Di sebuah padang rumput yang terbentang luas, tersebutlah dua kuda sedang menyaksikan balapan. Kuda-kuda balap berpacu dengan kencang. Melesat bagai anak panah yang dilepaskan dari busurnya. Secepat kilat melintas di antara mereka berdua.
"Ah seandainya aku bisa menjadi kuda balap, aku bisa berlari kencang menghindari musuh-musuhku" kata kuda poni.
"Kamu harus bersyukur, walau kamu tidak bisa berlari secepat kuda balap, warna kulitmu bisa menyamarkan dari musuhmu" kata kuda zebra. "Lihatlah aku, belang-belang ini memancing musuh untuk memangsaku" lanjut kuda zebra.
"Kamu juga tetap harus bersyukur, justru karena belang-belang itulah kamu sulit ditangkap musuhmu. Saat kamu berada di antara teman-temanmu, penglihatan musuhmu bisa kabur karena kesulitan fokus" jawab kuda poni.
"Oh benar, berarti kita tetap harus bersyukur. Bagaimanapun lambatnya kita berlari yang tak secepat kuda balap, kita masih tetap punya banyak keistimewaan yang tidak dimiliki yang lain" kata kuda zebra.
"Yah, kita harus bersyukur" jawab kuda poni.