Edelweiss disebut sebagai bunga abadi karena selalu berbunga
setiap musim. Tak peduli hujan, kemarau, suhu dingin, dan suhu panas,
tumbuhan edelweiss selalu berbunga dengan cantiknya. Sebelum beredarnya
larangan memetik bunga edelweis dari puncak-puncak gunung, seorang
pecinta alam atau pendaki gunung begitu membanggakan diri dengan bunga
abadi ini. Kepemilikan bunga edelweiss seola menasbihkan diri bahwa ia
adalah pendaki gunung yang sudah berhasil sampai puncak dan edelweiss
adalah buktinya. Karena laju pendakian yang semakin ramai sementara
tumbuhan edelweiss hanya segitu-gitunya dikhawatirkan populasi tumbuhan
edelweiss berkurang secara signifikan dari waktu ke waktu maka memetik edelweiss menjadi sebuah kegiatan haram yang bisa menyebabkan seorang pecinta alam atau pendaki gunung disanksi jika kedapatan membawa pulang bunga edelweiss.
Lain di
puncak gunung lain cerita pendaki, di sisi Grasberg yang lainnya
tumbuhan edelweiss menjadi bagian dari kegiatan reklamasi lahan yang
dilakukan oleh PT Freeport Indonesia. Di lahan Carstenz, tumbuhan
edelweiss tumbuh dengan subur. Saat pertama kali menginjakan kaki di
ketinggian sekitar 3.800 mdpl tersebut seorang petugas memetik beberapa
bunga edelweiss. Spontan saya berkata “eh, kenapa dipetik mas? Itukan
bunga edelweiss, gak boleh dipetik begitu saja”. Dengan santainya si mas
yang dimaksud menjawab: “Di sini banyak mas, ambil aja. Tuh lihat ke
arah sana!” katanya sambil menunjukan ke lokasi lahan tumbuhan edelweiss
yang banyak. Benar saja! Saat saya lihat ke arah yang dimaksud, banyak
sekali bunga edelweiss yang sedang mekar. Saya tetap tidak berani
memetik karena selalu teringat bahwa edelweiss akan tetap indah di
tempatnya, bukan dibawa pulang ke rumah kemudian dipajang.
Melihat indahnya bunga edelweiss di lahan reklamasi PT Freeport Indonesia ini mengingatkan saya pada prioritas kelestarian alam yang dituliskan oleh Sony Keraf. Prioritas tersebut adalah nilai keindahan alam. Keindahan alam yang rusak karena aktivitas pertambangan bisa kembali terlihat baik saat dilakukan perencanaan reklamasi dengan baik. Reklamasi yang sangat terperinci dan detail termasuk masalah estetika ini sangat penting untuk dilakukan. Reklamasi tidak asal menanam kembali apalagi mengejar proyek asal jadi seperti proyek-proyek yang dilakukan oleh para koruptor.
Reklamasi yang baik untuk memulihkan kondisi lingkungan
setempat agar memiliki nilai kembali harus diprioritaskan setiap
perusahaan tambang. Menyesuaikan berbagai jenis tanaman dengan kondisi
lingkungan yang ada. Setiap lokasi atau lahan yang akan direklamasi
tentu harus melewati berbagai tahap studi. Tidak mentang-mentang
edelweiss itu sangat cantik kemudian semua lokasi reklamasi ditanami
oleh tanaman edelweiss. Alih-alih membuat indah lahan bekas tambang,
jika tidak dilakukan perencanaan yang baik akan terlihat sia-sia.
Keindahan yang awalnya hendak dicapai malah menjadi bumerang karena
tumbuhan menjadi tidak bisa hidup.
Vegetasi tanaman hanya bagian kecil dalam proses reklamasi, masih banyak hal lainnya yang juga penting untuk diperhatikan. Flora dan fauna yang biasa hidup di sekitar lokasi pertambangan harus dilestarikan sedemikian rupa. Bahkan ke satwa kecil atau hewan-hewan kecil yang sangat berguna dalam mendukung kehidupan satwa yang besar. Hewan yang tidak diperhitungkan seperti semut atau serangga-serangga kecil harus bisa kembali lagi ke lokasi.
Lapisan tanah dan batuan yang bisa membuat tanaman hidup tidak bisa bergantung kepada satu pihak saja. Ada perlakuan alami yang biasa terjadi satu hewan dengan hewan lainnya. Saling ketergantungan kemudian membentuk sebuah ekosistem yang baik di lokasi tersebut.
Melihat bunga edelweiss yang indah di tengah kerasnya dunia pertambangan, buat saya seolah menyiratkan pesan tentang masih adanya harapan perbaikan lingkungan dikemudian hari. Butuh kerja keras untuk mereklamasi lahan bekas tambang tetapi bukan sesuatu yang mustahil. Pasti akan selalu ada hal yang menggembirakan selama berusaha memperbaikinya. Semoga saja keindahan edelweiss tersebut menandai keindahan alam di masa yang akan datang.
Edelweis Cantik Di Tengah Kerasnya Dunia Pertambangan (iden wildensyah) |
Melihat indahnya bunga edelweiss di lahan reklamasi PT Freeport Indonesia ini mengingatkan saya pada prioritas kelestarian alam yang dituliskan oleh Sony Keraf. Prioritas tersebut adalah nilai keindahan alam. Keindahan alam yang rusak karena aktivitas pertambangan bisa kembali terlihat baik saat dilakukan perencanaan reklamasi dengan baik. Reklamasi yang sangat terperinci dan detail termasuk masalah estetika ini sangat penting untuk dilakukan. Reklamasi tidak asal menanam kembali apalagi mengejar proyek asal jadi seperti proyek-proyek yang dilakukan oleh para koruptor.
Area Reklamasi Carstenz (iden wildensyah) |
Vegetasi tanaman hanya bagian kecil dalam proses reklamasi, masih banyak hal lainnya yang juga penting untuk diperhatikan. Flora dan fauna yang biasa hidup di sekitar lokasi pertambangan harus dilestarikan sedemikian rupa. Bahkan ke satwa kecil atau hewan-hewan kecil yang sangat berguna dalam mendukung kehidupan satwa yang besar. Hewan yang tidak diperhitungkan seperti semut atau serangga-serangga kecil harus bisa kembali lagi ke lokasi.
Lapisan tanah dan batuan yang bisa membuat tanaman hidup tidak bisa bergantung kepada satu pihak saja. Ada perlakuan alami yang biasa terjadi satu hewan dengan hewan lainnya. Saling ketergantungan kemudian membentuk sebuah ekosistem yang baik di lokasi tersebut.
Melihat bunga edelweiss yang indah di tengah kerasnya dunia pertambangan, buat saya seolah menyiratkan pesan tentang masih adanya harapan perbaikan lingkungan dikemudian hari. Butuh kerja keras untuk mereklamasi lahan bekas tambang tetapi bukan sesuatu yang mustahil. Pasti akan selalu ada hal yang menggembirakan selama berusaha memperbaikinya. Semoga saja keindahan edelweiss tersebut menandai keindahan alam di masa yang akan datang.