"Pengalaman adalah guru terbaik. Menghadirkan pengalaman adalah bagian terbaik yang bisa dilakukan oleh guru agar anak-anak bisa belajar secara mengasyikan dan menyenangkan".
Bermain, Bertualang, Belajar
Di Sekolah Alam Bandung, anak-anak mengalami dan belajar langsung dari setiap proses yang mereka jalani. Lewat kegiatan wirausaha, mereka mengalami langsung belajar mandiri dalam mencari ide usaha, mewujudkannya, dan mengevaluasinya. Wirausaha mengajarkan empati, sikap pantang menyerah, dan kreativitas. Selain itu, mereka juga belajar langsung lewat kegiatan outbond.
Outbond mengajarkan banyak hal yang sangat positif untuk perkembangan anak didik. Mengalami langsung risiko di alam terbuka, mengantisipasi risiko, memperhitungkannya, kemudian menikmati setiap prosesnya dengan baik.
Bermain, Bertualang, Belajar! Ingat itu, sejatinya semua hal menjadi sangat menyenangkan saat kita tidak mematok kelas sebagai tempat belajar. Belajar di mana saja, kapan saja, dari siapa saja. Belajar sepanjang masa karena belajar adalah kewajiban. Tempatnya tidak wajib dari sebuah ruang khusus berukuran tertentu dengan pakem kurikulum yang ditentukan orang lain. Belajar adalah bermain, belajar adalah bertualang, belajar adalah belajar. Bangga bisa menjadi bagian dari mereka yang terus belajar dan berkarya.
Banyak sekali pengalaman unik yang mereka tuliskan dalam buku yang berjudul Bermain, Bertualang, Belajar ini! Apresiasi kepada guru-guru dan fasilitator di SAB yang sudah mengantarkan mereka sampai jenjang SD 6 dengan baik. Terima kasih!
Alkisah di sebuah hutan
yang lebat, hidup seekor tupai di dalam pohon yang rindang. Pohon dengan daun
yang lebat, batang-batang yang kokoh, serta ranting yang berderet rapi di atas.
Tepat di sebuah lubang dekat batang pohon yang tengah, seekor tupai bersarang.
Membuat rumah pohon yang nyaman. Sekilas tidak terlihat ada kehidupan. Tetapi
di balik itu, di dalam pohon, sebuah rumah tupai begitu indah. Setiap
ruangannya ditata dengan rapih. Setiap hari, tupai itu membersihkan ruangannya
dengan baik.
Sayangnya, ia terkenal sering marah-marah tidak jelas kepada apapun benda atau
mahluk hidup di depannya. Ia juga suka meledek dan menyombongkan dirinya. Kalau
ada barang yang jatuh, ia akan marahi. Kalau ada barang yang tidak pada
tempatnya, ia akan marah-marah dan meledek. Semua temannya tidak suka pada dia
karena sikap marah-marahnya yang tidak jelas.
Suatu hari, ia melihat pohon. Ia kemudian berkata "hei, pohon kok kamu
jelek. Rantingmu ke sana ke mari tidak beraturan". Setelah itu ia bertemu
dengan seekor gajah, "hei gajah, kok badanmu gemuk. Gerakanmu tidak
lincah!". Saat ia bertemu dengan burung, ''hei burung, kamu jelek banget.
Tanganmu kok begitu, cuma punya kaki, yah?"
Semua yang ada dihadapannya selalu ia ledek dan ia marahi. Ia merasa senang
saat teman-temannya sedih. Sampai suatu hari, ia tidur dan bermimpi. Dalam
mimpi itu, ia sedang berada di sebuah tempat yang gersang. tidak ada pohon satu
pun. Ketika itu ia berjalan dan melihat ada sebuah pohon. Ia hendak berteduh
tapi pohon berkata, ''aku tidak mau meneduhimu, kamu sudah sering berbuat tidak
baik. Kamu tidak bersyukur bahkan pada pohon tempat tinggalmu." Ia
kemudian meneruskan perjalanan. Ia semakin kepanasan dan kelelahan. Setelah
lama berjalan ia bertemu seekor gajah. Kepada gajah itu ia berkata, "hei
gajah, bawa aku pergi dari sini. Aku haus dan ingin minum." Gajah kemudian
menjawab, "aku tidak mau membawamu ke tempat yang banyak air, kamu sering
meledek aku".
Ia semakin kepanasan dan kehausan. Sampai kemudian ia melihat burung. Ia
berpikir burung itu akan membantunya mencari air minum. "Hei burung, bawa
aku ke tempat yang banyak air minum." Lalu burung itu berkata, "aku
tidak mau menunjukan tempat yang banyak air dan pohon kepadamu. Kamu sering
meledek dan marah-marah tidak jelas."
Semakin lama semakin lemah tubuhnya. Ia pun kemudian pingsan. Saat itu juga
terbangun dari tidurnya. Ia kemudian melihat sekelilingnya. Ia ternyata masih
berada di rumah pohonnya. Ia merenungi mimpinya. Tersadarlah ia bahwa selama ini
ia tidak bersyukur atas semua yang sudah ia dapatkan.
Sejak saat itu, tupai mulai mengubah semuanya. Ia tidak lagi marah-marah dan
tidak suka meledek. Ia banyak bersyukur kepada semuanya. Ia melihat pohon dan
tersenyum berterima kasih. Ia melihat gajah kemudian meminta maaf dan merekapun
berteman. Ia bertemu burung, ia menyapa dan berterima kasih juga. Ia berubah
menjadi tupai yang baik hati dan penuh syukur.
Musim kemarau dalam
memori saya waktu kecil adalah kekeringan dan kerja keras untuk menyiram
tumbuhan di kebun. Sawah yang kerontang, irigasi yang mengering, angin yang
bertiup kencang dan tentunya suhu yang panas. Terlebih saya kecil hidup di
pesisir pantai, saya menyebutnya tetangga Australia.
Sunset di Pantai Karang Papak, Garut Selatan (idenide)
Setiap pagi sebelum
berangkatsekolah saya dibangunkan untuk segera mengambil air di
kulah (sebuah kolam didepan surau untuk wudlu). Airnya sudah berwarna hijau
karena lukut (tumbuhan yang tumbuh dibebatuan biasanya licin kalau diinjak bisa
membuat tergelincir) tetapi untuk menyiram tumbuhan rasanya bau lukut itu tidak
masalah yang penting tumbuhan di kebun kami bisa minum. Dua ember saya jinjing
di kiri dan di kanan saya. Kadang dengan mulut bersungut-sungut saya
melaksanakan rutinitas pagi di musim kemarau tersebut. Pernah satu kali diwaktu
saya malas, saya menyiram tumbuhan daunnya saja yang terlihat basah, tanahnya
tetap kering. Kasus ini jadi pelajaran karena ibuku mengetahui sampai beliau
memarahi dan memberi tahu kalau menyiram itu sama dengan memberi makan bukan
memandikan atau membasahi daun saja.
Saya menyiram setiap pagi sebelum berangkat sekolah, dalam hati saya
berkata bahwa apa yang saya lakukan bisa membuat tanaman itu tumbuh dikemudian
hari bisa memberikan buah-buah pada kami. Tumbuhan yang baru ditanam itu
terdiri dari Durian, Mangga, Sawo dan Rambutan. Kalau sedang Mood bagus, semua
tanaman yang terlihat kering saya sirami sampai pagar pun saya sirami. Saya
sangat sayang sekali pada tanaman tersebut, kasihan rasanya kalau mereka layu
gara-gara kemarau. Saya menyiram dua kali sehari, pagi dan sore menjelang
maghrib. Saya senang melakukannya, saya merasa memberi kehidupan ketika melihat
tanaman tersebut tumbuh dengan baik. Indikatornya bagi saya sederhana, daunnya
terlihat segar.
Kemarau membuat desa kami kering, tetapi keceriaan anak-anak seusia saya
waktu itu membuat kekeringan tidak terasa sebagai masalah. Saya bersyukur
mengalami satu masa itu, masa yang kadang membuat saya merasa iri pada teman-teman
yang bisa langsung bermain tanpa ditanya "sudah disiram belum tanaman
dibelakang?". Tanaman itu sekarang sudah besar, seiring waktu yang terus
berpacu tanaman itu pun sedikit demi sedikit bisa diambil buahnya, ibu saya
tidak pernah melupakan untuk menyisakan buahnya untuk saya.
**
Kemarau selalu identik
dengan sore yang cerah dan malam yang terang benderang dikala purnama. Sore
dikala musim kemarau adalah saat yang menyenangkan, suhu menjadi sedang
maksudnya tidak begitu panas juga tidak begitu dingin dari suhu maksimal
disiang hari sehingga banyak keceriaan yang muncul disore hari. Keceriaan di
sore hari ini dimanfaatkan oleh anak-anak kecil
untuk bermain ucing-ucingan, main layangan, susumputan dan juga keceng-kecengan
bagi mereka yang sudah dewasa. Moment sore di musim kemarau oleh saya kecil
pada waktu itu digunakan untuk bermain bersama teman-teman tentunya setelah
menjawab pertanyaan ibu: ”sudah disiram belum tanaman dibelakang?” dengan
jawaban sudah.
Sore yang cerah dan keceriaan anak-anak yang sedang bermain di lapangan
membuat semarak kampung kami, kadang saya lupa waktu kalau sudah bermain.
Rasanya saya ingin terus merasakan sore hari, saya tidak mau memasuki malam.
Saya tidak mau ibu memanggil saya untuk segera kembali ke rumah untuk sholat berjamaah
bersama bapak di surau.
Biasanya kami baru beranjak menuju rumah kalau sudah ditakuti dengan
mahluk bernama ”Sanekala” yaitu mahluk yang suka mengambil anak-anak yang main
kemaleman. Sanekala hanya ada dalam bayang saja, karena sampai sekarang saya
belum tahu rupa dan wujudnya. Dalam bayangan saya sanekala bermuka seram dan
bergigi tajam serta bisa terbang. Di era google pun saya tidak menemukan mahluk
bernama sanekala ini.
Sore yang cerah dan angin barat yang bertiup kencang membuat ideal
menerbangkan layang-layang. Layang-layang bisa menjadi indikator musim kemarau,
maklum saja waktu saya kecil tidak tahu ada siklus musim di dunia ini. Yang
saya tahu hanya kalau musim kemarau itu panas dan sore bisa main seenaknya
serta kewajiban untuk menyiram tanaman, nah kalau musim hujan saya bermain
menjelang siang di selokan membuat bendungan dari tanah liat, main air dan
basah kuyup (kadang ibu marah-marah kalau saya leledokan (kotor-kotoran)
alasannya baju habis karena yang kemaren-kemaren belum kering karena hujan
sepanjang hari).
Menyaksikan layang-layang di udara membuat saya kagum, saya berpikir
tentang apa yang menyebabkan layang-layang bisa terbang tinggi. Apakah karena
kertas yang ringan atau karena angin. Saya sempat berkesimpulan bahwa
layang-layang bisa terbang karena kertas yang ringan, karena tanpa rangka pun
kertas bisa terbang. Pengecualian adalah kertas koran, saya menganggap kertas
koran terlalu berat untuk diterbangkan.
Anak-anak dikampung saya membuat sendiri layang-layang, menggambarnya dengan
kreasi sendiri. Tidak termasuk saya, saya tidak bisa membuat layang-layang
karena bapak saya tidak bisa membuat layang-layang. Sekali-kalinya membuat eh
tidak terbang, akhirnya mencari saja layangan putus yang hinggap di kebun
belakang tempat tanaman saya sirami.
Sore yang cerah ini menyisakan lembayung sesaat sebelum menuju malam,
warnanya biru, putih, oranye cerah dan kekuningan. Semburat matahari sore itu
memancarkan sinar yang indah. Saya terkagum-kagum melihat keindahan sore
dimusim kemarau, sinar matahari sore ini kadang membuat waktu siang terasa
lebih lama, saya merasakannya karena walaupun sudah maghrib tetapi masih terang
benderang.
Kemarau membuat sore menjadi indah.
**
Kemarau adalah malam
yang terang benderang dikala bulan purnama. Keceriaan sore berlanjut dimalam
hari, sehabis ngaji (saya ngaji di rumah di wuruk (diajar) oleh bapak) dan
teman juga beres ngaji di surau kampung kami. Saya langsung keluar rumah, tentu
setelah mendapat ijin dari orang tua. Bersama teman-teman saya kembali bermain
di teras rumah, di tempat yang lapang. Main
kuda-kudaan (maaf jangan dikonotasi dengan kuda-kudaan versi dewasa yah) dengan
sarung dililitkan ke leher dan seorang teman yang dibelakang sebagai joki,
bergantian kami memainkan peran itu. Saling kejar saling teriak di bawah sinar
bulan purnama.
Di malam hari dimusim kemarau bulan purnama terlihat sempurna, bulan
terlihat penuh. Saya selalu penasaran melihat bulan, memandangi dari jauh dan
kata bapak saya, harus dilihat dengan mengucap maha besar Alloh. Saya bertanya
tentang bulan. Saya bertanya pada banyak orang, pada seorang kakek juga pada
seorang nenek. Dan jawabannya sama, di bulan ada nini anteh. Nini (nenek) anteh
juga sama dengan sanekala, saya juga belum menemukannya sampai era google sekarang. Kata jawaban itu, nini anteh di bulan ditemani
kucing dan nini anteh suka menenun. Bayangkan sudah berapa kain yang nini anteh
bikin.
Sinar bulan purnama yang sempurna di musim kemarau, walau sesekali awan
menghalangi untuk sekedar numpang lewat itu, membuat malam terlalu sayang untuk
dilewatkan begitu saja. Dan saya bersama teman-teman melewatkan malam dengan
keceriaan. Keceriaan itu biasanya berakhir kalau sudah larut malam, atau
seorang anak kecil nangis karena jatuh, atau ibu kami memanggil. Saya tidak
tahu persis jam berapa kami mengakhiri bermain malam, yang pasti saya selalu
tertidur nyenyak jika sudah kecapean.
Kemarau menyisakan malam bulan purnama dengan keceriaan.
**
Kadangkala kemarau
benar-benar membuat saya khawatir, kejadiannya karena sering terjadi kebakaran
hutan. Bahkan kebun kami pernah dilahap si jago merah, untungnya bukan kebun
belakang yang tanamannya saya sirami setiap pagi dan sore menjelang pergi
sekolah. Saya menyaksikan sendiri bagaimana api melahap
tanaman kering yang ada di kebun, atau ilalalang di
padang penggembalaan. Saya menduga ada orang jahil yang sengaja membakar.
Tetapi seiring waktu saya belajar bahwa suhu panas matahari yang memancar ke
bumi pada titik tertentu bisa membuat api, terutama pada gesekan-gesekan
ranting pohon yang kering. Saya tahu ini dari tayangan di televisi.
Kekeringan menyebabkan lahan yang tadinya subur untuk bercocok tanam
menjadi gersang, bahkan terlihat sangat kering kerontang. Ditambah dengan suhu
yang panas maka lengkaplah cerita penderitaan di desa kami, sebagian
menyebutnya musim kemarau sebagai peringatan Tuhan untuk manusia agar
mensyukuri karuniaNya. Untuk ini dalam Islam ada sebuah sholat meminta hujan,
namanya Sholat Istiskho. Waktu saya kecil saya pernah diajak bapak untuk Sholat
Istiskho. Saya tidak mengerti dengan sholat ini, sholat dilaksanakan mirip
dengan Sholat Idul Fitri hanya waktu pelaksanaannya saja yang berbeda. Sholat
Istiskho dilaksanakan pada waktu siang menjelang matahari berada tepat di atas
ubun-ubun.
Terbayang bagaimana panasnya, saya berada disamping bapak waktu sholat
ini. Bapak begitu bersungguh-sungguh dalam memanjatkan doa memohon hujan walau
panasnya minta ampun. Kepanasan ditengah terik matahari membuat saya kecil
mengeluh ke bapak, dan tahu kah apa jawaban bapak? Beliau menjawab: ”Panasnya
matahari disini tidak akan sepanas matahari di padang mahsyar dengan 7 matahari
yang jaraknya satu jengkal di atas kepala kita”. Saya kaget tetapi saya
berpikir positif waktu itu, karena kata bapak kalau orang beriman jangan takut
ada Alloh yang akan melindungi. Saya merasakan optimisme bapak ketika berdoa.
Jadi walaupun panas, saya tetap bertahan. Dalam hati saya berkata, ”bagaimana
mungkin saya bisa bertahan dengan 7 matahari kalau 1 matahari saja saya
mengeluh”.
Selepas sholat meminta hujan, saya tidak menghitung hari menunggu hujan,
yang saya rasakan hanya ada sedikit optimis dalam diri saya bahwa hujan akan
datang. Kenyataan memang hujan datang turun ke bumi, tetapi sekali lagi saya
tidak menghitung berapa hari atau berapa bulan rentang waktu dari kami sholat
meminta hujan dengan hujan turun.
Kemarau menjadi pelajaran bagi saya dari bapak untuk tidak mengeluh
karena panas. Terima kasih untuk bapak, semoga beliau damai disisiNya. Tuhan,
masukanlah beliau pada golongan orang yang diberkati, pada golongan orang yang
bersyukur! Amien.
Kemarau menyisakan semangat, optimisme dan yakin akan pertolongan Tuhan.
**
Malam kemarau adalah
malam terdingin di daerah pegunungan, dan hari-hari tersesak karena debu yang
bertebaran dipinggir jalan desa. Selain di sisi pantai yang saya sebut sebagai
tetangga Australia (istri saya masih tidak percaya kalau nenek moyang saya
pelaut dari Australia). Saya menghabiskan masa kecil di daerah pegunungan di
selatan Garut. Perubahan kontur wilayah ini membuat
saya harus bisa secepat mungkin menyesuaikan diri dengan suhu yang sangat jauh
berbeda.
Dinginnya malam hari di musim kemarau terlihat dari uap-uap yang keluar
dari mulut kalau saya tiupkan, seperti sedang mengeluarkan asap rokok. Juga
dari kolam-kolam ikan yang terlihat ”ngebul” bukan panas tetapi karena dingin.
Kalau saya raba, dinginnya seperti air es.
Malam hari dengan bulan purnama di samping Gunung Cikuray, adalah
pemandangan lain dari musim kemarau. Karena terlihat jelas puncak gunungnya,
saya bertanya pada bapak tentang situasi di atas gunung tersebut. Bapak
menjawab dengan penuh keyakinan bahwa di puncak gunung itu ada banyak burung
yang sangat indah, yang tidak akan ditemui di bawah atau di kaki gunung. Bapak
juga menceritakan tentang keadaan jika bermalam disana, kata beliau, sarung
yang dipakai untuk selimut akan berembun saking dinginnya.
Dinginnya malam di musim kemarau membuat kami harus siduru
(menghangatkan badan dipinggir hawu (tempat pembakaran untuk menanak nasi atau
masak memasak) sebelum tidur atau bangun tidur menjelang pagi setelah Sholat
Shubuh. Masa siduru adalah waktu yang sangat menyenangkan, sambil bermain-main
api saya meuleum (membakar) ubi atau ketela pohon yang saya celupkan ke air
gula atau langsung dimakan dengan gula.
Oiya... Gunung Cikuray yang selalu saya bayangkan puncaknya dari kecil
itu, akhirnya bisa saya daki ketika saya mahasiswa. Saya berhasil mendaki
Gunung Cikuray meraih kepenasaran waktu kecil dan Saya mengetahui keadaan
disekitar puncak gunungnya seperti yang dibayangkan sebelumnya.
Saya memiliki banyak teman dalam menjalani hidup ini, saya bersyukur setiap teman-teman memberikan banyak pelajaran bagi saya. Setiap hal yang terjadi pada teman-teman saya itu selalu direkam dalam memori ini. Saya percaya setiap hal baik atau buruk selalu memberikan pelajaran bagi saya. Terutama setiap kata-kata yang terus terngiang dari mulut-mulut yang tulus memberikan saran bagi saya.
Katakan saja CP, dia selalu memberikan kata-kata yang baik bagi saya sewaktu menjalani kuliah di Setiabudi. Yang masih saya ingat adalah ''Dont wait untill tomorow what you can do today'' saya tahu karena dia sering membaca buku motivasi sebelum saya mengenal buki motivasi tersebut. Terbukti memang, dia lebih cepat menyelesaikan kuliah, saya baru lulus setahun kemudian.
Ada juga HM, sewaktu saya membuat Bulletin dia berkata kepada saya ''Sedikit ide yang kau tuang dalam karya, lebih berarti dari seribu kata yang kau ucap''. Saya terpacu membuat karya karena ucapan dia. Dan ucapan itu dia itu sampai sekarang saya ingat.
Ada juga BW yang dengan praktisnya memandang masalah, dia pernah berkata kurang lebih begini ''Sudahlah jangan dipikirkan masalah besok, yang penting sekarang makan, masalah besok makan atau tidak, kita pikirkan saja besok''. Sangat praktis dan tidak bertele-tele. Yang baik dan terus saya ingat terutama ini ''Bukan seberapa keras masalah mendatangimu, tetapi seberapa cerdik kamu memecahkan masalah itu'' lalu ''Sekarang bukan saatnya bekerja keras, tetapi bekerja cerdas'' praktis. Saya mengaplikasikannya ketika terlalu penat berpikir.
Masih banyak teman-teman saya yang mewarnai corak berpikir dan bertindak saya saat ini. Merekapun tidak pernah menyadari memberikan kata-kata yang membuat saya belajar banyak.
Selain kata-kata, tindakanpun saya ambil pelajaran. Saya amati setiap tindakan dan gerakan mereka ketika mendapati masalah, ada yang reaksioner, ada yang pelan tapi pasti, ada juga yang apatis. Mereka membuat saya bersyukur mengalami fase kehidupan bersama mereka.
Saya menemukan ini dari sebuah jaringan media sosial dan penting untuk saya sharing lagi di sini. Penting untuk diketahui karena sangat inspiratif.
Education (.huffpost.com)
Inilah kata kata inspiratif kreatif mendidik, pesan dari orangtua yang sudah lama bergerak dalam bidang pendidikan sebelum era kita saat ini.
Pendidikan bukan persiapan untuk hidup
Pendidikan adalah hidup itu sendiri
(John Dewey)
Tujuan pendidikan adalah mempersiapkan generasi muda
Untuk mendidik diri mereka sendiri seumur hidup mereka.
(Robert Maynard Hutchins)
Pendidikan bukanlah sesuatu yang diperoleh seseorang, Tapi pendidikan adalah sebuah proses seumur hidup
(Gloria Steinem)
Yang hebat didunia ini bukanlah tempat dimana kita berada melainkan arah yang kita tuju.
(Oliver Wendell Holmes)
Arah yang diberikan pendidikan untuk mengawali hidup seseorang akan menentukan masa depannya
(Plato)
Murid yang dipersenjatai dengan informasi akan selalu memenangkan pertempuran
(Meladee McCarty)
Seorang Guru Menggandeng tangan, Membuka pikiran, Menyentuh hati, Membentuk masa depan. Seorang Guru berpengaruh selamanya Dia tidak pernah tahu kapan pengaruhnya berakhir
(Henry Adam)
Kebajikan atau pengetahuan saja takkan cukup sebagai modal menjadi Guru Anugrah mengajar adalah bakat yang khas dan melibatkan kebutuhan serta hasrat dalam diri sang Guru sendiri.
(John Jay Chapman)
Salah satu tanda seorang pendidik yang hebat adalah kemampuan memimpin murid-murid, menjelajahi tempat-tempat baru yang bahkan belum pernah didatangi sang pendidik
(Thomas Groome)
Mengajar berarti belajar lagi
(Oliver Wendell Holmes)
Guru biasa memberitahukan
Guru baik menjelaskan
Guru ulung memeragakan
Guru hebat mengilhami
(William Arthur Ward)
Aku menyentuh masa depan. Aku mengajar
(Christa McAuliffe)
Kita tidak selalu bisa membangun masa depan bagi generasi muda
Tapi kita bisa membangun generasi muda untuk masa depan.
( Franklin D Roosevelt)
Kita tidak bisa mengajari orang apapun
Kita hanya bisa membantu mereka menemukannya di dalam diri mereka
(Galileo Galilei)
Jika kau memberi tahu mereka
Mereka hanya akan melihat gerakan bibirmu
Jika kau menunjukan kepada mereka
Mereka akan tergoda untuk melakukannya sendiri
(Maria Montessori)
Yang penting bukan bagaimana caramu hidup Tapi hidup siapa yang kamu ubah dengan hidupmu Seorang majikan bisa memberitahumu apa yang ia harapkan darimu Tapi seorang Guru membangkitkan pengharapanmu sendiri
(Patricia Neal)
Seni mengajar dalah seni membantu penemuan
(Mark Van Doren)
Aku bukan seorang Guru tapi seorang pembangkit
(Robert Frost)
Tujuan mengajar adalah untuk membuat anak bisa maju tanpa Gurunya
(Elbert Hubbard)
Jangan pernah meragukan keberhasilan
Sekelompok kecil orang yang bertekad mengubah dunia Karena hanya kelompok seperti itulah yang pernah berhasil melakukannya
(Margaret Mead)
Setiap orang berbakat di bidang tertentu
Kita hanya harus menemukan apa bakatnya
(Evelyn Blose Holman)
Aku bukan seoarang Guru hanya sesama musafir yang kau tanyai arah
Aku menujuk ke arah depan—kedepan diriku sendiri dan ke depan dirimu
(George Bernard Shaw)
Apa yang ingin dipelajari murid
Sama pentingnya dengan apa yang ingin diajarkan Guru
(Lois E.LeBar)
Bertindaklah seolah apa yang kau lakukan membuat perbedaan
Karena kenyataannya memang begitu
Ajari murid-murid menggunakan bakat apapun yang mereka miliki.
Hutan akan sunyi jika yang berkicau
Hanyalah burung-burung yang paling merdu kicaunya
Kita cemas akan jadi apa anak kita nantinya
Namun kita lupa bahwa ia sudah jadi seseorang sekarang
(Stacia Tusher)
Mengajar bukan profesi. Mengajar adalah kegemaran
Aku telah mencapai sebuah kesimpulan yang menakutkan bahwa aku
adalah unsur penentu di dalam kelas.
Pendekatan pribadikulah yang menciptakan iklimnya
Suasana hatikulah yang membuat cuacanya.
Sebagai seorang Guru, aku memiliki kekuatan yang sangat besar
untuk membuat hidup seseorang menderita atau gembira.
Aku bisa menjadi alat penyiksa atau pemberi ilham,
bisa bercanda atau mempermalukan,
melukai atau menyembuhkan.
Dalam semua situasi, reaksikulah yang menentukan
apakah sebuah krisis akan memuncak atau mereda
dan apakah seseorang akan diperlakukan sebagai manusia atau direndahkan.
( Haim Ginott)
Anak-anak di dalam kelas kita mutlak lebih penting daripada pelajaran yang kita ajarkan kepada mereka
(Meladee McCArty)
Aku seorang Guru
Guru adalah seorang pemimpin
Tidak ada keajaiban dalam pekerjaanku
Aku tidak berjalan di atas air
Aku tidak membelah lautan
Aku hanya mencintai anak-anak
(Marva Collins)
Kau bisa membayar orang untuk mengajar tapi kau tak bisa membayar mereka untuk peduli
(Marva Collins)
Salah satu hal yang bisa dilakukan seorang Guru adalah mengirim pulang seorang murid di siang hari dalam keadaan menyukai diri mereka
sedikit lebih daripada ketika ia datang di pagi hari
(Ernest Melby)
Anak-anak adalah sumber alam kita yang paling berharga
(Herbert Hoover)
Setiap murid bisa belajar,
hanya saja tidak pada hari yang sama atau dengan cara yang sama
(George Evans)
Jika kau harus berteriak, lakukanlah untuk membangkitkan semangat seseorang. Rahasia pendidikan adalah menghormati sang murid
(Ralph Waldo Emerson)
Mengajari anak-anak berhitung memang bagus, tapi yang terbaik adalah mengajari mereka apa yang perlu diperhitungkan
Sudah hampir lima bulan di taman depan rumah, sebuah pohon tin berdiri. Walau masih dalam pot besar tetapi pertumbuhannya sangat cepat. Daun-daunnya mekar, hijau, lalu kuning, dan kering. Setelah itu jatuh ke bawah. Biasanya saya pungut lalu saya simpan kembali di potnya. Daun yang kering sekalipun masih berguna untuk tanaman yang hidup. Nah pohon tin ini selalu diberi pupuk organik setiap hari dari sampah-sampah organik sisa dari potongan sayuran di dapur.
Pohon Tin yang sedang berbuah (iden)
Pohon tin adalah salah satu pohon yang dijelaskan dalam Al Quran. Di sana ada ayat khusus namanya Attin. Demi buah tin (dan zaitun) jadi sebenarnya ada zaitun juga. Buah tin ini sangat menarik hati saya karena termaktub dalam ayat suci tersebut. Sesuatu yang dituliskan dalam Al Quran berarti ada misterinya. Saya gak tahu misteri tersebut yang pasti saat pohon tin tersebut berbuah, sangat senang rasanya.
Jenis-jenis pohon itu beragam. Ada yang berwarna hitam, ada yang berwarna merah, ada yang berwarna hijau. Pohon tin di rumah kami berwarna hijau. Dengan daun lebar dan pertumbuhan yang sangat cepat. Kalau saya lihat dibanyak referensi, dimensi pohonnnya bisa sangat besar juga. Kalau untuk ini, kita harus menanamnya di kebun yang luas.
Inilah pohon tin yang sedang berbuah.
Sudah banyak yang tahu, yah anggap saja demikian bahwa 2 Mei itu adalah Hari Pendidikan Nasional setelah 1 Mei kemarin Hari Buruh Internasional. Apakah ada korelasi antara pendidikan dengan buruh? Ini pertanyaan menarik. Untuk menjawabnya harus ada penelitian atau minimal kajian mendalam antara keduanya. Misalnya tentang apakah pendidikan itu bagian penting dari buruh atau sebaliknya buruh itu bagian penting dari pendidikan.
Ki Hadjar Dewantara di google
Hari Pendidikan Nasional selalu identik dengan seorang tokoh yang bernama Ki Hadjar Dewantara. Sosok pahlawan nasional yang pemikirannya dan orang berasal dari Indonesian tetapi dipraktikan di Finlandia. Finlandia kemudian menjelma menjadi sebuah negara dengan kualitas pendidikan terbaik di dunia mengalahkan Jepang yang pada beberapa tahun pernah menjadi negara dengan sistem pendidikan yang baik.
Ki Hadjar Dewantara adalah tokoh dibalik perguruan Tamansiswa yang mempraktikan konsep-konsep pendidikannya dengan baik sesuai pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Tokoh inspiratif tersebut mampu membuat terobosan pendidikan konvensional pada jamannya.
Saya membaca beberapa buku Ki Hadjar Dewantara kemudian meresapi makna dan mencoba melakukan pendekatan pendidikan di kelas sesuai dengan referensi yang dituliskan oleh Ki Hadjar Dewantara. Rasanya sangat menyenangkan saat membangun suasana kelas yang asyik untuk belajar dibandingkan dengan kelas yang monoton. Saya menyebutnya dengan Kreatif Mendidik.
Kreatif Mendidik adalah sebentuk manifesto pendidikan yang saya dalami dan saya kembangkan bersama anak-anak. Berawal dari sebuah buku yang saya tulis juga yang berjudul Mendidik Itu Kerja Kreatif. Buku yang ada eh yang diterbitkan sebuah penerbit online terbesar yaitu Bitread (sila mengunduh di aplikasi android dengan kata kunci BITREAD) ini berisi pengalaman dan sisi-sisi lain dari sebuah kalimat Kreatif Mendidik dan Mendidik Kreatif.
Bulan Mei 2015 ini akan hadir buku baru yang ditulis anak-anak Sekolah Alam Bandung angkatam 8 tahun pendidikan 2014-2015. Sebuah buku yang inspiratif karena berisi catatan pengalaman mereka selama belajar di Sekolah Alam Bandung.
Nantikan yah, tanggal untuk launching dan pemberitahuannya akan disampaikan menyusul. Pokoknya tunggu kehadiran buku "Bermain, Bertualang, Belajar: Catatan Pengalaman Sekolah Menyenangkan" Sekolah Alam Bandung bisa dilihat di sini, di bawah ini!
Sekolah Alam Bandung bisa juga disebut sebagai Sekolah Alternatif di daerah Bandung yang nyaman dan asri serta berwawasan lingkungan.
Sudah sering saya menyaksikan penampilan dari penyanyi balada asal Bandung yaitu Ferry Curtis. Yah, dia adalah seorang penyanyi balada yang sering tampil dengan lagu-lagu yang inspiratif. Ferry Curtis menuturkan pada pembukaan sebelumnya lagu bahwa ia sering melakukan perjalanan keliling Indonesia. Saat berkeliling itulah ia selalu belajar banyak dari tempat-tempat yang didatangi. Sungguh pengalaman yang sangat berharga.
Pada beberapa kesempatan misalnya di Gedung Indonesia Menggugat, di Celah Celah Langit di Ledeng atau CCL, ia selalu bernyanyi dengan melibatkan penonton. Kita jadi terlibat dalam setiap lirik lagu serta makna-makna yang ia tuliskan.
Di pembukaan pameran KAA (Konferensi Asia Afrika) menuju World Culture Forum 2016 juga Ferry Curtis menyanyikan lagu yang interaktif. Dibuka dengan pengalaman saat membaca kisah Nabi Muhammad SAW yang banyak gambarnya kemudian. Dalam buku tersebut Nabi Muhammad digambarkan dengan cahaya lalu ia bertanya "kenapa bergambar cahaya?" ia tak banyak mendapatkan cahaya tetapi kita ia bergaul dengan banyak orang, banyak suku bangsa ia tahu dan bisa mengerti apa itu makna cahaya. Iapun mengapresiasi orang yang hadir diacara itu sebagai orang-orang yang dipenuhi cahaya. Apresiasi itu disambut dengan tepuk tangan meriah pengunjung yang sudah diberikan orasi budaya Anies Baswedan sebelumnya.
Inilah penampilan dari Ferry Curtis, selamat menyaksikan
Semoga kita menjadi sahabat cahaya dan selalu diberikan cahaya sehingga bisa menerangi kehidupan di sekitar kita. Aamiin! Terima kasih banyak Ferry Curtis atas inspirasinya. Tabik!