Ruang Sederhana Berbagi

Senin, Mei 20, 2013

Integritas Dan Sir Alex Ferguson

Ada sebuah kata yang sangat kuat untuk menggambarkan sosok Sir Alex Fergosun, integritas. Yah, integritas Sir Alex Ferguson sudah tidak bisa diragukan lagi. Memegang sebuah klub sebesar Mancherster United di kompetisi besar yang persaingannya sangatlah ketat tentu membutuhkan banyak strategi dan kekuatan mental untuk bisa memenangi setiap laga yang berlangsung.
Integritas Sir Alex Ferguson atau SAF tapi bukan AF yang disebut korupsi daging sapi, bukan Ahmad Fathanah. Dialah Sir Alex Ferguson yang tahu benar sebuah integritas akan menghasilkan waktu yang lama dan proses yang panjang di awal tapi buahnya akan dirasakan oleh semua menjelang akhir.
Integritas Sir Alex Ferguson pulalah yang menyebabkan Mancherster United mampu berprestasi sebesar sekarang. Dengan ketelatenan, ketekunan, dan keuletan Sir Alex Ferguson, maka talenta-talenta muda hasil binaan atau juga hasil pencarian pada talent scouting menghasilkan prestasi menggembirakan untuk klub.
Teka-teki pengganti Sir Alex Ferguson terbuka saat ia mengumumkan sosok David Moyes sebagai suksesornya. David Moyes sama-sama dari Irlandia. David Moyes juga sosok yang sangat berintegrasi dengan klubnya, Everton. Bahkan sebenarnya, dari pengakuan David Moyes, dia tidak akan meninggalkan klubnya seandainya bukan Sir Alex Ferguson yang memintanya.
David Moyes hampir memiliki kesamaan dengan Sir Alex Ferguson. Selain sama-sama orang Irlandia, David Moyes juga sama-sama berkarakter kuat sebagai sosok yang memiliki integritas tinggi terhadap tim yang dilatihnya. Sir Alex Ferguson sadar betul untuk membangun sebuah tim besar tidak perlu instan. Cukup dengan membangun kualitas permainan yang baik, kerja sama yang baik, dan konsisten.
Nah, yang menarik sekarang adalah menunggu saat-saat David Moyes melepaskan dominasi Sir Alex Ferguson di Theater Of Dream. Tentu saja dengan tetap memiliki respek yang tinggi terhadap sang manajer sensasional, Sir Alex Ferguson.

Share:

Jumat, Mei 17, 2013

Inspirasi Iwan Fals

 "Content Is King''
Satu hal yang selalu menjadi pelajaran dari orang-orang terkenal adalah inspirasi. Mereka menginspirasi dengan cara sendiri. Salah seorang yang saya anggap menginspirasi adalah Iwan Fals. Seorang Iwan Fals tidak hadir begitu saja. Dia melalui proses panjang yang menarik untuk dijadikan pelajaran.
Conten Is King (http://www.socialable.co.uk)
Sosok Iwan Fals menginspirasi banyak orang karena kehebatan dia dalam sikap konsisten. Kekonsistenan Iwan Fals dalam berkarya membuat orang kemudian banyak meniru dan coba terus belajar dari dirinya.
Pun demikian dengan saya, saya termasuk anak yang baru mengenal Iwan Fals. Berita kematian Iwan Fals, sempat membuat saya kaget. Walaupun ternyata itu adalah hoax. Iwan Fals masih segar bugar.
Dalam hal konsisten, Iwan Fals mengajarkan sebuah sikap untuk tetap berada dalam jalur yang kita minat. Di sanalah kita akan menemukan dunia, kita akan menemukan makna kehidupan, dan menemukan diri kita sendiri. Kita harus konsisten dengan apapun yang kita sukai. Kerjakan dengan penuh kesungguhan dan kreatif. Kreativitas akan membuat hidup lebih beragam.
Share:

Selasa, Mei 07, 2013

Antologi Cerpen Adam Panjalu

Saya menemukan nama sendiri di Antologi Cerpen Adam Panjalu, dan saya senang. Lebih senang lagi karena buku itu adalah sebentuk kreativitas guru-guru yang tergabung dalam klub menulis IGI. IGI adalah Ikatan Guru Indonesia, sebuah organisasi guru untuk semua guru di Indonesia. Di antologi cerpen ini terdapat  24 kisah yang inspiratif seputar cerita pendidikan. Kisah inspiratifnya bisa baca sendiri yah, saya hanya ingin melihat sisi lain dari sebuah proses menulis di buku ini.
Menulis, yah.. menulis cerita atau apapun itu adalah bentuk kreativitas ide yang menjadi karya. Menuliskan berarti mewujudkan sebuah gagasan atau ide. Jika sekedar dibicarakan, bisa menguap begitu saja dan sayang karena akan menghilang. Tetapi dengan menuliskannya, kita sudah menggoreskan tinta sejarah untuk masa yang akan datang. Lebih jauh, sebuah tulisan akan menginspirasi banyak orang untuk melakukan kebaikan.
Buku antologi cerpen Adam Panjalu ini sangat menarik karena berisi kisah-kisah inspiratif. Melalui pengantarnya, Yudistira Massardi mengatakan "Jika para guru sudah mau dan bisa menulis, berarti para muridnya akan terdorong untuk lebih maju, sekurang-kurangnya memiliki gairah untuk membaca dan menulis; berarti sebentar lagi kita akan memiliki generasi baru intelektual - seperti para intelektual Indonesia yang lahir menjelang dan setelah Sumpah Pemuda 1928; berarti Bahasa Indonesia juga akan semakin kuat terjaga. Karena, para guru yang menulis tentu akan menjaga kualitas bahasa dan idenya, dan memberikan contoh yang baik bagi muridnya"
Bennya Arnas, seorang peraih penghargaan karya fiksi juga menulis dijilid belakang buku ini "guru-guru seharusnya menulis, lebih-lebih bersastra karena akan mengasah kepekaan mereka pada hal-hal mikro dan memiliki cara pandang kreatif estetik dalam menghadapi rutinitas mendidik. Guru-guru kontributor Antologi Cerpen Adam Panjalu ini telah menunjukkan usaha mereka untuk mencoba atau bahkan mengakrabi sastra.
Satu hal yang memotivasi juga berasal dari salah seorang pengajar FIB UI, Maman S Mahayana yang menuliskan "percayalah, cerpen-cerpen dalam buku ini adalah representasi spirit guru yang tidak terkungkung oleh ruang kelas dan tembok sekolah. Mereka -guru-guru ini- hendak berbagi dengan masyarakat dan meluangkan pesan moral kepada masyarakat bangsa ini.
Nah, jadi saatnya sekarang memesan buku inspiratif ini untuk melihat sisi-sisi lain dari guru yang kreatif dan inovatif.

Judul Buku : Antologi Cerpen Adam Panjalu
Penulis  : Faradina Izdhihary, dkk.
Penerbit : Pustaka Nurul Haqqy
pemesanan ke nurulhaqqy.publishing@gmail.com
Share:

Sabtu, Mei 04, 2013

Kuno

Seseorang mengatakan tampilan blog si sayah ini, kuno! aw aw aw aw! Toss!









Terlalu minimalis, tapi bukan rumah minimalis. Tetap menarik walau tidak semanis rumah minimalis. Oh iya, mungkin kita harus belajar unik ke rumah minimalis Iwan Fals atau mungkin juga belajar ke rumah unik Ridwan Kamil dengan rumah botol yang unik agar jadi lebih unik.
Belajar dari siapa saja, kapan saja, dari mana saja, bahkan dari seseorang yang mengatakan blog si sayah ini, kuno! Toss!

Share:

Energi Menulis

Jika menulis diibaratkan sebagai kehidupan, saya anggap itu bagian dari lomba marathon. Kehidupan terus berlangsung dan marathon pun tetap demikian. Terutama menulis dengan target. Misalnya membuat target atau diberi target untuk menulis sebanyak 30.000 kata dalam satu minggu. Yang menargetkan bisa diri sendiri, bisa juga orang lain. 

Dengan target itu, saya melihat seperti garis finish untuk satu tahap ini. Setelah itu kemudian berlari lagi, ada jeda sejenak iya! saat kehilangan ide, saat mandeg, dan saat-saat yang tidak terduga karena merasa lelah setelah berlari.
Terasa banget saat menggenjot pemikiran untuk menuangkannya dalam minimal 1.000 kata. Badan terkuras karena energi menulis begitu kuat untuk dituangkan. Badan berasa hilang beberapa kilo karena pikiran sedang berusaha keras menarik semua simpanan memori-memori dalam pengalaman atau bacaan yang sudah dicerna sebelumnya. Di titik ini saya benar-benar bersyukur dan memahami sebuah ungkapan "kualitas buku bacaanmu menentukan kualitas tulisanmu". Begitu juga jalan-jalan atau travelling ke berbagai tempat, saya bersyukur dengan kesenangan itu karena memberi banyak referensi untuk menulis.
Dengan kondisi ini pula, ada benarnya bahwa menulis itu membutuhkan stamina. Katanya, penulis profesional itu tidak tergantung stamina, mood, dan keadaan. Dalam kondisi apapun, seorang penulis tidak boleh mengeluh. Persis seperti senior yang selalu mengatakan "Jangan mengeluh, Tuan!"'
Sebuah hal yang sangat menyenangkan saat saya berhasil membuat satu tulisan, bahkan tulisan inipun benar-benar saya syukuri karena masih bisa menuangkan sebuah rasa dan ide yang melayang-layang di udara.
Jika menulis adalah kehidupan, maka inilah saatnya memberi makna pada setiap jejak yang kita jalani setiap hari.
Share:

Selasa, April 30, 2013

Ide Dimana Kau!

Saat sebuah ide kesulitan memunculkan dirinya, saat itulah saya benar-benar kesulitan mencari celah untuk menulis. Menulis selalu berhubungan dengan ide, kehadiran ide itu sangat mutlak. Tetapi apa kabar jika sebuah ide seperti menghilang begitu saja? Jawabannya adalah hmmmm diam!
Diam dan hanya mengosongkan pikiran saja. Itu yang terbaik daripada memaksakan diri tetapi malah jadi tidak efektif. Bagi saya, menulis ini benar-benar saat ide kosong. Saat saya tidak menemukan celah untuk menulis. Walaupun memaksa untuk membuat tulisan tetapi bukan tulisan yang sesuai dengan kebiasaan.

Bagaimana sebuah ide tiba-tiba saja muncul, oh iya, terkadang ada benarnya saat-saat berkuliah di sebuah kampus di Setiabudi 207, Bandung. Kebiasaan menunda pekerjaan atau tugas kuliah itu bukan karena hobi, atau disengaja (walau kadang memang demikian juga, sih), tetapi karena ide selalu hadir disaat menjelang akhir. Jadi maaf Pak Dosen dan Bu Dosen. Saya memang demikian bahkan sampai saat ini. 
Tetapi yang harus diingat, walau selalu menjelang akhir ide itu datang, masalah tanggung jawab adalah hal penting bagi saya. Saya tidak suka siapapun mengabaikan tanggung jawab. Kalau masalah ide, itu tentang kesiapan diri menuliskannya. Nah, akhirnya tulisan ini juga hadir karena pertanyaan Ide, Di Mana Kau!
Share:

Rabu, April 10, 2013

Membukukan Perjalanan (2)

Jalan-Jalan Belajar
Setelah satu buku Gandawesi terbit, inspirasi kemudian muncul untuk membukukan perjalanan pribadi. Dari berbagi media yang sudah memuat catatan perjalanan seperti Buletin Wanadri, Pikiran Rakyat, Kompas Jawa Barat, saya mengumpulkannya untuk kemudian dirangkum dalam sebuah buku.
Buku ini jadi buku keempat yang lahir setelah buku yang berjudul "Bermain Belajar". Karena satu ide dengan kegiatan belajar, maka buku ini diberi judul "Jalan-Jalan Belajar".
Mengapa "Jalan-Jalan Belajar"? itu pertanyaan umum. Karena bukan semata-mata melakukan perjalanan, tetapi sebuah perjalanan tentang mencari ilmu, perjalanan mencari inspirasi, perjalanan tentang belajar dari satu tempat ke tempat lain.
Buku Jalan-Jalan Belajar juga berisi inspirasi tentang pemikiran orang-orang yang sudah belajar dan jalan-jalan jauh sebelumnya seperti kisah Marco Polo, kisah Christhoporus Colombus, kisah Alexander Tramp, dan masih banyak lagi sosok-sosok yang inspiratif yang membuat sejarah melakukan penjelajahan ke berbagai tempat.
Dari sisi terdekat, orang-orang serta kelompok yang menginspirasi untuk melakukan penjelajahan seperti organisasi Gandawesi KPALH di Kampus Setiabudi dan tentu saja dari tokoh-tokoh di Wanadri seperti Iwan Abdurahman. Bahkan dalam satu halaman, saya menuliskan sebuah kisah petualangan berisi candaan tetapi penuh makna. Beginilah ceritanya:

Suatu kali Abah Iwan (Iwan Abdurahman) di acara pesta kejutan berbungkus seminar menyampaikan satu hal yang menarik. "Oh, Bahaya?!" Dalam tulisan mungkin jadinya ada dua tanda, tanda tanya dan tanda seru. Menandakan keheranan dan pertanyaan.
Abah bercerita tentang pengalaman para pengarung samudera dalam ekspedisi garis depan nusantara. Mereka berhasil mengarungi samudera dengan perahu. Tentu saja dengan perahu bukan yang lain. Tetapi yang spesialnya adalah perahunya, perahu tak bercaping. Perahu sederhana yang katanya sering digunakan nelayan biasa untuk melaut.
Saat ekspedisi sudah berhasil, beberapa orang dari kelautan yang entah itu militer laut, dinas laut, atau yang ahli bertualang di laut kemudian bilang "Hebat benar kalian, dengan perahu ini berhasil menyelesaikan ekpsedisi"
Di jawab sama mereka "Memangnya kenapa?"
Kemudian mereka menjelaskan "Perahu ini terlalu sederhana untuk mengarungi lautan. Ini BAHAYA!"
Jawaban para pengarung yang mengesankan "Oh, bahaya?!"
Coba kita renungkan! Apa dibalik makna "Oh, bahaya?!" 


Nah, menarik bukan? jadi ayo pesan sekarang juga di www.nulisbuku.com. Sampai bertemu di buku selanjutnya, yah!
Share:

Membukukan Perjalanan


"Buku ini akan bersifat lebih universal, lebih menyeluruh dan lebih menggambarkan bagaimana Gandawesi menjadi bagian penting dalam membangun kehidupan mental seorang Gandawesi"  
Gandawesi : Meretas Jalan Membangun
 Generasi Peduli Lingkungan
Cita-cita membuat sebuah buku tentang perjalanan Gandawesi sudah tertanam jauh sebelum akhirnya mewujud pada tahun 2010. Ini berawal dari tercecernya dokumen penting yang memuat laporan perjalanan dan juga catatan-catatan lainnya. Jika seandainya catatan yang tercecer itu disatukan dalam sebuah bundel kemudian dikemas dalam bentuk yang menarik, mungkin lebih baik. Ide bundel laporan makalah sudah dilakukan oleh teman saya. Dari dokumen bundel itu, banyak yang belajar tentang Teknik Hidup di Alam Bebas. Sementara laporan perjalanan, belum ada yang membundel.
Sebenarnya Gandawesi sendiri bisa dibilang bukan untuk yang pertama kalinya mengeluarkan sebuah catatan perjalanan, jurnal, catatan kegiatan, artikel, yang memang biasa dimuat dalam Blog, Buletin Gandawesi, maupun Majalah Dinding Gandawesi. Akan tetapi, khusus untuk buku ini yang dikemas berbeda dari yang sudah ada belum mewujud.
Dibuatlah  tim kerja pembuatan buku. Tim ini yang harus membuat perumusan, sampai distribusi, beberapa anggota bertugas untuk mencatat beberapa file perjalanan anggota Gandawesi yang juga akan menjadi menu pelengkap pada beberapa halaman di dalamnya.
Buku itu kemudian memuat tiga segmen utama, yaitu catatan tentang sejarah berdirinya Gandawesi, perjalanan kegiatan Gandawesi dari awal sampai sekarang, dan beberapa catatan yang ditulis oleh anggota berdasarkan pengalamannya masing-masing, disamping bubuhan kisah-kisah serta artikel lainnya yang menarik untuk dibaca.
Sangat menarik, karena banyak pengalaman dari sekedar merangkum banyak catatan kemudian membukukannya. (Iden Wildensyah)
Share:

Selasa, April 09, 2013

Mawar

Jelita menusuk hati
Tak bosan mata memandang
Setajam duri runcing
Merona memerah senja
sungguh sayang!


Share:

Postingan Populer