Ruang Sederhana Berbagi

Tampilkan postingan dengan label Gunung Ciremai. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Gunung Ciremai. Tampilkan semua postingan

Minggu, Juni 01, 2014

Makna Mendaki Gunung

Henry Dunant tokoh dunia pendiri Palang Merah Internasional ( PMI ), pernah mengatakan, “Sebuah negara atau bangsa tidak perlu khawatir kekurangan pemimpin, jika anak mudanya masih suka bertualang dan mendaki gunung” kata-kata Henry Dunant ini yang membuat semangat saya untuk mendaki gunung kembali menggelora. Bersama teman-teman dari perhimpunan pecinta alam di kampus jalan Setiabudi, Bandung, saya berangkat menuju Kuningan. Gunung yang akan saya daki sekarang adalah gunung Ciremai. Gunung tertinggi di Jawa Barat yaitu 3.027 mdpl.
Menuju Pos Cibunar (dok Iden Wildensyah)
Tanggal 28 April 2014 hari jumat pukul 15.00 dari terminal Cicaheum, saya dan teman-teman naik bus jurusan Bandung - Kuningan. Perjalanan malam selama 7 jam dengan akhir di Linggarjati. Dari Linggarjati menuju pos pendakian malam itu sampai pukul 12.00. Di pos pendakian saya bertemu dengan banyak pendaki lain dari berbagai kota seperti Jakarta, Depok, Bogor, Cirebon, dan Malang. Malam itu menginap di pos pendakian. Pos pendakian menuju Gunung Ciremai itu ada tiga, Pos Pendakian di Palutungan, Pos Pendakian Apuy, dan Pos Pendakian Linggarjati. Kita memilih Linggarjati. 
Kang Encep, petugas pos menerima semua pendaki yang datang malam itu dengan baik. Ia mencatat setiap pendaki yang akan naik Gunung Ciremai. Malam itu juga saya, Habib sebagai ketua pendakian, menyelesaikan administrasi seperti foto kopi KTP, nama, alamat, dan biaya. 
Pagi-pagi setelah sholat subuh, saya bangun. Team yang lain sudah siap-siap membuat sarapan. Pagi itu akan memulai  pendakian. Beberapa pendaki dari Jakarta bahkan sudah ada yang mulai berjalan sejak subuh.
Panorama (dok. Iden Wildensyah)
Pos pertama yang akan dituju adalah pos Cibunar. Ini adalah pos terakhir untuk mengisi air. Setelah pos ini, tidak ada lagi air. Ini yang membedakan pendakian gunung Ciremai dengan pendakian gunung-gunung lainnya. Air sangat jarang di tengah jalur pendakian. Jadi harus membawa air untuk naik gunung menuju puncak dan turun gunung. Sesuatu yang sangat berat! Tetapi juga menjadi tantangan karena beban bertambah berat. Setelah pos Cibunar, perjalanan selanjutnya melewati beberapa pos di antaranya Leuweung Datar, Condang Amis, Kuburan Kuda, Pangalap, Tanjakan Seruni, Bapa Tere, Batu Lingga, Sangga Buana, Pangasinan, dan Puncak.
Perjalanan mendaki gunung sangatlah berat. Hal yang harus dilakukan selain fisik yang fit juga mental yang kuat. Semangat untuk terus menjalani serta kekuatan mental dan tekad untuk menyelesaikan pendakian dari awal sampai akhir harus tertanam kuat dalam diri pendaki gunung. Berjalan selama 12 jam dari pagi sampai malam, dari satu pos ke pos lainnya. 
Perjalanan Malam (dok. Iden Wildensyah)
Malam itu, saya dan teman-teman berencana untuk mendirikan camp di Pos Pangasinan dengan asumsi waktu tempuh dan jarak menuju puncak lebih dekat. Kenyataannya malam itu hanya bisa sampai pos Sangga Buana karena waktu sudah menunjukan pukul 20.00. Kebiasaan mendaki tidak boleh lebih dari jam 20.00 mengingat stamina dan faktor keamanan lainnya. Pos Sangga Buana itu ada dua, yaitu Sangga Buana I dan Sangga Buana II, kita memutuskan untuk mendirikan camp di Sangga Buana II. Di Sangga Buana, istirahat, makan, dan tidur. Tidak lupa melakukan evaluasi atas perjalanan siang tadi serta perencanaan untuk menggapai puncak atau summit atack.
Diputuskanlah bangun tidur pukul 2.00 dini hari agar dapat kesempatan melihat sunrise atau matahari terbit dari puncak Gununh Ciremai. Malam yang dingin, tidur di kantung tidur dalam tenda. Rasanya sangat bersyukur atas kesempatan yang sangat berharga ini. Berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa karena memberikan perlindungan selama perjalanan sampai bisa istirahat.
Di Puncak Gunung Di Atas Awan (dok. Iden Wildensyah)
Tepat pukul 2.00 dini hari tanggal 30 Maret 2014, saya dan teman-teman menuju puncak Gunung Ciremai. Perjalanan malam itu sangat menantang dibandingkan perjalanan siang. Selain kita harus berhati-hati, fokus, dan tetap konsentrasi pada jalur yang dilewati, kita juga harus berjuang melawan rasa dingin yang menusuk kulit.
Jalur menuju puncak setelah pos pangasinan sangat berat. Lebih berat dari jalur-jalur sebelumnya. Tanjakan terjal dengan bebatuan dan pasir sangat menguras energi. Belum lagi tanah yang licin membuat kita harus berhati-hati. 
Bau belereng sudah tercium dari 100 meter sebelum puncak. Itu menandakan puncak gunung sudah dekat. Tepat pukul 4.30 dini hari, saya menggapai puncak diikuti teman-teman lain. Senang rasanya masih diberi kesempatan untuk mendaki gunung sampai ke puncak. Kalau kata teman-teman Team Seven Summit Indonesia, mendaki gunung sampai ke puncak gunung itu menziarahi. Itu berarti saat saya berada di puncak gunung, inilah saat menziarahi leluhur kita.
Apa makna buat sebuah organisasi? Mendaki gunung adalah semangat untuk terus maju. Mendaki gunung itu butuh mental dan fisik yang kuat, kekuatan keduanya akan membuat pendakian menjadi lancar. Mendaki gunung berarti kemandirian, seorang pendaki gunung harus mandiri, menyiapkan fisik dan mental sendiri, menyiapkan kebutuhan selama mendaki gunung sendiri, melakukan perjalanan secara personal tetapi butuh kerjasama untuk menyukseskannya. Semoga semangat mandiri, bekerja sama, dan pantang menyerah menjadi bagian tak terpisahkan dalam diri semua orang yang bergiat di organisasi. Bisa!
Di Puncak Gunung Ciremai dengan syal turuntangan (dok Iden Wildensyah)
Share:

Postingan Populer