Ruang Sederhana Berbagi

Senin, Juli 15, 2013

Mendampingi Sepenuh Jiwa

Kalau berada di sekolah dan masih menganggap sebagai pekerjaan, bersiaplah untuk menerima kondisi terseok-seok dengan ritme anak-anak yang aktif dan membuncah.
Bersama anak-anak adalah sebuah panggilan jiwa, bukan panggilan pekerjaan. Banyak detail-detail yang harus dikerjakan dengan baik untuk mendampingi anak-anak selama mereka berproses. Anak-anak berkembang setiap hari. Itu berarti ada banyak dinamika yang akan terjadi setiap harinya. 
Bayangkan jika kita menganggap itu pekerjaan, pasti berat karena ritme anak itu tidak bisa ditebak. Kita bisa mengarahkannya atau mengikuti. Tergantung pada kondisi yang terjadi pada saat itu.
Mendampingi anak harus sepenuh jiwa karena anak-anak adalah jiwa murni yang masih bisa menangkap sisi-sisi bawah sadar orang dewasa. Saat kita memberikan sepenuh jiwa kita untuk mendampingi mereka maka pendidikan akan bermakna bagi mereka.
Kelas kenangan Bengkirai
Share:

Senin, Juni 10, 2013

Terima Kasih Tuhan

Terima kasih Tuhan, untuk hari ini dan hari-hari yang sudah dilewati. Banyak sekali pembelajaran menarik bagi saya. Saya percaya setiap benih kebaikan akan menghasilkan buah kebaikan. 
Begitu juga dengan sekolah hari ini. Rasanya saya sangat senang berada di antara anak-anak yang selalu menebarkan kasih dan kedamaian setiap harinya.
Adakalanya saya benar-benar belajar dari mereka tentang segala sesuatu yang terjadi dalam keseharian. Mereka mengajarkan kebaikan, kejujuran, kecerian, kehebohan, kesabaran, dan masih banyak lagi pelajaran yang sudah mereka bagi selama bertualang di berbagai tema yang menarik.
Jangan lupakan orangtua, saya sangat bersyukur bertemu orangtua hebat yang selalu mendukung setiap hari. Tanpa dukungan mereka, apalah jadinya kelompok ini. 
Terima kasih Tuhan untuk semua keceriaan hari ini. Semoga menginspirasi!
Saatnya berkarya!
Share:

Sabtu, Juni 08, 2013

Saat Waktu Berpisah

Setelah bertualang kesana kemari ke tempat-tempat yang jauh untuk belajar segala sesuatu yang ada di dalamnya, inilah saatnya berpisah. Ada waktu bertemu ada juga waktu berpisah. Inilah kehidupan yang harus terus berjalan dengan dinamika yang terjadi setiap harinya.
Tidak ada satupun yang menyukai perpisahan, bahkan saya sekalipun. Selalu ada perasaan bercampur yang rasanya aneh, gak bisa ditebak, dan tidak bisa berkata-kata selain meneteskan air mata.
Mungkin ini jawaban, saat kata-kata tidak mampu menjelaskannya, uraian air matalah yang mampu melukiskannya.
Terima kasih untuk semuanya, petualang kalian di waktu yang akan datang tentu lebih mengasyikkan dan menyenangkan. Kakak sampai di sini menemanimu. Adiosss Bengkirai!
Adios Bengkirai, teringat sebuah lagu dari Payung Teduh "aku ingin berjalan bersamamu, dalam gelap dan malamku. Tapi aku tak bisa melihat wajahmu. 
Aku ingin berdua denganmu, di antara daun gugur. Tapi aku hanya melihat keresahanmu"
Share:

Jumat, Juni 07, 2013

Kerja Kreatif

Selain bekerja cerdas, bekerja kreatif adalah salah satu impian saya. Kerja-kerja yang mengutamakan kreativitas kita bukan sekedar menjadi mesin penggerak roda kapitalis (demikian seorang teman mengatakan untuk pekerja). Kerja kreatif yang bukan sekedar mengerjakan hal-hal teknis saja tetapi memadukan semuanya.
Memadukan antara teori dan konsep serta pelaksanaannya. Bukan sekedar teori saja atau konsep saja tetapi juga pelaksanaannya. 
Kerja kreatif dalam setiap hal agar menghasilkan semua hal yang kreatif juga. Berpikir kreatif dan mengemas dengan kreatif merupakan tantangan saya.  Usahakanlah agar menjadi sesuatu yang kreatif!
Mendidik adalah kerja kreatif!
Share:

Kamis, Juni 06, 2013

Selepas Berkemah

Malam tadi menemani anak-anak berkemah di sebuah tempat di Dago Atas. Bersyukur cuaca cerah walaupun sore harinya sempat hujan. Sedikit hujan sudah membuat perasaan ini was was, takut kalau hujan acara berkemahnya jadi gak seru.
Sore hari anak-anak sudah diantar oleh orangtuanya masing-masing ke lokasi. Beberapa orangtua yang beriniasiatif mengadakan acara tampak bersemangat membantu mendirikan tenda bersama-sama dengan anak-anak. Anak-anak tetap diutamakan agar mereka bisa memasang sendiri tendanya.
Untuk ukuran sekarang, memasang tenda bukanlah sesuatu yang sulit. Dengan frame dan tenda dome yang sudah praktis, pemasangan sangat cepat. Cukup dua orang saja untuk mendirikannya. Bandingkan dengan dahulu saat memasang tenda pramuka (disebut demikian karena dipakai pada saat kegiatan pramuka), dengan tali-tali dan tiang yang banyak, mendirikan tenda itu sangat menguras energi. 
Oh iya, teringat dulu saat pertama kali berkemah dan tidur di luar rumah, perasaan bercampur. Dan hal itu juga yang saya tangkap perasaannya anak-anak yang baru pertamakali tidur di luar rumah atau berkemah. Ada perasaan senang karena bisa berkumpul terus dengan teman-temannya satu kelas di luar sekolah. Bermain bersama-sama bahkan tidur dalam satu tenda. 
Pramuka adalah lembaganya yang mengenalkan saya pada konsep perkemahan. Senang rasanya kalau sudah berkemah, semua peralatan disediakan dengan maksimal. Yang selalu teringat adalah peralatan memasak  semacam penggorengan, panci, dan kompor yang disimpan di luar tas ransel. Terkadang digotong bersama-sama dengan memakai bambu. Keren rasanya, padahal kalau diingat sekarang rasanya lucu banget.
Malam itu, saat-saat bersama teman-teman semua bergembira. Ada yang bermain, ada yang bercanda, ada yang membaca buku. Semua menyenangkan sampai mereka benar-benar begadang. Kalau tidak dibuat aturan harus tidur, kayaknya memang gak akan pada tidur semalam. 
Selepas Berkemah selalu menyenangkan dan mengasyikkan! Kita bisa mengenal teman dengan lebih dekat dan merasakan indahnya kebersamaan, serta belajar lingkungan, dan semua hal yang jarang mereka alami sebelumnya.
 
Share:

Rabu, Juni 05, 2013

Hidup Tidak Selalu Bergula, Bukan?

Maka ia terus menyibukkan dirinya dengan seduhan teh. Ia mengambil saringan dan menuangkan teh ke cangkir. Ups, ada sedikit yang tercecer sehingga meja dapur agak kotor. Lalu ia mengambil serbet untuk mengelap teh yang tumpah itu. Hmm... Rasanya tidak perlu menambahkan gula. Itu membuat teh menjadi manis.
Hidup tidak selalu bergula, bukan?
-Ciuman di Bawah Hujan- Lan Fang
Share:

Selasa, Juni 04, 2013

Imajinasi

''Imajinasi lebih penting daripada pengetahuan'' (Albert Einstein)
''Imajinasi menguasi dunia'' (Disraeli)

Kira-kira tujuh puluh persen proses belajar kita terjadi dalam enam tahun pertama hidup kita. Pada masa itulah kemampuan kita menyerap hal-hal baru berada pada puncaknya. Itu adalah juga saat daya imajinasi kita tumbuh dengan suburnya.
Hal yang disebut terakhir mendahului yang sebelumnya. Kita membutuhkan imajinasi agar bisa belajar dengan cepat dan mudah. Karena itu, kita perlu tetap menjaga imajinasi kreatif, dan sebenarnya menstimulasi dan mengembangkannya di masa dewasa kita.
Terkadang ada orangtua yang berkata ''saya khawatir tentang si kecil Johny; imajinasinya begitu luar biasa!'' orangtua lainnya tampak percaya bahwa nilai imajinasi anak-anak untuk menghibur orang dewasa.
Kebenaran yang sederhana adalah imajinasi merupakan kunci bagi semua proses belajar dan pemecahan masalah. Itulah sebabnya para Edison dan Einstein di dunia ini mempunyai imajinasi yang sangat istimewa. Misalnya, Albert Einstein sampai pada kesimpulannya tentang ruang dan waktu setelah secara imajinatif melontarkan dirinya ke antara planet-planet di mana ia berkeliling dengan menunggangi sinar rembulan. Kemampuannya untuk menjadi seperti anak kecil membantunya menjadi raksasa di antara kaum intelektual.
Imajinasi yang kuat juga penting bagi daya ingat yang kuat. Inilah salah satu alasan mengapa orang yang telah berusia lanjut sering mengeluh ingatannya buruk. Mereka membiarkan imajinasi mereka memburuk sedemikian rupa sehingga pikiran mereka tidak lagi menciptakan gambaran-gambaran yang akan ''Melekat'' dalam benak mereka. Setiap kali merekam ingatan dalam tempat penyimpangan ingatan kita, kita menggunakan imajinasi dan daya visualisasi untuk menciptakan suatu gambar. Keefektikan kita dalam menciptakan gambar itu menentukan mudah tidaknya kita mengingat kembali informasi itu.
Selain itu, imajinasi yang kuat diperlukan dalam membuat tubuh dan pikiran anda santai. Misalnya, jika anda bisa secara total membayangkan suatu pemandangan alam, misalnya pantai, anda akan mempunyai kemampuan untuk santai sesuai dengan kehendak anda. Betapa berharganya imajinasi anda! Sebaliknya, seseorang yang tidak mengembangkan imajinasinya akan lebih sulit bersantai.

(taken from 'Being Happy - Andrew Matthew- pagea 68-70)
Share:

Senin, Juni 03, 2013

Kreativitas Memasak

Satu hal yang menarik dilakukan di sekolah sebagai implementasi pembelajaran menarik dan menyenangkan adalah memasak. Dalam konteks pembelajaran aktif, memasak adalah kegiatan yang secara langsung bisa dilihat hasilnya. Anak yang memiliki kreativitas dan kemauan belajar yang tinggi akan menghasilkan masakan yang menarik dan tentu saja enak.
Kalau saya coba komparasi ke konsep di Waldorf School yang memakai pemikiran Rudolf Steiner, memasak adalah salah satu bentuk berkarya yang secara filosofis mengenalkan kepada anak tentang pentingnya mengolah makanan untuk bekal hidup saat mereka dewasa.
Memasak setelah mereka menanam dari awal benih sampai layak untuk ditanam. Banyak hal menarik di sisi itu, anak bisa diajak untuk merasakan makanan sendiri dari hasil tanaman yang ditanam sendiri di kebun sekolah. Ini bentuk idealnya, bentuk praktisnya bisa saja memasak dari bahan makanan yang sudah disediakan. Misalnya anak memasak telur, nasi, dan lain-lain.
Kemandirian harus ditanamkan sejak dini mulai dari sekolah. Memasak adalah bagian dari pelajaran kemandirian yang akan berguna kelak ketika mereka dewasa saat semua harus dikerjakan sendiri.
Nah, sekolah sejatinya mengajarkan pengalaman-pengalaman yang harus menjadi bekal mereka dikemudian hari saat anak-anak tumbuh dan berkembang untuk menjalankan perannya di kehidupan. Berikan makna pada setiap aktivitasnya agar semuanya terasa bernilai. 

Memasak telur itu menyenangkan, anak-anak menyukainya!
Share:

Jumat, Mei 31, 2013

Koran Bekas Bungkusan

Saya teringat ketika membaca koran waktu kecil, bertanya pada ibu tentang siapa yang suka menulis di koran. Sebagai anak kecil yang penasaran, saya selalu tertarik mengetahui hal baru dari koran walaupun koran bekas bungkus baju, atau makanan. Beruntung, Ibu tidak langsung membuang koran bekas bungkusan tersebut. Inilah awal ketertarikan saya pada dunia tulis menulis.
Newspaper http://www.freegreatpicture.com
Keluarga kami tidak langganan koran, sekalinya langganan yang saya ingat Tabloid Hikmah, itu karena Bapak saya menilai tabloid ini sarat dengan nilai-nilai islam. Dahulu, bapak langganan Panji Mas. Saya menemukan arsipnya yang banyak diperpustakaan rumah. Sudah kotor, berdebu dan kusam. Saya menemukan tulisan-tulisan Hamka serta Muhammada Hatta di majalah tersebut.
Semakin saja saya penasaran tentang sosok dibalik berita serta opini-opini yang muncul. Ibu mengatakan bahwa orang yang suka menulis berita adalah wartawan. Sementara dari kakak saya mengetahui jenis wartawan, wartawan tetap dan wartawan freelance. Saya juga mengetahui kelebihan dan kekurangan kedua jenis wartawan tersebut dari dia. Karena begitu asiknya membaca koran, saya pernah bermimpi menjadi wartawan. Saya membayangkan betapa saya akan menjadi sosok dibalik berita yang ditulis dikoran, majalah ataupun tabloid. 
Memasuki dunia mahasiswa, saya berkenalan dengan Unit Pers Mahasiswa (UPM) Isola Pos. Ketertarikan saya pada mulanya dari mimpi kecil saya menjadi wartawan. Saya masih ingat ketika membaca salah satu poster training pers dan jurnalistik berbunyi ''Tertarik dunia wartawan, kepenulisan dan media? Ayo ikuti Training Pers dan Jurnalistik Mahasiwa (TPJM)''. Tahun pertama kuliah saya tidak mengikuti, baru pada tahun ketiga saya bisa mengikuti rangkaian kegiatan training pers tersebut. Tidak cukup hanya dikampus, saya mengikuti juga training pers diluar kampus.
Banyak pengalaman yang saya dapatkan dari training pers tersebut, terutama dunia mimpi kecil saya menjadi wartawan. Saya melatih diri membuat tulisan, saya melatih membuat berita dan berlatih mengelola media. Pengalaman yang berharga menjadi bagian dari dunia jurnalistik ini membuat saya semakin jatuh cinta pada dunia baca, tulis dan fotografi. Selain menambah uang beli buku ketika mahasiswa, pengalaman ini membukakan pada satu kenyataan bahwa menjadi wartawan itu mengasyikan walaupun resiko dan beban pekerjaannya berat. Teman saya sampai mengatakan tidak ada Tuhan selain deadline, saking begitu kerasnya mengejar deadline. Untuk teman yang satu ini, saya angkat topi atas pencapaian prestasi luar biasanya dalam mempraksiskan teori. Saya salut sama dia, saya belajar banyak pada dia.
Menjadi wartawan freelance, itulah saya. Dalam beberapa tahun yang lalu, saya pernah menjadi wartawan cabutan. Hanya bertugas kalau ada materi yang harus ditulis. Saya merasa merdeka menjadi wartawan seperti ini, saya tidak dikejar deadline. Kalaupun deadline, tenggang waktunya cukup untuk mengerjakan hal lain. 
Sampai hari ini, saya merasa dunia jurnalistik masih menjadi bagian hidup saya. Saya tetap menulis seperti sedia kala. Menulis membuat energi berlimpah, apalagi mewujud buku atau artikel yang dimuat di majalah, koran, atau media cetak lainnya. Sekarang, media online juga butuh menulis. Content is King, dan saya merasakan betul sebuah ide segar untuk mengisi konten itu sangat berharga. Hati-hati pencuri konten!
Nah.. kembali ke masa lalu, beruntung Ibu saya tidak langsung membuang koran bekas bungkus belanjaan pasar, ternyata koran bekas bungkusan tersebut membuat saya tetap menyukai dunia tulis menulis dan baca hingga kini.
Share:

Postingan Populer