Ruang Sederhana Berbagi

Jumat, November 11, 2016

Pembelajaran Mendalam Yang Hadir Di Buku Kami Tidak Seragam dari Sanggar Anak Alam Yogya

Jika orientasi pendidikan hanyalah urusan duniawi semata, maka apalah guna nyalimu? Ia bukan sesuatu yang bisa dibeli dengan materi” (Sanggar Anak Alam)

Setiap kali ada karya siswa yang mampu mengeluarkan kemampuan terbaiknya melebihi harapan guru, di situ saya selalu merasa takjub dengan potensi anak-anak. Apresiasi yang besar juga saya sampaikan untuk para fasilitator yang mengantarkan proses belajar menyenangkan. Fasilitator yang mampu memfasilitasi anak hingga mengeluarkan potensi terbaik dari dalam dirinya.
Pembelajaran mendalam atau deep learning adalah salah satu fokus pembelajaran yang sering saya lakukan. Untuk diri saya, pembelajaran mendalam membuat saya memahami sisi-sisi lain dari setiap hal yang saya pelajari. Sementara mengantarkan asyiknya pembelajaran mendalam buat anak menjadi pengantara agar anak tidak sekadar belajar saja. Lebih dari sekadar belajar tetapi memaknai, mampu mengaplikasikan pengetahuannya dalam keseharian, dan mampu menjadi bagian utuh dalam dirinya yang tidak terpisah satu sama lain.
Mula-mula lewat proses berpikir mendalam pada setiap kejadian atau pada setiap pelajaran setelah itu terbiasa melakukannya dalam keseharian. Berpikir mendalam akan menghasilkan pertanyaan-pertanyaan penting yang akan membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. Pertanyaan menjadi jalan masuk untuk mempelajari sesuatu, penuh rasa ingin tahu, takjub, kemudian bertanya sesuatu yang mendasar lewat ‘mengapa?’. Mengapa begini, mengapa begitu, bagaimana ini bisa terjadi, bagaimana jika begini, dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan terbuka yang membuat gairah untuk mencari tahu semakin besar.
Peran Guru
Guru di jaman sekarang bukan lagi sosok super yang tahu segala hal. Guru bukan lagi sumber ilmu pengetahuan. Guru sekarang harus bisa menjadi fasilitator untuk pembelajaran anak. Membangun kemandirian anak agar mampu belajar dengan cara sendiri. Guru tidak perlu tahu segala sesuatu karena bantuan teknologi membuat anak bisa mengakses sendiri pengetahuan yang ingin ia dapatkan. Guru hanya memberikan sebuah stimulan tentang bagaimana mendapatkan jawaban atas pertanyaan tersebut. Guru tak perlu menjawab semua pertanyaan karena hal ini bisa membuat anak tergantung segalanya kepada guru. Efeknya saat tidak ada guru, anak menjadi malas untuk belajar mandiri, belajar mencaru tahu sendiri, ngulik, dan efek kemalasan lainnya.
Guru yang baik di jaman sekarang harus mampu menyesuaikan kebutuhan pembelajaran anak dengan memfasilitasi pembelajaran di mana pun dan kapan pun. Jika sudah memahami konsep pengalaman adalah guru terbaik, maka sebaik-baiknya guru cukup dengan memberikan pengalaman pada tiap anak didiknya kemudian biarkan anak yang mengambil pelajaran dari pengalaman yang sudah dialaminya.
Less is more, semakin sedikit guru berperan dalam kehidupan anak maka semakin besar potensi anak untuk belajar lewat pengalaman dirinya sendiri. Demikian juga sebaliknya semakin besar peran guru, maka semakin kecil peran anak untuk belajar mandiri.
Sanggar Anak Alam Yogyakarta (salamjogja.wordpress.com)
Pembelajaran mendalam di Sanggar Anak Alam
Lewat pengalaman yang dilalui bersama teman-temannya, anak-anak di Sanggar Anak Alam Yogyakarta mampu mengambil pelajaran penting yang berguna untuk kehidupannya. Anak-anak yang karyanya ditulis dalam buku Kami Tidak Seragam menunjukan kedalaman berpikir yang sangat menarik. Sebut saja Natalia Nane atau Nane anak kelas 6 yang menuliskan pengalaman bertanding badminton. Ia tidak sekadar bermain badminton, ia tidak sekadar bertanding, ia tidak sekadar berlatih, ia mengambil pelajaran penting dari kegiatan yang dilakukannya.
Di buku itu menulis “Selama ini aku dilatih dan disiapkan oleh Pak Ari untuk menjadi pemain tunggal. Pemain tunggal biasanya mengupayakan agar lawan bergerak ke sekeliling lapangan sesering mungkin, dan agar dia berpindah dari posisi basis atau pangkalannya. Pada akhirnya, lawan terpaksa melakukan pukulan yang lemah, agar bola itu bisa dipukul jatuh. Dan lawan harus dibuat bergerak pontang-panting terus, dengan mengubah teknik pukulan dari dropshot ke lop dan melakukan lop sedalam mungkin ke sudut backhandnnya”.
Di akhir ia juga menulis sebuah pengalaman yang sangat indah “Untuk menjadi pemain badminton yang berhasil, aku harus disiplin berlatih, makan makanan yang sehat, istirahat yang cukup, dan berdoa kepada Tuhan agar membantu serta merestui usahaku ini”.
Di cerita yang lain, Elang Sakti Wiwardana kelas 5 misalnya menuliskan sisi yang menarik tentang proses pembelajaran mendalam ini. Risetnya tentang kegiatan memancing. Dari kegiatan memancing ia menulis pembelajaran yang ia dapatkan. Misalnya ia menulis “menunggu ikan itu sangat lama dan membutuhkan kesabaran yang tinggi....... Memancing itu butuh kesabaran, walaupun aku tidak dapat ikan tetapi aku tetap senang”. Kesenangan adalah awal dari pembelajaran yang bermakna. Dengan senang hati ia tidak akan merasa capai untuk belajar bahkan ia tidak merasa sedang belajar padahal banyak sekali pembelajaran yang ia dapatkan.
Kedua cerita singkat itu sangat indah dan dalam bukan? Yah buat saya, ia tidak sekadar memancing, bermain, dan berlatih saja tetapi ia membagi tips dan pelajaran penting dari sebuah pengalaman yang sudah dilaluinya. Pengalaman yang dituliskan Nane buat beberapa anak yang berlatih mungkin saja terlewatkan. Demikian juga pengalaman memancing Elang, bisa terlewatkan begitu saja karena berbagai alasan seperti capai dan malas berpikir. Sayangnya hal itu tidak berlaku buat mereka. Mereka tetap mengambil pelajaran dari kegiatan mancing atau berlatih badminton. Jangan lupakan berdoa kepada Tuhan, kedalaman spiritualisme muncul dari seorang anak kelas 6 lewat kegiatan berlatih badminton. Persis seperti kutipan di atas, “Jika orientasi pendidikan hanyalah urusan duniawi semata, maka apalah guna nyalimu? Ia bukan sesuatu yang bisa dibeli dengan materi”. Ayo sebarkan semangat pembelajaran mendalam karena pendidikan bukan sekadar urusan duniawi, ada yang lebih dalam dari itu!

Kami Tidak Seragam, Rekam Jejak Anak Salam (Iden Wildensyah)



Share:

Kamis, November 10, 2016

Cerita Menarik Ketika Kami Tidak Seragam Dari Buku Rekam Jejak Anak Salam

Orang banyak berkonsentrasi belajar dari buku dan melupakan untuk belajar dari alam bebas yang sebenarnya lebih kaya, alam terkembang jadi guruRabindranath Tagore

Belajar di era teknologi sekarang semakin terbuka dan mudah. Kemudahan yang didapat kemudian memberikan dua sisi mata uang yang menarik. Di satu sisi membuat semua orang bisa melek informasi setiap waktu, di sisi yang lain membuat beberapa orang malas untuk mencari sesuatu yang baru ketika merasa semua bisa disediakan dengan mudah. Keseimbangan untuk tetap mencari sesuatu yang baru lewat kegiatan sehari-hari menjadi sangat penting. Salah satu kuncinya adalah melatih bertanya!
Di dunia pendidikan sekarang, di mana semua kemudahan sudah tampak di depan mata, kemampuan bertanya itu menjadi sangat penting. Melatih anak untuk bertanya menjadi sebuah tantangan tersendiri setidaknya buat saya selama bergiat di sekolah alternatif. Pada awal bergiat di sekolah, anak sangat sulit untuk bertanya. Kesulitan anak untuk bertanya ini bisa jadi efek dari metode pembelajaran sebelumnya yang masih konvensional seperti anak duduk dan guru ceramah seharian penuh. Duduk pasif dan hanya mengulang kata-kata gurunya. Giliran diberikan kesempatan bertanya, semua membisu begitu saja. Kemampuan bertanya diawali oleh kemerdekaan yang harus dimiliki anak, anak yang merdeka tidak akan merasa sungkan untuk bertanya. Bertanya tentang fenomena alam, bertanya tentang keseharian, bertanya tentang pelajaran, bertanya tentang keterkaitan materi satu dengan materi lainya, dan pertanyaan lainnya. Buat saya munculnya kemampuan bertanya ini juga diawali oleh guru yang merdeka yang siap memberikan cara untuk mengarahkan anak mendapatkan jawaban. Bukan guru yang menjawab semua pertanyaan anak sehingga anak menjadi dimanjakan oleh ketersediaan jawaban yang spontan dijawab saat ada pertanyaan dari anak.
Kami Tidak Seragam, Rekam Jejak Anak Salam (Iden Wildensyah)

Membangun keterampilan untuk berlatih bertanya menjadi pengantar menarik buku Kami Tidak Seragam karya Sanggar Anak Alam Yogyakarta. Sanggar Anak Alam yang dikenal dengan nama SALAM ini membagikan proses pembelajaran menarik lewat buku. Toto Rahardjo dalam pengantar buku menuliskan bahwa proses belajar pada dasarnya melatih berpikir, tidak sekadar menambah pengetahuan, pendidikan tidak berhenti dalam dunia persekolahan tetapi merupakan proses belajar sepanjang hayat.
Mengaitkan Pembelajaran
Kemampuan bertanya bisa mewujud dalam bentuk praktik pembelajaran di sekolah yang selalu mengaitkan antara teori dengan realitas. Kemampuan mengaitkan ini menjadi sangat penting karena anak akan belajar menyeluruh dari satu aspek yang dipelajari. Nah, salah satu permasalahan besar pendidikan di Indonesia adalah sekolah hanya fokus pada ranah teori pengetahuan saja tetapi lupa mengaitkannya dengan realitas. Lewat daur belajar yang dipraktikan di SALAM Yogya, anak diajak untuk mengenal, memahami asal usul, sebab akibat, struktur sejak dari menemukan data, fakta, sampai dengan kesimpulan.
Praktik-praktik yang berdasarkan daur belajar tersebut muncul dalam bentuk laporan yang menarik serta cerita-cerita yang unik dari persfektif anak. Misalnya pada halaman 67 seorang anak kelas 4 menuliskan tentang riset jus jeruk. Dalam riset tersebut anak tidak sekadar melihat buah jeruk saja, ia menuliskan juga alasan pemilihan jeruk. Walaupun tetap saja ada faktor ibu dalam memilih jeruk tersebut. Ia menuliskan manfaat jeruk manis, menggambarkan bagian-bagian dari buah jeruk, kemudian menggambarkan daur hidup jeruk dari mulai biji lalu tumbuh tunas menjadi pohon lalu berbuah dan kembali ada biji.
Dalam cerita laporan riset jus jeruk, ia menuliskan “Sebelum membuat jus jeruk aku mencuci alat pemerasnya. Setelah itu aku memotong 2 jeruk lalu aku peras. Setelah itu aku memotong 4 jeruk terus aku memerasnya lalu dimasukan dalam gelas lalu aku yang minum.... “
Banyak sekali kisah-kisah lain sebagai hasil pembelajaran menyenangkan di SALAM Yogya yang ada dalam buku tersebut. Hampir kesemuanya memiliki keterkaitan yang kuat dengan kehidupan ini. Tidak ada yang terpisah satu sama lain. Anak menuliskan pengalaman di sekolah dan juga kegiatan di luar sekolah. Bidang-bidang yang ada dalam kehidupan bercampur baur dalam buku setebal 144 Halaman ini. Sebut saja fotografi, olahraga, musik, pertanian, teknologi, elektronika, lengkap menjadi kesatuan yang utuh dalam pembelajaran di sekolah.
Tidak Seragam Itu Pilihan
Di tengah penyeragaman-penyeragaman yang kencang dihembuskan oleh berbagai pihak, memilih tidak seragam adalah sebuah hal yang sangat menarik. Penyeragaman bisa muncul dalam berbagai wujud yang menyeramkan. Sebut saja proses standarisasi sekolah-sekolah mulai dari seragam anak-anak, seragam guru, bentuk bangunan yang sama, bahkan buku paket juga diseragamkan atas nama pemerataan pendidikan. Pada kenyataan, pendidikan seharusnya bisa mengapresiasi keberagaman manusia. Manusia beragam dalam banyak hal, latar belajang budaya, adat istiadat, dan keberagaman lainnya yang mendasari Bhineka Tunggal Ika.
Tidak seragam bisa dikaitkan sebagai bentuk pakaian yang dipakai sehari-hari dengan membebaskan anak untuk memakai baju apapun yang penting sopan dan juga lebih dalam dari sekadar fisik yaitu pemikiran. Keberagaman pemikiran hendaknya menjadi acuan untuk tetap bisa saling berkolaborasi satu sama lain. Hasil riset anak-anak di SALAM Yogya ini memunculkan keberagaman dalam pemikiran anak-anak yang khas. Yah, mereka tidak seragam bukan saja pakaiannya tetapi juga pemikirannya.
Saya merasakan banyak sekali pembelajaran yang bisa diserap dari proses belajar anak di SALAM Yogya ini, proses belajar yang sangat bermakna sehingga meninggalkan kesan yang mendalam untuk siapa saja yang bergiat bersama-sama di sekolah tersebut. Bukan hanya untuk anak yang sedang belajar, orangtua yang mendampingi, dan fasilitator yang membuka pengalaman baru tetapi juga untuk pembaca seperti saya. Pengalaman yang sangat berharga untuk menjadi referensi dalam mendidik anak. Inilah sebentuk solusi praktis dan kreatif untuk membangun pendidikan Indonesia yang lebih baik. Praktik pendidikan  di lapangan yang menarik. Tidak sekadar berteori saja persis seperti penutup dalam buku “Daripada sibuk bersungut tentang isu-isu pendidikan yang terasa makin seragam dan tidak masuk akal, saya memilih untuk belajar lagi tentang apa sesungguhnya makna belajar. Mengutip sebuah cara pandang SALAM: Belajarlah dimanapun kamu berada, karena pengetahuan sesungguhnya ada di setiap hembusan nafas”
Share:

Rabu, November 09, 2016

Inspirasi Guru Kreatif Ala Master Shifu Yang Perlu Kita Contoh

"Po, wait. What goes on inside your head I do not always understand. But what goes on in your heart will never let us down" Master Shifu

Dalam film Kungfu Panda, ada sosok guru yang sangat inspiratif menurut saya. Di awali dari sosok guru Master Oogway yang mampu melihat lebih dalam kemampuan Po yang tidak dilihat oleh orang lain. Master Oogway menepis semua keraguan dari luar tentang sosok calon Pendekar Naga. Master Oogway tidak melihat tampilan luar Po yang berbadan besar, cepat merasa lelah, bergerak tidak taktis, bukan pendekar kungfu ideal yang sudah menguasai ilmu sebelumnya, dan segala keraguan atas diri Po.
Inspirasi Guru Kreatif Ala Master Shifu Yang Perlu Kita Contoh
Keraguan pemilihan Po sebagai calon Pendekar Naga ini muncul juga dari dalam diri Master Shifu. Ia tak habis pikir ketika Master Oogway menunjukan bahwa Po adalah calon Pendekar Naga. Berkali-kali ia meyakinkan jika Po adalah pilihan yang salah tapi Master Oogway yakin dengan pilihannya. Master Shifu yang sudah sangat percaya dengan kemampuan mumpuni dari Master Oogway tidak bisa mengelak.
Di sinilah petualangan guru dan murid dimulai, Master Shifu harus mengajarkan kungfu yang tepat kepada muridnya yang secara penampilan luar tidak menunjukan sosok sebagai pendekar. Berkali-kali ia menggunakan cara yang ia lakukan kepada murid-muridnya. Ia merasa satu-satunya cara mengajarkan ilmu kungfu yang tepat adalah dengan metode yang ia sudah lakukan sebelumnya. Sebanyak itu pula ia mengalami kegagalan. Po, berbeda! Po bukan Pendekar Kungfu sebelumnya.
Po hanya seorang anak pungut dari pedagang mie, bakpau, dimsum, cokelat cake, teh hijau, dan semua jenis makanan lainnya. Di kepalanya hanya ada makanan, bukan ilmu kungfu. Setiap kali merasa lelah, makanan adalah hal yang terbayang dalam dirinya. Ia hanya punya satu keyakinan dan tekad bahwa ia adalah pendekar naga!
Nah bisa jadi, tekad dan keyakinan itulah yang membuat Master Oogway yakin dan memilih dirinya untuk dididik menjadi seorang pendekar naga. Walaupun butuh perjuangan yang ekstra bagi Master Shifu untuk mengajarkan kungfu.
Melihat Sisi Yang Lain
Jika saja Master Shifu tidak melihat sisi yang lain dan memaksakan metode pengajarannya kepada Po, maka yakin Po tidak menjadi Pendekar Naga. Semuanya hanya akan berakhir pada keputusasaan antara keduanya, Po tidak berhasil karena capai dan Master Shifu berakhir karena putus asa. Lelah dan berakhir sudah cerita pendidikannya. Beruntungnya, sisi kreatif seorang guru muncul. Master Shifu melihat potensi lain yang bisa dijadikan sebagai pengantar bahan ajar ilmu kungfu lewat makanan.
Yah, makanan menjadi jalan masuk untuk Po belajar ilmu kungfu. Hasilnya secara tanpa sadar Po menguasai beberapa ilmu kungfu. Po juga semakin bisa menguasai dirinya dengan cara memikirkan makanan pada hal yang harus ia kejar, misalnya. Po akhirnya menemukan potensi terbesar dalam dirinya tanpa harus kehilangan hal yang ia sukainya.
Banyak sekali Po di sekitar kita, di dalam kelas-kelas di sekolah sosok seperti Po bisa mewujud dalam bentuk yang beragam tetapi intinya tetap sama. Mereka adalah calon pendekar naga yang harus dilatiha minimal dasar-dasarnya. Selebihnya biarkan mereka berproses sehingga menyadari sendiri siapa dirinya dan apa perannya di muka bumi ini.
Mendidik ragam anak seperti Po membutuhkan kejelian guru untuk mendapatkan celah masuk pada dirinya. Kita tidak bisa memaksakan hanya satu cara belajar untuk semua anak yang kita didik. Jika di kelas ada 20 orang berarti harus ada dua puluh atau bahkan lebih cara mendekati anak untuk belajar sesuai dengan caranya agar efektif. Guru yang kreatif harus mampu menemukan cara-cara kreatif dalam mendidik. Menemukan cara dari anak didik sendiri atau referensi dari guru yang lain untuk mengantarkan proses pembelajaran yang menyenangkan di kelas.   
Cari sisi lainnya untuk mengeluarkan potensi terbesar yang ada dalam diri anak didik. Jangan sama ratakan setiap anak dalam belajar, terlebih jangan buat kompetisi di kelas tetapi bangunlah kolaborasi satu sama lain agar anak menikmati setiap proses belajarnya di kelas. Dengan berkolaborasi satu sama lain maka setiap anak dituntut untuk bisa bekerja sama, anak dituntut untuk bisa berempati dengan temannya, anak dituntut dari dalam dirinya sendiri. Tuntutan yang datang bukan dari luar tetapi harus dari dalam dirinya. Inilah kesadaran belajar yang akan membuat anak mandiri. Kesadaran belajar yang tumbuh dari dalam diri anak. Kesadaran untuk menjadi pembelajar yang merdeka. 
Share:

Selasa, November 08, 2016

Mendongeng Adalah Salah Satu Alternatif Pembelajaran Yang Menyenangkan

"Storytelling reveals meaning without committing the error of defining it" -Hannah Arendt-

Sudah lama saya menggunakan media mendongeng sebagai bagian dari pembelajaran menarik. Dongeng adalah cerita yang disampaikan secara turun temurun. Dalam dongeng terdapat banyak petuah-petuah dari orangtua yang disampaikan melalui tokoh-tokoh yang ada di dalamnya. Dongeng adalah sebuah hiburan yang selalu dinantikan pada zaman dahulu. Biasanya dilakukan menjelang tidur. Seorang tua duduk di tengah-tengah kemudian dilingkari oleh generasi muda. Mereka adalah anak-anak usia sekolah yang selalu disuruh orangtuanya untuk mendengarkan dongeng dan kisah-kisah yang akan disampaikan oleh pendongengnya.

Kebajikan jaman dahulu disampaikan melalui dongeng! Mendongeng Menjadi Salah Alternatif Pembelajaran Yang Menyenangkan
Di rumah, orangtua biasanya akan mendongeng untuk anak-anaknya sebelum tidur. Setelah maghrib kemudian berkumpul di ruang tengah dan mulailah mendengarkan cerita-cerita yang menarik. Ada yang diikuti dengan makanan ringan dan minuman penghangat. Seperti kacang tanah, ubi, goreng singkong, dan lain-lain.

Dongeng-dongeng yang dituturkan beragam mulai dari kisah kebajikan sampai legenda-legenda. Tokoh-tokohnya seperti hewan atau manusia yang ada pada masa lampau. Hewan-hewan akan diceritakan dengan jenaka dan sesekali mengundang tawa anak-anak. Tetapi sesekali juga akan membawa kisah tragis. Pendongeng biasanya jarang memberikan nasehat-nasehat setelah mendongeng. Ia akan memberikan seutuhnya kepada pendengarnya untuk mengambil makna dan pelajaran dari dongeng yang sudah dituturkannya.

Di kelas, saya juga meneruskan tradisi dongeng ini. Biasanya saya ambil dari buku kumpulan dongen yang dikumpulkan oleh Grimm Brother dan juga buku-buku lainnya yang mendukung terutama untuk dongeng bahasa Sunda seperti dongeng sakadang kuya dan sakadang kancil. ada juga buku Pamekar Basa yang menceritakan kisah seorang anak kelas 3 bersama keluarganya di kampung. Di buku itu, ada kisah-kisah dongeng sunda-nya.

Seperti kata Hannah Arendt "Storytelling reveals meaning without committing the error of defining it"  Yah memilih dongeng sebagai salah satu alternatif pembelajaran karena dalam dongeng ada banyak makna yang menarik untuk menjadi pembelajaran tanpa merasa sedang belajar, diceramahi tanpa merasa diceramahi, disalahkan tanpa merasa disalahkan. Khusus untuk kesalahan tentu diceritakan untuk dihindari dan dicari solusinya oleh pendengar tanpa intervensi pendongengnya.

Sampai hari ini, bagi saya mendongeng dan mendengarkan dongeng menjadi sesuatu yang menyenangkan.

Share:

Senin, November 07, 2016

Pentingnya Membangun Semangat Pembelajaran Mendalam

The essence of deeper learning is changing the manner in which we work with young people.” –Superintendent James Merrill, Virginia Beach Public Schools.

Belajar adalah pengalaman yang dimaknai. Pengalaman yang dimaknai akan membuat kita mengingat semua hal yang kita pelajari. Bagaimana kita memaknai lebih dalam dan bagaimana kita membagi makna tersebut kepada anak-anak adalah salah satu inti pembelajaran mendalam atau dikenal juga dengan nama deeper learning.
Pentingnya Membangun Kemampuan Berpikir Mendalam Untuk Anak-anak 

Saya mengistilahkannya bukan sekadar saja. Bukan sekadar menyampaikan materi, bukan sekadar memberi tahu, bukan sekadar membiasakan. Tetapi lebih dalam dari itu, membuatnya bermakna. Sebuah penjumlahan matematika akan menjadi hanya penjumlahan saja jika tidak dimaknai sebagai bagian dari kehidupan. Kita bisa menghantarkan lebih dalam untuk anak-anak. Harapannya, kelak anak-anak selain mengerti tentang cara-caranya tetapi anak terbiasa juga untuk berpikir secara mendalam pada sesuatu yang ada di sekitar mereka atau pada pengalaman yang mereka dapatkan. Tidak hilang begitu saja.

Hal utama yang harus menjadi perhatian adalah prosesnya berjalan mulai dari fasilitator, guru, orangtua atau siapapun. Anak-anak akan terbiasa bahkan sampai pada tahap menjadi itu melalui proses pembiasaan dari luar. Fasilitator penting untuk memberi referensi tentang berpikir mendalam ini.

Dalam praktiknya, berpikir mendalam bisa dilakukan dengan cara membangun pondasi nilai-nilai baik setiap hari melalui diskusi, worksheet, permainan, dan karya. Melalui penghantaran yang konsisten setiap harinya, nilai-nilai baik itu akan muncul tanpa disadari dalam keseharian anak-anak. Misalnya anak menjadi lebih berpikir solutif ketimbang saling menyalahkan. Anak menjadi lebih tenang dan damai karena merasa menjadi bagian penting dalam berkelompok.

Dalam berinteraksi dengan teman, nilai-nilai baik ini seolah tertanam setiap saat. Kita tidak tahu kedalamannya dalam setiap diri anak saat ia memaknai peristiwa yang terjadi. Kita juga tidak akan tahu proses 'ngajadi' dalam diri anak-anak. Tetapi yang tetap harus kita lakukan adalah terus berusaha menanamkan nilai-nilai baik ini setiap hari. Keseharian yang baik akan menjadi referensi bagi anak kelak ketika ia menjalani hidup secara mandiri.


Share:

Jumat, November 04, 2016

Bermain dan Belajar Itu Sama Pentingnya, Lho!

Belajar dan bermain adalah dua hal yang saling berkaitan satu sama lain. Jika melihat jauh ke belakang, ke masa dahulu kala bahwa dalam permainan tradisional terdapat banyak pembelajaran yang bisa diambil. Menurut Mohammad Zaini Alif dari Komunitas Hong, lewat permainan tradisional yang sederhana dan dekat dengan alam, anak-anak diberi jalan untuk mencari tahu. Permainan tradisional menjadi media untuk transfer ilmu pengetahuan hidup dari generasi lalu ke generasi yang akan datang. Terdapat 3 unsur inti pembelajaran dalam permainan tradisional yaitu ke sesama manusia, lingkungan dan Tuhan sebagai manifesto spiritualisme.
Bermain dan Belajar Itu Sama Pentingnya, Lho!

Seiring kemudian muncul sekolah yang dikembangkan oleh para pendatang ke Indonesia dengan pemilahan sekolah inlander dan sekolah pribumi, permainan tradisional pun mengalami sedikit demi sedikit penyusutan. Walaupun di beberapa daerah kegiatan permainan tradisional ini masih dilakukan oleh anak-anak sekolah saat jeda istirahat. Mereka memainkan dengan suasana yang ceria diluar pelajaran. Dari sinilah kemudian menjadi tersekat antara pelajaran dan permainan. Sekat itu yang kemudian menggiring opini terdapat perbedaan mendasar dalam belajar dan bermain.

Sejatinya jika melihat ke permainan tradisional, justru bermain itulah yang menjadi media pembelajaran. Tidak ada sekat antara belajar dan bermain. Opini yang berkembang dengan mensekat definisi bahwa belajar adalah sesuatu yang serius, statis, dan duduk di dalam kelas. Sementara bermain ada sesuatu yang tidak serius, dinamis, dan dilakukan di luar ruangan.

Inilah yang kemudian menjadikan sekolah menjadi sesuatu yang membosankan karena membatasi ruang gerak anak-anak. Padahal, kegiatan utama pada masa anak-anak adalah bermain. Mereka belajar pada saat bermain, mereka mencerna setiap pesan yang kemudian menjadi bekal ketika dia dewasa. Dalam pemikiran anak-anak bisa jadi sebenarnya pendidikan tentang rumus, matematika, sosial, dan budaya terkandung sangat dalam di setiap permainan.

Saat sekarang yang bisa dilakukan salahsatunya mengubah mindset bahwa bermain itu sama dengan belajar. Demikian pula ketika belajar itu sama dengan bermain. Jika demikian terjadi saya yakin belajar bukan lagi sesuatu yang membosankan, belajar akan menjadi sangat menarik sebagaimana anak-anak bermain.
Share:

Rabu, November 02, 2016

Bermain Permainan Tradisional Yang Menyenangkan

Semasa kecil, hari minggu pagi adalah waktunya bermain. Bermain sepuas hati karena punya banyak waktu luang. Semua anak-anak di kampung berkumpul di satu tempat lapang. Satu persatu datang setelah tuntas sarapan atau mengerjakan tugas yang diberikan orangtuanya. Misalnya ada yang disuruh dulu menyiram tanaman, ada yang disuruh mengantar dagangan, dan lain-lain.

Waktunya bermain adalah waktu yang paling menyenangkan. Biasanya permainan yang akan dimainkan seringkali musiman atau usum-usuman. Kalau lagi rame bermain kelereng, hampir setiap waktu bermain kelereng. Kalau lagi rame main petak umpet, pasti main petak umpet. Banyak sekali permainan tradisional yang dimainkan setiap hari minggu.

Banyak sekali contoh-contoh permainan tradisional yang sering dimainkan anak-anak. Misalnya: egrang, permainan dengan bambu yang dinaiki. Keseimbangan adalah kuncinya. Seorang yang hendak menaiki egrang, harus mampu menjaga keseimbangannya.
Bermain jajangkungan atau egrang
Lompat tali yang dimainkan dengan dua orang pemegang tali dan satu orang atau lebih berloncatan di antara dua orang pemegang tali. Tidak hanya anak perempuan, anak laki-laki juga senang bermain lompat tali ini. Istilah ucing yang akan kebagian memegang tali. Motorik kasar anak, keseimbangan, serta koordinasi antara mata dan gerakan harus benar. Kalau tidak, harmonisasi antara loncatan dan ayunan tali tidak akan terwujud.
Loncat Tali
Gasing. Permainan yang dibuat dari kayu atau bambu ini sangat digemari banyak anak laki-laki. Di berbagai tempat banyak jenis permainan gasing. Ngadu gasing adalah saat dimana dua orang atau lebih saling melemparkan gasingnya kemudian melihat gasing yang paling lama berputar yang akan terpilih sebagai pemenang.
Gasing
Lodong. Permainan ini biasanya khusus dimainkan pada bulan ramadhan saja. Menunggu waktu buka puasa kemudian bermain lodong. Lodong terbuat dari bambu yang ukuran diameter lingkarannya besar. Nama bambunya, awi lodong. Seperti mercon, dengan karbit dan air serta api, lodong akan meledak saat kenai api. Saling berbalas dentuman. Semakin besar semakin bagus dan meriah.
Lodong
Pepeletokan atau bebedilan bambu. Ini permainan perang-perang yang senjatanya dibuat dari bambu dan pelurunya kertas basah. Saat bermain, tiap anak akan berkelompok kemudian menyingkir dan saling serang markasnya. Kalau tim lawan sudah ampun, maka tim satunya lagi tampil sebagai pemenang.
Pepeletokan

Nah, itulah beberapa jenis permainan tradisional. Bermain tidak bisa dipisahkan dengan belajar. Saat bermain maka saat itu juga belajar. 
Share:

Rabu, Oktober 26, 2016

Di Antara Hujan Itu Engkau Menangis Tersedu

Hujan turun deras sekali, sakit hati yang teramat sangat tak dirasanya. Ia berlari dan terus berlari. Derai air mata yang turun sederas air hujan terus membasahi pipinya. Basah yang tidak ia rasakan. Sekujur tubuhnya kini sudah kuyup. Ia tak perdulikan semuanya. Ia ingin pergi sejauh-jauhnya.
Di Antara Hujan itu Engkau Menangis Tersedu
Siang itu di sebuah kampung, di tengah-tengah perkebunan teh. Perkampungan asri yang bersih dengan cuaca yang dingin ketika pagi dan sore hari. Setiap rumah berderet rapi. Rumah yang disebut bedeng itu selalu terlihat kepulan asap. Asap dari perapian untuk menghangatkan ruangan.
Di bagian belakang rumah itu tempat berkumpul keluarga. Di sudutnya terdapat tungku untuk memasak yang juga berfungsi sebagai tempat menghangatkan badan.
Di antara rumah ada sebuah warung yang dijadikan tempat berkumpul para pemuda. Setiap sore selepas bekerja, mereka berkumpul. Bersendagurau, bernyanyi bersama-sama dengan gitar tua yang dibawakan pemuda lainnya. Sesekali, warung itu juga tempat bertemunya pemuda dan pemudi untuk menjalin kasih. Janjian untuk bertemu, mengobrol asyik di bangku taman yang disediakan pemilik warung. Sebuah meja dan beberapa bangku menjadi pelengkap warung. Di atas meja itu, kopi dan berbagai macam gorengan menjadi keharusan agar suasana semakin terasa hangat. Obrolan menjadi tambah menarik dengan kopi yang dituang dalam cangkir.
Cuaca cerah sore adalah kemewahan tersendiri. Menyingkirkan kabut yang biasa menyelubungi. Sinar matahari terasa hangat, berwarna kuning keemasan menelisik masuk di antara ranting dan dedaunan dari pohon besar yang berderet rapi mengelilingi kampung.
Sore itu tak biasa, titik-titik air hujan sudah turun sejak pagi. Matahari tak muncul diganti dengan gerimis dan hembusan udara dingin menusuk kulit. Para pemetik teh yang rutin menuju bukit sudah terbiasa dengan keadaan seperti itu. Menggunakan tudung kepala besar, baju hangat dibalut plastik cukup untuk melindungi dari air hujan. Berjalan beriringan sambil bercengkerama satu sama lain. Gurauan itu membuat seharian memetik tak akan terasa capai. Selesai memetik kemudian pergi ke kebun untuk mengambil lalapan sebagai santapan keluarga dibarengi dengan ikan asin dan sambal yang dimasak dadakan.
Sore itu, di warung biasa, di sebuah meja yang dipayungi atap rumbia, dua orang mengadu kasih sedang terjebak perasaan yang tak menentu. Ada kebekuan di antara keduanya. Dingin di luar sedingin hati mereka berdua. Tak ada kata-kata yang keluar dari mulut mereka.
Hujan mulai turun deras. Perempuan tak kuat menahan air mata yang sedari tadi ia tahan. Tak kuat menahan amarah yang muncul begitu saja. Ia berlari ke jalan kampung. Berlari untuk meninggalkan lelaki yang terdiam. Ia tak bisa lagi bersama dengan lelaki yang selama ini ia banggakan. Hujan menyelamatkan dirinya. Air hujan menyamarkan tangisannya. Geluduk menyamarkan isakannya. Ia terus berlari meninggalkan semua kenangan.
Hujan menghapus duka. Hujan melunturkan kenangan indah yang pernah mereka lewati. Buat dia, hujan seolah menjadi obat untuk melupakan lelaki yang ditinggalkannya.
Berbeda dengan perempuan yang terus berlari menghindari, lelaki itu tak kuasa jua menahan tangisannya. Sebuah tangisan dengan sedikit penyesalan harus ia tumpahkan. Ia tidak bisa lagi membohongi hati kecilnya. Masih ada sebuah nama yang terus melekat. Nama yang pernah mengisi hari-harinya. Nama yang terus membayanginya dimanapun berada. Sebuah nama yang menjadi pujaan hatinya. Tetapi kini ia merasa kosong. Nama itu melayang jauh tak tahu kemana sekarang. Wujud dan rupa yang membayang seiring nama itu teringat harus ia lupakan. Ia harus memilih nama lain untuk mengisi hari-harinya. Nama perempuan lain yang menjadi pilihan untuk mengisi hidupnya sampai akhirnya ajal menjemput kelak.
[Bulan Indah Januari]

Share:

Minggu, Oktober 23, 2016

Gadis dan Hujan

Di sebuah kafe di kota kecil, seorang gadis duduk di pojok ruangan. Di tangannya sebuah buku yang berjudul The Man Who Love Books Too Much, tampak asyik tidak terganggu lalu lalang pengunjung yang datang silih berganti. Sesekali ia berhenti untuk menyeruput kopi yang tersedia di mejanya.
Menunggumu yang tak jua datang ketika hujan terus mengguyur
Meja di pojok itu kecil, terbuat dari kayu jati dengan gurat-gurat yang masih alami. Dua kursi nyaman yang senada dengan warna kayu dibuat agar pengunjung nyaman mendudukinya. Satu kursi kosong, sepertinya ia sediakan untuk temannya. Bisa jadi teman lelakinya atau teman perempuannya. Ia sedang menunggu seseorang yang akan datang sore itu.

Di luar, air hujan jatuh membasahi jalanan. Lalu lalang angkot yang membawa penumpang tak berhenti di depan kafe itu. Hujan makin deras. Angin bertiup kencang dan suhu terasa makin dingin. Tanpa pendingin ruangan saja, suhu sudah teras dingin.

Di raihnya tas ransel yang ia simpan di samping kursinya, lalu ia ambil sweater. Dingin membuat ia harus memakai baju hangat. Bukunya masih terbuka, ia lepaskan dari tangannya sebentar kemudian ia letakan di atas meja. Baju hangat kini ia pakai. Sebentar ia urai rambut panjangnya yang kusut saat mengenakan baju hangat tadi dengan tangannya. Ia raih kembali buku yang tadi ia simpan di atas meja. Kembali ia tenggelam dalam bukunya.

Hujan masih terus mengguyur kota, orang-orang berteduh di pelataran toko, di halte angkot, di terminal, dan tempat-tempat yang cukup aman untuk berlindung dari derasnya air hujan.

Hampir 2 jam lebih, gadis itu masih asyik dengan buku di tangannya. Seseorang yang ia nantikan belum datang jua. Ia masih tetap berharap seseorang menemaninya membaca buku sore itu. Hujan belum juga reda dan seseorang masih tertahan langkahnya, entah berada dimana.

[Bulan Indah Januari]
Share:

Selasa, Oktober 11, 2016

Ini Tantangan Pendidikan Alternatif Yang Harus Diperhatikan

Siang itu Bandung dikepung macet dimana-mana. Semua kendaraan berada dalam situasi yang tak bisa berbuat apa-apa selain merayap, berhenti, merayap lagi, berhenti sampai beberapa waktu, kemudian merayap lagi. Jarak 100 meter bisa ditemput dengan waktu kurang lebih 30 menit. Motor menyelusup setiap kali ada celah di antara mobil. Hujan turun dengan intensitas sedang. Tidak besar memang, tapi terus menerus tak berhenti.

Di Dago Tea House beberapa pegiat pendidikan alternatif berkumpul. Berdiskusi selama dua jam lebih tentang praktik pendidikan alternatif di beberapa sekolah dan komunitas di Kota Bandung. Hadir pula sore itu para praktisi pendidikan alternatif di Kota Bandung seperti Kenny Dewi, Ifa H Misbach, Soesilo, Karina, Ribut Cahyono, Deta, Danti, Andy Sutioso, Puti, dan beberapa hadirin dari luar kota seperti Sumedang dan sekitarnya. Setiap kali diskusi pendidikan, wajah-wajah mereka tak asing buat saya. Merekalah sejatinya guru pemelajar yang selalu menunjukan dedikasi yang tinggi untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik.

Diskusi dimoderatori oleh Ardanti Ardianti yang langsung diikuti oleh pemaparan Aripin dari Hikmah Teladan yang menjelaskan proses pendidikan yang menarik di Hikmah Teladan. Sebut saja misalnya keadaan sekolah yang tanpa aturan, aturan tidak dibuat dari luar anak-anak tetapi harus muncul dari dalam anak-anak itu sendiri. Ia menuturkan beratnya jadi guru ketika membawa kepentingan dalam dirinya. Misalnya guru ingin ini ingin itu, harus begini harus begitu, padahal sebenarnya bisa jadi anak-anak tak butuh itu. Kebutuhan anak-anak berbeda dengan kebutuhan orang dewasa. Tidak semua aturan yang dibuat orang dewasa itu adalah kebutuhan anak. Adakalanya kebutuhan anak sederhana, misalnya bermain tapi orang dewasa memaksakan diri untuk belajar seolah-olah dalam bermain itu tidak ada belajar.

Lain dengan Aripin, Jimmy Paat dari Jaringan Pendidikan Alternatif menyampaikan sisi-sisi lain dari gerakan pendidikan alternatif ini. Ia mengatakan bahwa gerakan pendidikan alternatif ini sudah lama dilakukan di Indonesia. Sejak tahun 1970-an, ia sudah bergerak membangun pondasi gerakan pendidikan alternatif bersama kolega dibeberapa komunitas di Jakarta. Dari sekian banyak pejabat kementerian yang memiliki visi pendidikan yang baik, ia berani menjamin hanya Fuad Hasan. Anies Baswedan hanya disebut sebagian saja, sisanya ia mengkritis kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat ini, Muhajir. Bukan hanya kementerian yang ia kritisi, lembaga perguruan tinggi pencetak gurupun tak lepas untuk bertanggungjawab dari kondisi pendidikan Indonesia saat ini. LPTK (Lembaga Pengembangan Tenaga Kependidikan) gagal membangun pondasi pendidikan yang baik untuk Indonesia jika guru adalah orang yang menjadi garda terdepan. LPTK dianggapnya hanya menjadi sarana pemborosan anggaran. Tak terhingga biaya pelatihan yang sudah dikeluarkan tetapi hasilnya sangat jauh panggang dari api.

Tantangan Pendidikan Alternatif

Tak terkira dinamika pendidikan alternatif mengemuka ke permukaan saat ini ketika banyak pegiat mulai gencar dan sekolah-sekolah alternatif bermunculan. Fenomena yang sangat menarik ini bukan tak memiliki dua sisi mata pedang yang sama tajam. Pendidikan alternatif memunculkan peluang dan tantangan yang harus dihadapi. Tantangan-tantangan menarik ini berdasarkan pengamatan saya pada beberapa sekolah-sekolah alternatif di Kota Bandung.

1. Eksklusifitas
Eksklusifitas 
Salah satu tantangan yang menarik buat pegiat sekolah alternatif adalah ekslusifitas. Ketika keunikan sebuah sekolah dianggap sebagai daya tawar yang bisa menjadi penarik buat orangtua agar menyekolahkan ke sekolah tersebut, munculah batasan untuk orang lain mengakses sekolah tersebut. Beberapa sekolah yang awalnya terbuka kemudian menutup diri rapat-rapat agar tak bisa diakses oleh siapapun. Sisi ekslusifitas ini sangat menarik karena beberapa sekolah alternatif yang sudah lama berdiri, hampir melakukan hal yang sama tanpa disadari.

2. Jebakan Konvensional
Jebakan pendidikan konvensional yang bisa mengikis kreatifitas 
Sekolah-sekolah swasta yang besar saat ini adalah sekolah-sekolah alternatif pada jaman dahulu ketika pertamakali muncul. Kehadirannya menjadi bagian dari kritik sekolah umum yang dibuat oleh pemerintahan. Mereka menawarkan sesuatu yang berbeda dari sekolah yang diberikan oleh pemerintah, misalnya kegiatan keagamaan yang lebih banyak, ekstrakulikuler yang menarik, dan segudang keunikan lainnya yang tidak ada di sekolah konvensional. Seiring waktu berjalan, sekolah swasta tersebut kemudian berubah menjadi terlihat sama dengan sekolah konvensional. Cara berpakaian sekalipun berbeda corak, tetapi semangatnya menjadi tak jauh beda dengan sekolah konvensional. Kegiatan pembelajaran di kelas menjadi tak jauh berbeda, guru berdiri ceramah seharian di depan kelas dan murid mendengarkan guru. Pembelajaran yang pasif buat anak-anak, ada jarak pemberi dan penerima yang kata Paulo Preirre seperti belajar gaya bank.

3. Standarisasi
Standarisasi adalah momok yang menakutkan dalam pendidikan
Tantangan selanjutnya adalah lingkaran setan standarisasi yang dibuat oleh pemerintah sebagai implementasai (katanya) pemerataan pendidikan, dalam rangka ISO, dalam rangka ini itu ini itu yang siap-siap melunturkan keunikan sebuah sekolah. Ada sekolah yang terkapar tak berdaya dengan standarisasi berbalut akreditasi tetapi ada juga yang bisa menyiasati. Yang terkapar oleh akreditasi kemudian berjalan sebagaimana mestinya, demi menjaga hubungan baik ke dinas, mendapatkan fasilitas dinas, mendapatkan penghargaan sebagai sekolah yang terbaik, sekolah terhebat, sekolah ter-lain-lainnya yang akhirnya menjadi sama persis dengan sekolah konvensional pada umumnya.. Standarisasi ini bisa jadi berubah bentuk misalnya tiba-tiba Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Pendidikan Indonesia membuat Dirjen Pendidikan Alternatif, disusunlah sebuah modul untuk menyamaratakan sekolah-sekolah alternatif yang sudah berdiri sebelumnya. Lucu sekali, bukan? Respon pemerintah terhadap fenomena pendidikan alternatif yang seperti yang sangat menggelikan.

Nah, bisa jadi hal-hal di atas semacam jebakan betmen (mengutip kata-kata anak sekarang) atau juga tantangan buat beberapa pegiat pendidikan alternatif agar tetap berada di jalur yang tetap terjaga frekuensinya. Menjaga sebuah idealisme disebut seperti sedang memegang api, panas dan siap membakar apapun yang ada di sekitarnya. Ada yang tahan untuk terus memegang dan menularkan semangat idealisme tersebut keluar tetapi ada juga yang kemudian memadamkannya untuk kemudian berkompromi dengan keadaan sekitar. Melepaskan api, menyiramnya dengan ketundukan kepada apapun. Pilihannya memang berat tetapi yang berhasil memegangnya dan bisa membagikan semangat tersebut, dialah pemenangnya!

Menjaga semangat pendidikan alternatif memang tak mudah tetapi bukan berarti sulit. Membagikannya kepada orang lain adalah solusi terbaik agar semangat tersebut semakin menyala besar dan membakar semangat yang lainnya untuk tumbuh dan berkembang ke arah yang lebih baik.



Share:

Jumat, Oktober 07, 2016

Inspirasi Menulis Cerita Anak Pauline Oud

Sore itu di Jagad Alit Waldorf, Pauline Oud (53), seorang ilustrator dan penulis buku dari Belanda memberikan inspirasi menulis dan berkarya dalam acara We Share We Care Clavis Indonesia. Pauline Oud, yang awalnya sempat menjadi pelukis abstrak itu ternyata mengubah haluannya menjadi penulis dan ilustrator buku anak-anak. Dunia anak yang begitu dinamis membuatnya jatuh cinta.

Banyak sekali karya Pauline Oud yang sudah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa diberbagai negara. Misalnya Belgia, Inggris, Belanda, dan lain-lain. Salah satu tokoh dalam buku yang sudah dibuatnya dan terkenal di mancanegara adalah Lily and Milo. Lily and Milo menceritakan dua sahabat hewan, yaitu tikus dan kelinci, yang mengajarkan tentang hal sehari-hari seperti makan yang baik, mandi yang baik, dan kisah-kisah keseharian lainnya yang dikemas secara menarik. Seri pertama Lily and Milo yang dibuat Pauline Oud, berjudul Getting Dress with Lily and Milo.

Pauline Oud sedang menyampaikan proses kreatifnya dibalik karya buku anak yang dihasilkannya (Iden Wildensyah)

Pauline menuturkan dalam proses kreatifnya, membuat cerita bergambar untuk anak-anak itu tidak mudah dan gampang seperti yang dikira. Ia harus menciptakan karakter dan cerita yang dekat dengan anak-anak serta mengandung nilai-nilai positif. Hal itu yang membuatnya harus bisa mencari ide-ide sederhana lewat kegiatan sehari-hari anak di rumah atau di sekolah. 

Setelah mendapatkan ide, dalam proses membuat bukunya ia akan menggambar sketsa terlebih dahulu dengan menggunakan pensil. Ia sangat senang dengan gambar manual yang rutin dilakukannya ketika mendapatkan ide cerita. Gambar manual disebutkannya memberikan sensasi yang berbeda dibandingkan dengan gambar komputer. Setelah itu proses selanjutnya adalah mewarnai. Keseluruhannya ia kerjakan secara manual sampai benar-benar mendapatkan gambar yang sempurna. Gambar yang sudah diwarnai kemudian dipindai secara digital. Di situ ia akan menambahkan pola untuk melengkapi gambar yang sudah ada misalnya bunga-bunga, kotak-kotak, dan objek lain yang menurutnya menarik untuk anak-anak.

Pauline Oud sedang menandatangi kartu pos (Iden wildensyah)
Proses pindai bisa juga menjadi semacam pemeriksaan untuk kualitas. Jika ada yang tidak sesuai, ia akan ulangi bagian yang dianggapnya belum sempurna. Barulah jika sudah sesuai, ia akan menambahkan cerita dalam ilustrasi gambar yang sudah ia buat. Proses selanjutnya diperiksa, disunting, dan dicetak. Sore itu Pauline benar-benar membuka proses kreatifnya mendapatkan ide dan menuangkannya menjadi karya. 

Pauline berharap hasil karyanya bisa dibaca oleh anak-anak Indonesia melalui Clavis Indonesia. Clavis Indonesia adalah perwakilan dari Penerbit Clavis yang berpusat di Hasselt, Belgium dengan ruang lingkup di bidang penerbitan, pendidikan,pelatihan dan pemasaran buku bacaan anak berkualitas tinggi. Produk utama Clavis Indonesia adalah buku bacaan anak untuk sasaran pembaca usia 2-14 tahun.
Bersama Pauline Oud selepas acara diskusi
Buku-buku terbitan Clavis merupakan buku bacaan anak bermutu dengan standar international dan memiliki reputasi terbaik. Selain karena cerita yang menarik, mendidik dan penuh dengan pesan-pesan yang baik untuk penguatan karakter, kreativitas dan imaginasi anak-anak tanpa batas. Buku-buku terbitan clavis juga menawarkan nilai seni yang tinggi dari segi ilustrasi dan dikerjakan dengan penuh dedikasi dan rasa kecintaan yang besar. Selain itu semua buku bacaan Clavis juga di konsultasikan dengan ahli pendidikan terlebih dulu sebelum diterbitkan.

Yah lewat Clavis Indonesia sebagai pemegang hak untuk menerbitkan dan memproduksi tokoh-tokoh yang ada dalam cerita, kita tunggu kehadiran buku-buku anak yang menarik karya Pauline Oud di Indonesia dan semoga menginspirasi anak-anak untuk berkarya.
Share:

Selasa, Oktober 04, 2016

Inilah Tips Traveling Hemat Untuk Mahasiswa

Traveling kini bukan hanya komoditas orang-orang berduit saja. Traveling kini sudah menjadi kebutuhan banyak orang dari berbagai golongan. Tak terkira banyaknya orang yang senang melakukan perjalanan di dalam maupun di luar negeri. Perkembangan teknologi informasi semacam media sosial semakin membuat banyak orang melakukan perjalanan. Ada yang memang tujuan refreshing, pekerjaan, hobi tetapi ada juga yang sekadar ingin terlihat gaya dan mengikuti trend global.

Untuk orang luar negeri, para turis asing yang melakukan traveling bersama-sama maupun sendirian atau solo traveling, perjalanan ke tempat-tempat baru itu bukan sesuatu yang baru. Buat mereka traveling seolah sudah menjadi semacam kebutuhan. Hal yang sangat wajar mengingat traveling bisa menjadi semacam bentuk manusia mengadaptasi lingkungan. Misalnya saat musim dingin yang sangat drastis penurunan suhunya, maka orang-orang sekitar akan mencari daerah yang hangat untuk bisa bertahan hidup.

Nah, hal ini yang mendasari beberapa traveler berani menempuh perjalanan jauh sekalipun itu berisiko. Mereka tidak mengenal lagi ketakutan-ketakutan karena sudah menjadi kebutuhan hidup untuk bertahan. Daripada mati kedinginan mending mencari daerah yang hangat sekalipun itu harus berlayar jauh. Liburan-liburan panjang di musim dingin akan dimanfaatkan oleh mahasiswa di sana seperti di Eropa untuk melancong atau traveling ke daerah tropis seperti Asia Tenggara.

Tidak boleh kalah dengan mahasiswa lain yang traveling untuk mencari pengalaman, kita juga bisa meniru hal baik tersebut di Indonesia. Cukup untuk dalam negeri saja. Mengelilingi Indonesia tidak akan cukup waktu sebulan. Banyak sekali tempat-tempat menarik yang harus dikunjungi untuk mengeksplorasi keindahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pulau-pulau yang tersebar di Indonesia sangat banyak, gunung-gunung tinggi, dan lembah-lembah yang indah menunggu kita untuk didatangi.

Traveling mahal, yah! Kalau tidak bisa menyiasatinya, kegiatan traveling akan terasa sangat mahal tetapi jika bisa menyiasatinya maka kita bisa menikmati perjalanan mengelilingi Indonesia dengan harga hemat. Beberapa tips praktis ini mungkin bisa menjadi referensi untuk mewujudkan traveling hematmu:

1. Bangun jaringan pertemanan mahasiswa yang baik
Bangun jaringan yang baik antar mahasiswa (findmotivationtoday.com)
Membangun jaringan yang baik antar sesama mahasiswa di berbagai daerah di Indonesia bisa membantumu untuk mengurangi pengeluaran. Jaringan mahasiswa antar daerah sering bahu membahu untuk saling menolong jika ada tamu mahasiswa dari daerah lain. Jaringan ini sangatlah mahal karena tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Jaringan mahasiswa banyak sekali ragamnya mulai dari minat sampai jurusan tertentu. Berdasarkan minat seperti mahasiswa pecinta alam, unit pers mahasiswa, unit fotografi mahasiswa, dan jenis minat-minat lainnya. Berdasarkan jurusan seperti jurusan teknik sipil, jurusan teknik arsitektur, jurusan komunikasi, jurusan hukum, dan berbagai jurusan lainnya.

2. Bergabung dengan media sosial khusus traveler
Bergabung dengan sosial media khusus traveler (bussines2comunity.com)
Banyak sekali kemudahan yang didapatkan ketika perkembangan teknologi informasi sangat membantu untuk mewujudkan traveling hematmu. Media sosial yang umum digunakan seperti facebook, twitter, Google+, dan lain-lain, bisa membantumu untuk menemukan orang yang memiliki minat yang sama denganmu untuk menjelajahi. Di luar media sosial itu, ada juga media sosial khusus traveler seperti couchsurfing bisa membantumu untuk membangun komunikasi dengan teman sesama traveler di dalam maupun di luar negeri.

3. Riset penginapan yang terjangkau di lokasi
Riset penginapan yang terjangkau (e27.co)

Jangan lupakan riset sebelum melakukan perjalanan. Riset sangat penting untuk mendukung semua kebutuhanmu selama traveling. Walaupun saat menjalani bisa jadi kamu melakukan banyak improvisasi tetapi riset yang dilakukan mutlak akan menjadi dasar untuk kegiatanmu. Bayangkan jika kamu tidak lakukan riset terlebih dahulu, saat datang di lokasi kota yang dituju, kamu akan kebingungan saat harus menentukan tempat menginap, tempat menyimpan barang-barang, dan hal lainnya seperti tourist center. Untuk memudahkan riset penginapan, Zen Rooms bisa membantumu untuk menentukan penginapan yang sesuai. Buka dari telepon pintarmu kemudian cari penginapan yang dibutuhkan dan nikmati layanannya.

Traveling hemat untukmu akan terasa sangat menarik ketika kamu bisa membagikan pengalamanmu kepada orang lain. Lewat media seperti blog dan media sosial lainnya, catatan atau cerita kamu akan menjadi referensi buat orang yang hendak mengunjunginya. Tentu setiap orang mengalami pengalaman berbeda di suatu tempat tetapi yakinlah bahwa salah satu ceritamu menjadi kebaikan buat orang yang membacanya.

Share:

Senin, Oktober 03, 2016

Pusaran Amuk: Sebuah Novel Yang Mengajari Kita Membuat Plot, Alur, dan Penokohan Yang Baik!

Mugia rame dongengna” Demikianlah kata yang tertulis di lembar pertama novel Pusaran Amuk karya Zaky Yamani. Ketika membaca kata dongeng yang saya ingat dan harus dicamkan kuat-kuat adalah mempercayai bahwa dongeng itu adalah kejadian nyata. Kejadian yang terjadi dimanapun adanya. Mau di sini atau di sebuah negeri antah berantah, yang pasti harus percaya!

Dibuka dengan plot yang langsung menanjak, Mahmud yang sedih karena sepatu anaknya hanyut dibawa arus sungai. Sedih bukan karena itu saja, Mahmud lebih sedih lagi karena ia tak bisa memberi hadiah buat anaknya. Mahmud yang bernasib sial digebuki tanpa alasan, bercucuran darah dari kepala dan bagian badan lainnya. Diamuk masa untuk sesuatu yang tidak ia ketahui alasannya adalah hal yang sangat menyakitkan. Di tempat lain, Rosid, Hendra, Abdul, dan Irawan yang mantan polisi berada di sebuah persidangan untuk mendengarkan putusan hakim. Hari itu mereka akan menyerahkan semua keputusan hidupnya di palu sidang hakim.
Digebuki untuk alasan yang tidak kita ketahui adalah hal yang sangat menyakitkan!

Alur mundur kemudian dimulai, cerita mengalir menuju muara yang sangat menarik. Dimulai dari sebuah tempat sakral yang saya yakin tidak ada satupun orang mau duduk sebagai terdakwa. Di persidangan, yah sama persis disebuah persidangan lengkap dengan hakim dan jaksa penuntut umum, serta penasehat hukum terdakwa, dan juga penonton.

Mahmud, Doddy, dan Jimmy, kedua orang ini (Doddy dan Jimmy) menjadi aktor penting dalam alur cerita yang dibangun penulis. Keduanya membuka banyak puzzle yang dibangun oleh penulis. Secara perlahan, sedikit demi sedikit mereka membuka kehadiran tokoh-tokoh lainnya yang membuat cerita dalam novel ini menjadi sangat menarik.

Ada banyak sekali tokoh yang terlibat dalam novel ini. Semuanya memiliki tempat yang sama, adil! Yah katakan saja demikian. Tidak ada yang dispesialkan oleh penulisnya. Semua memiliki kadar cerita yang sama. Misalnya tentang penceritaan yang detil pada setiap tokohnya. Walaupun ada juga yang datang hanya sekadar pemanis saja. Misalnya Wanda dan Fitri yang hanya muncul di depan tetapi hilang seiring mengalirnya cerita pada sisi yang lain. Kehilangan Wanda dan Fitri bukan berarti kejutan akan hilang, semakin dalam semakin bertambah kepenasaran kita terhadap alur yang dibangun oleh penulisnya.

Tokoh yang hadir belakangan tak kalah mentereng dan menariknya. Sebut saja Christina, tokoh yang gambarkan sangat cantik, puteri seorang pejabat yang kekayaannya begitu menggoda. Bukan hanya cantik dan seksinya saja yang menggoda tetapi juga latar belakangnya. Cantik, diberi perusahaan yang bonafide, menantikan lelaki yang bertanggungjawab dan bisa menjadi ayah baik untuk anak semata wayangnya.

Semakin penasaran, kan? Yah itulah kerennya novel ini.  Kepenasaran yang muncul ini membuat semua pembaca tidak bisa berhenti begitu saja. Kalau bukan rasa cape atau mengantuk yang sangat, baca novel ini bisa sehari tuntas.

Buat saya ini adalah novel kedua yang dibaca dan karya ketiga dari Zaky Yamani. Novel pertama yang saya baca berjudul Bandar: Keluarga, Darah, dan Dosa Yang Diwariskan penuh dengan sensasi mengejutkan. Persis seperti menonton film action, setiap lembarannya membuat jantung berdegup dan penasaran akan kejutan lainnya.
Pusaran Amuk (iden wildensyah)

Membaca novel ini seperti sedang diajari untuk membuat plot, alur, penokohan, dan cara bagaimana membuat sebuah cerita menarik. Sebuah cara belajar yang sangat menarik karena sejatinya menulis yang baik diawali dengan membaca yang baik. Semakin banyak membaca maka semakin kuat juga untuk membuat karya tulis. Membaca novel ini memberikan dasar-dasar teori untuk membuat sebuah novel yang bikin penasaran dalam setiap lembarannya. Teori menulis yang dimulai dengan membaca. Nah, tidak salah jika saya katakan novel ini mengajari banyak hal untuk kita belajar dengan baik penokohan, alur, dan plot yang baik.

Share:

Selasa, September 27, 2016

Inilah Alasan Mengapa Nonton PON XIX Bersama Anak Sangat Baik

PON XIX yang sedang di Jawa Barat sekarang ini sangat menarik untuk diikuti. Melewatkan begitu saja hanya akan membuat penyesalan dikemudian hari. Beberapa sekolah mengajak anak-anak didiknya untuk menyaksikan langsung pertandingan. Sengaja menetapkan jadwal jauh-jauh hari untuk dapat mendukung team dari daerahnya. Ada juga beberapa sekolah yang tetap pada jadwal biasa, melewatkan setiap moment langka yang hanya berlangsung setiap 4 tahun sekali.
Sangat disayangkan jika tidak bisa menyempatkan diri untuk menyaksikan langsung bersama anak-anak karena banyak sekali pembelajaran yang bisa didapatkan anak selama penyelenggaraan pertandingan PON berlangsung. 
Menonton Pertandingan Olahraga Bersama Anak

Inilah beberapa pelajaran penting yang bisa didapatkan jika membawa anak didik nonton PON secara langsung:
1. Mengajarkan arti berusaha sungguh-sungguh untuk meraih prestasi
Setiap atlet yang bertanding adalah pilihan terbaik dari setiap daerah yang bertanding. Ada jutaan orang yang tercatat sebagai penduduk tetapi hanya puluhan atau ratusan orang yang terpilih untuk menjadi utusan daerah. Mereka yang bertanding membawa gengsi daerah, mereka bekerja keras untuk memenangkan setiap pertandingan. Pelajaran kesungguhan dalam berusaha ini akan menjadi inspirasi untuk anak didik yang menonton.
2. Mengajarkan arti bekerja sama untuk meraih prestasi
Beberapa cabang olahraga yang dipertandingan bersifat individual, tetapi yang lainnya berkelompok. Pertandingan seperti beladiri tinju, karate, bulutangkis, tenis meja, kelompok individu dan kelompok beregu. Sementara olahraga seperti sepakbola, baseball, softball, hockey, bola volley adalah kelompok olah raga yang membutuhkan kerjasama antar individu.
3. Mengajarkan sportivitas
Sportivitas adalah hal penting yang harus dimiliki oleh anak-anak. Sportivitas bisa dalam bentuk menerima kekalahan dan tetap rendah hati ketika meraih kemenangan. Menjunjung tinggi sportivitas sangat penting karena akan menjadi modal dasar untuk anak-anak dalam bertindak dan berteman dengan siapapun baik di sekolah atau di luar sekolah.
4. Menunjukan kesenangan beraktivitas di luar dengan mendukung team kesayangan
Hadirnya gadget tak bisa dipungkiri membuat anak-anak terkurung dalam dunia sendiri. Mereka jadi asyik sendiri dengan mainan elektroniknya. Nah, membawa anak ke stadion olah raga untuk mendukung team kesayangan akan membuat anak-anak mendapat pengalaman yang menyenangkan. Merasakan keasyikan bernyanyi bersama-sama di dalam stadion adalah pengalaman yang tidak akan terlupakan.

Masih banyak lagi sebenarnya nilai-nilai pembelajaran yang bisa didapatkan selama nonton langsung pertandingan terutama untuk anak-anaknya. Jadi, para guru sekolah, ayo ajak anak didikmu untuk menonton langsung pertandingan. Untuk orangtua, menonton pertandingan bersama anak akan terasa sangat menyenangkan. Ayo nyanyi bersama-sama di stadion dan rasakan keasyikannya!
Share:

Jumat, September 23, 2016

Belajar Kebijaksaan Dari Seorang Petani

Alkisah jaman dahulu kala ada seorang petani miskin yang hidup dengan seorang puteranya. Mereka hanya memiliki seekor kuda kurus yang sehari-hari membantu mereka menggarap ladang mereka yang tidak seberapa.

Pada suatu hari, kuda pak tani satu-satunya tersebut menghilang, lari begitu saja dari kandang menuju hutan.

Orang-orang di kampung yang mendengar berita itu berkata: 'Wahai Pak tani,sungguh malang nasibmu!'. Pak tani hanya menjawab, 'Malang atau beruntung? Aku tidak tahu ...'

Keesokan harinya, ternyata kuda Pak Tani kembali ke kandangnya, dengan membawa 100 kuda liar dari hutan. Segera ladang Pak Tani yang tidak seberapa luas dipenuhi oleh 100 ekor kuda jantan yang gagah perkasa. Orang-orang dari kampung berbondong datang dan segera mengerumuni 'koleksi' kuda-kuda yang berharga mahal tersebut dengan kagum. Pedagang-pedagang kuda segera menawar kuda-kuda tersebut dengan hargatinggi, untuk dijinakkan dan dijual. Pak Tani pun menerima uang dalam jumlah banyak, dan hanya menyisakan 1 kuda liar untuk berkebun membantu kuda tuanya.


Kisah Inspiratif Kebijaksanaan Seorang Petani

Orang-orang di kampung yang melihat peristiwa itu berkata: 'Wahai Pak tani, sungguh beruntung nasibmu!'. Pak tani hanya menjawab, ' Malang atau beruntung? Aku tidak tahu ...'

Keesokan harinya, anak pak Tani pun dengan penuh semangat berusaha menjinakan kuda barunya. Namun, ternyata kuda tersebut terlalu kuat, sehingga pemuda itu jatuh dan patah kakinya.

Orang-orang di kampung yang melihat peristiwa itu berkata: 'Wahai Pak tani, sungguh malang nasibmu!'. Pak tani hanya menjawab, ' Malang atau beruntung? Aku tidak tahu ...'

Pemuda itupun terbaring dengan kaki terbalut untuk menyembuhkan patah kakinya. Perlu waktu lama hingga tulangnya yang patah akan baik kembali. Keesokan harinya, datanglah Panglima Perang Raja ke desa itu. Dan memerintahkan seluruh pemuda untuk bergabung menjadi pasukan raja untuk bertempur melawan musuh di tempat yang jauh. Seluruh pemuda pun wajib bergabung, kecuali yang sakit dan cacat. Anak pak Tani pun tidak harus berperang karena dia cacat.

Orang-orang di kampung berurai air mata melepas putra-putranya bertempur,dan berkata: 'Wahai Pak tani, sungguh beruntung nasibmu!'. Pak tani hanya menjawab, 'Malang atau beruntung? Aku tidak tahu ...'

Share:

Postingan Populer