Ruang Sederhana Berbagi

Tampilkan postingan dengan label Lingkungan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Lingkungan. Tampilkan semua postingan

Rabu, November 04, 2015

Kelola sampahmu, Simpan Dan Dapatkan Keuntungan Dari Bank Sampah

Salah satu masalah akut lingkungan hidup adalah sampah. Kenapa menjadi akut karena gejala sudah tahu tetapi sulit untuk disembuhkan. Setiap orang tahu bahwa sampah adalah sumber masalah. Pelajaran di Sekolah Dasar jaman dahulu disebutkan bahwa sampah menyebabkan banjir. Misalnya karena seorang yang senang membuang sampah ke saluran air kemudian saat musim hujan saluran air tersebut tertutupi oleh sampah. Air meluber sampai ke atas dan menyebabkan banjir di wilayah tersebut.
Bank Sampah (iden wildensyah)

Demikian seterusnya pelajaran itu hanyaa menjadi sebuah teori saja. Teori yang hanya diketahui tetapi tidak dijadikan sebagai acuan untuk bertindak. Orang-orang masih senang membuang air ke saluran air. Tengok saja di sungai Citarum kalau musim kemarau, sungai berubah menjadi tempat berkumpulnya berbagai jenis sampah. Mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar. Sampah-sampah organic dan sampah anorganik bercampur baur menjadi satu. Alhasil, sungai menjadi bau tak sedap.

Mental manusianya yang harus dibenahi. Pendidikan lingkungan hidup jangan berhenti hanya diteori saja. Praktek lebih penting karena sejatinya teori dibuat untuk mendukung pelaksanaannya. Mengajak orang-orang agar lebih mencintai lingkungan dengan hal yang mudah dari membuang sampah pada tempatnya. Sampah-sampah yang sudah dibuang kemudian dikumpulkan dan disimpan di tempat akhir pembuangan sampah.

Paradigma Baru

Yayasan Pengelolaan Biosains dan Bioteknologi (YPBB) di Kota Bandung sudah gencar melakukan kampanye penyadaran lingkungan dengan segala cara. Membuat kegiataan bersama dalam event tahunan seperti Hari Bumi, Hari Lingkungan Hidup, dan hari-hari lainnya yang berhubungan dengan lingkungan. YPBB sangat konsen dalam mengampanyekan gerakan zero waste atau gerakan nol sampah mulai dari diri sendiri. Pelan-pelan mengubah kebiasaan masyarakat dari suka menghasilkan sampah menjadi masyarakat yang mulai mengurangi dan bahkan menghilangkan sampah dengan cara seperti membuat gerakan membawa kantung yang serbaguna, selalu membawa bekal sendiri yang dikemas dalam wadah yang bisa dipakai berulang kali.
Para volunteer bergerak bersama-sama mulai dari diet kantong plastik yang diganti dengan tas serbaguna, menolak pemberian plastik saat membungkus makanan atau barang selepas berbelanja. Melakukan kampanye pemilahan sampah di rumah-rumah dengan komposter, keranjang takakura, dan lubang biopori untuk menampung air hujan dan menyimpan beberapa bagian sampah organic rumahan.

Bank Sampah

Bank Sampah (iden wildensyah)
Lain YPBB di tempat lain pengelolaan sampah dengan cara yang baru dalam pengelolaan sampah. Sampah-sampah anorganik yang biasanya menjadi tak bernilai dan hanya diambil oleh pemulung sampah, kini menjadi bernilai bahkan menjadi investasi. Bank sampah namanya. Sampah-sampah yang dikirimkan oleh orang atau masyarakat kemudian menjadi nasabah di Bank Sampah tersebut. Berbagai jenis sampah anorganik bisa disimpan dan ditukar dalam bentuk uang. Ada nilai dan tentu saja berbeda setiap nilainya berdasarkan jenis sampah yang disimpan oleh nasabah.

Namanya Bank Samici atau Bank Sampah Induk Cimahi terletak di Jl KH Usman Dhomiri no 15 Cimahi. Bank yang memiliki semboyan Cetar Membahana ini mengingatkan saya pada sosok artis Sahrini. Cetar Membahana adalah singkatan dari Cerdas dan Pintar Mengolah dan Membuat Sampah menjadi Berkah). Sebuah cita-cita luhur yang sangat baik untuk semua masyarakat bukan hanya untuk masyarakat di sekitar Cimahi saja tetapi juga Bandung dan sekitarnya.

Dari penuturan pengelola yang sedang berjaga di lokasi, kehadiran Bank Samici ini sangat positif buat masyarakat sekitar karena mampu mengubah cara pandang masyarakat yang awalnya apatis dengan sampah kini menjadi peduli. Masyarakat sudah melihat sampah sebagai investasi, tak lagi melihat sampah sebagai sumber masalah. Terbukti memang, di sekitar jalan menuju lokasi Bank Samici nyaris tak terlihat sampah di pinggir jalan. Sebuah revolusi mental yang nyata di masyarakat. Oh iya, masyarakat juga diajak untuk memilah sampah. Sampah-sampah yang ada rumahnya dipilah berdasarkan jenis yang sudah ditentukan seperti kaca, plastik, botol air kemasan, kertas, kaleng, dan lain-lain.

Nah, jika anda tertarik untuk menjadi nasabah di Bank Samici, ada beberapa cara yang bisa anda lakukan. Di antaranya:
  1. Nasabah datang ke Bank Sampah dengan membawa buku tabungan
  2. Membawa sampah yang akan ditabung (Sampah telah terpilah jenisnya), berat minimal adalah 1 kg.
  3. Sampah yang dibawa dicatat dan ditimbang oleh petugas
Jadwal pelayanan dilakukan setiap hari senin sampai hari jumat untuk waktu kerja normal yaitu jam 08.00-16.00 sementara untuk hari sabtu, jam kerja mulai 08.00-14.00. Sangat menarik bukan? Ayo menabung di Bank Sampah!

Revolusi Mental

Kehadiran dua lembaga yang focus dalam pendidikan lingkungan tersebut menjadi angin segar buat masyarakat. Dukungan satu sama lain dalam mewujudkan masyarakat yang peduli lingkungan sangat mutlak dibutuhkan. Memang tidak mudah mengubah mental yang sudah tertanam jauh dalam dirinya. Mental dalam memandang sampah sebagai masalah kemudian berubah menjadi melihat sampah sebagai investasi.
Bukan hanya sampah organic tetapi juga sampah anorganik. Keduanya memiliki nilai yang baik untuk kehidupan jika kita berhasil mengolah menjadi kebaikan. Mengubah mental sangatlah mendasar. Sebuah sampah bisa menjadi bernilai kembali pada saat kita berhasil mengubah cara pandang kita terhadap sampah. 
Share:

Selasa, April 22, 2014

Satyagraha dan Anak

Gandhi buat saya adalah sosok yang sangat menginspirasi. Lewat kisah hidupnya ia memberikan banyak pelajaran-pelajaran penting untuk menghadapi berbagai masalah dalam hidup serta mencarikan jalan keluarnya lewat ajaran-ajaran yang sudah ia lakukan. Ia memberikan pelajaran dengan pengalamannya. Sekali lagi, lewat pengalamannya. 

Gandhi bermain dengan anak (deepprayers.blogspot.com)

Salah satu hal yang menarik yang ingin saya bagikan perilah pendidikan anak yang sudah Gandhi lakukan dalam ajarannya yaitu satyagraha. Satyagraha bukanlah merupakan sebuah metode. Apapun yang lebih dari cinta adalah metode. Gandhi melihat satyagraha sebagaimana sebuah perilaku, sebuah kondisi internal dari cinta nirkekerasan yang menjadi kerangka hubungan kita dengan manusia lainnya. Perilaku ini datang dari dalam, bukan dari luar.

Lalu bagaimana hubungannya satyagraha dengan anak? Satyagraha memiliki tempat tersendiri. Kesabaran yang dipadukan dengan ketegasan yang akan membentuk pendekatan ini. Keadaan yang tak dapat disederhanakan dalam satyagraha keluarga adalah bahwa kesejahteraan anak merupakan yang pertama; pertumbuhan dan perkembangan mereka diutamakan di atas kepentingan yang lainnya. Ini berarti mengorbankan sedikit kesenangan pada waktu-waktu tertentu atau menolak, dengan halus tetapi tegas, jauh lebih sering. Yang paling penting, dalam pemikiran Gandhi, adalah teladan orangtua.
Gandhi bermain dengan anak (deepprayers.blogspot.com)

Ada kisah menarik tentang bagaimana Gandhi memberi teladan kepada anak. Pada usia 30-an ada seorang wanita yang datang ke Sevagram dan meminta Gandhi untuk membuat anak lelakinya berhenti makan gula karena tidak baik baginya. Gandhi menjawab dengan samar, "Kembalilah minggu depan."

Wanita itu pergi dengan bertanya-tanya, tetapi kembali seminggu kemudian dengan patuh menuruti instruksi dari Gandhi. "Jangan makan gula," Gandhi bekata kepada si anak ketika menemuinya. "Gula tidak baik untukmu." Lalu ia bercanda dengan si anak sebentar, memeluknya, dan mengembalikannya. Namun, sang ibu tidak mampu menahan rasa penasarannya dan kemudian bertanya, "Bapu, mengapa kau tidak mengatakannya hal ini minggu lalu ketika kami datang kepadamu? Mengapa kau membuat kami datang kembali?"

Gandhi tersenyum. "Minggu lalu," ia berkata sang ibu, "Aku juga sedang makan gula."
Satu lagi, kutipan Gandhi yang terus saya ingat "Bumi ini cukup untuk semua orang, tapi tidak untuk dua orang yang serakah" Selamat hari Bumi, 22 April.


Share:

Selasa, Juli 23, 2013

Hari Anak

Hari ini tanggal 23 Juli katanya diperingati sebagai Hari Anak. Tentu ada tujuan dibalik peringatan tersebut. Ada juga makna dibalik peringatan tersebut.
Buat saya, anak adalah dunia yang sangat menyenangkan. Masa yang sangat indah dan penuh dengan kedamaian. Masa dimana belum mengenal dunia sebagai bagian yang terpisahkan dari diri.
Ada tawa di dalamnya juga ada tangis. Yang tidak ada adalah prasangka buruk terhadap segala sesuatu. Yang ada adalah keingintahuan yang besar atas segala sesuatu yang membuatnya bertanya-tanya selalu.
Dalam keseharian, anak tak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Sebagai anak yang tumbuh di kampung dengan banyak pohon dan air yang mengalir jernih, dunia anak terasa sangat berkesan dan selalu dekat dengan alam.
Alam adalah bagian dalam diri anak-anak. Untuk itu menjaga alam yang baik sangat mendukung perkembangan anak yang baik.
Sebagai orang dewasa sekarang, tugasnya adalah membangun lingkungan yang kondusif untuk anak-anak tumbuh dengan baik. Selamat Hari Anak!

Share:

Jumat, Mei 24, 2013

Happy Birthday YPBB #20tahun

Sebuah persembahan untuk Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi atau yang dikenal dengan nama YPBB. Gerakan lingkungan yang digagas YPBB sangat inspiratif, kampanye zero waste, Pendidikan Lingkungan di Taman Kota, dan masih banyak lagi.
Nah sekarang, saya mengenal 10 tahun YPBB dan masih tetap konsisten dengan gerakan penyadaran lingkungannya. Selamat Ulang Tahun YPBB #20tahun
http://www.youtube.com/watch?v=ZHI6ix71dII
A creative man is motivated by desire to achieve, not by desire to beat others

Share:

Jumat, November 30, 2012

Pengantar Sisi Lain Arsitektur, Sipil, dan Lingkungan


“Kesadaran ekologis yang mendalam adalah kesadaran spiritual atau religius” (Fritjop Capra)
 Setiap bidang yang berhubungan dengan manusia sangat menarik untuk dikaji dengan melihat sisi lainnya. Ada banyak keterkaitan yang saling mendukung satu sama lain. Keterkaitan ini membuat simpul-simpul masalah saling berhubungan. Di samping itu, solusi yang diharapkan bisa muncul dengan berpikir holistik, terintegrasi, dan melibatkan banyak pemikiran lainnya.Dalam paradigma berpikir holistik, masalah lingkungan selalu berkaitan satu sama lain. Lingkungan tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Untuk melihat keterkaitan ini misalnya Mahasiswa Teknik Sipil dan Mahasiswa Teknik Arsitektur bisa belajar dengan memulainya dari melihat masalah air. Ketika membahas tentang siklus air dalam mata kuliah hidrologi, terdapat keterkaitan antara satu tahapan dengan tahapan lainnya. 

Secara meteorologis, air merupakan unsur pokok paling penting dalam atmofer bumi. Air terdapat sampai pada ketinggian 12.000 hingga 14.000 meter, dalam jumlah yang kisarannya mulai dari nol di atas beberapa gunung serta gurun sampai empat persen di atas samudera dan laut. Bila seluruh uap air berkondensasi (atau mengembun) menjadi cairan, maka seluruh permukaan bumi akan tertutup dengan curah hujan kira-kira sebanyak 2,5 cm. Air terdapat di atmosfer dalam tiga bentuk: dalam bentuk uap yang tak kasat mata, dalam bentuk butir cairan dan hablur es. Kedua bentuk yang terakhir merupakan curahan yang kelihatan, yakni hujan, hujan es, dan salju.Dari siklus air bisa kita lihat keterkaitan antara matahari, suhu, penguapan, hutan, sungai, dan laut. Jika salah satu proses ada yang salah atau bermasalah maka bersiaplah menghadapi perubahan yang akan terjadi. Dampaknya bukan saja pada manusia tetapi juga pada mahluk hidup yang mendiami bumi. Sekarang sudah berkembang isu tentang hutan dan banjir, pemanasan global, pembalakan liar. Semua isu itu sangat erat dengan kondisi lingkungan yang terjadi.

Air merupakan sumber daya alam strategis yang keberadaannya sangat vital bagi kehidupan manusia. Air yang di zaman dulu hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari–hari dan pertanian, kini merupakan komoditi yang diperebutkan untuk berbagai kepentingan. Hal terjadi karena ketersediaan air (dalam hal ini air tawar) ternyata tidak tersedia dengan cukup. Air tawar yang terdapat di sungai, danau maupun air tanah kurang dari 1 % dari jumlah total air di permukaan bumi. Hubungan selanjutnya selain pada perencanaan ruang, ketersediaan air bagi perumahan juga pada perencanaan jalan dan drainase kota. Ini menunjukan terdapat banyak kaitan yang saling berhubungan dari satu titik pembahasan, yaitu air. 

Banyak juga masalah lain yang meluas padahal awalnya hanya berasal dari satu titik saja. Misalnya penulis menemukan kesulitan pada saat mencari kategori lingkungan, arsitektur, atau teknik sipil pada isu yang sedang hangat, yaitu konstruksi berkelanjutan. Konstruksi pada dasarnya bukan saja manifesto teknik sipil, dia juga menjadi bagian tak terpisahkan dari arsitektur, tetapi ketika berbicara tentang keberlanjutan berarti sudah masuk lingkungan. Sementara ketika berbicara lingkungan, maka semua hal yang ada di dalamnya sudah saling berkaitan.Sisi lain fenomena menjamurnya baja ringan dan gempuran produsen dari China yang memasok kebutuhan baja ringan murah, menjadi bahasan menarik ketika dihubungkan dengan lingkungan. Ini menyangkut jejak ekologis dan jawaban atas pertanyaan “benarkah baja ringan ramah lingkungan?”. 

Baja ringan diklaim memiliki sifat yang ramah lingkungan, karena menggunakan material yang bisa mengurangi pembalakan liar (illegal logging). Hal ini juga karena tidak jarang kita menemui brosur rangka atap baja ringan dengan kode ekolabel atau ramah lingkungan, label yang menjelaskan produk yang dijual adalah ramah terhadap lingkungan. Namun apakah benar ramah lingkungan?. Untuk mengetahui itu, baiknya kita ketahui dulu penjelasan tentang produk yang ramah lingkungan atau ekolabel. Di sini kita diajak untuk melihat dan berpikir lebih dalam tentang baja ringan.Lebih luas misalnya ketika melihat lingkungan, lingkungan harus dilihat secara utuh dan holistik tidak bisa parsial dengan memilah-milah. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan akan menyangkut semua bidang yang bersentuhan dengan manusia. Segala tindakan manusia selalu berhubungan dengan lingkungan biotik dan abiotik. Dari hal terkecil yang dilakukan manusia, selalu ada dampak yang terjadi pada lingkungan sekitar. Dalam hal ini, penulis setuju dengan kutipan Gandhi bahwa bumi ini cukup untuk semua orang tapi tidak untuk keserakahan kita. Isu-isu ramah lingkungan, konsep green building, konstruksi berkelanjutan, dan lain-lain sudah sangat banyak kita temui melalui slogan dan berita-berita di media masa. Tetapi, pernahkah kita berpikir tentang sisi lainnya? Misalnya tentang memikirkan kembali konsep hijau. 

Berpikir lebih mendalam tentang isi yang disampaikan melalui banyak media tentang isu hijau, membuat kita bisa mengerti lebih dalam tentang ungkapan Gandhi. Di sinilah kita butuh untuk “rethingking konsep green” yang sudah sering kita dengar.Masih banyak isu-isu lingkungan lainnya yang perlu kita pikirkan serta solusi yang diharapkan. Ini menyangkut tindakan bijaksana dalam memperlakukan lingkungan sekitar. Dari hal terkecil yang kita bisa agar lingkungan menjadi lebih baik. Kadang kita tidak menyadari banyak hal di sekeliling kita yang bisa membuat bencana, atau bahkan memberikan banyak solusi atas krisis lingkungan yang sedang terjadi. Sisi-sisi yang dituliskan dalam buku ini nyaris tidak ditemukan dalam perkuliahan. 

Dengan berbekal pengalaman empiris saat penulis berhubungan dengan banyak pihak seperti kontraktor, arsitek perencana, dan aktivis lingkungan. Buku ini memaparkan banyak sisi-sisi yang menarik tentang dunia konstruksi, arsitektur, dan lingkungan. Sisi yang menarik dalam pandangan holistik yang saling berkaitan satu sama lain. Harapannya semoga buku ini menjadi bagian holistik dalam dunia teknik sipil, arsitektur, dan lingkungan. Harapan selanjutnya tentu saja kepedulian terhadap lingkungan yang semakin baik di masa yang akan datang.

Judul            :  Sisi Lain Arsitektur, Teknik Sipil, dan Lingkungan
Penerbit      : Alfabeta, Bandung 2012
Penulis        :  Iden Wildensyah





Share:

Postingan Populer