Ruang Sederhana Berbagi

Sabtu, Juli 20, 2013

Pakaian Seorang Guru

Guru dalam bahasa sunda sering disebut sebagai sosok digugu dan ditiru yang berarti diikuti perkataannya dan ditiru perbuatannya. Tentu saja semua berharap pada kebaikan. Perkataan yang baik dan perbuatan yang baik juga.
Mengingat perannya yang sangat besar, guru hendaknya memahami hal ini sebagai sesuatu sangat penting dalam kesehariannya. Ucapan yang baik saat menyapa anak-anak, menyapa teman, dan lain-lain. Nah dalam perbuatan bentuknya bisa beragam. Misalnya cara berjalan, cara bekerja, cara berpakaian guru, dan masih banyak lagi. 
Tentang cara berpakaian, saya akan berbagi pengalaman tentang seorang teman di sekolah. Sekolah kita memang bukan sekolah dengan seragam sekolah yang pada umumnya. Kasual dan santai, demikian saya menggambarkannya. Ada alasan tertentu dari pilihan ini, selain mengajak untuk selalu kreatif bukan karena pakaian juga membangun suasana santai dan kreatif selama belajar dan bermain. Kecuali hari jumat, anak-anak berseragam semacam kaos. Jumat bebas tetapi tetap memperhatikan kesopanan.
Kasual dan santai ini kemudian memberi dasar bagi guru untuk juga bisa seiring anak-anak dalam berpakaian. Guru tidak kalah kasual dan santainya, dengan kaos dan celana jeans yang sopan, guru bisa beraktivitas mengajar dengan santai dan tidak terkekang oleh pakaian dinas yang kaku.
Teman saya bercerita, setiap hari ketika memasuki kelas dia menganggap semacam pertunjukan yang harus ia siapkan mulai dari pakaian, cara menyampaikan materi, dll. 
Bagi saya, berpakaian yang sopan itu penting tetapi tidak terbatas pada jenis bahannya. Jeans dan kaos oblong adalah pilihan utama, sisanya sebagai pelengkap. Pelengkap untuk kegiatan-kegiatan tertentu semacam acara formal. Dari dulu, saya paling tidak suka diatur-atur masalah berpakaian tetapi sekarang dalam konteks pendidikan dan menginspirasi anak-anak, saya jadi lebih suka bereksperimen dengan berbagai jenis berpakaian. Tentu saja selalu mengutamakan kesopanan.
Teringat sebuah buku bacaan tentang sekolah, saat seorang guru perempuan yang selalu lengkap berpakaian blazer di tengah-tengah muridnya yang berpakaian kasual. Ia mengatakan "suatu hari anak akan menggunakan pakaian semacam ini saat mereka memasuki dunia kerja, saya berhak mengenalkannya mulai dari sekarang". Nah dengan dasar itulah saya sekarang suka mengeksplorasi berpakaian saat bersama anak-anak. Kadang kasual, kadang kemeja, kadang berdasi lengkap dengan celana setelan. Semuanya dilakukan untuk memberi referensi bagi anak didik kita di kelas. 
Kadang rapi dengan kemeja dan celana katun. Rapi dengan tampilan seperti orang kantoran.
Kadang menjadi (seperti) petualang dengan pakaian kasual dan celana jeans untuk bergiat bersama anak-anak. Ini pilihan cocok setiap hari, lebih simpel, lebih leluasa bergerak dan bergiat.

Share:

Jumat, Juli 19, 2013

Mengalir Seperti Air

Hidup itu mengalir saja, dengan harapan dan kebaikan yang terus dipupuk setiap hari, kita bisa jalani setiap hari dengan baik. Mengalirkan setiap dinamika yang terjadi serta selalu merefleksikan hal sudah terjadi.
Kemampuan mengalirkan semua ini butuh latihan. Salah satunya adalah kesabaran dan ikhlas. Selalu terbayang si Master Sifu dan Po yang belajar mengendalikan damai mulai dari diri sendiri. Hanya mengalirkan saja tetapi segalanya menjadi terkendali.


Share:

Harapan

Salah satu hal yang tersisa walaupun sedikit dari kotak Pandora adalah harapan. Ini berarti walaupun kecil tetapi sebuah harapan sangatlah besar peranannya dalam kehidupan ini. Mendidik sepenuh jiwa dengan harapan-harapan yang baik untuk anak didik adalah bentuk kepedulian terhadap generasi yang akan datang. Harapan tentang kebaikan dan kehidupan masa depan yang lebih baik.
Membangun harapan dalam diri di setiap anak untuk bisa menjadi dirinya, untuk menjadi manusia seutuhnya yang mampu memberikan kebaikan-kebaikan bagi kehidupan yang lain. Anak tumbuh dan kemudian akan menjadi penerus generasi harus selalu dipupuk harapannya. Sekolah punya peran besar dalam membangun harapan ini. Setiap harapan orangtua agar anaknya mampu menjadi anak yang baik dan harapan setiap anak untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.
Inilah harapan semua yang harus tetap ada. Anak belajar dari pengalamannya, dan sebagai orangtua harus memberikan banyak harapan tentang the world is good, the world is beautiful, dan the world is truthful.


Share:

Senin, Juli 15, 2013

Mendampingi Sepenuh Jiwa

Kalau berada di sekolah dan masih menganggap sebagai pekerjaan, bersiaplah untuk menerima kondisi terseok-seok dengan ritme anak-anak yang aktif dan membuncah.
Bersama anak-anak adalah sebuah panggilan jiwa, bukan panggilan pekerjaan. Banyak detail-detail yang harus dikerjakan dengan baik untuk mendampingi anak-anak selama mereka berproses. Anak-anak berkembang setiap hari. Itu berarti ada banyak dinamika yang akan terjadi setiap harinya. 
Bayangkan jika kita menganggap itu pekerjaan, pasti berat karena ritme anak itu tidak bisa ditebak. Kita bisa mengarahkannya atau mengikuti. Tergantung pada kondisi yang terjadi pada saat itu.
Mendampingi anak harus sepenuh jiwa karena anak-anak adalah jiwa murni yang masih bisa menangkap sisi-sisi bawah sadar orang dewasa. Saat kita memberikan sepenuh jiwa kita untuk mendampingi mereka maka pendidikan akan bermakna bagi mereka.
Kelas kenangan Bengkirai
Share:

Senin, Juni 10, 2013

Terima Kasih Tuhan

Terima kasih Tuhan, untuk hari ini dan hari-hari yang sudah dilewati. Banyak sekali pembelajaran menarik bagi saya. Saya percaya setiap benih kebaikan akan menghasilkan buah kebaikan. 
Begitu juga dengan sekolah hari ini. Rasanya saya sangat senang berada di antara anak-anak yang selalu menebarkan kasih dan kedamaian setiap harinya.
Adakalanya saya benar-benar belajar dari mereka tentang segala sesuatu yang terjadi dalam keseharian. Mereka mengajarkan kebaikan, kejujuran, kecerian, kehebohan, kesabaran, dan masih banyak lagi pelajaran yang sudah mereka bagi selama bertualang di berbagai tema yang menarik.
Jangan lupakan orangtua, saya sangat bersyukur bertemu orangtua hebat yang selalu mendukung setiap hari. Tanpa dukungan mereka, apalah jadinya kelompok ini. 
Terima kasih Tuhan untuk semua keceriaan hari ini. Semoga menginspirasi!
Saatnya berkarya!
Share:

Sabtu, Juni 08, 2013

Saat Waktu Berpisah

Setelah bertualang kesana kemari ke tempat-tempat yang jauh untuk belajar segala sesuatu yang ada di dalamnya, inilah saatnya berpisah. Ada waktu bertemu ada juga waktu berpisah. Inilah kehidupan yang harus terus berjalan dengan dinamika yang terjadi setiap harinya.
Tidak ada satupun yang menyukai perpisahan, bahkan saya sekalipun. Selalu ada perasaan bercampur yang rasanya aneh, gak bisa ditebak, dan tidak bisa berkata-kata selain meneteskan air mata.
Mungkin ini jawaban, saat kata-kata tidak mampu menjelaskannya, uraian air matalah yang mampu melukiskannya.
Terima kasih untuk semuanya, petualang kalian di waktu yang akan datang tentu lebih mengasyikkan dan menyenangkan. Kakak sampai di sini menemanimu. Adiosss Bengkirai!
Adios Bengkirai, teringat sebuah lagu dari Payung Teduh "aku ingin berjalan bersamamu, dalam gelap dan malamku. Tapi aku tak bisa melihat wajahmu. 
Aku ingin berdua denganmu, di antara daun gugur. Tapi aku hanya melihat keresahanmu"
Share:

Jumat, Juni 07, 2013

Kerja Kreatif

Selain bekerja cerdas, bekerja kreatif adalah salah satu impian saya. Kerja-kerja yang mengutamakan kreativitas kita bukan sekedar menjadi mesin penggerak roda kapitalis (demikian seorang teman mengatakan untuk pekerja). Kerja kreatif yang bukan sekedar mengerjakan hal-hal teknis saja tetapi memadukan semuanya.
Memadukan antara teori dan konsep serta pelaksanaannya. Bukan sekedar teori saja atau konsep saja tetapi juga pelaksanaannya. 
Kerja kreatif dalam setiap hal agar menghasilkan semua hal yang kreatif juga. Berpikir kreatif dan mengemas dengan kreatif merupakan tantangan saya.  Usahakanlah agar menjadi sesuatu yang kreatif!
Mendidik adalah kerja kreatif!
Share:

Kamis, Juni 06, 2013

Selepas Berkemah

Malam tadi menemani anak-anak berkemah di sebuah tempat di Dago Atas. Bersyukur cuaca cerah walaupun sore harinya sempat hujan. Sedikit hujan sudah membuat perasaan ini was was, takut kalau hujan acara berkemahnya jadi gak seru.
Sore hari anak-anak sudah diantar oleh orangtuanya masing-masing ke lokasi. Beberapa orangtua yang beriniasiatif mengadakan acara tampak bersemangat membantu mendirikan tenda bersama-sama dengan anak-anak. Anak-anak tetap diutamakan agar mereka bisa memasang sendiri tendanya.
Untuk ukuran sekarang, memasang tenda bukanlah sesuatu yang sulit. Dengan frame dan tenda dome yang sudah praktis, pemasangan sangat cepat. Cukup dua orang saja untuk mendirikannya. Bandingkan dengan dahulu saat memasang tenda pramuka (disebut demikian karena dipakai pada saat kegiatan pramuka), dengan tali-tali dan tiang yang banyak, mendirikan tenda itu sangat menguras energi. 
Oh iya, teringat dulu saat pertama kali berkemah dan tidur di luar rumah, perasaan bercampur. Dan hal itu juga yang saya tangkap perasaannya anak-anak yang baru pertamakali tidur di luar rumah atau berkemah. Ada perasaan senang karena bisa berkumpul terus dengan teman-temannya satu kelas di luar sekolah. Bermain bersama-sama bahkan tidur dalam satu tenda. 
Pramuka adalah lembaganya yang mengenalkan saya pada konsep perkemahan. Senang rasanya kalau sudah berkemah, semua peralatan disediakan dengan maksimal. Yang selalu teringat adalah peralatan memasak  semacam penggorengan, panci, dan kompor yang disimpan di luar tas ransel. Terkadang digotong bersama-sama dengan memakai bambu. Keren rasanya, padahal kalau diingat sekarang rasanya lucu banget.
Malam itu, saat-saat bersama teman-teman semua bergembira. Ada yang bermain, ada yang bercanda, ada yang membaca buku. Semua menyenangkan sampai mereka benar-benar begadang. Kalau tidak dibuat aturan harus tidur, kayaknya memang gak akan pada tidur semalam. 
Selepas Berkemah selalu menyenangkan dan mengasyikkan! Kita bisa mengenal teman dengan lebih dekat dan merasakan indahnya kebersamaan, serta belajar lingkungan, dan semua hal yang jarang mereka alami sebelumnya.
 
Share:

Rabu, Juni 05, 2013

Hidup Tidak Selalu Bergula, Bukan?

Maka ia terus menyibukkan dirinya dengan seduhan teh. Ia mengambil saringan dan menuangkan teh ke cangkir. Ups, ada sedikit yang tercecer sehingga meja dapur agak kotor. Lalu ia mengambil serbet untuk mengelap teh yang tumpah itu. Hmm... Rasanya tidak perlu menambahkan gula. Itu membuat teh menjadi manis.
Hidup tidak selalu bergula, bukan?
-Ciuman di Bawah Hujan- Lan Fang
Share:

Postingan Populer