Ruang Sederhana Berbagi

Rabu, November 18, 2015

Malapetaka lingkungan Karena Merkuri

Limbah yang mengandung logam berat merkuri pernah menjadi malapetaka di berbagai tempat di dunia. Inilah beberapa catatan dampak tailing pada lingkungan yang sangat merusak dan dampaknya tidak hanya terjadi pada satu periode saja tetapi bisa sangat panjang dan turun temurun. Beberapa kalangan menilai logam berat yang berbahaya tersebut ada dalam limbah pembuangan pabrik kimia dan juga dalam tailing yang dihasilkan oleh pertambangan tembaga, emas, dan perak. Tailing yang mengandung merkuri dihasilkan oleh perusahaan yang dalam pengolahannya menggunakan air raksa atau logam berat lainnya. Prof Otto Soemarwotto seorang ahli lingkungan dari Universitas Padjadjaran dalam bukunya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan menuliskan beberapa catatan penting tentang kejadian karena merkuri yang menimpa beberapa negara di dunia.

Minamata

Pada akhir tahun 1953 di antara penduduk nelayan dan keluarganya di sekitar Teluk Minamata, Jepang di baratdaya Pulau Kyushu, yang makanan utamanya terdiri atas ikan, terjadilah wabah neurologis yang tidak menular.

Minamata Bay
Para penderita secara progresif mengalami melemahnya otot, hilangnya penglihatan, terganggunya fungsi otak dan kelumpuhan yang dalam banyak hal berakhir dengan koma dan kematian. Penyakit itu belum dikenal oleh dunia kedokteran. Baru pada tahun 1959 atau 6 tahun kemudian dapat ditunjukan, penyakit tersebut disebabkan oleh konsumsi ikan yang tercemar oleh metilmerkuri. Sumber metilmerkuri ialah limbah yang mengandung Hg dari pabrik kimia Chisso Co. yang memproduksi plastik (PVC). Limbah tersebut dibuang ke Teluk Minamata selama beberapa tahun sebelum 1953. Metilmerkuri itu terbentuk dari asetaldehide dan air raksa anorganik yang digunakan sebagai katalisator. Penyakit ini kemudian dikenal dengan nama penyakit Minamata.

Pada tahun 1964-1965 terjadilah ledakan kedua penyakit MInamata di antara penduduk nelayan dan keluarganya yang hidup di sekitar Niigata yang terletak di pantai Laut Jepang di utara Tokyo. Di sini pun ikan merupakan makanan harian para korban. Ikan itu berasal dari laut dan sungai Agano yang mengandung limbah pabrik alat listrik Showa. Ledakan ketiga terjadi pada tahun 1973 di Goshonoura di Pulau Amakusa yang berhadapan dengan Minamata.

Walaupun air raksa di dalam air laut semula rendah, organisme tertentu dapat menimbun air raksa yang diserapnya dari lingkungannya ke dalam tubuhnya. Peristiwa ini disebut bioakumulasi. Kadar tersebut makin lama dapat menjadi makin tinggi dalam rantai makan-memakan dari plankton sampai ke ikan. Dalam ekologi rantai makan-memakan disebut rantai makanan dan masing-masing matarantai disebut tingkat trofik. Rantai makanan berlanjut dengan dimakannya ikan oleh burung, kucing, dan manusia. Dengan demikian kucing dan burung serta manusia yang menempati tingkat trofik dapat menimbun air raksa sampai ke tingkat yang beracun. Karena gejala penyakit Minamata tidak hanya terdapat pada manusia, melainkan juga pada kucing dan burung.

Gandum Tercemar Air Raksa di Irak

Malapetaka selanjutnya yang berkaitan dengan air raksa ini terjadi di Irak. Saat itu Irak menerima benih gandum dari Meksiko yang telah diperlakukan dengan fungisida air raksa, yaitu etilmerkuri p-toluen sulfonanilida. Benih tersebut dimaksudkan untuk ditanam dan bukan untuk dikonsumsi. Akan tetapi penduduk yang melarat telah memakannya, sehingga mengalami keracunan.  Dengan jatuhnya korban pemerintah Irak mengumumkan, siapa pun yang mempunyai benih yang telah diperlakukan itu akan ditindak tegas, bahkan akan dihukum mati.
Pengumuman tersebut membuat petani ketakutan sehingga membuang benih tersebut ke sungai dan danau yang berdekatan. Akibatnya ialah tercemarnya air sungai dan danau yang mengakibatkan peracunan penduduk yang amat luas. Diperkirakan 5.000 sampai 50.000 orang meninggal dan lebih dari 100.000 orang atau bahkan mungkin sampai 500.000 orang telah menjadi cacad seumur hidup.

Pengolahan konsentrat tanpa merkuri

Begitu besarnya dampak karena pencemaran merkuri dari tailing sisa pengolahan mineral tambang, kini sudah banyak perusahaan tambang yang meninggalkan air raksa. Semua pelaku industri dalam pengolahan barang tambang tidak lagi menggunakan merkuri untuk memisahkan mineral yang dibutuhkannya. Selain merugikan lingkungan juga merugikan perusahaan itu sendiri karena proses recovery membutuhkan waktu yang lama.

Penyakit karena merkuri bersifat menurun seperti yang sudah ditulis sebelumnya. Dalam satu rantai makanan ketika satu mata rantai tercemar maka rantai-rantai lainnya akan akan ikut tercemar. Bukan hanya satu atau dua saja korbannya, melihat data dari korban di Irak ternyata bisa sampai 500.000 orang yang menjadi korban karena merkuri ini. Pengawasan yang ketat pada tailing sangatlah dibutuhkan. Reklamasi lahan yang tepat sehingga bisa berfungsi kembali seperti sediakala sangat penting untuk dilakukan. Demikian juga dengan penanganan lingkungan dari mulai hulu sampai hilir mutlak untuk diperlukan.


Dampak sosial terhadap masyarakat lokal setempat harus diperhatikan secara menyeluruh. Semua yang terdampak harus mendapatkan prioritas penanganan yang memadai. Jika tidak dilakukan maka gejolak sosial karena kehadiran perusahaan tambang akan terjadi. Alih-alih tenang melakukan eksplorasi, yang terjadi malah sebaliknya. Kerugian besar yang harus ditanggung oleh perusahaan. Tanggungjawab sosial dan lingkungan adalah kewajiban yang harus ditunaikan dengan baik.
Share:

Sabtu, November 14, 2015

Edelweis Cantik Di Tengah Kerasnya Dunia Pertambangan

Edelweiss disebut sebagai bunga abadi karena selalu berbunga setiap musim. Tak peduli hujan, kemarau, suhu dingin, dan suhu panas, tumbuhan edelweiss selalu berbunga dengan cantiknya. Sebelum beredarnya larangan memetik bunga edelweis dari puncak-puncak gunung, seorang pecinta alam atau pendaki gunung begitu membanggakan diri dengan bunga abadi ini. Kepemilikan bunga edelweiss seola menasbihkan diri bahwa ia adalah pendaki gunung yang sudah berhasil sampai puncak dan edelweiss adalah buktinya. Karena laju pendakian yang semakin ramai sementara tumbuhan edelweiss hanya segitu-gitunya dikhawatirkan populasi tumbuhan edelweiss berkurang secara signifikan dari waktu ke waktu maka memetik edelweiss menjadi sebuah kegiatan haram yang bisa menyebabkan seorang pecinta alam atau pendaki gunung disanksi jika kedapatan membawa pulang bunga edelweiss.
Edelweis Cantik Di Tengah Kerasnya Dunia Pertambangan (iden wildensyah)
Lain di puncak gunung lain cerita pendaki, di sisi Grasberg yang lainnya tumbuhan edelweiss menjadi bagian dari kegiatan reklamasi lahan yang dilakukan oleh PT Freeport Indonesia. Di lahan Carstenz, tumbuhan edelweiss tumbuh dengan subur. Saat pertama kali menginjakan kaki di ketinggian sekitar 3.800 mdpl tersebut seorang petugas memetik beberapa bunga edelweiss. Spontan saya berkata “eh, kenapa dipetik mas? Itukan bunga edelweiss, gak boleh dipetik begitu saja”. Dengan santainya si mas yang dimaksud menjawab: “Di sini banyak mas, ambil aja. Tuh lihat ke arah sana!” katanya sambil menunjukan ke lokasi lahan tumbuhan edelweiss yang banyak. Benar saja! Saat saya lihat ke arah yang dimaksud, banyak sekali bunga edelweiss yang sedang mekar. Saya tetap tidak berani memetik karena selalu teringat bahwa edelweiss akan tetap indah di tempatnya, bukan dibawa pulang ke rumah kemudian dipajang.
Melihat indahnya bunga edelweiss di lahan reklamasi PT Freeport Indonesia ini mengingatkan saya pada prioritas kelestarian alam yang dituliskan oleh Sony Keraf. Prioritas tersebut adalah nilai keindahan alam. Keindahan alam yang rusak karena aktivitas pertambangan bisa kembali terlihat baik saat dilakukan perencanaan reklamasi dengan baik. Reklamasi yang sangat terperinci dan detail termasuk masalah estetika ini sangat penting untuk dilakukan. Reklamasi tidak asal menanam kembali apalagi mengejar proyek asal jadi seperti proyek-proyek yang dilakukan oleh para koruptor.
Area Reklamasi Carstenz (iden wildensyah)
Reklamasi yang baik untuk memulihkan kondisi lingkungan setempat agar memiliki nilai kembali harus diprioritaskan setiap perusahaan tambang. Menyesuaikan berbagai jenis tanaman dengan kondisi lingkungan yang ada. Setiap lokasi atau lahan yang akan direklamasi tentu harus melewati berbagai tahap studi. Tidak mentang-mentang edelweiss itu sangat cantik kemudian semua lokasi reklamasi ditanami oleh tanaman edelweiss. Alih-alih membuat indah lahan bekas tambang, jika tidak dilakukan perencanaan yang baik akan terlihat sia-sia. Keindahan yang awalnya hendak dicapai malah menjadi bumerang karena tumbuhan menjadi tidak bisa hidup.
Vegetasi tanaman hanya bagian kecil dalam proses reklamasi, masih banyak hal lainnya yang juga penting untuk diperhatikan. Flora dan fauna yang biasa hidup di sekitar lokasi pertambangan harus dilestarikan sedemikian rupa. Bahkan ke satwa kecil atau hewan-hewan kecil yang sangat berguna dalam mendukung kehidupan satwa yang besar. Hewan yang tidak diperhitungkan seperti semut atau serangga-serangga kecil harus bisa kembali lagi ke lokasi.
Lapisan tanah dan batuan yang bisa membuat tanaman hidup tidak bisa bergantung kepada satu pihak saja. Ada perlakuan alami yang biasa terjadi satu hewan dengan hewan lainnya. Saling ketergantungan kemudian membentuk sebuah ekosistem yang baik di lokasi tersebut.
Melihat bunga edelweiss yang indah di tengah kerasnya dunia pertambangan, buat saya seolah menyiratkan pesan tentang masih adanya harapan perbaikan lingkungan dikemudian hari. Butuh kerja keras untuk mereklamasi lahan bekas tambang tetapi bukan sesuatu yang mustahil. Pasti akan selalu ada hal yang menggembirakan selama berusaha memperbaikinya. Semoga saja keindahan edelweiss tersebut menandai keindahan alam di masa yang akan datang.

Share:

Jumat, November 13, 2015

Reklamasi Lahan Yang Menarik di Sisi Grasberg

Rumput hijau yang indah di sisi tebing karst (Iden Wildensyah)
Selama ini banyak orang hanya terfokus melihat penambangan terbuka yang dilakukan oleh PT Freeport Indonesia di Grasberg tetapi tak banyak orang yang melirik aktivitas reklamasi lahan di sisi yang lainnya. Reklamasi di sisi Grasberg juga sangat penting untuk diperhatikan selain aktivitas penambangannya itu sendiri. Penambangan dan reklamasi lahan adalah dua hal yang harus berjalan beriringan. Ketika salah satu aktivitas dilakukan tanpa diikuti dengan aktivitas lainnya, maka ketidakseimbangan ekosistem akan terjadi. Reklamasi ini sangat penting dalam rangka mengembalikan kondisi tanah sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya, maka terhadap lahan bekas pertambangan, selain dilakukan penutupan tambang, juga harus dilakukan pemulihan kawasan bekas pertambangan.
Penambangan terbuka jelas mengubah bentuk dan struktur bumi. Misalnya dari sebuah lahan terbuka dengan banyak sekali vegetasi, ketika terjadi penambangan maka lahan tersebut akan hilang. Vegetasi alami yang awalnya tumbuh di atas lapisan atas akan berubah seiring perubahan pada kontur tanahnya. Perubahan ini bukan tanpa sebab, perubahan lahan ini memang di desain untuk mendapatkan kandungan mineral yang dibutuhkan. Mineral yang ditambang misalnya seperti tembaga, emas, dan perak. Bahan mineral ini kemudian diolah menjadi bahan baku untuk barang-barang yang kita gunakan sehari-hari seperti perangkat alat elektronik, kendaraan, dan kebutuhan lainnya.

Kelestarian Alam dan Reklamasi

Bibit tanaman untuk reklamasi lahan PT Freeport Indonesia (Iden Wildensyah)
Dalam bukunya Etika Lingkungan, Sony Keraf mengatakan bahwa melestarikan warisan alam adalah memberi prioritas pada nilai lain selain nilai ekonomis, nilai keindahan alam, nilai penghormatan akan apa yang diciptakan sendiri dan lebih dari itu, nilai kehidupan itu sendiri.
Reklamasi tambang pada dasarnya adalah usaha untuk memperbaiki dan memulihkan kembali kondisi lahan setelah aktivitas penambangan selesai. Aktivitas pertambangan yang melakukan penggalian dan merubah bentang lahan, perubahan iklim mikro hingga ke kondisi fisik lingkungan harus dilakukan usaha memulihkan kembali. Pemulihan ini berguna agar bentang alam yang sudah rusak masih mampu menopang kehidupan di sekitarnya. Baik untuk hewan, tumbuhan, bahkan manusia. Di sisi yang lain industri pertambangan juga menimbulkan dampak positif sebagai sumber devisa negara, pendapatan asli daerah, penciptaan lahan kerja, perubahan ekonomi hingga bertindak sebagai development agen bagi daerahnya. 

Reklamasi Lahan di Grasberg

Luas areal pertambangan terbuka Grasberg berdiameter sekitar 4 km, dengan kedalaman 1 km lebih. Dari Grasberg ini cadangan tembaga, emas, dan peraknya ditambang setiap hari. berdasarkan data produksi bijih (batuan mineral) PT Freeport Indonesia sekitar 220.000-240.000 ton per hari, sekitar 70% datang dari Grasberg.  Grasberg merupakan ikon tambang dunia yang terkenal. Tepat di bagian atas lokasi penambangan Grasberg terdapat sebuah lahan luas yang diperuntukan sebagai tempat budidaya tanaman endemik Papua yang nantinya akan ditanam di lokasi bekas urugan batuan sisa tambang. Lokasinya bernama Nursery Manado Grasberg. Dengan ketinggian lebih dari 3.800 Mdpl, beberapa tanaman khas yang hidup di daerah sub alpine dipelihara setiap hari. Dengan pengawasan yang ketat serta sistematis, beberapa tanaman jenis rumput-rumputan sudah menyebar tumbuh dengan baik di ketinggian Grasberg. Grasberg yang berarti gunung rumput begitu menawan karena kontrasnya warna gunung dinding karst dengan hijaunya daun rumput.
Sebagian polybag menggunakan bahan dari tumbuhan lokal (Iden Wildensyah)
Vegetasi tumbuhan yang dikembangkan di areal pembibitan tersebut antara lain: Deschamsia Klosii, Deschamsia Caespitosa, Rhododendiron spp, dan lain-lain. Tiga bagian yang saya sebut adalah jenis yang ditanam paling banyak. Untuk mereka yang sering naik gunung, beberapa jenis paku-pakuan, serta tanaman yang hanya tumbuh di puncak gunung pasti sudah tak asing lagi saat melihat langsung.
Tanaman-tanaman tersebut dipelihara dan akan menjadi tanaman pelopor di kawasan reklamasi tambang. Tanaman pelopor yang diharapkan menjadi awal untuk mengundang berbagai jenis satwa liar yang biasa hidup di lokasi seperti berbagai jenis burung dan satwa-satwa kecil. Keberadaan satwa ini akan menjadi penyebar alami lewat buah dimakannya kemudian biji yang keluar bersama kotoran hewan tersebut.
Nah, menarik bukan? Buat saya bukan hanya menarik dari sisi pemandangan tetapi dari cara berpikir. Di Grasberg saya melihat cara berpikir yang utuh dan terintergasi saat melakukan eksplorasi alam. Hal ini menjadi penting karena lingkungan itu satu kesatuan utuh yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Saat melakukan kegiatan pertambangan, semua aspek lingkungan harus dipikirkan secara bersamaan. Reklamasi lahan di lokasi PT Freeport Indonesia ini bisa menjadi contoh untuk siapapun. Tentang sistemnya, tentang keteraturan, dan tentang pengawasan yang ketat pada segala aspek lingkungan.
Share:

Rabu, November 04, 2015

Kelola sampahmu, Simpan Dan Dapatkan Keuntungan Dari Bank Sampah

Salah satu masalah akut lingkungan hidup adalah sampah. Kenapa menjadi akut karena gejala sudah tahu tetapi sulit untuk disembuhkan. Setiap orang tahu bahwa sampah adalah sumber masalah. Pelajaran di Sekolah Dasar jaman dahulu disebutkan bahwa sampah menyebabkan banjir. Misalnya karena seorang yang senang membuang sampah ke saluran air kemudian saat musim hujan saluran air tersebut tertutupi oleh sampah. Air meluber sampai ke atas dan menyebabkan banjir di wilayah tersebut.
Bank Sampah (iden wildensyah)

Demikian seterusnya pelajaran itu hanyaa menjadi sebuah teori saja. Teori yang hanya diketahui tetapi tidak dijadikan sebagai acuan untuk bertindak. Orang-orang masih senang membuang air ke saluran air. Tengok saja di sungai Citarum kalau musim kemarau, sungai berubah menjadi tempat berkumpulnya berbagai jenis sampah. Mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar. Sampah-sampah organic dan sampah anorganik bercampur baur menjadi satu. Alhasil, sungai menjadi bau tak sedap.

Mental manusianya yang harus dibenahi. Pendidikan lingkungan hidup jangan berhenti hanya diteori saja. Praktek lebih penting karena sejatinya teori dibuat untuk mendukung pelaksanaannya. Mengajak orang-orang agar lebih mencintai lingkungan dengan hal yang mudah dari membuang sampah pada tempatnya. Sampah-sampah yang sudah dibuang kemudian dikumpulkan dan disimpan di tempat akhir pembuangan sampah.

Paradigma Baru

Yayasan Pengelolaan Biosains dan Bioteknologi (YPBB) di Kota Bandung sudah gencar melakukan kampanye penyadaran lingkungan dengan segala cara. Membuat kegiataan bersama dalam event tahunan seperti Hari Bumi, Hari Lingkungan Hidup, dan hari-hari lainnya yang berhubungan dengan lingkungan. YPBB sangat konsen dalam mengampanyekan gerakan zero waste atau gerakan nol sampah mulai dari diri sendiri. Pelan-pelan mengubah kebiasaan masyarakat dari suka menghasilkan sampah menjadi masyarakat yang mulai mengurangi dan bahkan menghilangkan sampah dengan cara seperti membuat gerakan membawa kantung yang serbaguna, selalu membawa bekal sendiri yang dikemas dalam wadah yang bisa dipakai berulang kali.
Para volunteer bergerak bersama-sama mulai dari diet kantong plastik yang diganti dengan tas serbaguna, menolak pemberian plastik saat membungkus makanan atau barang selepas berbelanja. Melakukan kampanye pemilahan sampah di rumah-rumah dengan komposter, keranjang takakura, dan lubang biopori untuk menampung air hujan dan menyimpan beberapa bagian sampah organic rumahan.

Bank Sampah

Bank Sampah (iden wildensyah)
Lain YPBB di tempat lain pengelolaan sampah dengan cara yang baru dalam pengelolaan sampah. Sampah-sampah anorganik yang biasanya menjadi tak bernilai dan hanya diambil oleh pemulung sampah, kini menjadi bernilai bahkan menjadi investasi. Bank sampah namanya. Sampah-sampah yang dikirimkan oleh orang atau masyarakat kemudian menjadi nasabah di Bank Sampah tersebut. Berbagai jenis sampah anorganik bisa disimpan dan ditukar dalam bentuk uang. Ada nilai dan tentu saja berbeda setiap nilainya berdasarkan jenis sampah yang disimpan oleh nasabah.

Namanya Bank Samici atau Bank Sampah Induk Cimahi terletak di Jl KH Usman Dhomiri no 15 Cimahi. Bank yang memiliki semboyan Cetar Membahana ini mengingatkan saya pada sosok artis Sahrini. Cetar Membahana adalah singkatan dari Cerdas dan Pintar Mengolah dan Membuat Sampah menjadi Berkah). Sebuah cita-cita luhur yang sangat baik untuk semua masyarakat bukan hanya untuk masyarakat di sekitar Cimahi saja tetapi juga Bandung dan sekitarnya.

Dari penuturan pengelola yang sedang berjaga di lokasi, kehadiran Bank Samici ini sangat positif buat masyarakat sekitar karena mampu mengubah cara pandang masyarakat yang awalnya apatis dengan sampah kini menjadi peduli. Masyarakat sudah melihat sampah sebagai investasi, tak lagi melihat sampah sebagai sumber masalah. Terbukti memang, di sekitar jalan menuju lokasi Bank Samici nyaris tak terlihat sampah di pinggir jalan. Sebuah revolusi mental yang nyata di masyarakat. Oh iya, masyarakat juga diajak untuk memilah sampah. Sampah-sampah yang ada rumahnya dipilah berdasarkan jenis yang sudah ditentukan seperti kaca, plastik, botol air kemasan, kertas, kaleng, dan lain-lain.

Nah, jika anda tertarik untuk menjadi nasabah di Bank Samici, ada beberapa cara yang bisa anda lakukan. Di antaranya:
  1. Nasabah datang ke Bank Sampah dengan membawa buku tabungan
  2. Membawa sampah yang akan ditabung (Sampah telah terpilah jenisnya), berat minimal adalah 1 kg.
  3. Sampah yang dibawa dicatat dan ditimbang oleh petugas
Jadwal pelayanan dilakukan setiap hari senin sampai hari jumat untuk waktu kerja normal yaitu jam 08.00-16.00 sementara untuk hari sabtu, jam kerja mulai 08.00-14.00. Sangat menarik bukan? Ayo menabung di Bank Sampah!

Revolusi Mental

Kehadiran dua lembaga yang focus dalam pendidikan lingkungan tersebut menjadi angin segar buat masyarakat. Dukungan satu sama lain dalam mewujudkan masyarakat yang peduli lingkungan sangat mutlak dibutuhkan. Memang tidak mudah mengubah mental yang sudah tertanam jauh dalam dirinya. Mental dalam memandang sampah sebagai masalah kemudian berubah menjadi melihat sampah sebagai investasi.
Bukan hanya sampah organic tetapi juga sampah anorganik. Keduanya memiliki nilai yang baik untuk kehidupan jika kita berhasil mengolah menjadi kebaikan. Mengubah mental sangatlah mendasar. Sebuah sampah bisa menjadi bernilai kembali pada saat kita berhasil mengubah cara pandang kita terhadap sampah. 
Share:

Senin, November 02, 2015

Wawancara Imajiner Dengan Valentino Rossi

Setelah balapan selesai dari Sirkuit Sepang Malaysia yang dramatik itu, saya mendekati Valentino Rossi yang sedang duduk. Tampak sekali kelelahan di wajahnya. Setiap lap berpacu dengan kecepatan yang aduhai, cepat nian!
Saya: Hai Ross! Gimana rasanya setelah menuntaskan balapan kali ini?
Rossi: Baik mas, gimana kalau panggil saya Vale aja. Rossi itu kayak pembawa acara aja.
Saya: oke, baiklah. Vale pakai vi atau ef atau pe?
Rossi: Vale mas, pakai vi, vi bukan ef atau pe!
Saya: Sip, Vale. Gimana rasanya balapan tadi? Katanya anda menendang Marcuez?
*Rossi diganti jadi Vale
Vale: Gini mas, saya itu sebenarnya tidak nendang Marc dia itu teman saya. Masa saya tendang tendang begitu saja. Saking bertemannya, mas lihat sendiri tadi Marc itu nguntit saya terus.
Saya: Kalau gak nendang terus kaki yang mengenai motor itu apa dong?
Vale: nah ini mas, harus saya jelaskan di sini. Waktu itu kaki saya pegel, agak menjelang kram, gatal gitulah. Selonjorin dikit kan lumayan tuh buat ngilangin pegel. Memacu di atas kecepatan itu membuat kaki saya benar-benar pegal. Waktu saya selonjorin, baru sedikit aja eeeh kena motornya Marc. Untung mas!
Saya: lho kenapa untung?
Vale: untung sekali mas, untung saya gak jatuh. Kalau jatuh saya malu mas. Malu balapan kali ini terjatuh karena kaki saya pegal.
Rossi dan Marquez 

Share:

Minggu, November 01, 2015

Sebaiknya Proteksi Properti Anda Dengan Asuransi

Proteksi Properti Anda Dengan Asuransi (rumahminimalis)
Kebutuhan asuransi saat ini sangat terasa. Dengan segala risiko yang akan anda alami jangan sampai menyesal kemudian karena tidak segera mengajukan aplikasi asuransi. Kita sering dengar saat mengendarai kendaraan di jalan, kecelakaan yang berakibat fatal. Bukan karena kita tidak mengendarai dengan hati-hati tetapi karena pengendara lain yang tidak bisa mengendalikan mobilnya dengan baik yang berakibat kecelakaan.

Demikian juga dengan potensi kebakaran di rumah. Terutama perumahan padat penduduk yang aliran listriknya tak beraturan, korsleting menjadi sangat menakutkan karena akan menyebabkan kebakaran. Nah dikutip dari Kompas, inilah beberapa alasan pentingnya asuransi untuk anda.

 1. Sebenarnya, tahukah Anda seberapa pentingnya memiliki asuransi? Ini merupakan bentuk investasi yg krusial dan penting untuk menjaga Anda. 

2. Asuransi dapat menjamin saat kita kehilangan pekerjaan, properti, pemasukan, kesehatan secara fisik dan juga hilangnya kehidupan. asuransi

3. Sebagian besar orang mengabaikan asuransi, terutama bagi mereka yang merasa muda dan merasa tidak akan terkalahkan. Pendapat mereka salah!

4. Sesungguhnya, diwaktu inilah dimana asuransi itu dapat dijangkau atau dibeli. Janganlah menganggap bahwa asuransi itu adalah "dead money"

5. Anda perlu tahu bahwa setiap perusahaan asuransi memiliki value dan kebijakan yg berbeda, maka berkonsultasilah dengan agen asuransi

6. Agen asuransi yang bagus tidak memaksa anda dgn memberitahu segala macam produk yang ada. Sebaliknya, merancang rencana hidup Anda dgn baik

7. Dengan pilihan yg baik, maka di saat anda berumur >60thn dan tdk bisa membayar lg premi Anda, Anda telah mempunya nilai akumulasi yang bagus.

Ayo proteksi properti anda dengan Asuransi.
Share:

Sabtu, Oktober 31, 2015

Cerita Kemarau [3]

Malam kemarau adalah malam terdingin di daerah pegunungan, dan hari-hari tersesak karena debu yang bertebaran dipinggir jalan desa. Selain di sisi pantai yang saya sebut sebagai tetangga Australia (istri saya masih tidak percaya kalau nenek moyang saya pelaut dari Australia). Saya menghabiskan masa kecil di daerah pegunungan di selatan Garut. Perubahan kontur wilayah ini membuat saya harus bisa secepat mungkin menyesuaikan diri dengan suhu yang sangat jauh berbeda.
Kaki gunung (iden wildensyah)
Dinginnya malam hari di musim kemarau terlihat dari uap-uap yang keluar dari mulut kalau saya tiupkan, seperti sedang mengeluarkan asap rokok. Juga dari kolam-kolam ikan yang terlihat ”ngebul” bukan panas tetapi karena dingin. Kalau saya raba, dinginnya seperti air es.
Malam hari dengan bulan purnama di samping Gunung Cikuray, adalah pemandangan lain dari musim kemarau. Karena terlihat jelas puncak gunungnya, saya bertanya pada bapak tentang situasi di atas gunung tersebut. Bapak menjawab dengan penuh keyakinan bahwa di puncak gunung itu ada banyak burung yang sangat indah, yang tidak akan ditemui di bawah atau di kaki gunung. Bapak juga menceritakan tentang keadaan jika bermalam disana, kata beliau, sarung yang dipakai untuk selimut akan berembun saking dinginnya. 
Dinginnya malam di musim kemarau membuat kami harus siduru (menghangatkan badan dipinggir hawu (tempat pembakaran untuk menanak nasi atau masak memasak) sebelum tidur atau bangun tidur menjelang pagi setelah Sholat Shubuh. Masa siduru adalah waktu yang sangat menyenangkan, sambil bermain-main api saya meuleum (membakar) ubi atau ketela pohon yang saya celupkan ke air gula atau langsung dimakan dengan gula.
Oiya... Gunung Cikuray yang selalu saya bayangkan puncaknya dari kecil itu, akhirnya bisa saya daki ketika saya mahasiswa. Saya berhasil mendaki Gunung Cikuray meraih kepenasaran waktu kecil dan Saya mengetahui keadaan disekitar puncak gunungnya seperti yang dibayangkan sebelumnya.
Share:

Jumat, Oktober 30, 2015

Cerita Kemarau [2]

Kemarau adalah malam yang terang benderang dikala bulan purnama. Keceriaan sore berlanjut dimalam hari, sehabis ngaji (saya ngaji di rumah di wuruk (diajar) oleh bapak) dan teman juga beres ngaji di surau kampung kami. Saya langsung keluar rumah, tentu setelah mendapat ijin dari orang tua. Bersama teman-teman saya kembali bermain di teras rumah, di tempat yang lapang. Main kuda-kudaan dengan sarung dililitkan ke leher dan seorang teman yang dibelakang sebagai joki, bergantian kami memainkan peran itu. Saling kejar saling teriak di bawah sinar bulan purnama.
Bulan purnama 
Di malam hari dimusim kemarau bulan purnama terlihat sempurna, bulan terlihat penuh. Saya selalu penasaran melihat bulan, memandangi dari jauh dan kata bapak saya, harus dilihat dengan mengucap maha besar Alloh. Saya bertanya tentang bulan. Saya bertanya pada banyak orang, pada seorang kakek juga pada seorang nenek. Dan jawabannya sama, di bulan ada nini anteh. Nini (nenek) anteh juga sama dengan sanekala, saya belum menemukannya sampai era google pun saya tidak menemukan nini anteh.
Kata jawaban itu, nini anteh di bulan ditemani kucing dan nini anteh suka menenun. Bayangkan sudah berapa kain yang nini anteh bikin.
Sinar bulan purnama yang sempurna di musim kemarau, walau sesekali awan menghalangi untuk sekedar numpang lewat itu, membuat malam terlalu sayang untuk dilewatkan begitu saja. Dan saya bersama teman-teman melewatkan malam dengan keceriaan. Keceriaan itu biasanya berakhir kalau sudah larut malam, atau seorang anak kecil nangis karena jatuh, atau ibu kami memanggil. Saya tidak tahu persis jam berapa kami mengakhiri bermain malam, yang pasti saya selalu tertidur nyenyak jika sudah kecapean.
Kemarau menyisakan malam bulan purnama dengan keceriaan.
4
Kadangkala kemarau benar-benar membuat saya khawatir, kejadiannya karena sering terjadi kebakaran hutan. Bahkan kebun kami pernah dilahap sijago merah, untungnya bukan kebun belakang yang tanamannya saya sirami setiap pagi dan sore menjelang pergi sekolah.
Saya menyaksikan sendiri bagaimana api melahap tanaman kering yang ada di kebun, atau ilalalang di padang penggembalaan. Saya menduga ada orang jahil yang sengaja membakar. Tetapi seiring waktu saya belajar bahwa suhu panas matahari yang memancar ke bumi pada titik tertentu bisa membuat api, terutama pada gesekan-gesekan ranting pohon yang kering. Saya tahu ini dari tayangan di televisi. 
Kekeringan menyebabkan lahan yang tadinya subur untuk bercocok tanam menjadi gersang, bahkan terlihat sangat kering kerontang. Ditambah dengan suhu yang panas maka lengkaplah cerita penderitaan di desa kami, sebagian menyebutnya musim kemarau sebagai peringatan Tuhan untuk manusia agar mensyukuri karuniaNya. Untuk ini dalam Islam ada sebuah sholat meminta hujan, namanya Sholat Istiskho. Waktu saya kecil saya pernah diajak bapak untuk Sholat Istiskho. Saya tidak mengerti dengan sholat ini, sholat dilaksanakan mirip dengan Sholat Idul Fitri hanya waktu pelaksanaannya saja yang berbeda. Sholat Istiskho dilaksanakan pada waktu siang menjelang matahari berada tepat di atas ubun-ubun.
Terbayang bagaimana panasnya, saya berada disamping bapak waktu sholat ini. Bapak begitu bersungguh-sungguh dalam memanjatkan doa memohon hujan walau panasnya minta ampun. Kepanasan ditengah terik matahari membuat saya kecil mengeluh ke bapak, dan tahu kah apa jawaban bapak? Beliau menjawab: ”Panasnya matahari disini tidak akan sepanas matahari di padang mahsyar dengan 7 matahari yang jaraknya satu jengkal di atas kepala kita”. Saya kaget tetapi saya berpikir positif waktu itu, karena kata bapak kalau orang beriman jangan takut ada Alloh yang akan melindungi. Saya merasakan optimisme bapak ketika berdoa. Jadi walaupun panas, saya tetap bertahan. Dalam hati saya berkata, ”bagaimana mungkin saya bisa bertahan dengan 7 matahari kalau 1 matahari saja saya mengeluh”.
Selepas sholat meminta hujan, saya tidak menghitung hari menunggu hujan, yang saya rasakan hanya ada sedikit optimis dalam diri saya bahwa hujan akan datang. Kenyataan memang hujan datang turun ke bumi, tetapi sekali lagi saya tidak menghitung berapa hari atau berapa bulan rentang waktu dari kami sholat meminta hujan dengan hujan turun.
Kemarau menjadi pelajaran bagi saya dari bapak untuk tidak mengeluh karena panas. Terima kasih untuk bapak, semoga beliau damai disisiNya. Tuhan, masukanlah beliau pada golongan orang yang diberkati, pada golongan orang yang bersyukur! Amien.
Kemarau menyisakan semangat, optimisme dan yakin akan pertolongan Tuhan.
Share:

Kamis, Oktober 29, 2015

Cerita Kemarau [1]

1.
Musim kemarau dalam memori saya waktu kecil adalah kekeringan dan kerja keras untuk menyiram tumbuhan di kebun. Sawah yang kerontang, irigasi yang mengering, angin yang bertiup kencang dan tentunya suhu yang panas. Terlebih saya kecil hidup di pesisir pantai, saya menyebutnya tetangga Australia. 
Kemarau dan sore yang indah (iden wildensyah)
Setiap pagi sebelum berangkat sekolah saya dibangunkan untuk segera mengambil air di kulah (sebuah kolam didepan surau untuk wudlu). Airnya sudah berwarna hijau karena lukut (tumbuhan yang tumbuh dibebatuan biasanya licin kalau diinjak bisa membuat tergelincir) tetapi untuk menyiram tumbuhan rasanya bau lukut itu tidak masalah yang penting tumbuhan di kebun kami bisa minum. Dua ember saya jinjing di kiri dan di kanan saya. Kadang dengan mulut bersungut-sungut saya melaksanakan rutinitas pagi di musim kemarau tersebut. Pernah satu kali diwaktu saya malas, saya menyiram tumbuhan daunnya saja yang terlihat basah, tanahnya tetap kering. Kasus ini jadi pelajaran karena ibuku mengetahui sampai beliau memarahi dan memberi tahu kalau menyiram itu sama dengan memberi makan bukan memandikan atau membasahi daun saja. 
Saya menyiram setiap pagi sebelum berangkat sekolah, dalam hati saya berkata bahwa apa yang saya lakukan bisa membuat tanaman itu tumbuh dikemudian hari bisa memberikan buah-buah pada kami. Tumbuhan yang baru ditanam itu terdiri dari Durian, Mangga, Sawo dan Rambutan. Kalau sedang Mood bagus, semua tanaman yang terlihat kering saya sirami sampai pagar pun saya sirami. Saya sangat sayang sekali pada tanaman tersebut, kasihan rasanya kalau mereka layu gara-gara kemarau. Saya menyiram dua kali sehari, pagi dan sore menjelang maghrib. Saya senang melakukannya, saya merasa memberi kehidupan ketika melihat tanaman tersebut tumbuh dengan baik. Indikatornya bagi saya sederhana, daunnya terlihat segar. 
Kemarau membuat desa kami kering, tetapi keceriaan anak-anak seusia saya waktu itu membuat kekeringan tidak terasa sebagai masalah. Saya bersyukur mengalami satu masa itu, masa yang kadang membuat saya merasa iri pada teman-teman yang bisa langsung bermain tanpa ditanya "sudah disiram belum tanaman dibelakang?". Tanaman itu sekarang sudah besar, seiring waktu yang terus berpacu tanaman itu pun sedikit demi sedikit bisa diambil buahnya, ibu saya tidak pernah melupakan untuk menyisakan buahnya untuk saya.
2.
Kemarau selalu identik dengan sore yang cerah dan malam yang terang benderang dikala purnama. Sore dikala musim kemarau adalah saat yang menyenangkan, suhu menjadi sedang maksudnya tidak begitu panas juga tidak begitu dingin dari suhu maksimal disiang hari sehingga banyak keceriaan yang muncul disore hari. Keceriaan di sore hari inidimanfaatkan oleh anak-anak kecil untuk bermain ucing-ucingan, main layangan, susumputan dan juga keceng-kecengan bagi mereka yang sudah dewasa. Moment sore di musim kemarau oleh saya kecil pada waktu itu digunakan untuk bermain bersama teman-teman tentunya setelah menjawab pertanyaan ibu: ”sudah disiram belum tanaman dibelakang?” dengan jawaban sudah.
Sore yang cerah dan keceriaan anak-anak yang sedang bermain di lapangan membuat semarak kampung kami, kadang saya lupa waktu kalau sudah bermain. Rasanya saya ingin terus merasakan sore hari, saya tidak mau memasuki malam. Saya tidak mau ibu memanggil saya untuk segera kembali ke rumah untuk sholat berjamaah bersama bapak di surau.
Biasanya kami baru beranjak menuju rumah kalau sudah ditakuti dengan mahluk bernama ”Sanekala” yaitu mahluk yang suka mengambil anak-anak yang main kemaleman. Sanekala hanya ada dalam bayang saja, karena sampai sekarang saya belum tahu rupa dan wujudnya. Dalam bayangan saya sanekala bermuka seram dan bergigi tajam serta bisa terbang. Di era google pun saya tidak menemukan mahluk bernama sanekala ini.
Sore yang cerah dan angin barat yang bertiup kencang membuat ideal menerbangkan layang-layang. Layang-layang bisa menjadi indikator musim kemarau, maklum saja waktu saya kecil tidak tahu ada siklus musim di dunia ini. Yang saya tahu hanya kalau musim kemarau itu panas dan sore bisa main seenaknya serta kewajiban untuk menyiram tanaman, nah kalau musim hujan saya bermain menjelang siang di selokan membuat bendungan dari tanah liat, main air dan basah kuyup (kadang ibu marah-marah kalau saya leledokan (kotor-kotoran) alasannya baju habis karena yang kemaren-kemaren belum kering karena hujan sepanjang hari).
Menyaksikan layang-layang di udara membuat saya kagum, saya berpikir tentang apa yang menyebabkan layang-layang bisa terbang tinggi. Apakah karena kertas yang ringan atau karena angin. Saya sempat berkesimpulan bahwa layang-layang bisa terbang karena kertas yang ringan, karena tanpa rangka pun kertas bisa terbang. Pengecualian adalah kertas koran, saya menganggap kertas koran terlalu berat untuk diterbangkan.
Anak-anak dikampung saya membuat sendiri layang-layang, menggambarnya dengan kreasi sendiri. Tidak termasuk saya, saya tidak bisa membuat layang-layang karena bapak saya tidak bisa membuat layang-layang. Sekali-kalinya membuat eh tidak terbang, akhirnya mencari saja layangan putus yang hinggap di kebun belakang tempat tanaman saya sirami.
Sore yang cerah ini menyisakan lembayung sesaat sebelum menuju malam, warnanya biru, putih, oranye cerah dan kekuningan. Semburat matahari sore itu memancarkan sinar yang indah. Saya terkagum-kagum melihat keindahan sore dimusim kemarau, sinar matahari sore ini kadang membuat waktu siang terasa lebih lama, saya merasakannya karena walaupun sudah maghrib tetapi masih terang benderang. 
Kemarau membuat sore menjadi indah.
Share:

Postingan Populer