi pemilihan umum. Kasus perselisihan antara KPK dan Polri yang berawal dari polemik yang melibatkan Budi Gunawan adalah sebentuk jembatan pengantar ke arena killing ground. KPK vs Polri sedikit banyak menguras pemikiran Presiden Jokowi. Dua-duanya merupakan pilar penting negara ini. Memberantas korupsi adalah janji Jokowi, kepolisian adalah lembaga penting yang harus diperhatikan mengingat stabilitas negara berbanding lurus dengan stabilitas ekonomi.
Ada kesan Jokowi tak tegas dalam mengintervensi kepolisian perihal penangkapan Bambang Widjayanto. Jokowi tak ada, muncullah beragam tuntutan kepada presiden. Tengok saja hastag #SaveKPK #WhereAreYouJokowi dan lain-lain menjadi trending topic untuk mendesak Jokowi tegas dalam melindungi lembaga anti korupsi.
Dari hope kemudian menjadi hopeless, semoga saja Presiden Jokowi sedang membuat pertimbangan agar tidak makan buah simalakama. Membela KPK dan Polri adalah hal penting jangan sampai kehilangan arah dan fokus dalam menyelesaikannya.
0 komentar:
Posting Komentar