Ruang Sederhana Berbagi

Tampilkan postingan dengan label Tailing. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tailing. Tampilkan semua postingan

Kamis, November 26, 2015

Tailing Dulu Lapisan Tanah Baru Kemudian

Jika saja saya tak memegang langsung lapisan tanah di bekas lahan tailing, mungkin saya tak akan percaya. Secara perlahan dengan bantuan manusia di lahan tailing bisa merekondisi kembali ke keadaan semula. Tumbuhnya tanaman pelopor mampu menjadi pembuka untuk tumbuhan lainnya.
Awalnya hanya tumbuhan lunak sejenis rumput-rumputan dan alang-alang tetapi setelah terbentuk lapisan tanah maka tumbuhan yang keras siap menyusul. Daun-daun yang kering jatuh ke bawah semakin lama semakin banyak dan mulailah membentuk serasah. Serasah adalah sisa tanaman yang kering dan terkumpul di bawah pohon. Serasah sangat penting dalam proses hidrologis karena mampu menyimpan air yang turun dari langit. Serasah mampu menahan air larian. Air yang tertahan akan membuat lembab daerah tersebut. Kelembaban tersebut menjadi tempat yang cocok untuk pertumbuhan organisme yang akan berguna dalam proses menyuburkan tanah.
Di lokasi reklamasi tailing, lapisan tanah baru itu tampak terlihat jelas saat air danau sedang menyusut. Air di bawah sementara lapisan tanah dengan tailing di bagian atasnya. Ikan-ikan hidup normal di danau yang airnya sedang menyusut. Sementara itu pohon dan tanaman lainnya tumbuh seperti sediakala.
Di bagian lainnya, tanaman palawija berjajar dalam gundukan yang ditutupi oleh plastik. Gundukan itu mengingatkan saya pada tempat-tempat di ketinggian yang biasa dilewati saat mendaki gunung. Tempat sayur mayur di ladang petani seperti di daerah Ciwidey, Lembang, Cikajang, dan lain-lain. Menurut pengelola di lokasi, perlakuan pada tanamannya hampir mirip dengan lokasi di daerah pertanian pada umumnya. Menggunakan pupuk organik dan di beberapa tempat masih tetap menggunakan pupuk kimia karena menanam di pasir sisa tambang berbeda dengan tanah pertanian pada umumnya.
Jenis-jenis tanaman yang tumbuh di lahan tailing ternyata banyak sekali. Saat melihat langsung, tak terlihat ada perbedaan yang signifikan. Nanas tumbuh dengan subur, pepaya berbuah manis, sirih dan ilalang tetap ingin tumbuh di sela-sela nanas dan jagung. Tanaman yang dirawat tersebut saya rasakan hasilnya saat berbincang santai di tempat istirahat.
Demikian halnya dengan keanekaragaman hayati yang lain. Di sudut salah satu lahan reklamasi saya melihat sebentuk taman konservasi kupu-kupu. Di dalamnya berbagai jenis kupu-kupu tampak senang berterbangan dari satu bunga ke bunga lainnya. Warna sayapnya rupa-rupa. Tampak sayang jika dilewatkan begitu saja. Beberapa kupu-kupu diabadikan dengan kamera. Sisanya dibiarkan asyik mengisap sari madu bunga dan ada juga yang asyik terbang kesana kemari. Taman kupu-kupu ini sering dikunjungi anak-anak sekolah di kawasan Mimika yang outing atau fieldtrip ke lokasi MP21.
Kehadiran hewan dalam satu lahan reklamasi bisa menjadi preseden yang baik dalam proses pemulihan lahan. Hewan bisa menjadi indikator sehat atau tidaknya sebuah lingkungan. Beberapa peneliti lingkungan menjadikan hewan sebagai indikator yang mudah untuk menentukan kualitas lingkungan setempat. Kupu-kupu, burung, dan satwa lainnya berperan dalam menyebarkan bibit tanaman secara alami. Semakin luas jangkauan hewan melakukan perjalanan dalam hutan, semakin luas hutan yang akan tumbuh secara alami.
Hutan bisa tumbuh dan berkembang secara kualitas dan kuantitas dipengaruhi juga oleh keadaan tanahnya. Semakin bagus kualitas tanah maka semakin cepat sebaran luas hutannya. Tanah di lokasi reklamasi secara perlahan bertambah banyak seiring banyaknya serasah dari daun-daun yang jatuh. Seyogyanya harapan itu terus ditumbuhkan dan dipelahara agar kelak anak cucu kita masih melihat lebatnya hutan sekalipun dasar tanah awalnya adalah tailing dari bekas pertambangan di hulu.
Share:

Kamis, November 19, 2015

Jagung Manis Dari Lahan Reklamasi

Cuaca cerah dengan suhu berkisar antara 30 sampai 33 derajat celcius dan langit biru di kota Mimika mengiringi perjalanan kami menuju MP 21. Suhu 30 derajat celcius bisa jadi sangat terasa panas untuk kami yang biasa berada di suhu 25-29 derajat celcius. MP 21 adalah sebutan untuk pusat reklamasi dan keanekaragaman hayati yang dibangun oleh PT Freeport Indonesia. MP 21 adalah departemen khusus yang bergerak dalam bidang lingkungan hidup. Siang itu, seorang petugas dari MP 21 menerima dengan ramah di ruang tamu. Setelah perkenalan satu persatu, obrolan mengalir ke sana ke mari terutama berhubungan dengan kegiatan operasional. Jagung berwarna kuning serta nanas yang sudah dipotong-potong tersaji di meja. Sementara obrolan terus berlanjut dari satu kegiatan-kegiatan yang lainnya.
Jagung Manis Dari Lahan Reklamasi (iden wildensyah)
Beberapa hal yang menarik di MP 21 antara lain program reklamasi lahan, pengelolaan endapan tailing yang meliputi reforestrasi tanaman kehutanan, kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, penelitian, pendidikan, pengendalian erosi, penunjang fasilitas konservasi, dan pemantauan suksesi alami tumbuhan.
Pendidikan Lingkungan
Semua bidang garapan kerja di MP 21 sangatlah menarik. Sebut saja tentang pendidikan. Pendidikan lingkungan untuk generasi muda adalah hal yang sangat penting. Pendidikan menjadi tulang punggung pembangunan Indonesia, demikian sering dikatakan oleh Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Anies Baswedan. Dengan pendidikan yang baik, maka generasi muda sebagai tonggak penerus estafet negeri ini akan memiliki modal yang baik dalam membangun kelak dikemudian hari.
Di area kerja MP 21, pendidikan lingkungan sering dilakukan kepada anak-anak sekolah di sekitar lokasi di Mimika, Papua. Anak-anak dikenalkan kepada berbagai jenis flora dan fauna endemic Papua yang harus dikenali oleh anak-anak. Sebut saja di lokasi konservasi kupu-kupu, anak-anak bisa melihat langsung berbagai jenis kupu-kupu serta proses menjadi kupu-kupu mulai dari ulat, kepompong, dan akhirnya menjadi kupu-kupu. Pendidikan lingkungan bukan hanya mengenal flora dan fauna saja, pendidikan lingkungan lebih luas dari sekadar melihat hal yang ada di alam ini. Pendidikan lingkungan adalah penyadaran. Nah, harapannya dengan anak-anak melihat langsung keanekaragaman hayati Papua, mereka memiliki jiwa yang peduli dan sadar untuk bertindak ramah lingkungan.
Lebih jauh tentang pertambangan, anak-anak bisa melihat setiap aktivitas pemulihan lingkungan yang dilakukan oleh PT Freeport. Anak mengenal sisi-sisi lainnya tentang pengawasan yang ketat kepada pengendapan tailing di hilir yang bisa dimanfaatkan menjadi berbagai produk konstruksi seperti pasir beton, pengeras jalan raya, dan lain-lain.
Lahan Reklamasi
Di lahan reklamasi selain bisa dimanfaatkan untuk pekerjaan konstruksi, lahan tersebut bisa juga diolah untuk menanam berbagai jenis tanaman yang bisa dikonsumsi. Misalnya untuk menanam cabai, menanam terong, menanam berbagai jenis tanaman khas Papua seperti buah merah. Lapisan tanah di endapan tailing pada waktu tertentu bisa kembali seperti semula. Saya melihat langsung lapisan tanah yang sudah ditumbuhi secara alami oleh tanaman keras dan lunak. Tanaman keras seperti pohon pinus, pohon manga, serta tanaman lunak seperti jenis rumput-rumputan bisa tumbuh dengan baik. Suksesi alami berjalan dengan baik pada saat intervensi manusia tidak terlalu mendominasi. Intervensi manusia seperti pemupukan yang berlebihan, penebangan pohon yang tidak terkendali, dan lain-lain.
Berbagai jenis pohon tumbuh subur di lahan reklamasi PT Freeport Indonesia (iden wildensyah)
Dalam data yang dirilis oleh environmental departement PT Freeport Indonesia, di lahan pertanian di atas tanah tailing sudah berhasil menanam lebih dari 20 tanaman sayuran, padi, dan palawija dengan total lebih dari 70 varietas. Metode yang digunakan terdapat dua jenis yaitu hidroponik dan pertanian konvensional. Hasil pertanian ini dipantau secara ketat dan sistematis termasuk memantau serapan logam yang terkandung dalam tanaman yang akan dikonsumsi nanti. Hasilnya sungguh menarik, pengukuran serapan logam dalam tanaman menunjukan nilai yang memenuhi baku mutu makanan jika mengacu kepada keputusan Dirjen Pom no. 03725/B/SK/B/VII/89.
Acuan ini sebenarnya membuat siapapun yang mengonsumsi makanan dari tanaman yang ditanam di lahan reklamasi tidak perlu merasa khawatir. Ini pula yang membuat kami merasa sangat menikmati siang itu, menikmati suguhan jagung rebus segar yang rasanya manis. Rasa jagung biasanya khas tanpa rasa atau sedikit manis. Untuk jagung siang itu, rasanya manis dan membuat kami tak segan untuk kembali mencicipi jagung yang disuguhkan di depan kami.
Share:

Postingan Populer