Catatan ini adalah sebuah resensi buku Perlindungan Lingkungan: sebuah
persfektif dan spiritualitas islam. Islam dan lingkungan atau lingkungan dalam persfektif islam adalah dua hal yang menarik untuk dikaji. Ada satu ayat dalam Al Quran yang selalu
menjadi patokan bahwa kerusakan di dunia ini adalah karena keserakahan manusia,
lebih lengkapnya begini ''Telah tampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar).'' (Q.S. Ar-Ruum (30):41).
Kerusakan ini akibat dari tangan-tangan
manusia, karena pandangan hidupnya yang tidak ramah terhadap alam. Dalam
pengantar yang disampaikan oleh Prof. Dr. Nanat Fatah Natsir ini selanjutnya
dituliskan bahwa kerusakan ini jika dihubungkan dengan sejarah peradaban modern
adalah buah dari penuhanan terhadap diri manusia. Manusia modern menganggap
bahwa manusia adalah pusat alam semesta, dan memandang alam ada untuk
ditaklukan dan untuk melayani manusia. Inilah sebenarnya yang menjadi sumber
malapetaka lingkungan sedang kita hadapi. Lagi-lagi dalam sejarah, paradigma
ini dikenal dengan paradigam Cartesian yang dipelopori oleh Rene Descartes
(1596-1650) yang populer dengan sebutan bapak filsafat modern. Sejak lahirnya
era pencerahan ini, dunia barat giat melakukan penaklukan-penaklukan dengan
mengadakan ekspansi ke berbagai belahan dunia. Buku ini sepertinya berpijak
pada ayat tadi (Ar-Ruum:30) karena memulai mengantarkan pembaca pada konteks
kerusakan yang terjadi dimuka bumi ini. Dan menjadikan agama (dan filsafat) sebagai
solusi untuk mengatasi masalah lingkungan terutama yang berasal dari cara
pandang.
Keyakinan penulis tercermin pada awal pendahuluan yang menyatakan
bahwa agama berperan dalam merumuskan pandangan mengenai alam dan dalam
menciptakan perspektif-perspektif mengenai peran manusia terhadap alam. Karena
agama memiliki konsepsi yang jelas mengenai hubungan antara manusia dengan
Pencipta, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam sekelilingnya.
Dalam
posisi ini, agama menjadi sangat penting artinya untuk menganalisis akar krisis
lingkungan dan mencari pemecahannya. Di samping itu, agama-agama besar dunia
telah mengembangkan etika mengenai hubungan sosial di antara manusia, dan
manusia dengan alam sudah tentu meliputi persoalan-persoalan krisis ekologi ini
(hal 17).
Islam dan lingkungan adalah hal yang tidak bisa pisahkan (idenide.blogspot.com) |
Buku ini selebihnya dibagi dalam tiga bagian penting, (1)
Pandangan-dunia Islam tentang perlindungan lingkungan; (2) Perlindungan alam
dalam praktek; dan (3) menuju fiqih lingkungan. Ketiga bagian ini diuraikan
dalam bentuk paparan-paparan yang menarik dikaji, misalnya dalam bagian pertama
pandangan-dunia islam tentang perlindungan lingkungan, kita akan dibawa untuk
menggali justifikasi dari sumber hukum islam. Lantas dari manakah menggali
sumber justifikasi itu? Selanjutnya penulis memaparkan (1) Al Quran, (2) Al
Hadist, (3) Ijma, (4) Qiyas dan (5)Tradisi-tradisi umat islam. (hal 30-32).
Kelima dasar inilah yang akan menjadi panduan selanjutnya menggali masalah dan
persoalan lingkungan. Setelah mengetahui dasar justifikasi dalam Islam, selanjutnya
bagaimana konsepsi islam dalam memandang alam semesta. Di dalam ayat-ayat yang
tersebar, Al-Qur'an menunjukan banyak sekali subjek-subjek alam semesta baik
mikrokosmos maupun makrokosmos, yang layak dipikirkan dan direnungkan.
Al-Qur'an suci menyatakan dalam Al Anbiya (21): 107 ''Katakanlah:
'perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi'' (hal 34).
Ketiga konsepsi
tentang alam ini terdiri dari (1) konsepsi ilmiah, (2) Konsepsi filosofis, dan
(3) konsepsi religius. Dalam pandangan islam, alam semesta itu ada dalam takdir
Sang Pencipta dan ada dalam pemeliharaannya. Allah Yang Maha Suci telah
menentukan alam raya ini dengan seimbang dan harmonis yang mana tiap-tiap
bentuk yang ada di langit dan di bumi serta yang ada diantara keduanya
diciptakan dengan sifat-sifat alamiahnya masing-masing untuk membimbing
peranannya menuju kesempurnaan masing-masing. Oleh karena itu, Islam memandang
bahwa bentuk-bentuk kreasi tidak ada yang sia-sia. Mereka diciptakan bukan
tanpa alasan dan tujuan, segala sesuatu diarahkan menuju kesempurnaannya
sendiri. Islam mengajarkan bahwa alam raya diliputi oleh hukum alam sebagai
hukum milik Allah yang di dalamnya berlaku sebab dan akibat (hal 39).
Dalam
perlindungan terhadap lingkungan, penulis buku ini menunjukan ayat-ayat yang berhubungan
misalnya dengan Air (Al Anbiya (21): 30), serta usaha proteksinya misalnya
dalam Hadist riwayat Imam Muslim, riwayat Abu Dawud, Ibnu Majah, Al Hakim dan
Al Baihaqi dari Muadz (hal 81). Usaha proteksi selanjut pada tanah, udara,
tumbuhan, binatang dan energi. Penulis disini menyampaikan dengan seksama ayat
ataupun hadist dan rujukan yang penting dalam menguraikan bentuk usaha yang
bisa menjadi alternatif pengelolaan lingkungan.
Dalam menuju fiqih Islam,
pertama-tama penulis membongkar paradigma cartesian dan budaya saintisme.
Paradigma Cartesian yang semakin kokoh dengan lahirnya revolusi sainsdan
modern. Melalui penemuan-penemuan baru disegala bidang ilmu pengetahuan,
kedudukan filsafat Des Cartes semakin kokoh. Penulis mengkritik paradigma ini sebagai
biang kerusakan lingkungan. Dengan paradigma Des Cartes ini, lahir pola pikir,
sikap mental dan sistem nilai yang mendorong terciptanya berbagai problem dan
krisis global yang kompleks dan multidimensional seperti krisis ekologi, krisis
moral, dehumanisasi, kekerasan, ketimpangan global, dan krisis eksistensial
(hal 112).
Penulis menawarkan solusi menangani persoalan itu dengan pendekatan
Islam. Karena Islam memandang persoalan-persoalan dengan sudut pandang dan cara
pendekatan yang menyeluruh tetapi spesifik dibandingkan dengan
pendekatan-pendekatan lain, yang dengannya ia diterima oleh semua orang tanpa
memandang kelas sosial, kecerdasan dan tingkat pendidikan. Wilayah moral adalah
salah satu wilayah penting dalam islam dimana Islam dapat menyampaikan
pesan-pesannya secara efektif, karena moral adalah nilai-nilai yang diterima
dan diperlukan oleh semua lapisan manusia (hal 126).
Untuk kajian Islam, buku
ini sangat menarik, dari sisi universalitas pemaparan yang mengambil ayat
Al-Qur'an tanpa menuliskan dalam bentuk tulisan arabnya, harusnya bisa diterima
dengan mudah oleh semua kalangan. Misalnya para pecinta alam, aktivis masjid
yang mengadvokasi lingkungan dll. Kajian-kajian ayat yang mendalam serta
menyeluruh membuktikan secara khusus buku ini sangat dalam dan bergizi.
Kritiknya hanya pada ilustrasi, lagi-lagi saya selalu melihat sebuah buku tidak
saja pada isi tetapi juga pada tampilan. Untuk kalangan akademisi, buku ini
cocok menjadi referensi kajian lingkungan berbasis agama, sayangnya dalam ranah
populer, buku sepertinya masih terbatas pada pembaca yang beragama Islam saja.
Buku setebal 141, ditulis oleh Sunardi, Ph.D. Seorang staf pengajar muda di
Jurusan Biologi Universitas Padjadjaran dan Program Studi Magister Ilmu
Lingkungan, Unpad, Bandung. Buku ini diterbitkan oleh Program Studi Magister
Ilmu Lingkungan- Universitas Padjadjaran dengan dukungan dari Yayasan Pribumi
Alam Lestari. Secara pribadi saya sangat mengagumi karya Pak Sunardi ini,
sebuah karya yang akan menjadi kenangan sepanjang masa.