Ruang Sederhana Berbagi

Rabu, Oktober 08, 2014

Cukul

Ada satu daerah di Bandung Selatan yang cukup menarik untuk dikunjungi. Terutama mereka yang suka jalan-jalan menyusuri perkebunan teh, merasakan kesegaran udara pegunungan, dan indahnya danau.

Bandung Selatan selain perkebunan teh di Ciwidey dan Pangalengan, masih banyak lagi yang belum terungkap. Hal ini karena akses jalan menuju perkebunan yang seringkali tidak sebaik jalan jalan di perkotaan. Tetapi jangan khawatir jalur ke Cukul ini sangatlah baik. Jalanan mulus sampai lokasi. Kalaupun ada lubang-lubang sedikit itu hal wajar.

Saya melewati jalur selatan sebelum sampai di Cukul. Jalur yang tak biasa karena jalur selatan menuju Bandung biasanya mengikuti jalur umum. Ini berbeda, dengan semangat menyala, saya putuskan jalurnya berbeda.

Dari arah Garut Selatan, lurus ke arah barat menuju Pantai Rancabuaya. Jalanan sepanjang jalur selatan ini sekarang sudah bagus dibandingkan dua tiga tahun yang lalu. Dari Rancabuaya kemudian belok kanan ke arah Cisewu. Jalanan cukup menanjak dan menurun maka pastikan kendaraan anda prima. Tanjakan dan turunannya sangat curam dengan jurang di sisi kiri dan kanannya. Lebar jalan juga sangat sempit, pada beberapa daerah kita harus melipir jika berpapasan dengan kendaraan dari arah sebaliknya.

Selesai melewati Cisewu selanjutnya jalanan cukup lebar pada saat mendekati daerah perkebunan teh. Cuaca yang cerah membuat pemandangan sekitar sangat indah. Nah di perkebunan ini salah satu puncaknya kita bisa menikmati kantor afdeling Cukul. Di tengah kebun teh dengan danau di lembahnya. Sejenak beristirahat di Cukul sambil menghirup udara segar dan meredakan ketegangan setelah melewati tanjakan dan turunan yang curam. Ada penjual baso yang enak yang bisa kita nikmati setelah 'gogoleran'. Jangan lupakan merekem kenangan. Spot di Cukul sangat menarik untuk para penyuka fotografi.
Jalanan di Jalur Selatan Jawa Barat
Sambil menikmati pantai selama perjalanan
Cukul, tempat asyik buat refreshing
Danau dengan air jernih


Share:

Selasa, Oktober 07, 2014

Kemarau

Panasnya terasa menusuk kulit, rasanya seperti berada di puncak gunung. Siang ini sudah beberapa bulan dilanda kemarau. Kekeringan melanda. Sumur-sumur mengering kalaupun ada, keberadaannya sangat terbatas.

Angin berhembus kencang dari barat ke timur, ada juga yang bilang dari arah tenggara. Tiupannya seperti membawa kabar tentang kepahitan hidup tanpa air. Air yang menjadi sumber kehidupan seperti cepat menguap ke udara. Disertai suhu yang panas dan angin, lengkap sudah rasa gerah menghinggapi tubuh. Dahaga dan haus melengkapi rasa gerah tersebut.

Debu-debu berterbangan kesana kemari dibawa angin. Masuk tenggorokan kemudian tersangkut di antara hidung dan mulut. Gejala flu dan batuk kemudian menjangkiti setiap orang. Debu-debu juga hinggap diberbagai tempat, di rumah, di mobil, diperabotan rumah, dipelataran rumah, dan di segala tempat yang mampu dijangkaunya.

Rumput dan tumbuhan terlihat kering kerontang. Warnanya kuning karena kurang air. Seharus ia bisa berwarna hijau. Sayangnya, air tak cukup membuatnya mengantarkan proses fotosintesis yang utuh setiap hari. Ia korbankan warna hijau dengan mengganti dengan warna kuning, sampai waktu berlimpah air untuk mengembalikan lagi warna hijaunya.

Inilah kemarau. Saat dimana air begitu langka dan berharga. Inilah kemarau, saat manusia harus sadar untuk menjaga lingkungannya. Ini juga kemarau, saat manusia harus bersiap jika suatu saat berlimpah air dan menjadi bencana.

#Tuesday 
Share:

Sudahi

Kering kerontang rumput
Menguning lesu setiap saat
Panas ini menusuk kulit
Menyayat perasaan yang sakit
Mengingat pada mereka yang kuat
Bertahan dalam penat

Ada kesegaran pada tiap daun
Yang tak jatuh berguguran
Bersatu saling menguatkan
Memberi kehidupan pada tanaman
Setiap saat mengingatkan
Kemarau ini, Tuhan
Semoga menjadi pengingat kekuasan
Tak ada yang lebih besar darimu, Tuhan

Inilah kuasamu
Sebuah kondisi tak menentu
Air yang terasa menjauh
Tetaplah didekatku
Karenamu yang selalu ada dimanapun
Aku, kita, dan semuanya hari ini merindu
Sebuah hujan yang turun
Untuk kesegaran, sudahi sampai disini kemarau!


Share:

Selasa, September 30, 2014

Gunung Melayang

Gunung melayang bukan gunung Manglayang. Namanya hampir mirip karena sama-sama melayang. Bedanya gunung melayang ini berada di Tiongkok. Sementara gunung Manglayang ada di Kota Bandung. 

Saya menyimpan asa untuk mengunjungi pegunungan melayang ini. Pegunungan yang mirip dengan kawasan Pandora dalam film Avatar ini sungguh sangat mengagumkan. 

Berawal dari film Avatar kemudian saya melihat ada pegunungan yang sama di bumi ini. Gunung yang kemudian diberi nama gunung avatar karena kemiripannya dengan kawasan Pandora ini sangat menarik banyak wisatawan untuk mengunjunginya.

Berharap boleh kan? Saya tuliskan saja dulu barangkali Tuhan menghendaki saya ke sana nanti. Amiin 


#Tuesday #Story #Hope 
Share:

Hari Kopi Internasional

Ada hal baru yang saya dapat hari ini yaitu International Coffee Day atau Hari Kopi Internasional. Dulu sih cuma tahu hari ini sebagai hari pemberontakan PKI atau yang dikenal dengan G30S/PKI. Diluar masalah kontroversi yang menyelimutinya, peristiwa tersebut buat anak tahun 80-an akan selalu dikenang karena malam harinya akan ada film G30S/PKI.

Lupakan itu semuanya, sekarang kita ngopi saja di Hari Kopi Internasional. Sayangnya bertepatan dengan hari kopi itu saya belum bisa menikmati kopi. Sudah tiga hari terbaring karena ngedrop setelah beberapa hari yang lalu mondar-mandir kesana kemari termasuk naik dan turun gunung. 

Ngopi adalah tradisi yang menarik di tiap tempat. Dulu, waktu di kampung, ngopi adalah bentuk keakraban antar penduduk kampung mulai dari tua sampai muda. Kegiatan ngopi dilakukan pada sore hari menjelang adzan maghrib. Ngopi sambil ngudud adalah padanan yang serasi karena keduanya seolah saling melengkapi. 

Obrolan-obrolan ringan selalu hadir saat ngopi di teras rumah. Mulai dari hal-hal yang berhubungan dengan pertanian sampai hal-hal sederhana bisa muncul di acara ngopi tersebut. Sampai kini, tradisi ngopi masih terus berlangsung di kampung.

Lain di kampung lain di kota, kegiatan ngopi seolah menjadi trend baru dikalangan anak muda. Banyak tempat nongkrong untuk ngopi yang bermunculan di Kota Bandung ini. Kopi-kopi yang beraneka rasa dihadirkan untuk memanjakan penikmatnya. Kedai-kedai kopi juga tak kalah hebat dalam bersaing. Ada kedai kopi yang datang dari luar negeri semacam Starbucks lalu ada juga kedai kopi lokal semacam Ngopdoel. Tetapi kedai kopi yang sejak lama bertahan dan tidak tergantikan hanya Kedai Kopi Aroma. Kalau lewat jalan itu, aroma kopinya sangat menggoda.

Ngopi bukan sekedar meminum air kopi saja lebih dari itu ngopi adalah sebentuk media keakraban yang harus dijaga keberlangsungannya. Adanya ngopi membuat kita bisa akrab satu sama lain. Yuk kita ngopi!

#InternationaCoffeeDay #HariKopiInternasional 

Share:

Senin, September 29, 2014

Kemarau

Bulan September ini kalau berdasarkan akhiran yang ber-beran kata orang sunda berarti hujan. Beda dengan bulan tanpa ber seperti maret sampai agustus. Februari dan januari masih masuk kategori ber-beran karena ada bruari dan nauri, masih ada er di dalamnya yang berarti juga musim hujan.

Maret itu sudah ret, sudah raat atau sudah berhenti. Berarti kemarau siap-siap dengan rentang waktu mulai dari maret sampai agustus. Dulu sih berlaku. Masih ingat setiap agustus itu selalu ada pertandingan sepakbola karena musim kemarau dan pertandingan tidak akan terganggu hujan.

Sekarang sudah beda lagi, bulan september boleh saja mengandung ber tetapi yang terjadi adalah kemarau panjang sejak bulan agustus. Juni dan juli masih hujan, agustus masih ada hujan sedikit tetapi selama bulan september ini sama sekali tak ada hujan. Alhasil beberapa daerah terjadi bencana kekeringan. Bersyukur di sekitar rumah, sumurnya masih ada air walaupun terbatas jumlahnya.

Kemarau yang panjang ini sangat menyiksa terutama debu jalanan kalau menggunakan sepeda motor, jalan kaki, atau bersepeda. Kita harus menutup hidung dengan kain atau masker agar terhindar dari debu. Di beberapa daerah juga kemarau ini mengakibatkan sawah-sawah gagal tanam karena kekurangan air. Ada yang mengatakan kemarau ini karena badai matahari beberapa bulan silam. Tetapi dari semua prediksi tentang kemarau, hal yang utama adalah proses keseimbangan alam. Kemarau panjang lalu bersiaplah untuk menghadapi hujan dan akibatnya yaitu banjir.

Share:

Minggu, September 28, 2014

Belajar Dari Bangsa Indian

Saya punya teman yang selalu tampil mirip orang Indian, berambut panjang, bandana, celana jeans belel. Rambut panjangnya selalu dikepang dua. Rambut gaya Indian Apache, bukan gaya mohawk yang sekarang lagi ngetrend.

Gaya dia mengingatkan saya pada tokoh dalam buku Karl May. Bedanya dalam kehidupan sehari-hari ia tak menunggang kuda. Kalau bicara petualangan, ia selalu bersemangat. Maklum ia termasuk salah satu tokoh pecinta alam di sekolahnya.

Dari sekian banyak cerita, ada satu cerita yang menarik buat saya adalah kecintaannya pada gaya Indian. Ia menuturkan bahwa pembelajaran penting bagi seorang petualang ia dapatkan dari bangsa Indian. Orangtua-orangtua Indian akan melepaskan anak-anaknya untuk menjadi penjelajah. Mereka (para orangtua) percaya bahwa alam adalah media pendidikan yang sangat bagus untuk membentuk mental anaknya. Makanya mereka akan melepaskan anaknya untuk menjelajah pada waktu usia tertentu. Bisa jadi pada saat usia menuju dewasa dan penjelajahan adalah pendewasaan seorang anak.

Saat menjelajah, seorang Indian muda tidak akan lepas dari lima unsur penting kehidupan. Tanah, air, api, logam dan udara. Empat hal utama tanah, air, logam, dan api selalu mereka bawa kemana-mana. Tanah, mereka selalu bawa sekepal tanah kelahirannya yang disimpan dalam kantung kecil. Ini mengingatkan mereka untuk kembali setelah menjelajah jauh. Air, mereka bawa dalam bentuk selalu menyediakan air minum selama penjelajahan. Air sangat penting karena tubuh kita sangat membutuhkan asupan air untuk mengganti cairan tubuh yang hilang. Logam, mereka bawa dalam bentuk pisau dan mata panah. Pisau adalah senjata untuk memburu saat bertahan hidup di alam bebas. Untuk memotong kayu saat membuat bivak, dll. Udara sebenarnya tidak mereka bawa setiap saat tetapi keberadaan udara sangat penting untuk kehidupan. Api mereka bawa dalam bentuk pemantik. Api penting untuk membakar dan memasak makanan. Api juga penting untuk membuat perapian saat hari terasa dingin misalnya malam hari.

Nah, keempat unsur itu kemudian selalu saya ingat sebagai bekal dasar setiap akan bergiat di alam terbuka. Hal ini juga saya bagikan kepada siapapun yang akan bergiat. Ini sangat penting karena membuat penjelajahan menjadi sangat menarik ketika persiapan sudah matang. Ayo menjelajah lagi!

Share:

Sabtu, September 27, 2014

Antara Lelaki dan Bajunya

Ketahuilah bahwa lelaki dan baju spesialnya itu ada semacam ikatan yang mendalam. Kalau lelaki sudah menyukai satu baju, berarti dia itu tipe setia. Gak suka ganti-ganti setiap lihat yang baru. Tak tergoda untuk mengganti walaupun baju kelihatan seperti lusuh karena dipakai setiap hari.
Lelaki dan baju spesialnya yang selalu dipakai setiap hari itu bisa juga berarti ia memiliki banyak baju yang sama persis, desainnya, ukurannya, warnanya, dan segala. Berarti ia punya uang, minimal untuk membeli baju yang sama 7 buah. 7 buah itu hitungan satu hari satu baju dari senin sampai minggu.
Oh iya, lelaki dan baju spesialnya yang terlihat seperti itu-itu saja menggambarkan lelaki yang pandai berhemat selain setia seperti yang sudah ditulis sebelumnya. Pandai berhemat karena tak tergoda untuk membeli baju baru. Apalagi membeli keluaran baru. Daripada membeli baju baru, ya pakai saja baju yang disukainya, tak tergantikan.
Nah, menarik kan hubungan spesial antara lelaki dan baju spesialnya.

Share:

Hidup Hari Ini

Suatu hari menjelang sore setelah memberikan instruksi untuk siswa Pendidikan Dasar sebuah Mahasiswa Pecinta Alam dari kampus yang berada di Jalan Setiabudi, Bandung, kami berkumpul di saung yang dijadikan base camp instruktur.

Seorang teman memulai pembicaraan yang menarik, "Tahun depan, kita tidak usah bikin perencanaan pendidikan dasar, langsung sebar formulir kemudian tahap kelas dan tahap lapangan. Orang-orang yang merencanakan pasti itu lagi, ke lapangan juga itu lagi, tinggal kader tiap pos agar tahun depannya mereka tidak ribet lagi bikin perencanaan".

Sekilas perkataan itu seperti bercanda, maklum kalau ada waktu berkumpul, para panitia pasti menyegarkan suasana dengan guyon lucu. Guyonan ini biasanya muncul lagi kalau ada acara kumpul-kumpul anggota. Tak pernah bosan untuk mengulang cerita menyenangkan pada masa lalu.

Nah, kata-kata teman saya itu kemudian saya maknai dikemudian hari. Ada benarnya semua kata-kata dia walaupun ada juga tidak benarnya. Saat itu semua instruktur rata-rata sudah melaksanakan pendidikan dasar minimal dalam jangka waktu 2 tahun. Dinamika di lapangan relatif datar karena semua sudah berjalan lancar dalam relnya masing-masing.

Di sisi yang lain, ada semacam kekhawatiran menurunnya trend penerimaan anggota karena titik jenuh para anggota untuk membuat inovasi. Syukurnya ini tidak terjadi. Kegiatan organisasi tetap berjalan sebagaimana mestinya sampai hari ini.

Seandainya saja semua tidak sadar dengan dinamika dan merasa sombong atas raihan saat itu, bisa jadi organisasi Mahasiswa Pecinta Alam itu sudah lenyap. Alam mengajarkan agar kita tidak sombong. Ini juga yang didengungkan kepada setiap siswa untuk terus semangat menyalakan harapan dalam diri agar bisa memberikan yang terbaik untuk lingkungan, untuk Indonesia.

Hidup hari ini! Saat matahari tak mampu memberikan kehangatan pada tubuh kita, harapkanlah bintang yang memberikannya, jika bintangpun tak mampu, nyalakan kehangatan dari dalam diri sendiri kemudian pancarkan keluar agar orang di sekitarmu merasakan kehangatan akan hadirmu!

Share:

Postingan Populer