Ruang Sederhana Berbagi

Jumat, Maret 28, 2014

Sepeda Sayur

Awalnya saya berniat menggunakan gerobak untuk jualan sayur ini. Tetapi sepeda yang saya punya menjadi nganggur. Setelah berdiskusi dengan teman, maka diputuskanlah saya menggunakan sepeda dengan tambahan bagain belakang untuk sayuran yang akan saya jual.

Berbeda dengan gerobak sayur yang didorong, saya mendapat keuntungan saat jalanan menurun dan datar. Tinggal naik lalu saya kayuh. Lumayan juga meringankan beban biaya transportasi saat saya harus belanja ke pasar pagi-pagi untuk berburu sayuran segar. Di pasar, saya bertemu juga dengan beberapa tukang sayur. Kadang berburu paling pagi agar dapat sayuran yang lebih segar sebelum dipilih yang lain.

Sepeda Sayur
Dengan sepeda yang saya sebut sebagai sepeda sayur, saya bisa melewati lorong-lorong sempit gang untuk melayani kebutuhan pembeli yang biasa. Sayuran yang saya bawa tidak sebanyak gerobak dorong, tetapi saya selalu berusaha memenuhi kebutuhan keluarga yang ingin makanan sehat secukupnya. Jika ada yang merasa kurang, saya beri alternatif untuk menunggu besok dengan memesan terlebih dahulu atau saya bilang, secukupnya saja biar tidak busuk.

Saya merasakan setiap hari berbeda, walaupun melewati jalur yang sama. Saya bisa tahu setiap kebutuhan keluarga yang langganan membeli sayuran kepada saya. Mereka menunggu saya dan saya tahu semua sudah diatur. Jadi, saya jalani setiap hari dengan pikiran bahwa dagangan saya hari ini habis.

Oh iya, ada juga sesama tukang sayur yang sering berada di jalur yang sama dengan saya. Namanya Didi, ia menggunakan gerobak dorong. Saya tidak merasa ia sebagai saingan. Begitu juga dengan Didi, ia tidak merasakan bahwa saya adalah saingannya. Kadang kita berbagi kesempatan, misalnya saat langganan menginginkan sesuatu yang tidak ada di dagangannya, Didi sering menyarankan untuk menunggu saya. Demikian juga sebaliknya, jika di dagangan saya tidak ada, saya berharap Didi masih tersedia banyak.

Tuhan tak pernah keliru menyisihkan rejekinya. Sekalipun sama-sama berdagang sayuran, saya masih bisa meraih sedikit-sedikit pembeli yang cukup untuk memenuhi modal dagang besok harinya. Saya melihat setiap hari demikian adanya dengan pasrah pada Tuhan Yang Maha Esa. Tak pernah mengeluh karena hujan atau apapun. Saya juga belajar banyak dari tukang banderos yang sudah lebih lama berjualan dan tetap setia berjualan sampai saat ini. Namanya Mang Ihin.
Share:

Rabu, Maret 26, 2014

Tukang Sayur

Nama saya Didi, orang menyebut saya mang Didi. Sapaan mang bagi orang Sunda adalah bentuk akrab, biasanya lebih tua dari panggilan Aa. Misalnya A Didi, saya lebih suka dipanggil mang Didi saja walaupun usia saya belum terlalu tua untuk ukuran emang-emang. Tak apa, yang penting panggilan itu mengakrabkan saya dengan orang lain.

Sayuran Sehat
Setiap pagi saya bergegas menuju pasar di dekat rumah. Pagi sebelum subuh sudah menunggu sayuran datang dibongkar dari mobil bak terbuka yang datang dari daerah Lembang atau Pangalengan. Sayuran segar yang akan saya jajakan setiap harinya. Dengan modal seperti biasa, saya merencanakan semuanya dengan matang. Bersyukur jika sayuran yang saya inginkan tersedia, saya bisa menjajakan sesuai rencana. Jikapun tidak ada, paling saya coba alihkan untuk membeli sayuran jenis lainnya yang tersedia. Oh iya, kadang saya mengingat pesanan ibu-ibu langganan yang memesan sayuran yang sebelumnya tidak ada.

Sehabis sholat subuh, saya menyiapkan segala kebutuhan untuk dagang hari ini. Roda yang biasa saya gunakan ditata sedemikian rupa agar terlihat menarik perhatian pembeli. Sayuran yang lebih segar disimpan di samping kiri, di tengah saya simpan ikan, daging, dan sayuran yang berat dan tak mungkin di simpan di tiang. Sayuran seperti kol, kentang, wortel, tomat, dan labu, pasti akan saya simpan di tengah gerobak.

Timbangan, saya simpan di dekat pegangan untuk mendorong agar saya bisa mengontrol jika sesekali terlepas atau butuh menimbang dengan cepat. Tatakan untuk memotong daging dan ikan, saya simpan di bawah roda. Saya sediakan tempatnya khusus berdekatan dengan ember yang membawa air.

Pagi hari, tepat jam 6 saya berkeliling komplek. Melewati gang-gang yang juga tempat langganan saya. Di belokan gang sebelum memasuki komplek perumahan, saya menunggu pembeli. Biasanya ibu-ibu sudah menunggu di sana. Kalau belum terlihat, saya akan teriak, "sayuuuuuuurrr!" Teriakan khas yang sengaja saya buat agar menarik perhatian pembeli. Syukur-syukur dapat langgangan baru. Lumayan bisa menambah penghasilan hari ini.

Sangat menarik! saya senang melayani mereka semua. Ada kesenangan ketika saya mampu memberikan pelayanan yang sesuai dengan harapan mereka. Tawar menawar itu sebuah hal biasa. Saya tak bisa menolak itu. Saya hanya menyiasati untuk menaikan harga sedikit untuk mengambil untung, istilahnya ongkos belanja ke pasar. Ongkos cape menawar di pasar. Kalaupun menawar, saya tidak mengurangi dari modal yang saya keluarkan. Jikapun pas-pasan antara modal dengan harga jual, saya terima saja. Mudah-mudahan sayuran yang dimakan keluarganya menjadi kebaikan buat saya. Saya menikmati keseharian menjual sayuran, lauk pauk, dan daging ini.

Selain saya, ada teman saya juga yang menggunakan jalur ini. Bedanya ia menggunakan sepeda. Namanya mang Yana.
Share:

Selasa, Maret 18, 2014

Cinta dan Impian

Apa itu cinta? Cinta adalah sebuah kisah antara aku dan kamu. Banyak orang menafsir cinta. Ketika menggambarkannya, setiap kita punya rasa yang berbeda. Sebuah kisah berikut ini sangat menarik untuk menggambarkan cinta dan impian.

Seorang perempuan muda yang tidak berpakaian hitam mendekat. Dia membawa bejana di bahunya, dan kepalanya tertutup kerudung, tapi wajahnya terbuka. Si bocah mendekatinya untuk bertanya tentang sang alkemis itu.

Saat itulah si bocah merasa waktu berhenti, dan Jiwa Buana menyentak keluar dari dalam dirinya. Ketika dia menatap gadis itu, dan melihat bibirnya bersikap antara tertawa dan diam, dia mengerti bagian terpenting dari bahasa yang digunakan oleh seluruh dunia - bahasa yang bisa dipahami oleh setiap orang di bumi dengan hati mereka. Itulah cinta. Sesuatu yang lebih tua dari umat manusia, lebih purba dari gurun. Sesuatu yang menggunakan daya yang sama kapanpun dua pasang mata bertemu, seperti mata mereka kini dan di sini, di sumur ini. 

Gadis itu tersenyum, dan itu pastilah sebuah pertanda - pertanda yang telah dinantinya, sepanjang hidupnya. Pertanda yang dicarinya bersama domba-dombanya dan dalam buku-bukunya, dalam kristal-kristal dan dalam kesunyian gurun.

Itulah Bahasa Buana yang murni. Ia tidak membutuhkan penjelasan, sebagaimana alam semesta tak memerlukan apapun saat berjalan melewati waktu yang tiada akhir. Apa yang dirasakan si bocah pada saat itu adalah bahwa dia berada di hadapan satu-satunya perempuan dalam hidupnya, dan bahwa, tanpa perlu kata-kata, gadis itu merasakan hal yang sama. Dia lebih yakin pada hal itu daripada terhadap apapun di dunia ini.

Dia pernah diberitahu oleh orang tua dan kakek-neneknya bahwa dia harua jatuh cinta dan benar-benar mengenal seseorang sebelum terikat. Tapi mungkin orang-orang yang merasakannya tidak pernah memahami bahasa universal ini. Karena, jika kita memahami bahasa itu, mudahlah untuk mengerti bahwa seseorang di dunia menanti kita, entah di tengah gurun, atau di kota besar. Dan saat dua orang itu berjumpa, dan mata mereka bertemu, masa lalu dan masa depan menjadi tak penting. Yang ada hanyalah momen itu, dan kepastian yang ajaib bahwa segala yang ada di langit dan di bumi telah dituliskan oleh tangan yang esa. Itulah tangan yang menimbulkan cinta, dan menciptakan suatu jiwa kembar bagi setiap orang di dunia. Tanpa cinta seperti itu, impian-impian seseorang tidak bermakna.

Share:

Minggu, Maret 16, 2014

Nelayan dan Ikannya

Berharap keberuntungan saja tidak cukup, ia harus berusaha melawan rasa malasnya untuk bergerak mencari lokasi yang tepat untuk memancing.

Ikan bukanlah hewan yang berdiam diri di satu tempat untuk waktu yang lama kecuali beberapa jenis ikan. Ia akan bergerak ke sana ke mari mengikuti aliran air ke hilir atau juga menerjang melawan arah semestinya.

Muara ini sangat tenang, alirannya tak sederas di hulu. Banyak ikan yang bermigrasi dari lautan menuju sungai melewati muara ini. Air yang tenang ini hanya kelihatan dari permukaan. Arus di bawah sebenarnya deras apalagi kalau sudah naik air pasang laut. 

Hari ini cuaca sedang baik untuk memancing ikan di muara. Selama menunggu jadwal melaut, waktu senggang ia gunakan untuk memperbaiki jaringnya yang putus. Merajut kembali bagian-bagian yang bolong dan putus agar bisa digunakan dengan baik dan mampu menjaring ikan lebih banyak lagi. Sisa waktu setelah merajut jaringnya, ia memancing.

Dibandingkan dengan menjaring ikan di laut, memancing itu tidak ada apa-apanya. Hanya sedikit yang ia dapatkan dari hasil memancing. Baginya, hal ini cukup untuk memenuhi kebutuhan hariannya. Memancing di sebuah muara yang besar penuh dengan ketidakterdugaan. Ia hanya setitik kecil di muara itu. Ia melemparkan sedikit saja pancingan sambil berharap ikan besar menyantap kailnya.

Melemparkan kail ke muara yang besar dengan keyakinan akan ada ikan yang menyantapnya. Menarik tali kail ketika terasa ada getaran yang merambat lewat tangannya. Jika beruntung, ikan bisa ia dapatkan lalu ia simpan dalam keranjang. Ia tak terlalu pusing dengan ikan yang menyantap kailnya. Setiap kali ada gerakan pada kailnya, ia akan tarik dan ambil. Sesekali bukan ikan yang memakan umpan di kailnya, tapi kepiting kecil yang hidup di dasar muara. 

Semesta (gambar krayon by Ming Kry)
Kecewa, tentu saja ia merasakan kekecewaan saat diangkat bukan ikan. Sayangnya, ia bukan nelayan yang gampang menyerah. Dengan keyakinan yang sama, ia akan lemparkan lagi umpan yang baru.

Berapapun ikan yang ia dapatkan hari itu, selalu ia syukuri. Ia percaya ikan yang didapatkan hari itu adalah pemberian yang cukup dari semesta. Semesta tak pernah memberikan ikan yang berlebihan kepadanya. Hanya sifat manusia saja yang selalu merasa tidak cukup. Ia sadar tentang hal ini.

Hari memasuki sore, sinar matahari berubah menjadi kuning dengan perpaduan oranye. Panasnya mulai berubah menjadi hangat. Ia menengok ke keranjang ikan hasil pancingan. Cukup! Ia berkata untuk dirinya sendiri. Ia gulung benang kailnya kemudian beranjak pergi. Nelayan itu kemudian membereskan kail dan keranjangnya. Ia bergegas mengakhiri sore itu menuju rumahnya yang tidak jauh dari muara. Ada tugas semesta lainnya yang harus ia kerjakan.


Share:

Jumat, Maret 14, 2014

Pengembala Dan Kambingnya

Di pohon itu ia bersandar, hari ini matahari terasa sangat panas. Berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Ia bisa merasakan setiap perubahan alam yang tidak biasa. Sebuah anugerah bagi ia yang sering menguatkan perasaannya pada kejadian sehari-hari. Bagi beberapa orang bisa saja tidak terasa perubahan. Tetapi ia mampu merasakan bahwa matahari bersinar lebih terik siang itu. Bersandar sambil memandangi hamparan padang rumput yang luas adalah hal yang menyenangkan. Sambil mengamati kambing-kambing peliharaannya.

Pohon (iden wildensyah)
Ia sadar betul, kambing-kambing itu tak butuh untuk diamati terus untuk dikendalikan. Justru kekhawatirannya yang harus ia kendalikan. Khawatir yang sering muncul karena ketakutan datangnya harimau atau serigala yang akan memangsa kambing-kambingnya. Atau kambing-kambingnya yang pergi menjauhinya. Ia mencoba meraih lebih dalam, ia sadar ketakutan pada dirinya. Kekhawatiran yang muncul hanya karena ia tak mampu mengendalikan dirinya dengan baik.

Kekhawatiran itu muncul, ia berusaha melihat lebih luas tentang hukum alam. Hukum alam yang mengatur segala sesuatu yang ada di alam. Hujan yang bisa datang setelah musim kemarau, atau musim kemarau yang banyak menghilangkan rumput-rumputan untuk kambingnya. Tetapi setelah kehilangan itu, akan muncul lagi rumput baru untuk menggantikan rumput lama yang kering kerontang karena tak tahan terik matahari. 

Iapun melihat lebih jauh. Kekhawatiran kehilangan kambingnya justru akan membuat ia makin kehilangan akan kendali pada dirinya. Ia menjadi penakut. Untuk jadi pemberani, ia hilangkan segala ketakutan kehilangan itu. Bahwa segala sesuatu diatur oleh hukum alam yang adil, maka ia lebih nyaman untuk terus bersandar di bawah pohon itu. Ia tenang sampai akhirnya terlelap dengan nyaman sambil menunggu kambingnya yang terus makan rumput dengan asyiknya.  
Share:

Rindu

Bagaimana Tuhan menciptakan rindu? Pertama-tama ia membuat dua orang manusia berlainan jenis untuk bertemu pada satu masa yang sama. Saling jatuh hati dan membuat hari mereka berbunga-bunga penuh suka cita. Hanya keindahan yang mereka alami. Keindahan satu bertemu keindahan lainnya.

Lalu secara perlahan Tuhan akan pisahkan mereka dengan cara yang halus. Sebuah perpisahan yang tidak dikehendaki keduanya. Mereka harus merelakan kehilangan kesempatan yang tidak akan sama lagi. Mereka diberi kesempatan untuk belajar berdiri sendiri, tak tergantung satu sama lain.

Mejaku pagi ini :)
Perpisahan itu kemudian terjadi. Keduanya tak mampu membendung kehendak semesta yang ingin mereka berpisah. Merelakan satu sama lain untuk menjalani kehidupan yang berbeda dengan kehidupan sebelumnya. Merelakan semua menjadi kenangan indah tertanam dalam diri mereka. Berkembang menjadi sebuah hal yang menyakitkan untuk diingat tetapi sekaligus menyenangkan untuk bertemu kembali.

Lama berpisah kemudian pada satu kesempatan, dengan kenangan yang terus tumbuh serta harapan yang terus dibangun, Tuhan berikan waktu untuk mengaitkan ingatan pada hal yang sama. Mereka bisa mengingat satu sama lain sebelum tidur. Berharap membawanya ke alam mimpi kemudian bertemu dalam mimpi yang indah. Walau sekedar mimpi, tetapi itu cukup untuk melepaskan kerinduan mereka.

Tibalah saat dimana ingatan, kenangan, mimpi, dan harapan menggumpal menjadi sebuah energi untuk bertemu. Mereka bertemu lagi karena Tuhan berbaik hati masih memberi mereka kesempatan. Tapi, semua berubah. Kerinduan akan kenangan masa lalu sudah berbeda di masa kini.

Ia tetap mengingat semua hal yang terjadi, keindahan masa lalu saat mereka pertama kali bertemu. Getaran yang menghantarkan keduanya mampu bertemu mengatasi rintangan. Kerinduan kini menjadi sebuah kenyataan. Tapi, benarkah ini rasa rindu yang selama ini ia rasakan atau Tuhan sedang menguji kesabarannya. Mungkin, demikianlah Tuhan menciptakan rindu.

Share:

Kamis, Maret 13, 2014

Respect

Selepas istirahat, anak-anak bermain sepakbola. Biasanya saya berikan waktu khusus sekita 15-30 menit untuk bermain sepakbola setelah mengerjakan LKS atau berkarya sebelumnya.
Minggu yang lalu saya ajarkan bentuk perkalian melalui permainan sepakbola. Menyilang dan melompat. Hampir seperti bentuk hitung loncat tetapi menggunakan bola yang dioper ke masing-masing temannya.
Respect (www.oncoursesystems.com)
Hari ini, kejadian menarik dan selalu berulang dari minggu-minggu sebelumnya adalah sikap ingin menang dan merasa tidak puas kalau kalah. Lalu saya ajak mereka diskusi langsung di lapangan (pendopo). Bahasan diskusinya adalah respek atau respect. Respect adalah sikap menghormati.
Melalui cerita tentang sepakbola, saya bercerita tentang pentingnya membangun respek terhadap Tuhan. teman, lawan, pelatih, wasit, dan penonton.
Respek kepada teman berarti kita harus menghormati teman kita dalam satu tim. Tidak boleh marah-marah kepada teman saat ia salah mengoper bola, salah menendang bola, dll. Kita harus menghormati teman kita sendiri karena mereka adalah satu tim yang sama-sama ingin menyukseskan permainan. Adanya teman kita yang membuat kita bisa bermain. "Bayangkan jika kamu bermain tanpa temanmu dan melawan tim lain yang lebih banyak temannya!"
Respek terhadap lawan berarti kita harus menghormati kehadiran mereka di lapangan. Adanya mereka membuat kita bisa bermain. Adanya mereka juga membuat kita harus berlatih sungguh-sungguh dan bermain dengan asyik. "Bayangkan kamu bermain tanpa lawan!"
Respek terhadap pelatih berarti kita harus menuruti instruksi orang yang sudah berpengalaman dalam mengatur permainan dan orang yang bermain. Tidak perlu marah-marah kepada pelatih saat ia menunjuk kita dalam posisi yang sebenarnya kita tidak sukai. Pelatih tahu potensi kita dan kita harus hormati keputusannya.
Respek terhadap wasit berarti kita menghormati kehadiran pengadil di tengah lapangan. Adanya wasit juga yang membuat kita bisa bermain di lapangan. Wasit juga manusia yang sesekali bisa salah, jangan terus menerus memprotes keputusan wasit dan kamu kehilangan kontrol diri yang akhirnya bisa mematikan potensi terbaikmu saat bermain. "Bayangkan bermain sepakbola dan tidak ada wasit yang menengahi saat ada konflik keputusan?"
Respek terhadap penonton berarti kehadiran pemain di lapangan adalah hiburan bagi mereka. Terkadang mereka punya harapan yang besar kepada pemain. Itu sesuatu yang wajar, makanya berikanlah tontonan terbaik untuk mereka nikmati dengan permainan yang indah. Mereka akan senang melihat pemain yang bermain dengan hati, bermain sungguh-sungguh. Hormati penonton, karena mereka bisa memotivasi pemain untuk mengeluarkan potensi terbaiknya dalam tim yang di dukung.
Respek terhadap Tuhan. Ini yang sangat penting. Tuhan yang mengatur semuanya. Adanya lapangan, adanya teman, adanya wasit, adanya pelatih, adanya penonton, dan adanya kita adalah karunia Tuhan. Tuhan sudah mengatur semuanya dengan baik. Saat kamu kalah, jangan mengeluh dan menyalahkan Tuhan. Terimalah itu sebagai motivasi untuk giat berlatih. Kalau hari ini kalah, berdoa, berlatih dengan giat, dan harapkan pada Tuhan agar besok kamu bisa menang.
Saat kamu menang hari ini, berterima kasihlah pada Tuhan. Syukuri dan doakan agar tim yang kalah bisa menerima dengan lapang dada!
Syukuri semuanya dan bermainlah dengan hati senang!
Share:

Selasa, Februari 25, 2014

Live Twit Anies Baswedan di Celah Celah Langit Bandung

1. Siap live twitt nih buat di CCL Bandung bersama untuk Indonesia kreatif!
2. Dan sudah ada di antara para pengunjung CCL Bandung. siap untuk malam ini
3. Nih berada di antara kita menyaksikan pencak silat
4.  mendengar sambutan tuan rumah Kang Iman Soleh.
5. Jangan pisahkan ruang kebudayaan dengan senimannya! Ini penting kata Kang Iman Soleh saat
6. Hadir bareng : Malam ini mas mllkn silaturahmi budaya di CCL, Ledeng Jl Setiabudi :)
7. sedang menyimak performance Siska dengan alunan kecapi yang memukau
8. Mas Imam Suryantoko sedang memandu acara bareng di CCL Bandung
9.  menyimak puisi Peri Sandi yg tampil semangat tentang Sengkon Karta.
10. Pak sudah di depan! Siap menyimak bersama
12.  sudah mulai! Dititipi pupuk, pertanian, & kebudayan oleh Kang Iman Soleh.
13. Ledeng bukanlah daerah yang asing bagi dulu sering ke IKIP bdg krn ibunya beliau kuliah di IKIP
14. Ini gerakan kebudayaan bukan program kebudayaan. Kebudayaan dilakukan di tempat seniman itu berada
15. Anak muda itu bicara masa depan bukan masa lalu
16. Orang baik bertumbangan karena tidak cukup menghadapi kekuatan uang. Mari ! Jangan mendiamkan!
17. Doa saja tak cukup, kita harus berusaha, kita harus untuk Indonesia
Share:

Kamis, Februari 13, 2014

Cara Tuhan

Tuhan selalu memberikan banyak solusi bagi mahlukNya, sekalipun itu di tengah hutan atau di padang pasir atau di tengah lautan. Membaca kisah 2 pelaut dalam Reader Digest mei 2009 tentang perjuangan mereka dalam bertahan hidup ketika kapal mereka karam diterjang gelombang yang ganas, membuat saya berpikir tentang bagaimana Maha Pengasih dan Maha Penyayangnya Tuhan pada mahlukNya.

Cara Tuhan membuat mereka tetap hidup itu dengan banyak cara, saya membaca bagaimana mereka bisa mendapatkan sekoci yang hampir bocor dan mereka harus berjuang agar tidak bocor. Lalu Tuhan mengirimkan suplai makanan dalam bentuk yang tidak disangka-sangka seperti tiba-tiba saja mereka dapati burung laut hinggap di kapal mereka, atau pancing sederhana yang selalu berhasil mendapatkan ikan. 

Itu cara Tuhan membuat mereka tetap hidup sampai akhirnya selamat setelah bertemu dengan kapal barang yang lewat.
Ada juga cara Tuhan membuat manusia mati, maksudnya mengakhiri hidup tanpa disadari. Cerita ini ada dalam kisah Christhoper Johnson yang teruang dalam buku ''Into The Wild''.
Diceritakan bahwa dia bisa bertahan hidup di alam terbuka dengan segala keterampilannya, seperti memancing, berburu dan meramu makanan yang tersedia di alam terbuka. Tuhan memang Maha Adil, ketika DIA berkehendak agar mahlukNya tetap hidup, maka akan tetap hidup. Cara ini terlihat dari sekonyong-konyong datang Rusa menghampiri, atau ikan sungai yang mudah didapat. 
Tetapi ketika Tuhan berkehendak lain, walaupun sudah sekuat tenaga, kehendak Tuhan akan menang. Diceritakanlah si Christopher ini kelaparan, dia mengambil umbi-umbian, bunga dan buah-buahan. Saya juga aneh ketika mendapati dia mengambil bunga berwarna ungu menyala, saya berpikir dia mau bunuh diri. Dia tidak peduli, dia lapar dan hasil pencarian makanan itu dimasak. Namun yang terjadi kemudian adalah muntah-muntah. Di tengah kesadarannya, dia mengambil buku berisi catatan tentang tumbuhan, dia baru menyadari bahwa makanan yang dia ambil tersebut berpotensi membunuh diri. Dia baru sadar, karena dia membaca buku itu setengah-setengah alias tidak tuntas.

Cara Tuhan yang baru saja saya alami adalah jawaban atas pilihan. Tuhan menjawab saat-saat yang tidak diduga. Benar adanya bahwa ketenangan itu penting, kesunyian malam mampu membawa kedamaian dan juga jawaban. Tuhan punya banyak cara memberi jawaban kepada umatNya. Buka hati, buka mata, buka semuanya dan lepaskan ego, bersiaplah dengan segala kebaikan semesta kepada kita. 

Saya melihatnya sebagai cara Tuhan, yah Tuhan selalu memberikan cara-cara yang terbaik bagi umatNYA, tinggal bagaimana kita melihat cara-cara itu dengan kebaikan. Saya percaya bahwa benih kebaikan akan menghasilkan buah kebaikan. Terima kasih Tuhan!
Share:

Postingan Populer