Ruang Sederhana Berbagi

Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan

Selasa, Desember 31, 2013

Ruang Bermain

Siang itu selepas pulang sekolah, empat anak-anak bermain di belakang rumah. Di sebuah tempat kosong yang biasa digunakan anak-anak pada sore hari setelah ngaji atau pagi-pagi jika hari minggu. Beragam mainan mereka mainkan di tempat kosong itu, mulai dari sepak bola, main kelereng, galasin, sondah, lompat tali, dll.

Di tempat kosong itu, keceriaan hadir. Ruang bersama yang menjadi bagian keseharian anak-anak untuk bermain. Sejatinya bukan hanya bermain tetapi mereka juga belajar tentang banyak hal. Misalnya ketelitian, kecermatan, kelincahan, sosialisasi, dan kepekaan kepada sesama teman.

Tempat kosong ruang terbuka itu penuh makna buat anak-anak. Kehadirannya mampu menghiasi dinamika belajar yang sesungguhnya. Adakalanya pikiran menerawang ke ruang terbuka itu untuk bermain bersama teman-teman ketika waktu sekolah masih berlangsung. Keinginan dan rencana untuk bermain setelah waktu sekolah usai terkadang menyita waktu bahkan terlihat seperti sedang melamun.

Pelajaran kalah oleh keinginan bermain di ruang terbuka bersama teman-teman. Mungkin salah karena tidak seharusnya. Tetapi demikian anak-anak, senang bermain bersama teman-teman untuk belajar hal yang tidak diajarkan di sekolah.

Sekolah tetap penting, tantangannya adalah menyediakan ruang terbuka yang bisa dijadikan sebagai media pembelajaran bersama-sama.
Salah satu kegiatan menarik di halaman belakang ruang kosong untuk bermain kelereng.
Share:

Jumat, Desember 27, 2013

Gus Dur

Gus Dur
Saya menyukai sebuah komentar status dari Agus R Sarjono setelah Gur Dur meninggal tiga tahun yang lalu "Gus Dur memang kontroversial, saya juga berharap Indonesia yg pluralis, demokratis, rilek, kadang benar kadang salah, dan penuh humor. Lebih menyenangkan daripada Indonesia yang formal dan jaim".

Saya tidak mengenal secara pribadi, bahkan bertemu langsungpun dengan Gus Dur belum pernah, tetapi beberapa tulisannya, catatannya, humornya pernah saya baca. Gus Dur memang kontroverial, setiap ucapannya tidak bisa ditebak, sekalipun oleh para ilmuwan. Dengan mudahnya Gus Dur membalik logika dari argumentasi sebelumnya. Selain itu, Kelakarnya yang terus teringat "Gitu aja kok repot" ini menjadi sebuah pernyataan untuk membuat mudah segala sesuatu dan jangan di buat rumit.

Kebijakan luar biasa Gus Dur selagi menjadi Presiden adalah penghormatan kepada etnis China yang tidak dilakukan oleh Presiden sebelumnya. Di masa kepresidenan Gus Dur-lah Barongsai dan Imlek mendapat tempat di Indonesia. Secara pribadi saya berterima kasih, karena memang begitulah seharusnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa kita juga harus berterima kasih kepada pendatang dari China sewaktu VOC berkuasa di Indonesia. 

Kini tokoh Pluralis itu telah tiada, dua hari tepat sebelum tahun 2010. Semoga amal kebaikan Gus Dur menjadi percikan bagi generasi selanjutnya untuk mewarnai Indonesia ke depan lebih baik. Keberanian Gus Dur menjadi teladan untuk kita. Ya Allah, semoga Engkau terima amal dan kebajikan Gus Dur! selamat tinggal Gus!

Share:

Rabu, November 13, 2013

Key Economics On The Road

Key Economics On The Road disingkat KEOR adalah nama yang baru dan asing di telinga saya, sejenis angkutan darat baru yang ada di Kota Bandung. Sepengetahuan saya, angkutan di darat itu berupa angkutan kota (angkot), angkutan pedesaan (angped), elf, minibus dan bus. Sementara keor, namanya saja unik, mengingatkan saya pada keong yang jalannya lambat. Saya pun punya kesimpulan mungkin keor ini adalah kendaraan yang jalannya lambat seperti keong.
Saya bersyukur punya kesempatan naik kendaraan yang orang menyebutnya keor ketika melakukan perjalanan kampus di Gegerkalong menuju Setrasari. Setelah merasakan langsung naik keor tersebut, semua praduga saya terhadap keor selama ini tiba-tiba saja luntur. Keor bukan keong yang saya duga. Keor adalah Key Economics On The Road
Saya mengetahui apa itu keor, saya berkesimpulan bahwa semua jenis kendaraan yang digunakan untuk berusaha mendapatkan uang adalah keor.
Kini saya sudah tahu serta merasakan langsung naik bajaj, naik andong, naik ojek juga naik rakit. 
Keor, Angkot dan Penumpang
Angkutan Kota
Tidak bisa dipungkiri bahwa jumlah angkot semakin bertambah, sementara jumlah penumpangnya berkurang. Berkurang karena akses untuk mendapatkan kendaraan motor lebih mudah, dengan Down Payment yang rendah, bunga cicilan rendah, orang lebih mudah mengalihkan pilihan dari pengguna angkot ke pengendara sepeda motor. Alasan lainnya daripada susah naik angkot, udah macet, ngetem, panas pula mending naik motor.
Data yang valid tentang jumlah penurunan penumpang angkot karena motor belum ada, kalau otak skripsi, mungkin saya akan membuat judul ”Pengaruh meningkatnya penjualan sepeda motor terhadap penurunan jumlah penumpang angkot di Kota Bandung”. Analisisnya pasti kuantitatif, menggunakan pendekatan statistika untuk mendapatkan Rasio jumlah motor yang terjual dengan jumlah penumpang angkot.
Ah sudahlah, nanti saya pikirkan kalau ada yang mendanai penelitian. Rasio itu sekarang tidak penting karena isu yang akan saya angkat adalah perilaku penumpang dan angkot itu sendiri. Perilaku angkot dan penumpang maksud saya begini, jika ada angkot berhenti didaerah yang harusnya tidak boleh berhenti karena ada penumpang yang memberhentikan, siapa yang harus disalahkan? Apakah penumpang yang memberhentikan atau angkot?.
Kita masuk melalui celah si penumpang, saya pernah mengalami tetapi saya tidak pernah bertanya pada mereka secara langsung tentang kenapa memberhentikan pada tempat yang salah. Perkiraan saya adalah jarak. Orang sudah merasa serba praktis, naik angkot tinggal naik, turun tinggal turun saja. Jarak menjadi masalah karena jarak menguras energi, daripada kehilangan energi yang bisa menyebabkan badan lemas mending langsung aja stop angkot. Kesampingkan efeknya jika memberhentikan tidak pada tempat yang tepat seperti macet, karena energi harus dihemat.
Kalau angkot alasannya sederhana, ekonomi dan persaingan. Tidak bisa dipungkiri bahwa semakin banyak angkot yang beroperasi itu semakin ketat peta persaingan mendapatkan penumpang. Sangatlah wajar jika ada satu penumpang yang memberhentikan, tidak peduli dimana berhenti, yang penting uang. Akibatnya tetap macet, kalau hanya satu atau dua saja angkot mungkin tidak akan macet, tetapi kalau sudah 10, 20 atau lebih ya macetlah.
Share:

Rabu, Oktober 02, 2013

Relevansi

Suatu siang saya bertemu seorang auditor dari salah satu kementerian pendidikan di Jakarta. Ia menyapa saya dengan baik. Menanyakan nama kemudian pekerjaan. Ia juga mengenalkan dirinya dan menyebutkan pekerjaan. 
Dari pekerjaannya, saya tahu ia seorang auditor. Ia sedang mengaudit kegiatan pelatihan sertifikasi guru. 
Saya pun mengenalkan diri dan kegiatan sehari-hari. Ia kemudian tertarik mengetahui tentang studi saya dan bidang yang saya geluti sekarang.
Ada semacam gurat pertanyaan dalam benaknya. Saya biarkan saja menebak. Memang aneh tetapi bukan sesuatu yang baru. Ia bertanya tentang relevansi.
Tidak ada relevansi dan tidak butuh relevansi untuk mendidik anak-anak. Karena mendidik anak-anak adalah panggilan jiwa. Mendidik anak-anak adalah kerja kreatif. Selama kreativitas dan ide-ide untuk menginspirasi hadir, maka pendidikan akan berlangsung sebagaimana mestinya. 
Relevansi, mari kita berkenalan saja!
Share:

Rabu, Juli 24, 2013

Menonton Film

Bisa jadi bagi beberapa orang menonton film bukan sebagai bagian dari pembelajaran. Tetapi berbeda dengan mereka, saya suka mengajak anak-anak menonton film. Tentu saja dengan judul-judul film yang terpilih. 
Pilihannya beragam mulai dari film dokumenter, film drama, dan film imajinatif. Buat anak-anak (juga buat orang dewasa) menonton film itu mengasyikan. Dalam film kita bisa melihat kehidupan di luar diri kita. Ada tawa, sedih, dan segala perasaan yang tumpah di dalamnya.
Buat pembelajaran, menonton film itu akan membawa anak pada pengalaman imajinasi. Sebut saja film Dr Seus, imajinasi dan hiburan bersatu di dalamnya. Kita bisa belajar tentang kehidupan dari film tersebut.
Hari ini saya mengajak nonton film untuk pertama kalinya di tahun pendidikan 13-14 ini. Saya ingin mengajak mereka dalam pembelajaran tentang fokus, tenang, dan konsentrasi. Lewat film, anak dituntut untuk bisa memfokuskan diri. Hasilnya, untuk satu moment ini ternyata anak-anak mampu fokus dengan baik sesuai harapan.
Suasana saat anak menonton film di pojok perpustakaan sekolah.
Share:

Sabtu, Juli 20, 2013

Pakaian Seorang Guru

Guru dalam bahasa sunda sering disebut sebagai sosok digugu dan ditiru yang berarti diikuti perkataannya dan ditiru perbuatannya. Tentu saja semua berharap pada kebaikan. Perkataan yang baik dan perbuatan yang baik juga.
Mengingat perannya yang sangat besar, guru hendaknya memahami hal ini sebagai sesuatu sangat penting dalam kesehariannya. Ucapan yang baik saat menyapa anak-anak, menyapa teman, dan lain-lain. Nah dalam perbuatan bentuknya bisa beragam. Misalnya cara berjalan, cara bekerja, cara berpakaian guru, dan masih banyak lagi. 
Tentang cara berpakaian, saya akan berbagi pengalaman tentang seorang teman di sekolah. Sekolah kita memang bukan sekolah dengan seragam sekolah yang pada umumnya. Kasual dan santai, demikian saya menggambarkannya. Ada alasan tertentu dari pilihan ini, selain mengajak untuk selalu kreatif bukan karena pakaian juga membangun suasana santai dan kreatif selama belajar dan bermain. Kecuali hari jumat, anak-anak berseragam semacam kaos. Jumat bebas tetapi tetap memperhatikan kesopanan.
Kasual dan santai ini kemudian memberi dasar bagi guru untuk juga bisa seiring anak-anak dalam berpakaian. Guru tidak kalah kasual dan santainya, dengan kaos dan celana jeans yang sopan, guru bisa beraktivitas mengajar dengan santai dan tidak terkekang oleh pakaian dinas yang kaku.
Teman saya bercerita, setiap hari ketika memasuki kelas dia menganggap semacam pertunjukan yang harus ia siapkan mulai dari pakaian, cara menyampaikan materi, dll. 
Bagi saya, berpakaian yang sopan itu penting tetapi tidak terbatas pada jenis bahannya. Jeans dan kaos oblong adalah pilihan utama, sisanya sebagai pelengkap. Pelengkap untuk kegiatan-kegiatan tertentu semacam acara formal. Dari dulu, saya paling tidak suka diatur-atur masalah berpakaian tetapi sekarang dalam konteks pendidikan dan menginspirasi anak-anak, saya jadi lebih suka bereksperimen dengan berbagai jenis berpakaian. Tentu saja selalu mengutamakan kesopanan.
Teringat sebuah buku bacaan tentang sekolah, saat seorang guru perempuan yang selalu lengkap berpakaian blazer di tengah-tengah muridnya yang berpakaian kasual. Ia mengatakan "suatu hari anak akan menggunakan pakaian semacam ini saat mereka memasuki dunia kerja, saya berhak mengenalkannya mulai dari sekarang". Nah dengan dasar itulah saya sekarang suka mengeksplorasi berpakaian saat bersama anak-anak. Kadang kasual, kadang kemeja, kadang berdasi lengkap dengan celana setelan. Semuanya dilakukan untuk memberi referensi bagi anak didik kita di kelas. 
Kadang rapi dengan kemeja dan celana katun. Rapi dengan tampilan seperti orang kantoran.
Kadang menjadi (seperti) petualang dengan pakaian kasual dan celana jeans untuk bergiat bersama anak-anak. Ini pilihan cocok setiap hari, lebih simpel, lebih leluasa bergerak dan bergiat.

Share:

Jumat, Mei 31, 2013

Solfing dan Handling

Dua kata baru untuk pendidikan alternatif adalah solfing dan handling. Kedua sama-sama penting dalam membangun karakter yang kuat di anak. Seorang anak yang memiliki kemampuan solfing dan handling terhadap apapun akan mampu menunjukan kepercayaan diri yang baik dibanding anak lainnya. Walaupun bukan untuk membanding-bandingkan tetapi kemampuan solfing dan handling ini sangatlah penting dalam konteks pendidikan.
Sebagai pendidik yang selalu mencari alternatif bentuk-bentuk menarik pendidikan, tentu saja dua kata ini sangat penting untuk dicatat. Saya katakan demikian karena kita membutuhkan generasi ini, generasi yang mampu menangani masalah dan mencari solusi serta memecahkan masalah sampai titik praktisnya. 
Banyak sekolah yang kemudian dikritik sistem pendidikan secara umumnya karena hanya mengajarkan teori tanpa menunjukkan prakteknya. Di sisi ini kita tidak bisa menyalahkan guru sebagai penggerak karena guru digerakan oleh sistem kurikulum. Apalagi dengan sosok pegawai dinas yang kaku seolah-olah semua harus sesuai kurikulum negara.
Tetapi jangan khawatir, selama modal kreatifitas kita miliki, maka hambatan dalam penghantaran metode yang menarik pasti akan kita dapatkan.
Mengajarkan anak bukan sekedar menunjukkan teori saja, tetapi menjiwai setiap proses pendidikan yang akan mereka rasakan hasilnya kelak di masa yang akan datang. Barengi teori dengan kemampuan menyelesaikan masalah secara praktis.
Bekerja sama membuat karya di Hari Bumi! Kerjasama akan menumbuhkan kepedulian. Secara tidak langsung mengajarkan praktek tentang pentingnya membangun kerjasama antar pribadi untuk mewujudkan harapan bersama.
Share:

Minggu, Mei 26, 2013

Guru (juga) Manusia

Seorang guru memiliki peran penting dalam kehidupan seorang manusia. Jangan jauh-jauh kepada kemajuan bangsa seperti yang dilakukan oleh Jepang kepada guru-gurunya. Saat di bom atom tahun 1945, kaisar menanyakan berapa guru yang masih hidup, membuktikan guru sangat besar bagi bangsa Jepang. 
Selain orangtua sebagai peletak dasar kehidupan, guru juga menjadi bagian utuh sebagai referensi anak untuk menghadapi dunia nyata. Bukan menghadapi, lebih tepatnya memberi makna pada kehidupannya kelak di masa yang akan datang saat anak dewasa.
Guru mengajarkan kehidupan melalui banyak cara, melalui materi pelajaran juga melalui pengalaman-pengalaman yang menyenangkan.
Memberi pondasi dasar yang baik dengan pengalaman belajar yang menyenangkan, akan memberikan banyak makna menarik bagi seorang anak. Idealnya guru adalah sosok yang harus bisa menggambarkan kehidupan baik bagi anak didiknya. Melalui perilaku yang baik, sikap yang baik, serta karakter yang baik pula. Karakter bisa muncul melalui kebiasaan-kebiasaan baik yang terus ditanam setiap hari. Ingat saja "benih kebaikan akan menghasilkan buah kebaikan". Sebuah benih walaupun kecil tetapi punya pengaruh besar dikemudian hari.
Guru juga manusia, terkadang mengalami masa sulit dalam menjalani kehidupannya. Persis seperti kehidupan yang selalu pasang surut, pun dengan seorang guru. Dia sosok yang tetap manusia. Bukan malaikat yang bersih selamanya. Ada saat guru mengalami kesalahan. Misalnya salah mengoreksi soal, salah memberi soal, salah menilai, dan masih banyak lagi.
Selama kita menyadari hal itu sebagai hal yang manusiawi, maka jalannya kehidupan akan ringan. Guru tetap manusiawi dalam mengerjakan semua kewajibannya tanpa merasa berdosa saat mengalami kesalahan. Anggap saja sebagai kehidupan yang naik turun. Kesalahan sedikit bukan sebuah hal yang akan menghancurkan cita-cita dan harapan besarnya pada perkembangan seorang anak didik.
Tetap berpikir positif saat mengalami kesalahan adalah jalan terbaik untuk siapa saja baik itu guru maupun anak didik. Saat salah, akui dan segera perbaiki. Ini akan ringan dibanding 'blaming' ke banyak pihak.
Cari sisi-sisi lainnya saat kita salah, pasti ada pelajaran penting dibalik kesalahan yang sudah dibuat.
Guru juga manusia, bertindak dan bersikap manusiawi saja!
Ingatlah selalu setiap benih kebaikan akan menghasilkan buah kebaikan. Maka, hal-hal yang akan merusak kebaikan harus kita singkirkan. Termasuk bibit-bibit yang akan merusak buah di masa yang akan datang.
Share:

Postingan Populer