Ruang Sederhana Berbagi

Selasa, Desember 31, 2013

Ruang Bermain

Siang itu selepas pulang sekolah, empat anak-anak bermain di belakang rumah. Di sebuah tempat kosong yang biasa digunakan anak-anak pada sore hari setelah ngaji atau pagi-pagi jika hari minggu. Beragam mainan mereka mainkan di tempat kosong itu, mulai dari sepak bola, main kelereng, galasin, sondah, lompat tali, dll.

Di tempat kosong itu, keceriaan hadir. Ruang bersama yang menjadi bagian keseharian anak-anak untuk bermain. Sejatinya bukan hanya bermain tetapi mereka juga belajar tentang banyak hal. Misalnya ketelitian, kecermatan, kelincahan, sosialisasi, dan kepekaan kepada sesama teman.

Tempat kosong ruang terbuka itu penuh makna buat anak-anak. Kehadirannya mampu menghiasi dinamika belajar yang sesungguhnya. Adakalanya pikiran menerawang ke ruang terbuka itu untuk bermain bersama teman-teman ketika waktu sekolah masih berlangsung. Keinginan dan rencana untuk bermain setelah waktu sekolah usai terkadang menyita waktu bahkan terlihat seperti sedang melamun.

Pelajaran kalah oleh keinginan bermain di ruang terbuka bersama teman-teman. Mungkin salah karena tidak seharusnya. Tetapi demikian anak-anak, senang bermain bersama teman-teman untuk belajar hal yang tidak diajarkan di sekolah.

Sekolah tetap penting, tantangannya adalah menyediakan ruang terbuka yang bisa dijadikan sebagai media pembelajaran bersama-sama.
Salah satu kegiatan menarik di halaman belakang ruang kosong untuk bermain kelereng.
Share:

Minggu, Desember 29, 2013

Kesempatan Moyes

Sudah beberapa pekan ini saya mengikuti berita seputar Mancherster United (MU). Walaupun bukan sebagai pendukung fanatik, tapi saya senang mengikuti dinamika yang terjadi dalam sebuah klub sepakbola.

Penunjukan David Moyes oleh Sir Alex Ferguson dan kawan-kawan tentu bukan karena kebetulan. Tentu dengan berbagai perhitungan dan pertimbangan yang matang.

Intinya saya belajar tentang manajemen sepakbola yang secara tidak langsung juga belajar manajemen manusia. Nah David Moyes memberikan banyak pembelajaran menarik buat saya.

Saat ini kalau boleh dibilang terseok-seok, iya. MU nangkring di papan tengah, bukan di papan atas. Terlempar dari 'The Big Four' yang sudah sering mereka tempat dalam dekade sebelumnya. Wajar jika beberapa pendukung MU merasa khawatir dengan kondisi permainan ini. Apalagi di jaman yang instan ini, semua ingin cepat terlihat hasilnya. Melupakan proses panjang untuk meraih sebuah prestasi besar.

Buat saya, Moyes memiliki kans besar membuat sejarah di MU jika pemilik MU dan pendukung setianya memberikan kesempatan dan kepercayaan penuh kepadanya. Jangan melihat proses ini sebagai sesuatu yang instan. Cepat dan langsung jadi juara di awal kepemimpinannya. 

Dua Tipe 

Dalam sepakbola modern, saya melihat dua tipe yang berbeda dalam memimpin sebuah tim sepakbola. Pertama tipe coach dan kedua tipe manajer. Keduanya sangat berbeda walau hasil yang ingin dicapai sama, yaitu juara.

Tipe pertama, coach. Sebagai contoh saya ambil Jose Mourinho. Saya mengagumi terutama saat menjadi rival Sir Alex Ferguson. Mourinho sempat beredar rumor akan menggantikan Sir Alex di MU. Mourinho adalah tipe couch, dia memiliki kapasitas untuk melatih dalam waktu yang cepat dan instan untuk meraih prestasinya.

Ciri-ciri tipe ini adalah pembelian pemain yang bisa jor-joran dan berlabel bintang. Lihat saja contohnya saat ia memegang Inter Milan, Real Madrid, dan sekarang Chelsea. Di Chelsea relatif tidak sebombastis waktu di Real Madrid. Saat itu Chelsea berhasil meraih prestasi besar di kancah liga Inggris. Sayangnya, tetap saja tidak dianggap berhasil oleh sang pemilik, Roman Abramovich karena Mou tidak bisa memenangi piala champion. Piala yang dirindukan oleh sang pemiliknya.

Tipe kedua adalah manajer. Tipe ini saya ambil contoh Sir Alex Fergosun dan Arsene Wenger. Keduanya memberikan cara memenej sebuah tim sepakbola dengan baik. Sir Alex Ferguson mampu meraih banyak prestasi hal didikannya pada the young gun seperti David Beckam, Ryan Giggs, Paul Scholes, Olle Gunnar Solkjaer, dan lain-lain.

Sir Alex Fergosun dan Arsene Wenger merintis dari tim biasa saja menjadi tim besar yang disegani. Arsene Wenger misalnya, pernah membawa Arsenal sebagai tim yang tidak terkalahkan dalam satu putaran kompetisi liga Inggris bersama Thiery Henry dkk. Sebuah prestasi yang belum dicapai manajer manapun.

Nah, kembali kepada David Moyes, seandainya manajemen memberikan kesempatan kepada David Moyes untuk terus memimpin pasukannya, saya yakin MU bisa kembali ke track-nya sebagai kontestan liga Inggris dan masuk kembali ke habitat 'The Big Four'. Semoga!
Share:

Jumat, Desember 27, 2013

Gus Dur

Gus Dur
Saya menyukai sebuah komentar status dari Agus R Sarjono setelah Gur Dur meninggal tiga tahun yang lalu "Gus Dur memang kontroversial, saya juga berharap Indonesia yg pluralis, demokratis, rilek, kadang benar kadang salah, dan penuh humor. Lebih menyenangkan daripada Indonesia yang formal dan jaim".

Saya tidak mengenal secara pribadi, bahkan bertemu langsungpun dengan Gus Dur belum pernah, tetapi beberapa tulisannya, catatannya, humornya pernah saya baca. Gus Dur memang kontroverial, setiap ucapannya tidak bisa ditebak, sekalipun oleh para ilmuwan. Dengan mudahnya Gus Dur membalik logika dari argumentasi sebelumnya. Selain itu, Kelakarnya yang terus teringat "Gitu aja kok repot" ini menjadi sebuah pernyataan untuk membuat mudah segala sesuatu dan jangan di buat rumit.

Kebijakan luar biasa Gus Dur selagi menjadi Presiden adalah penghormatan kepada etnis China yang tidak dilakukan oleh Presiden sebelumnya. Di masa kepresidenan Gus Dur-lah Barongsai dan Imlek mendapat tempat di Indonesia. Secara pribadi saya berterima kasih, karena memang begitulah seharusnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa kita juga harus berterima kasih kepada pendatang dari China sewaktu VOC berkuasa di Indonesia. 

Kini tokoh Pluralis itu telah tiada, dua hari tepat sebelum tahun 2010. Semoga amal kebaikan Gus Dur menjadi percikan bagi generasi selanjutnya untuk mewarnai Indonesia ke depan lebih baik. Keberanian Gus Dur menjadi teladan untuk kita. Ya Allah, semoga Engkau terima amal dan kebajikan Gus Dur! selamat tinggal Gus!

Share:

Rabu, Desember 18, 2013

Merindumu

Ada satu bait lagu Jikustik yang menarik bagi saya, isinya tentang kerinduan menulis untuk seseorang yang selalu di hatinya. Menulis bagi saya sudah seperti bagian hidup. Apapun itu, selalu saya usahakan untuk merekamnya dalam sebuah catatan.
Singapore 2013 (@idenide)
Catatan penting ataupun tidak penting bagi saya tidak masalah yang penting menulis. Sekali lagi menulis, ketika ide-ide liar berterbangan maka menulis adalah jalan satu-satunya mengumpulkan, merunut dan mungkin saja menyimpulkan langsung dari setiap ide yang ada. Setelah ide, tentu saja bergerak. Membaca, menulis adalah bagian dari gerakan.
Maka bait lagu Jikustik menjadi menarik yang berisi tentang menulis. Inilah bait lagu yang dimaksud.

Kapan lagi kutulis untukmu tulisan-tulisan indahku yang dulu, 
pernah warnai dunia, puisi terindahku hanya untukmu..
Mungkinkah kau kan kembali lagi, menemaniku menulis lagi?
Kita arungi bersama puisi terindahku hanya untukmu.


Tak lupa sebuah kerinduan, saya senang membaca bait lagu Payung Teduh 'Resah' saat saya tak bisa menggambarkan saat-saat merasa penjelajahan berakhir dan akan berganti.

Aku ingin berjalan bersamamu
Dalam hujan dan malam gelap
Tapi aku tak bisa melihat matamu
Aku ingin berdua denganmu
Di antara daun gugur
Aku ingin berdua denganmu
Tapi aku hanya melihat keresahanmu
Untukmu yang membaca tulisan ini, mungkin perasaan kita sama saat mengalami kejadian yang sama. Saat menjelang perpisahan dan mengingat perjalanan ke belakang yang penuh dinamika. Saat senang, saat bersama-sama yang berkesan. Kita tidak bisa berada di tempat yang sama terus, saatnya melepaskan semua hal yang terjadi dengan keikhlasan. Biarkan semuanya menjadi kenangan, begitu juga dengan tulisan ini. Ini adalah kenangan saat melepas penjelajahan yang sudah dilewati bersama-sama untuk melanjutkan penjelajahan dengan jalur yang berbeda dan anggota yang beda. 
Share:

Rabu, Desember 04, 2013

Semut dan Murai

Di tepi danau yang berair jernih, terdapat sebuah pohon. Pohon rindang dengan daun yang hijau, batang dan dahan yang kuat. Dahan pohon itu adalah tempat menarik untuk burung-burung bertengger. Siang itu, seekor burung murai bertengger sambil bernyanyi.

Angin bertiup kencang. Seekor semut yang sedang berjalan di dahan pohon jatuh ke air. Semut itu berjuang keras berusaha menepi. Sayangnya, ia tidak bisa berenang. Lama sekali semut itu berputar-putar di atas air.

Murai melihat dari atas. Ia merasa iba. Ia mematuk beberapa helai daun. Daun itu jatuh di dekat semut.

"Semut, naiklah ke daun itu!" teriak Murai kepada Semut.

Semut menuruti perintah Murai. Angin bertiup. Daun dan Semut akhirnya sampai ke tepi danau.

"Terima kasih, Murai! Aku selamat berkat pertolonganmu!" Teriak Semut.

Beberapa saat kemudian, seorang pemburu datang. Pemburu itu membidik Murai. Semut segera menggigit kaki pemburu. Si pemburu berteriak kesakitan.

"Murai, terbanglah menjauh! Pemburu hendak menembakmu!" teriak Semut.

Murai segera pergi sambil berteriak gembira, "Terima kasih atas pertolonganmu, kawan!"

Share:

Senin, Desember 02, 2013

Tupai Pemarah

Alkisah di sebuah hutan yang lebat, hidup seekor tupai di dalam pohon yang rindang. Pohon dengan daun yang lebat, batang-batang yang kokoh, serta ranting yang berderet rapi di atas. Tepat di sebuah lubang dekat batang pohon yang tengah, seekor tupai bersarang. Membuat rumah pohon yang nyaman. Sekilas tidak terlihat ada kehidupan. Tetapi di balik itu, di dalam pohon, sebuah rumah tupai begitu indah. Setiap ruangannya ditata dengan rapih. Setiap hari, tupai itu membersihkan ruangannya dengan baik.

Sayangnya, ia terkenal sering marah-marah tidak jelas kepada apapun benda atau mahluk hidup di depannya. Ia juga suka meledek dan menyombongkan dirinya. Kalau ada barang yang jatuh, ia akan marahi. Kalau ada barang yang tidak pada tempatnya, ia akan marah-marah dan meledek. Semua temannya tidak suka pada dia karena sikap marah-marahnya yang tidak jelas.

Suatu hari, ia melihat pohon. Ia kemudian berkata "hei, pohon kok kamu jelek. Rantingmu ke sana ke mari tidak beraturan". Setelah itu ia bertemu dengan seekor gajah, "hei gajah, kok badanmu gemuk. Gerakanmu tidak lincah!". Saat ia bertemu dengan burung, ''hei burung, kamu jelek banget. Tanganmu kok begitu, cuma punya kaki, yah?"

Semua yang ada dihadapannya selalu ia ledek dan ia marahi. Ia merasa senang saat teman-temannya sedih. Sampai suatu hari, ia tidur dan bermimpi. Dalam mimpi itu, ia sedang berada di sebuah tempat yang gersang. tidak ada pohon satu pun. Ketika itu ia berjalan dan melihat ada sebuah pohon. Ia hendak berteduh tapi pohon berkata, ''aku tidak mau meneduhimu, kamu sudah sering berbuat tidak baik. Kamu tidak bersyukur bahkan pada pohon tempat tinggalmu." Ia kemudian meneruskan perjalanan. Ia semakin kepanasan dan kelelahan. Setelah lama berjalan ia bertemu seekor gajah. Kepada gajah itu ia berkata, "hei gajah, bawa aku pergi dari sini. Aku haus dan ingin minum." Gajah kemudian menjawab, "aku tidak mau membawamu ke tempat yang banyak air, kamu sering meledek aku".

Ia semakin kepanasan dan kehausan. Sampai kemudian ia melihat burung. Ia berpikir burung itu akan membantunya mencari air minum. "Hei burung, bawa aku ke tempat yang banyak air minum." Lalu burung itu berkata, "aku tidak mau menunjukan tempat yang banyak air dan pohon kepadamu. Kamu sering meledek dan marah-marah tidak jelas."

Semakin lama semakin lemah tubuhnya. Ia pun kemudian pingsan. Saat itu juga terbangun dari tidurnya. Ia kemudian melihat sekelilingnya. Ia ternyata masih berada di rumah pohonnya. Ia merenungi mimpinya. Tersadarlah ia bahwa selama ini ia tidak bersyukur atas semua yang sudah ia dapatkan.

Sejak saat itu, tupai mulai mengubah semuanya. Ia tidak lagi marah-marah dan tidak suka meledek. Ia banyak bersyukur kepada semuanya. Ia melihat pohon dan tersenyum berterima kasih. Ia melihat gajah kemudian meminta maaf dan merekapun berteman. Ia bertemu burung, ia menyapa dan berterima kasih juga. Ia berubah menjadi tupai yang baik hati dan penuh syukur.

Share:

Minggu, Desember 01, 2013

Belajar Budaya di Saung Angklung Udjo

Untuk yang ketiga kalinya saya mengunjungi saung @angklungudjo di daerah Cicaheum, Bandung. Setiap kali mengunjungi selalu ada yang baru yang saya rasakan.

Anak-anak bermain angklung (dok.iden)
Anak-anak yang bermain dan belajar mengusik saya untuk melihat lebih dalam. Keberadaan mereka yang mementaskan permainan tradisional sunda sangatlah mengesankan. Mereka tampil penuh percaya diri. Mereka begitu senang terlibat di dalam sebuah pementasan kebudayaan yang diadakan setiap hari pukul 15.30 Wib.

Keberadaan mereka selain menarik hati pengunjung dengan sajian yang tak biasa juga menjadi catatan pendidikan bagi saya. Mereka belajar tentang kebudayaan sunda secara langsung. Anak-anak adalah penerus generasi sekarang. Jika mereka diajarkan, dilibatkan secara langsung untuk mengalami, mereka akan menyimpan memori itu sampai lama. 

Anak-anak juga akan mengenal secara langsung bentuk-bentuk permainan yang mereka alami langsung. Ini bentuk pembelajaran menarik karena anak tidak hanya belajar dari teori saja tetapi dari praktek keseharian.

Seorang petani akan membawa anaknya ke sawah untuk belajar bertani. Seorang nelayan akan mengajak anaknya melaut. Seorang tukang kayu akan membawa anaknya bekerja mengolah kayu. Maka demikian pula, seorang dalang membawa anaknya untuk ikut mendalang. Dan ini yang menarik kemarin. Setelah pementasan wayang golek yang singkat, saat dibuka panggungnya, seorang anak duduk manis di samping dalang. Sungguh pemandangan yang indah dan mengharukan. Saya sangat mengapresiasi proses belajar menarik ini. Maka tidak salah jika @kotabandung melalui @ridwankamil harus berterima kasih karena kebudayaan sunda tetap lestari dan masih berlangsung sampai saat ini karena kehadiran @angklungudjo di tengah-tengah gempuran budaya barat lewat media.
Pagelaran wayang golek yang memukau dan penuh makna. Lewat gerakan kelihaian tangan dalang saat memainkan wayang.
Di balik pagelaran wayang golek, seorang dalang dengan anak kecil yang duduk manis di sampingnya. Ini proses pendidikan yang menarik. Proses pendidikan yang holistik karena anak secara langsung mengalami pembelajaran lewat pagelaran. Energi yang tersebar dari dalang akan diserap secara langsung oleh anak.
Bermain angklung bersama, memainkan beberapa lagu nasional dan internasional dengan panduan konduktor di depan. Mengasah kejelian serta kepekaan terhadap nada. Di Saung Angklung Udjo, penonton terus diajak berinteraksi lewat beberapa pagelaran dan permainan.
Menikmati pagelaran orkestra angklung yang  harmonis. Sebuah pengalaman menarik yang sangat berkesan.










Konduktor memimpin dengan baik. Terbayang latihan kerasnya untuk menampilkan pagelaran sebaik yang sudah saya lihat ini. Salut buat latihan, ketekunan, dan kekuatan energi belajarnya.


Akhirnya, menikmati keseluruhan pagelaran itu bukan hanya sekedar menikmati saja, tetapi ada proses belajar budaya yang sangat mengasyikan. Apresiasi besar untuk para pementas yang sudah tampil dengan sangat besar.

Share:

Rabu, November 27, 2013

Kepada Hujan

Hujan telah bertahan berhari-hari, Tuhanku, dalam hatiku gersang. Kaki langit telanjang bulat tak ada selembar awan tipis pun menutupi, tak ada sekecil apa pun tanda-tanda akan datangnya hujan yang menyejukan. 1)
Mendung datang berlapis-lapis dan langit menjadi gelap. Ah, kekasih mengapa engkau biarkan aku sendirian menunggu di depan pintu? 2)
Hujan tumpah dengan deras dari langit, aku melihat dan tak mampu menghitung tetes demi tetes air yang turun melewati sirap. Barangkali aku tak memiliki cinta sebanyak curah hujan. Tapi tak bisakah aku diberi kesempatan?.
Ingin aku menjadi hujan yang tak pernah pamrih, yang menyirami bumi tanpa meminta imbalan.
Hujan, mestinya aku belajar darimu bagaimana caranya mencintai. 3)
Cinta adalah titik-titik hujan yang jatuh dari langit. Bunga bermekaran dan kupu-kupu menari-nari di sekelilingnya. Pelangi melengkung indah dan kamu berkecipak-kecipuk di tanah basah. 4)

Kepada hujan


1) Rabindranath Tagore, Gitanjali, kidung 40 hal 24.
2) Rabindranath Tagore, Gitanjali, kidung 18 hal 11.
3) Andrei Aksana, Kompas. 05 Okt 2009.
4) Clara Ng, ‘Melukis Cinta’. Hal 8.
Share:

Rabu, November 20, 2013

Menempuh Badai Sudah Biasa

Hari kemarin (Rabu, 20 November 2013), dua orang anggota Tim Garis Depan Nusantara yaitu @denisambas dan @yudipentilbarkah, berbagi inspirasi di sekolah. Ia bercerita tentang laut nusantara yang luas. Tentang nenek moyang seorang pelaut. Nah karena nenek moyang seorang pelaut, maka selayaknya kita sebagai pewarisnya tidak melupakan laut.

Laut adalah penghubung antar pulau. Laut adalah pemersatu nusantara. Salah jika kita menyebut sebagai pemisah antara satu pulau dengan pulau lainnya. Adanya laut yang membuat Indonesia sangat kaya dengan sumber daya alam. Laut menjadi bagian utuh yang menyatukan Indonesia.

Tanah Air Indonesia. Ini juga yang penting kita ketahui. Tanah air adalah sebutan untuk nusantara. Jika di banyak negara menyebutnya sebagai motherland atau juga fatherland. Tanah air adalah kesatuan antara tanah dan air. Air dalam bentuk kelautan di Indonesia, jumlahnya lebih banyak daripada daratan. Sekitar 70 % wilayah Indonesia adalah laut. Sisanya adalah daratan. Itu berarti lautan sangat penting untuk dijaga.

Indonesia dijaga oleh 92 pulau terluar perbatasan dengan 10 negara tetangga. Karena luas, Indonesia harus melakukan kerjasama dengan perbatasan 10 negara tetangga. Beberapa pulau mengalami gangguan dari 10 negara tetangga. (12 pulau terluar rawan konflik) 

Begitu pentingnya sebuah laut, Napoleon Bonaparte yang pernah terkenal menguasai dunia bilang "siapa yang menguasai perdagangan, ia akan menguasai lautan. Siapa yang menguasai lautan, ia akan menguasai dunia. Jadi mari kita jaga laut kita agar tanah air Indonesia makin jaya di dunia. Di laut kita jaya!
Apresiasi yang besar untuk semua tim Ekspedisi Pulau Terluar Indonesia, Garis Depan Nusantara, pihak-pihak yang sudah membuat sejarah bagi bangsa Indonesia. Semoga menginspirasi!

Share:

Postingan Populer