Ruang Sederhana Berbagi

Senin, Oktober 03, 2016

Pusaran Amuk: Sebuah Novel Yang Mengajari Kita Membuat Plot, Alur, dan Penokohan Yang Baik!

Mugia rame dongengna” Demikianlah kata yang tertulis di lembar pertama novel Pusaran Amuk karya Zaky Yamani. Ketika membaca kata dongeng yang saya ingat dan harus dicamkan kuat-kuat adalah mempercayai bahwa dongeng itu adalah kejadian nyata. Kejadian yang terjadi dimanapun adanya. Mau di sini atau di sebuah negeri antah berantah, yang pasti harus percaya!

Dibuka dengan plot yang langsung menanjak, Mahmud yang sedih karena sepatu anaknya hanyut dibawa arus sungai. Sedih bukan karena itu saja, Mahmud lebih sedih lagi karena ia tak bisa memberi hadiah buat anaknya. Mahmud yang bernasib sial digebuki tanpa alasan, bercucuran darah dari kepala dan bagian badan lainnya. Diamuk masa untuk sesuatu yang tidak ia ketahui alasannya adalah hal yang sangat menyakitkan. Di tempat lain, Rosid, Hendra, Abdul, dan Irawan yang mantan polisi berada di sebuah persidangan untuk mendengarkan putusan hakim. Hari itu mereka akan menyerahkan semua keputusan hidupnya di palu sidang hakim.
Digebuki untuk alasan yang tidak kita ketahui adalah hal yang sangat menyakitkan!

Alur mundur kemudian dimulai, cerita mengalir menuju muara yang sangat menarik. Dimulai dari sebuah tempat sakral yang saya yakin tidak ada satupun orang mau duduk sebagai terdakwa. Di persidangan, yah sama persis disebuah persidangan lengkap dengan hakim dan jaksa penuntut umum, serta penasehat hukum terdakwa, dan juga penonton.

Mahmud, Doddy, dan Jimmy, kedua orang ini (Doddy dan Jimmy) menjadi aktor penting dalam alur cerita yang dibangun penulis. Keduanya membuka banyak puzzle yang dibangun oleh penulis. Secara perlahan, sedikit demi sedikit mereka membuka kehadiran tokoh-tokoh lainnya yang membuat cerita dalam novel ini menjadi sangat menarik.

Ada banyak sekali tokoh yang terlibat dalam novel ini. Semuanya memiliki tempat yang sama, adil! Yah katakan saja demikian. Tidak ada yang dispesialkan oleh penulisnya. Semua memiliki kadar cerita yang sama. Misalnya tentang penceritaan yang detil pada setiap tokohnya. Walaupun ada juga yang datang hanya sekadar pemanis saja. Misalnya Wanda dan Fitri yang hanya muncul di depan tetapi hilang seiring mengalirnya cerita pada sisi yang lain. Kehilangan Wanda dan Fitri bukan berarti kejutan akan hilang, semakin dalam semakin bertambah kepenasaran kita terhadap alur yang dibangun oleh penulisnya.

Tokoh yang hadir belakangan tak kalah mentereng dan menariknya. Sebut saja Christina, tokoh yang gambarkan sangat cantik, puteri seorang pejabat yang kekayaannya begitu menggoda. Bukan hanya cantik dan seksinya saja yang menggoda tetapi juga latar belakangnya. Cantik, diberi perusahaan yang bonafide, menantikan lelaki yang bertanggungjawab dan bisa menjadi ayah baik untuk anak semata wayangnya.

Semakin penasaran, kan? Yah itulah kerennya novel ini.  Kepenasaran yang muncul ini membuat semua pembaca tidak bisa berhenti begitu saja. Kalau bukan rasa cape atau mengantuk yang sangat, baca novel ini bisa sehari tuntas.

Buat saya ini adalah novel kedua yang dibaca dan karya ketiga dari Zaky Yamani. Novel pertama yang saya baca berjudul Bandar: Keluarga, Darah, dan Dosa Yang Diwariskan penuh dengan sensasi mengejutkan. Persis seperti menonton film action, setiap lembarannya membuat jantung berdegup dan penasaran akan kejutan lainnya.
Pusaran Amuk (iden wildensyah)

Membaca novel ini seperti sedang diajari untuk membuat plot, alur, penokohan, dan cara bagaimana membuat sebuah cerita menarik. Sebuah cara belajar yang sangat menarik karena sejatinya menulis yang baik diawali dengan membaca yang baik. Semakin banyak membaca maka semakin kuat juga untuk membuat karya tulis. Membaca novel ini memberikan dasar-dasar teori untuk membuat sebuah novel yang bikin penasaran dalam setiap lembarannya. Teori menulis yang dimulai dengan membaca. Nah, tidak salah jika saya katakan novel ini mengajari banyak hal untuk kita belajar dengan baik penokohan, alur, dan plot yang baik.

Share:

Selasa, September 27, 2016

Inilah Alasan Mengapa Nonton PON XIX Bersama Anak Sangat Baik

PON XIX yang sedang di Jawa Barat sekarang ini sangat menarik untuk diikuti. Melewatkan begitu saja hanya akan membuat penyesalan dikemudian hari. Beberapa sekolah mengajak anak-anak didiknya untuk menyaksikan langsung pertandingan. Sengaja menetapkan jadwal jauh-jauh hari untuk dapat mendukung team dari daerahnya. Ada juga beberapa sekolah yang tetap pada jadwal biasa, melewatkan setiap moment langka yang hanya berlangsung setiap 4 tahun sekali.
Sangat disayangkan jika tidak bisa menyempatkan diri untuk menyaksikan langsung bersama anak-anak karena banyak sekali pembelajaran yang bisa didapatkan anak selama penyelenggaraan pertandingan PON berlangsung. 
Menonton Pertandingan Olahraga Bersama Anak

Inilah beberapa pelajaran penting yang bisa didapatkan jika membawa anak didik nonton PON secara langsung:
1. Mengajarkan arti berusaha sungguh-sungguh untuk meraih prestasi
Setiap atlet yang bertanding adalah pilihan terbaik dari setiap daerah yang bertanding. Ada jutaan orang yang tercatat sebagai penduduk tetapi hanya puluhan atau ratusan orang yang terpilih untuk menjadi utusan daerah. Mereka yang bertanding membawa gengsi daerah, mereka bekerja keras untuk memenangkan setiap pertandingan. Pelajaran kesungguhan dalam berusaha ini akan menjadi inspirasi untuk anak didik yang menonton.
2. Mengajarkan arti bekerja sama untuk meraih prestasi
Beberapa cabang olahraga yang dipertandingan bersifat individual, tetapi yang lainnya berkelompok. Pertandingan seperti beladiri tinju, karate, bulutangkis, tenis meja, kelompok individu dan kelompok beregu. Sementara olahraga seperti sepakbola, baseball, softball, hockey, bola volley adalah kelompok olah raga yang membutuhkan kerjasama antar individu.
3. Mengajarkan sportivitas
Sportivitas adalah hal penting yang harus dimiliki oleh anak-anak. Sportivitas bisa dalam bentuk menerima kekalahan dan tetap rendah hati ketika meraih kemenangan. Menjunjung tinggi sportivitas sangat penting karena akan menjadi modal dasar untuk anak-anak dalam bertindak dan berteman dengan siapapun baik di sekolah atau di luar sekolah.
4. Menunjukan kesenangan beraktivitas di luar dengan mendukung team kesayangan
Hadirnya gadget tak bisa dipungkiri membuat anak-anak terkurung dalam dunia sendiri. Mereka jadi asyik sendiri dengan mainan elektroniknya. Nah, membawa anak ke stadion olah raga untuk mendukung team kesayangan akan membuat anak-anak mendapat pengalaman yang menyenangkan. Merasakan keasyikan bernyanyi bersama-sama di dalam stadion adalah pengalaman yang tidak akan terlupakan.

Masih banyak lagi sebenarnya nilai-nilai pembelajaran yang bisa didapatkan selama nonton langsung pertandingan terutama untuk anak-anaknya. Jadi, para guru sekolah, ayo ajak anak didikmu untuk menonton langsung pertandingan. Untuk orangtua, menonton pertandingan bersama anak akan terasa sangat menyenangkan. Ayo nyanyi bersama-sama di stadion dan rasakan keasyikannya!
Share:

Jumat, September 23, 2016

Belajar Kebijaksaan Dari Seorang Petani

Alkisah jaman dahulu kala ada seorang petani miskin yang hidup dengan seorang puteranya. Mereka hanya memiliki seekor kuda kurus yang sehari-hari membantu mereka menggarap ladang mereka yang tidak seberapa.

Pada suatu hari, kuda pak tani satu-satunya tersebut menghilang, lari begitu saja dari kandang menuju hutan.

Orang-orang di kampung yang mendengar berita itu berkata: 'Wahai Pak tani,sungguh malang nasibmu!'. Pak tani hanya menjawab, 'Malang atau beruntung? Aku tidak tahu ...'

Keesokan harinya, ternyata kuda Pak Tani kembali ke kandangnya, dengan membawa 100 kuda liar dari hutan. Segera ladang Pak Tani yang tidak seberapa luas dipenuhi oleh 100 ekor kuda jantan yang gagah perkasa. Orang-orang dari kampung berbondong datang dan segera mengerumuni 'koleksi' kuda-kuda yang berharga mahal tersebut dengan kagum. Pedagang-pedagang kuda segera menawar kuda-kuda tersebut dengan hargatinggi, untuk dijinakkan dan dijual. Pak Tani pun menerima uang dalam jumlah banyak, dan hanya menyisakan 1 kuda liar untuk berkebun membantu kuda tuanya.


Kisah Inspiratif Kebijaksanaan Seorang Petani

Orang-orang di kampung yang melihat peristiwa itu berkata: 'Wahai Pak tani, sungguh beruntung nasibmu!'. Pak tani hanya menjawab, ' Malang atau beruntung? Aku tidak tahu ...'

Keesokan harinya, anak pak Tani pun dengan penuh semangat berusaha menjinakan kuda barunya. Namun, ternyata kuda tersebut terlalu kuat, sehingga pemuda itu jatuh dan patah kakinya.

Orang-orang di kampung yang melihat peristiwa itu berkata: 'Wahai Pak tani, sungguh malang nasibmu!'. Pak tani hanya menjawab, ' Malang atau beruntung? Aku tidak tahu ...'

Pemuda itupun terbaring dengan kaki terbalut untuk menyembuhkan patah kakinya. Perlu waktu lama hingga tulangnya yang patah akan baik kembali. Keesokan harinya, datanglah Panglima Perang Raja ke desa itu. Dan memerintahkan seluruh pemuda untuk bergabung menjadi pasukan raja untuk bertempur melawan musuh di tempat yang jauh. Seluruh pemuda pun wajib bergabung, kecuali yang sakit dan cacat. Anak pak Tani pun tidak harus berperang karena dia cacat.

Orang-orang di kampung berurai air mata melepas putra-putranya bertempur,dan berkata: 'Wahai Pak tani, sungguh beruntung nasibmu!'. Pak tani hanya menjawab, 'Malang atau beruntung? Aku tidak tahu ...'

Share:

Senin, September 19, 2016

Belajar Budidaya Lebah Madu di Cikurutug

Awan mendung menggelayut di Kota Bandung tidak mengurungkan niat saya untuk belajar ke tempat budidaya lebah madu di Cikurutug, Ciburial, Kabupaten Bandung. Belajar tentang cara pembudidayaan lebah madu yang akan berguna saat memelihara lebah madu di sekolah.

Berangkatlah saya dengan memacu kendaraan membelah wilayah Dago menuju Ciburial sambil berharap tak turun hujan di tengah perjalanan. Bersyukur, jalanan tak macet siang itu. Waktu tempuh yang diperkirakan akan lebih dari 30 menit kenyataannya bisa saya percepat menjadi 10-20 menit saja untuk sampai di lokasi.


Nama jalan Cikurutug sudah terlihat selepas melewati tempat ngopi ‘Kopi Ireng’. Berbelok ke arah kanan setengah menanjak dengan jalan beton yang mulus. Dari arah jalan raya jarak menuju lokasi budidaya tidak terlalu jauh. Jalan buntu di depan kemudian parkir kendaraan di tempat yang luas. Selepas itu menuju jalan kecil menurun melewati tangga-tangga.


Sarang Budidaya Lebah Cikurutug (Iden Wildensyah)
Pak Aep, sudah menunggu di depan rumah yang dijadikan tempat untuk menerima tamu yang akan belajar budidaya lebah madu. Dengan ramah Pak Aep menyambut saya, hal yang sama ia lakukan juga kepada tamu-tamu yang datang ke lokasi budidaya lebah madu yang ia kelola. Setelah dipersilahkan duduk di selasar rumah yang ada di samping. Sebuah meja dikelilingi meja tertata dengan rapi. Spanduk tentang kegiatan di tempat budidaya lebah madu terpampang jelas di depan kami. Dokumentasi kegiatan yang pernah dilakukan seperti para peserta yang sedang memegang sarang lebah, peserta yang sedang memegang lebah secara langsung, dan kegiatan lainnya di lokasi budidaya menjelaskan apa saja yang sudah pernah dilakukan oleh Pak Aep beserta timnya di tempat budidaya tersebut.

Beberapa sarang lebah madu di sekitar rumah terpasang dengan baik. Ada yang di bawah bangunan panggung, di sela-sela pohon cantigi, di antara bunga terompet, dan juga di samping rumahnya. Lebah madu bersileweran ke sana kemari, ada yang baru datang, ada juga yang hendak keluar sarang. Dalam Islam, Al Qur'an menempatkan secara istimewa lebah madu menjadi sebuah judul yaitu An Nahl (Lebah Madu). Dalam salah satu ayatnya (Surah An Nahl ayat 68-69 tertulis: "Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu dan di tempat-tempat yang dibuat oleh manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah di mudahkan. Kemudian dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang berpikir".

Pak Aep kemudian bercerita tentang budidaya lebah madu yang dikelolanya. Mulai dari sejarah sampai peluang usaha yang didapatkan dari budidaya lebah madu tersebut. Tak lupa ia juga bercerita tentang jenis-jenis lebah yang ada di sekitar lokasi budidaya. Kemudian peluang dan tantangan yang harus dihadapi saat membudidaya lebah madu. Lebah madu dalam bahasa sunda disebut juga nyiruan, ada juga odeng, dan tiweul atau di sebut juga lebah klanceng atau Apis trigona (saya tak jelas menuliskanya) (tiweul sejenis lebah madu yang kecil dan sering bersarang di dalam bambu, di sela-sela tembok, dan di pagar serta tempat lainnya yang aman. Ukurannya kecil sehingga tak banyak yang tahu jika binatang ini menghasilkan madu).

Apis Trigona

Lebah klanceng (Apis Trigona) merupakan jenis lebah madu yang paling banyak dipelihara secara tradisional oleh masyarakat pedesaan sekitar kawasan hutan se-Indonesia. Lebah ini tidak memiliki sengat dan tidak ganas. Ukurannya sangat kecil dengan fungsi sebagai penyerbuk bunga-bunga kecil. Dalam bahasa Jawa, Apis Trigona disebut malam klanceng atau lonceng, teuweul (Sunda), gala-gala (lilin lebah).
Teuweul (Apis Trigona) (Iden Wildensyah) 

Umumnya lebah madu Apis indica dan klanceng trigona sp dipelihara secara tradisional dengan gelodok yang pembuatannya meniru rumah-rumah lebah yang ada di rongga-rongga batang pohon besar atau gua yang terlindung dari terik matahari dan hujan. Rumah tiruan dibuat dari batang kelapa (pucuk), kayu randu (kapuk), kayu pucung atau batang pohon lain yang berkayu lunak.

Secara alami, serangga trigona sp membuat sarang di lubang-lubang pohon, celah-celah dinding dan lubang bambu di dalam rumah yang agak gelap. Untuk keamanan, tempat keluar masuk berbentuk lubang kecil sepanjang 1 cm yang diselimuti zat perekat. Sarang tersusun atas beberapa bagian buat menyimpan madu, tepung sari, tempat bertelur dan tempat larva. Di bagian tengah ada karangan bola berisi telur, tempayak dan kepompong. Di bagian sudut ada bola-bola kehitaman sebagai penyimpan madu dan tepung sari.

Lebah ini menghasilkan madu dan lilin yang diproduksi sangat kecil, rasanya asam dan sering dipakai untuk obat sariawan. Sedangkan lilinnya dipakai untuk membatik. Lebah pekerjanya berwarna hitam, berkepala besar dan berahang tajam untuk menggigit musuh bila diganggu. Perut lebah ratu sangat besar dengan sayap pendek. Ukurannya sebesar 3-4 kali lebah pekerja. Karena sangat gemuk dan tidak pandai terbang, lebah ini tidak suka berpindah-pindah tempat kecuali bila sarangnya terlampau tua dan buruk atau lilinnya keras.

Beda Bunga Beda Rasa Madu

Jenis lebah ini menentukan jenis madu yang dihasilkannya. Madu berhubungan dengan nektar bunga. Banyaknya bunga akan menghasilkan banyak jumlah madu. Rasa madu juga dipengaruhi oleh jenis bunga yang tumbuh di sekitar lokasi budidaya dan lebah yang mengisap nektarnya. Kuantitas madu tidak bisa diukur secara matematis. Terlebih perubahan cuaca yang mendadak kemudian berpengaruh pada bunga yang muncul dari setiap tanaman. Musim hujan adalah puncaknya lebah menghasilkan madu karena musim hujan membuat tanaman atau pohon-pohon besar berbunga. Dengan dasar ini, salah satu konservasi yang dilakukan oleh Pak Aep dan kawan-kawan ada menanam banyak bunga di sekitar lokasi. Banyaknya bunga sangat disukai oleh lebah dan hal ini yang membuat lebah betah untuk hidup di sekitarnya. Ingat yah! Lebah bisa kabur lho dari sarangnya kalau ia tak betah.

Perasaan, Pak Aep menyampaikan hal ini kepada saya saat bertanya tips membawa pindah lebah madu. Lebah adalah hewan yang sangat perasa, ia sangat peka dengan perasaan ini. Ingatan sayapun kemudian melayang ke workshop di Sekolah Waldorf, Jagad Alit Waldorf saat membahas thinking, feeling, dan wiling. Dijelaskan bagaimana seekor hewan memiliki perasaan yang sama dan kadang hewan dijadikan bahan terapi untuk mengasah perasaan ini untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Lebah ternyata sangat peka dengan perasaan ini, memeliharanya tidak sekadar memindahkan sarang kemudian tinggalkan begitu saja. Pak Aep mengatakan wilayah sekitar harus mendukung kehidupan lebah madu, salah satunya adalah bunga yang bermekaran yang tumbuh di wilayah sekitar.

Sambil berjalan di lokasi budidaya, Pak Aep sesekali menunjukan sarang-sarang lebah yang sedang berkembang tetapi belum bisa dipanen. Demikian juga dengan tiweul, lebah kecil yang dikatakan sebelumnya. Nektar tiweul ini ternyata sangat manjur, mereka menggunakannya untuk menutup lubang yang ada di setiap sela bambu. Tak terasa, waktu terus berlalu. Saya pun menyudahi sesi belajar langsung di lokasi budidaya tersebut. Langit yang sedari tadi mendung menahan gelayut awan pembawa hujan tak tahan lagi. Rintik-rintik hujan sudah turun secara perlahan. Hujan pun turun mengiringi kepulangan saya menuju Kota Bandung.
Share:

Jumat, September 16, 2016

Kolaborasi Kreatif Menghias Mural di Kota Bandung

Senja (15 Tahun, bukan nama sebenarnya) bergegas memakai sepatu menuju mobil yang akan mengantarkannya ke sekolah. Pagi itu ia sangat bersemangat karena akan menjadi salah satu orang yang terlibat dalam proyek seni di Kota Bandung. Ia akan menjadi bagian dari kelompok relawan menghias mural di kawasan Babakan Siliwangi tepat di jalan Siliwangi. Senja dan teman-temannya sudah berkoordinasi sebelum hari pelaksanaan. Berkoordinasi tentang alat dan bahan, tentang tema, dan tentang segala sesuatu yang harus dipersiapkan agar saat menghias mural semuanya berjalan dengan baik.
Kolaborasi Kreatif Menghias Mural di Kota Bandung (Iden Wildensyah)

Senja adalah salah satu remaja dari sebuah sekolah menengah di Kota Bandung yang ikut serta dalam proyek seni mural. Mural di dinding jalan Siliwangi Kota Bandung merupakan sebuah cerita yang sangat menarik untuk disimak. Tahun 2016 ini, proyek seni mural di jalan Siliwangi dikerjakan secara bersama-sama dengan melibatkan banyak pihak di luar jurusan Seni Rupa ITB. Jika proyek sebelumnya, Seni Rupa ITB sangat dominan dalam menggarap seni mural ini maka tahun ini termasuk yang berbeda dalam tema dan proses pengerjaannya.

Kolaborasi Bukan Kompetisi

Saya selalu teringat bahwa di jaman sekarang sudah bukan lagi waktunya mengembor-gemborkan kompetesi. Alih-alih berkompetisi, para pakar pendidikan dan futurolog di dunia banyak menyarankan untuk memperbanyak kolaborasi. Berkompetisi hanya dengan diri sendiri. Cukup dengan diri sendiri untuk menjadi lebih baik setiap harinya. Sementara dengan orang lain, darimanapun golongannya, lebih baik membangun kolaborasi. Kolaborasi memungkinkan keselarasan dan keharmonisan. Sementara kompetisi hanya akan membuat kondisi sebaliknya terlebih di tempat yang belum dewasa saat menerima kemenangan atau menghadapi kekalahan.

Kolaborasi bersifat positif dan membangun satu sama lain. Sementara kompetisi hanya akan menghasilkan individu-individu yang egois dan mementingkan kemenangan tanpa memperdulikan orang lain. Berkolaborasi satu sama lain dalam hal apapun menjadi tantangan tersendiri untuk para pegiat pendidikan alternatif. Dalam pendidikan alternatif yang tidak tersekat oleh ruang, semua orang atau kelompok adalah pendidik untuk siapapun yang berinteraksi dengannya. Ketika satu kelompok mampu memberikan pendidikan yang baik untuk kelompok lainnya maka akan terjadi kebaikan yang terus menerus. Dari satu kelompok ke kelompok lainnya. Tentu saja semua berawal dari individu yang mau terbuka untuk kolaborasi satu sama lain tanpa melihat embel-embel kepentingan dibalik kehadiran individu lainnya.

Jika niat baik untuk membangun sebuah kondisi yang baik, maka kolaborasi kreatif yang dilakukan dalam kegiatan menghias mural di Kota Bandung bisa menjadi stimulan yang baik untuk kolaborasi di tempat-tempat kreatif lainnya. Niat baik untuk menghadirkan kebaikan bagi lingkungan sekitar. Persis seperti niat dan semangat seorang Senja yang begitu antusias menghias mural dari pagi sampai sore.

“Senang kak, senang banget bisa menjadi relawan menghias mural ini. Cape sih tapi tidak apa-apa. Kalau mural sudah selesai, kelihatannya kan jadi indah” Demikian Senja berkata sambil membereskan alat-alat lukis dan cat yang sudah digunakannya sejak pagi tadi. Senja pun mengakhiri kegiatan hari itu di sebuah jalan yang akan ia kenang sampai tua dan menjadi cerita untuk anak-anaknya kelak.
Mural di Jalan Siliwangi (Iden Wildensyah)

Bukan hanya Senja yang merasa senang, kolaborasi kreatif ini juga menjadi ajang berkumpulnya komunitas-komunitas di Kota Bandung. Ada pegiat blogger dan komunitas sepeda yang juga begitu antusias membuat sejarah di Kota Bandung. Para pegiat pendidikan, para pegiat seni, para pecinta kreativitas yang tergabung dalam proyek menghias mural di Kota Bandung ini tentu akan semakin senang ketika kelak sesudah semua dinding terhias dijaga bersama-sama. Proses menjaga ini sepenuhnya diserahkan kepada warga Kota Bandung. Dengan kesadaran penuh untuk saling menjaga satu sama lain, bukan tak mungkin keharmonisan sebagai buah dari kolaborasi kreatif ini akan muncul secara kolektif dalam setiap diri warga yang melihat dan menikmati keindahannya.

Hari sudah sore, Senja dan teman-temannya sudah pulang. Tinggal beberapa kelompok mahasiswa yang masih menyelesaikan beberapa bagian yang belum dituntaskannya. Mereka masih mengayunkan kuasnya, mengambil warna cat sesuai hiasan yang ingin dibuatnya. Kolaborasi kreatif hari pertama ditutup dengan perasaan yang sangat lega.  
Share:

Kamis, September 15, 2016

Homeschooling dan Keberanian

Salah satu bentuk pendidikan alternatif yang berkembang cukup baik di Indonesia adalah homeschooling atau beken juga disebut Sekolah Rumah. Awal kehadiran homeschooling juga tidak terlepas dari kritik terhadap sekolah konvensional. Kritik terhadap sistem pendidikan yang berlaku di negara tersebut kemudian melahirkan sekolah-sekolah rumah yang diinisiasi oleh keluarga-keluarga dengan kebutuhan pendidikan yang disesuaikan dengan anak didiknya.
Perkembangan penemuan cara belajar yang beragam semakin mengukuhkan kebutuhan belajar sesuai kebutuhan anak. Demikian juga ketika Howard Gardner menyampaikan delapan tipe kecerdasan yang menarik untuk diimplementasikan dalam proses pendekatan cara belajar. Hal ini berimbas pada cara belajar anak yang berbeda-beda yang tidak bisa disamaratakan satu sama lainnya. Seorang anak dengan tipe kecerdasan linguistik tidak bisa dipaksakan terus menerus untuk belajar persis seperti anak dengan tipe kecerdasan musik, misalnya, atau seorang anak yang kuat dalam kecerdasan naturalis dipaksakan untuk belajar dengan cara tipe anak yang memiliki kecerdasan logis-matematis. Segala sesuatu yang tidak sesuai kadar kebutuhannya akan menghasilkan hal yang tidak baik dalam keseimbangan pertumbuhan anaknya. Misalnya anak menjadi stress, mudah marah, mogok belajar, dan lain-lain.
Keberanian
Kenapa saya katakan bahwa homeschooling adalah tentang keberanian. Keberanian dalam banyak hal bisa membuat atau menghasilkan sesuatu yang baru. Nah keberanian orangtua dalam mengambil keputusan untuk pendidikan anaknya dengan homeschooling tentu perlu diapresiasi. Dalam beberapa kesempat ketika saya bertemu dengan pegiat homeschooling selalu saya katakan penghargaan yang besar untuk mereka.
Orangtua yang memutuskan homeschooling untuk pendidikan anaknya adalah golongan pemberani yang sangat besar perannya dalam menjaga kemurnian anaknya. Yah, beberapa orangtua ada yang mengatakan salah satu alasan mengambil homeschooling karena sekolah hanya membuat anaknya malah tidak tumbuh dengan baik karena banyaknya paksaan yang masuk ke dalam dunia anak-anaknya tanpa bisa mereka kendalikan.
Today is a gift! Homeschooling dan Keberanian 
Orangtua yang sudah tahu potensi anaknya tentu tidak mau potensi tersebut mati karena sekolah konvensional. Ada juga mengatakan “masa anak didik tidak boleh kreatif dari gurunya?!”. Hal yang miris karena ini masih terjadi di beberapa sekolah konvensional di Indonesia. Homeschooling kemudian menjadi alternatif untuk tetap menjaga potensi tersebut tetap ada bahkan berkembang semakin baik dengan pembelajaran yang tepat dan metode yang baik untuk anak-anaknya.

Para orangtua kemudian membuat perencanaan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan anak didiknya. Membuat kegiatan-kegiatan menarik, mengunjungi tempat-tempat yang memungkinkan anak-anaknya belajar langsung dari pengalaman yang mereka terima. Dan masih banyak lagi variasi kegiatan yang dirancang orangtua pegiat homeschooling.
Perkembangan media sosial dan teknologi semakin membuat pegiat homeschooling mudah untuk mengakses berbagai hal yang dibutuhkan seperti materi, kurikulum, kegiatan, dan lain-lain. Materi-materi yang dibutuhkan untuk pembelajaran di rumah tersebar banyak di internet. Dengan modifikasi sesuai kebutuhan, orangtua kemudian tinggal menyajikannya kepada anak didiknya. Variasi kegiatan juga semakin mudah untuk didapatkan, tinggal cari di mesin pencari dengan materi dan kata kunci yang tepat maka dalam waktu yang cepat referensi itu akan muncul.
Bukan hanya itu, jaringan antar sesama orangtua pegiat homeschooling lainnya semakin terbuka lebar. Group-group di media sosial seperti facebook, memudahkan para pegiat homeschooling untuk saling bertukar informasi dan menjalin komunikasi satu sama lain. Tak jarang forum komunikasi ini kemudian membuat acara pertemuan bersama-sama untuk saling belajar dalam satu waktu yang ditentukan dengan tema yang dirancang sebelumnya.
Lembaga Pegiat Homeschooling
Ada dua lembaga pegiat homeschooling yang saya catat dan cukup berhasil dalam mengembangkan konsep homeschooling di Kota Bandung. Kalau ditingkat nasional, homeschooling binaan Kak Seto sudah sangat terkenal. Jika berbincang dengan orangtua baru yang hendak mengambil keputusan homeschooling dengan bantuan lembaga, yang pertamakali mereka tanyakan adalah homeschooling Kak Seto. Nah di luar lembaga homeschooling Kak Seto ini, saya melihat lembaga yang memfasilitasi pegiat homeschooling misalnya Homeschooling Kancil Cendikia dan Homeschooling Taman Sekar. Kedua lembaga ini sudah menjadi pilihan banyak orangtua untuk menjadikan partner buat anak didiknya.
Dengan pendekatan metode pendidikan alternatif, kedua lembaga tersebut menawarkan bentuk-bentuk baru dalam pendidikan di Indonesia. Beberapa anak didiknya dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang menarik setiap minggunya. Misalnya outing ke tempat-tempat yang bisa dijadikan sebagai bagian dari pembelajarannya, kegiatan perkemahan, dan lain-lain. Lembaga homeshooling ini mengorganisir termasuk memberikan fasilitator atau pendamping kegiatan belajarnya dengan baik. Fasilitator ini berperan sebagai guru jika disandingkan dengan sekolah-sekolah konvensional, bedanya fasilitator ini biasanya lebih dekat, lebih memahami karakter anak dibandingkan guru konvensional yang mengajar demi menghantarkan materi saja.
Nah, sekolah rumah dengan perkembangan teknologi ini dan banyaknya lembaga yang membantu pegiat homeschooling ini semakin mengukuhkan keberadaannya yang menjadi pilihan buat orangtua. Homeschooling bukan saja menjadi alternatif buat anak-anaknya tetapi homeschooling bisa menjadi kekuatan baru dalam peta pendidikan alternatif di Indonesia. Dukungan dari lembaga pemerintahan sangat dibutuhkan dalam berbagai hal. Demikian juga dengan kementrian pendidikan dan kebudayaan Indonesia sudah memberi warna hijau untuk bentuk pendidikan alternatif ini sebagai salah satu bentuk pendidikan yang juga diakui oleh negara. Legalitas ini diperlukan terutama misalnya untuk kebutuhan anak saat pindah jenjang dari tingkat dasar ke tingkat menengah, kemudian dari tingkat atas ke jenjang mahasiswa. Dukungan masyarakat luas pada komunitas dan para pegiat homeschooling juga diperlukan. Dukungan ini bisa dalam bentuk apapun.
Keberanian orangtua pegiat homeschooling ini semoga menjadi inspirasi untuk orangtua lainnya di Indonesia semata-mata untuk membangun sumberdaya manusia Indonesia yang baik di masa depan.


Share:

Rabu, September 14, 2016

Pentingnya Memahami Makna Kata Untuk Anak-Anak

Sebut saja namanya Mawar Merah, usianya 10 tahun bersekolah di sebuah sekolah yang mentereng. Sehari-hari diantar jemput oleh supir pribadinya dari rumah ke sekolah dan sebaliknya. Dalam tas yang besar selain buku-buku pelajaran yang tebal, terselip sebuah telepon genggam pintar. Untuk ukuran anak seusianya, keberadaan telepon genggam tersebut seolah sudah lumrah. Di dalamnya terdapat banyak aplikasi yang didominasi oleh permainan. Sisanya aplikasi media sosial dan aplikasi fotografi instan. 

Selepas sekolah, Mawar berkumpul dengan teman-temannya di sudut sekolah, cekikikan atau tertawa-tawa bersama. Mereka asyik bermain menggunakan telepon pintarnya. 
Membaca kemudian memahaminya!

Jauh sebelum waktu sekolah bubar, ia mengikuti ulangan Bahasa Indonesia. Betapa sulitnya ia mengerjakan soal-soal ulangan tersebut. Berkali-kali ia mendatangi gurunya di depan kelas hanya untuk bertanya arti dari kata yang ada di soal tersebut. Kata-kata "Rutin, menyinggung, melambai, dan kata-kata lainnya yang ia tak mengerti.

Cerita di atas adalah gambaran betapa anak-anak sekarang begitu sulit memahami arti kata. Jangankan ditanya makna kata, untuk mengartikannya juga sangat butuh waktu yang panjang sampai akhirnya bisa mengerti. 

Jangan sepelekan masalah bahasa ini, bahasa adalah awal untuk anak memahami fenomena di sekitar. Setelah mengerti lalu memahami dan bisa melaksanakan. Lalu bagaimana selanjutnya agar anak mencintai bahasa Indonesia. Inilah beberapa tips yang bisa dilakukan di rumah dan juga di sekolah untuk membangun kesadaran berbahasa dan mampu memahami setiap kata yang terdapat dalam setiap kalimat. 

1. Budayakan membaca buku. Membaca buku di era sekarang itu sangat menantang. Keasyikan membaca seolah hilang tergantikan oleh asyiknya bermain games di tablet atau di telepon genggam. Sekolah dan rumah harus menyediakan waktu khusus untuk membaca. Dengan sedikit paksaan membaca rutin, diharapkan anak mampu membiasakan diri dekat dengan buku. Kalau sudah biasa, secara perlahan ia akan mencintai buku bacaan.

2. Sediakan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Saat anak bertanya tentang sebuah kata yang tidak dimengerti, arahkan langsung untuk mencari di kamus. Apapun yang anak tidak mengerti arti kata, kamus menyediakan penjelasan yang memadai. Jangan reaktif menjawab karena anak hanya akan menunggu jawaban kita, arahkan untuk mencari agar ia aktif belajar.

3. Menulis jurnal atau diari. Terbiasa menulis jurnal harian atau diari akan membuat anak terbiasa mengolah kata-katanya. Selain mengolah kata, anak juga akan terbiasa untuk mengolah emosi. Ia tahu kapan menuliskan hal baik yang akan baik dibaca orang lain atau hal tak baik yang akan mengakibatkan hal tak baik saat dibaca orang lain.

4. Review setiap bacaan dengan membuat resensi atau catatan singkat. Mengajak anak meresensi adalah tahap selanjutnya dari menyukai bacaan. Meresensi akan mengasah kepekaan anak terhadap apapun yang ia baca. Kadang, ide-ide baru muncul saat kita meresensi sebuah buku bacaan. 

Nah, dengan membiasakan keempat hal tadi, Mawar Merah yang tadinya kesulitan memahami kata, mudah-mudahan ia menjadi lancar mengerjakan soal-soal bahasa Indonesia. Bukan hanya itu saja, Mawar Merah juga akan lancar dipelajaran lain misalnya sains, terpadu, bahasa Inggris dan lain-lain.
Share:

Selasa, September 13, 2016

Kejutan Kecil Bermakna Besar

Selalu ada kejutan-kejutan kecil dalam hidup ini yang buat saya maknanya sangat besar. Terlebih, ketika bergiat di pendidikan alternatif anak-anak. Berbagai bentuk kejutan itu bisa muncul dalam bentuk yang serbarupa. 

Buat Mr Iden 
Kejutan yang tak terduga bisa saja dalam bentuk hasil yang melampaui proses. Tak terduga karena bisa jadi melebihi ekspektasi dari yang kita bayangkan sebelumnya. Misalnya ketika memfasilitasi sebuah kegiatan dari materi yang harus diajarkan, materi berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Inti. Sebuah lembar kerja siswa diberikan begitu saja, dengan kemasan yang menarik kemudian anak diminta mengisi. Saat mengisi, anak tak cuma mengisi sesuai instruksi, ia merangkai lembar kerja tersebut bagaikan berkarya. Menambahkan warna yang menarik pada setiap gambar yang dituangkannya. Menuliskan deskripsi lebih dari instruksi yang ada atau ruang tulis yang ada.

Hallo, aku Mr Iden
Sebagai guru fasilitator, tentu saja kebahagiaan yang muncul karena anak berani lebih keren dari gurunya. Anak berani lebih kreatif dari gurunya. Anak mampu memaksimalkan semua potensi yang dimiliki tanpa harus didorong-dorong. 

Kejutan lainnya adalah bingkisan tak terduga. Tiba-tiba seorang anak memberikan batu. Yah hanya sebuah batu versi orang dewasa tetapi lebih dari batu buat anak kecil. Batu yang bermakna dalam yang diberikan seorang manusia untuk manusia lainnya. Saya selalu menyimpan apapun yang anak berikan. Secarik kertas bergambar, sepotong kayu kering, sebuah bekas kaleng, atau apapun yang anak berikan selalu saya apresiasi. 

Di mata mereka, kejutan itu adalah sebuah hal yang sangat istimewa. Menyakitkan jika orang dewasa mengabaikan kejutan kecil ini. Apresiasi ini lebih berharga dari sekian banyak apresiasi yang diterima orang dewasa. Tak salah jika orang dewasa harus bisa memberikan sesuatu yang lebih besar untuk anak-anak melebihi materi yaitu kasih sayang! 


Share:

Rabu, September 07, 2016

Kenapa Pendidikan Alternatif?

"Pendidikan bukan cuma urusan memperbanyak isi memori otak atau mencari tahu sesuatu yang tidak diketahui sebelumnya. Namun lebih dari itu adalah upaya menghubungkan semua yang sudah diketahui dengan hal-hal yang masih menjadi misteri" (Anatole France, 1817-1895 pemenang Nobel Sastra, Prancis)

Beberapa hari ini blogpost saya berbicara seputar pendidikan alternatif yang diusung oleh sekolah-sekolah alternatif yang ada di Kota Bandung. Saya menaruh hormat dan apresiasi yang besar untuk setiap sekolah alternatif yang sudah mengembangkan metode pendekatan belajar yang manusiawi. 


Salah satu bentuk pembelajaran di Sekolah Alternatif
Istilah pendidikan alternatif merupakan istilah generik dari berbagai program pendidikan yang dilakukan dengan cara berbeda dari cara tradisional. Secara umum pendidikan alternatif memiliki persamaan, yaitu: pendekatannya bersifat individual, memberi perhatian besar kepada peserta didik, orang tua/keluarga, dan pendidik serta dikembangkan berdasarkan minat dan pengalaman.

Pemikiran tentang pendidikan alternatif ini bermula dari kritik-kritik Romo Mangun terhadap bentuk pendidikan yang sejak berlakunya kurikulum 1974, berkembang hingga kurikulum 1994.

Pendidikan alternatif tidak diartikan sebagai pengganti sekolah formal, melainkan mencari materi dan metode dedaktik baru sampai kurikulum baru. Menurut Nunuk Murniati, pendidikan seharusnya bersifat kontekstual, harus disesuaikan dengan lingkungan. Pendidikan untuk kaum marjinal pun demikian. Dimana konsep link and macth yang digembar-gemborkan oleh pemerintah orde baru dalam pendidikan hanya menghasilkan sekrup-sekrup kapitalis yang dibuat hanya untuk menyesuaikan dengan kebutuhan tenaga kerja dalam mesin industri.

Menurut Jery Mintz (1994:xi) Pendidikan alternatif dapat dikategorikan dalam empat bentuk pengorganisasian, yaitu:

  1. sekolah publik pilihan (public choice);
  2. sekolah/lembaga pendidikan publik untuk siswa bermasalah (student at risk);
  3. sekolah/lembaga pendidikan swasta/independent dan
  4. pendidikan di rumah (homeschooling).

Woodworking di Sekolah Waldorf 
Bentuk pendidikan alternatif tertua yang dikelola masyarakat untuk masyarakat adalah pesantren. Diperkirakan dimulai pada abad 15, kali pertama dikembangkan oleh Raden Rahmad alias Sunan Ampel. Kemudian muncul pesantren Giri oleh Sunan Giri, pesantren Demak oleh Raden Fatah dan Pesantren Tuban oleh Sunan Bonang.

Selain pesantren, Taman Siswa didirikan pada tahun 1922. Selain Taman Siswa, Mohammad Syafei membuka sekolah di Kayutaman. Sekolah dengan semboyan, “Carilah sendiri dan kerjakanlah sendiri”. Siswa diberi keterampilan untuk membuat sendiri meja dan kursi yang digunakan bagi mereka belajar. Namun Belanda telah membumihanguskan sekolah tersebut.

Semangat Alternatif
Walaupun jarak yang jauh sejak Taman Siswa dan Sekolah Kayutaman, kini sekolah-sekolah alternatif semakin tumbuh subur di kota-kota besar di Indonesia. Hal yang patut kita banggakan karena masyarakat memiliki banyak pilihan untuk mendapatkan kesempatan belajar yang lebih baik untuk anak-anaknya. Nah, semangat memberikan pendekatan pendidikan yang lebih manusiawi adalah hal yang saya pikirkan. Pendidikan alternatif bisa menjadi bagian yang menarik untuk membangun sumber daya manusia Indonesia di masa depan yang lebih baik.


Mengolah tanah untuk pertanian di sekolah
Sekolah alternatif terbukti mampu memberikan dimensi lain dalam dunia pendidikan Indonesia. Sekolah alternatif berani keluar dari pakem-pakem pembelajaran yang begitu-begitu saja. Anak pasif dan guru ceramah seharian. Walaupun semangat ini juga sudah hadir dalam perencanaan pendidikan di kurikulum tetapi kenyataannya jauh panggang dari api. 

Sekolah-sekolah yang konvensional masih kesulitan menerapkan hal-hal yang menarik dalam menyampaikan pembelajarannya. Alokasi dana pelatihan sudah dikeluarkan banyak sekali tetapi alih-alih memperbaiki sistem pendidikan yang ada hanya pemborosan  anggaran. Guru di kelas akan kembali mengambil jalan teraman, cari di internet, copy paste kemudian sebarkan di kelas. Lebih parah lagi, jual LKS kemudian suruh anak mengerjakan sendiri dan guru tinggal ongkang-ongkang kaki dengan santainya sambil menghembuskan asap rokok yang dihisapnya. Sebuah potret buruk pendidikan yang sudah sangat akut. 

Sementara di sekolah-sekolah alternatif, guru berjibaku mencari bentuk-bentuk menarik dalam menghantarkan pembelajaran yang menarik dan mudah dipahami oleh anak-anak lewat berbagai macam kegiatan yang variatif. Guru mengolah semua materi berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi inti untuk disampaikan kepada anak didiknya. 
Nah semangat berpikir kreatif dalam pendidikan alternatif inilah yang ingin saya bagikan untuk semua. Pendidikan yang kreatif, pendidikan yang menyenangkan, mendidik kreatif adalah semangat yang harus muncul dalam setiap diri pendidik di seluruh Indonesia. Semoga saja semakin banyak sekolah-sekolah alternatif yang mampu memberikan kontribusi positif dalam membangun manusia Indonesia yang merdeka, mandiri, kreatif, dan berdaya! 






Share:

Postingan Populer