Melihat langit biru Timika mengingatkan saya pada kota
kelahiran saya dahulu di sebuah pesisir selatan Jawa Barat. Langit biru yang
bersih dengan awan putih bergumul begitu indah. Awan-awan yang ketika kecil
membayangkan berbagai rupa bentuk sesuai imajinasi. Yah, langit biru Timika
membawa saya pada imajinasi kecil tentang banyak hal. Imajinasi tentang sebuah
kota yang indah tanpa polusi dan begitu indahnya perhatian-perhatian kecil pada
alam yang sedang terjadi. Perhatian yang hilang seiring kedewasaan kita.
Langit Biru Timika, Papua (iden wildensyah) |
Ah, langit biru Timika siang itu benar-benar membuai saya
pada banyak hal yang terjadi di masa lalu. Langit biru awan putih membawa
kenangan indahnya masa kecil. Bukan hanya itu saja, langit biru Timika ini
menunjukan betapa bersih dan sehatnya udara di sekitar Timika. Bersih karena
polusi udara yang tidak terjadi sehingga awan leluasa bergerak membawa
butir-butir air hujan. Langit menjadi bersih karena tak terhalangi oleh debu
pekat polusi udara. Polusi udara karena pembakaran bahan bakar fosil dari
banyaknya kendaraan yang beredar di jalanan kota. Kemacetan yang luar biasa
terjadi setiap pagi dan sore bahkan kini berubah menjadi hampir tiap waktu
membuat kadar karbonmonoksida yang keluar dari knalpot kendaraan meningkat
tajam. Berkumpul di udara maka jadilah langit biru tertutupi oleh polusi udara.
Masih ingat betul ketika pertama kali berkenalan dengan
dunia kesukarelawanan di sebuah lembaga lingkungan di Kota Bandung. Saat itu
kegiatan koordinasi banyak dilakukan di daerah dengan ketinggian yang relative
lumayan tinggi dibandingkan Kota Bandungnya. Alhasil setiap pagi dan sore kita
bisa melihat perubahan awan yang menggelayut di atas cekungan Kota Bandung.
Saat pagi hari, awan terlihat putih bersih namun berubah ketika hari menjelang
sore. Awan yang tadinya putih kemudian berubah menjadi berwarna kotor seperti
hitam. Persis seperti melihat jelaga yang menempel di atas awan.
Langit biru Timika harus tetap terjaga agar kehidupan di
sana semakin baik tanpa polusi udara. Keindahan langit biru jangan sampai
hilang dan baru terasa pentingnya setelah kehilangan momentum birunya langit
tersebut. Jangan sampai anak-anak kecil kelak yang menjadi generasi penerus di
Timika kehilangan kesempatan melihat langit biru yang aduhai indahnya.
0 komentar:
Posting Komentar