Henry Dunant tokoh
dunia pendiri Palang Merah Internasional ( PMI ), pernah mengatakan, “Sebuah
negara atau bangsa tidak perlu khawatir kekurangan pemimpin, jika anak mudanya
masih suka bertualang dan mendaki gunung” kata-kata Henry Dunant ini yang
membuat semangat saya untuk mendaki gunung kembali menggelora. Bersama
teman-teman dari perhimpunan pecinta alam di kampus jalan Setiabudi, Bandung,
saya berangkat menuju Kuningan. Gunung yang akan saya daki sekarang adalah
gunung Ciremai. Gunung tertinggi di Jawa Barat yaitu 3.027 mdpl.
Menuju Pos Cibunar (dok Iden Wildensyah) |
Tanggal 28 April
2014 hari jumat pukul 15.00 dari terminal Cicaheum, saya dan teman-teman naik
bus jurusan Bandung - Kuningan. Perjalanan malam selama 7 jam dengan akhir di
Linggarjati. Dari Linggarjati menuju pos pendakian malam itu sampai pukul
12.00. Di pos pendakian saya bertemu dengan banyak pendaki lain dari berbagai
kota seperti Jakarta, Depok, Bogor, Cirebon, dan Malang. Malam itu menginap di
pos pendakian. Pos pendakian menuju Gunung Ciremai itu ada tiga, Pos Pendakian
di Palutungan, Pos Pendakian Apuy, dan Pos Pendakian Linggarjati. Kita memilih
Linggarjati.
Kang Encep, petugas
pos menerima semua pendaki yang datang malam itu dengan baik. Ia mencatat
setiap pendaki yang akan naik Gunung Ciremai. Malam itu juga saya, Habib
sebagai ketua pendakian, menyelesaikan administrasi seperti foto kopi KTP,
nama, alamat, dan biaya.
Pagi-pagi setelah sholat
subuh, saya bangun. Team yang lain sudah siap-siap membuat sarapan. Pagi itu
akan memulai pendakian. Beberapa pendaki dari Jakarta bahkan sudah ada
yang mulai berjalan sejak subuh.
Panorama (dok. Iden Wildensyah) |
Pos pertama yang
akan dituju adalah pos Cibunar. Ini adalah pos terakhir untuk mengisi air.
Setelah pos ini, tidak ada lagi air. Ini yang membedakan pendakian gunung
Ciremai dengan pendakian gunung-gunung lainnya. Air sangat jarang di tengah
jalur pendakian. Jadi harus membawa air untuk naik gunung menuju puncak dan
turun gunung. Sesuatu yang sangat berat! Tetapi juga menjadi tantangan karena
beban bertambah berat. Setelah pos Cibunar, perjalanan selanjutnya melewati
beberapa pos di antaranya Leuweung Datar, Condang Amis, Kuburan Kuda, Pangalap,
Tanjakan Seruni, Bapa Tere, Batu Lingga, Sangga Buana, Pangasinan, dan Puncak.
Perjalanan mendaki
gunung sangatlah berat. Hal yang harus dilakukan selain fisik yang fit juga
mental yang kuat. Semangat untuk terus menjalani serta kekuatan mental dan tekad
untuk menyelesaikan pendakian dari awal sampai akhir harus tertanam kuat dalam
diri pendaki gunung. Berjalan selama 12 jam dari pagi sampai malam, dari satu
pos ke pos lainnya.
Perjalanan Malam (dok. Iden Wildensyah) |
Malam itu, saya dan
teman-teman berencana untuk mendirikan camp di Pos Pangasinan dengan asumsi
waktu tempuh dan jarak menuju puncak lebih dekat. Kenyataannya malam itu hanya
bisa sampai pos Sangga Buana karena waktu sudah menunjukan pukul 20.00.
Kebiasaan mendaki tidak boleh lebih dari jam 20.00 mengingat stamina dan faktor
keamanan lainnya. Pos Sangga Buana itu ada dua, yaitu Sangga Buana I dan Sangga
Buana II, kita memutuskan untuk mendirikan camp di Sangga Buana II. Di Sangga
Buana, istirahat, makan, dan tidur. Tidak lupa melakukan evaluasi atas
perjalanan siang tadi serta perencanaan untuk menggapai puncak atau summit atack.
Diputuskanlah
bangun tidur pukul 2.00 dini hari agar dapat kesempatan melihat sunrise atau matahari terbit dari puncak
Gununh Ciremai. Malam yang dingin, tidur di kantung tidur dalam tenda. Rasanya
sangat bersyukur atas kesempatan yang sangat berharga ini. Berdoa kepada Tuhan
Yang Maha Esa karena memberikan perlindungan selama perjalanan sampai bisa
istirahat.
Di Puncak Gunung Di Atas Awan (dok. Iden Wildensyah) |
Tepat pukul 2.00 dini hari
tanggal 30 Maret 2014, saya dan teman-teman menuju puncak Gunung Ciremai.
Perjalanan malam itu sangat menantang dibandingkan perjalanan siang. Selain
kita harus berhati-hati, fokus, dan tetap konsentrasi pada jalur yang dilewati,
kita juga harus berjuang melawan rasa dingin yang menusuk kulit.
Jalur menuju puncak
setelah pos pangasinan sangat berat. Lebih berat dari jalur-jalur sebelumnya.
Tanjakan terjal dengan bebatuan dan pasir sangat menguras energi. Belum lagi
tanah yang licin membuat kita harus berhati-hati.
Bau belereng sudah
tercium dari 100 meter sebelum puncak. Itu menandakan puncak gunung sudah
dekat. Tepat pukul 4.30 dini hari, saya menggapai puncak diikuti teman-teman
lain. Senang rasanya masih diberi kesempatan untuk mendaki gunung sampai ke
puncak. Kalau kata teman-teman Team Seven Summit Indonesia, mendaki gunung
sampai ke puncak gunung itu menziarahi. Itu berarti saat saya berada di puncak
gunung, inilah saat menziarahi leluhur kita.
Apa makna buat sebuah organisasi?
Mendaki gunung adalah semangat untuk terus maju. Mendaki gunung itu butuh
mental dan fisik yang kuat, kekuatan keduanya akan membuat pendakian menjadi
lancar. Mendaki gunung berarti kemandirian, seorang pendaki gunung harus
mandiri, menyiapkan fisik dan mental sendiri, menyiapkan kebutuhan selama
mendaki gunung sendiri, melakukan perjalanan secara personal tetapi butuh
kerjasama untuk menyukseskannya. Semoga semangat mandiri, bekerja sama, dan
pantang menyerah menjadi bagian tak terpisahkan dalam diri semua orang yang bergiat di organisasi. Bisa!
Di Puncak Gunung Ciremai dengan syal turuntangan (dok Iden Wildensyah) |
0 komentar:
Posting Komentar