Ruang Sederhana Berbagi

Selasa, Mei 07, 2013

Antologi Cerpen Adam Panjalu

Saya menemukan nama sendiri di Antologi Cerpen Adam Panjalu, dan saya senang. Lebih senang lagi karena buku itu adalah sebentuk kreativitas guru-guru yang tergabung dalam klub menulis IGI. IGI adalah Ikatan Guru Indonesia, sebuah organisasi guru untuk semua guru di Indonesia. Di antologi cerpen ini terdapat  24 kisah yang inspiratif seputar cerita pendidikan. Kisah inspiratifnya bisa baca sendiri yah, saya hanya ingin melihat sisi lain dari sebuah proses menulis di buku ini.
Menulis, yah.. menulis cerita atau apapun itu adalah bentuk kreativitas ide yang menjadi karya. Menuliskan berarti mewujudkan sebuah gagasan atau ide. Jika sekedar dibicarakan, bisa menguap begitu saja dan sayang karena akan menghilang. Tetapi dengan menuliskannya, kita sudah menggoreskan tinta sejarah untuk masa yang akan datang. Lebih jauh, sebuah tulisan akan menginspirasi banyak orang untuk melakukan kebaikan.
Buku antologi cerpen Adam Panjalu ini sangat menarik karena berisi kisah-kisah inspiratif. Melalui pengantarnya, Yudistira Massardi mengatakan "Jika para guru sudah mau dan bisa menulis, berarti para muridnya akan terdorong untuk lebih maju, sekurang-kurangnya memiliki gairah untuk membaca dan menulis; berarti sebentar lagi kita akan memiliki generasi baru intelektual - seperti para intelektual Indonesia yang lahir menjelang dan setelah Sumpah Pemuda 1928; berarti Bahasa Indonesia juga akan semakin kuat terjaga. Karena, para guru yang menulis tentu akan menjaga kualitas bahasa dan idenya, dan memberikan contoh yang baik bagi muridnya"
Bennya Arnas, seorang peraih penghargaan karya fiksi juga menulis dijilid belakang buku ini "guru-guru seharusnya menulis, lebih-lebih bersastra karena akan mengasah kepekaan mereka pada hal-hal mikro dan memiliki cara pandang kreatif estetik dalam menghadapi rutinitas mendidik. Guru-guru kontributor Antologi Cerpen Adam Panjalu ini telah menunjukkan usaha mereka untuk mencoba atau bahkan mengakrabi sastra.
Satu hal yang memotivasi juga berasal dari salah seorang pengajar FIB UI, Maman S Mahayana yang menuliskan "percayalah, cerpen-cerpen dalam buku ini adalah representasi spirit guru yang tidak terkungkung oleh ruang kelas dan tembok sekolah. Mereka -guru-guru ini- hendak berbagi dengan masyarakat dan meluangkan pesan moral kepada masyarakat bangsa ini.
Nah, jadi saatnya sekarang memesan buku inspiratif ini untuk melihat sisi-sisi lain dari guru yang kreatif dan inovatif.

Judul Buku : Antologi Cerpen Adam Panjalu
Penulis  : Faradina Izdhihary, dkk.
Penerbit : Pustaka Nurul Haqqy
pemesanan ke nurulhaqqy.publishing@gmail.com
Share:

Sabtu, Mei 04, 2013

Kuno

Seseorang mengatakan tampilan blog si sayah ini, kuno! aw aw aw aw! Toss!









Terlalu minimalis, tapi bukan rumah minimalis. Tetap menarik walau tidak semanis rumah minimalis. Oh iya, mungkin kita harus belajar unik ke rumah minimalis Iwan Fals atau mungkin juga belajar ke rumah unik Ridwan Kamil dengan rumah botol yang unik agar jadi lebih unik.
Belajar dari siapa saja, kapan saja, dari mana saja, bahkan dari seseorang yang mengatakan blog si sayah ini, kuno! Toss!

Share:

Energi Menulis

Jika menulis diibaratkan sebagai kehidupan, saya anggap itu bagian dari lomba marathon. Kehidupan terus berlangsung dan marathon pun tetap demikian. Terutama menulis dengan target. Misalnya membuat target atau diberi target untuk menulis sebanyak 30.000 kata dalam satu minggu. Yang menargetkan bisa diri sendiri, bisa juga orang lain. 

Dengan target itu, saya melihat seperti garis finish untuk satu tahap ini. Setelah itu kemudian berlari lagi, ada jeda sejenak iya! saat kehilangan ide, saat mandeg, dan saat-saat yang tidak terduga karena merasa lelah setelah berlari.
Terasa banget saat menggenjot pemikiran untuk menuangkannya dalam minimal 1.000 kata. Badan terkuras karena energi menulis begitu kuat untuk dituangkan. Badan berasa hilang beberapa kilo karena pikiran sedang berusaha keras menarik semua simpanan memori-memori dalam pengalaman atau bacaan yang sudah dicerna sebelumnya. Di titik ini saya benar-benar bersyukur dan memahami sebuah ungkapan "kualitas buku bacaanmu menentukan kualitas tulisanmu". Begitu juga jalan-jalan atau travelling ke berbagai tempat, saya bersyukur dengan kesenangan itu karena memberi banyak referensi untuk menulis.
Dengan kondisi ini pula, ada benarnya bahwa menulis itu membutuhkan stamina. Katanya, penulis profesional itu tidak tergantung stamina, mood, dan keadaan. Dalam kondisi apapun, seorang penulis tidak boleh mengeluh. Persis seperti senior yang selalu mengatakan "Jangan mengeluh, Tuan!"'
Sebuah hal yang sangat menyenangkan saat saya berhasil membuat satu tulisan, bahkan tulisan inipun benar-benar saya syukuri karena masih bisa menuangkan sebuah rasa dan ide yang melayang-layang di udara.
Jika menulis adalah kehidupan, maka inilah saatnya memberi makna pada setiap jejak yang kita jalani setiap hari.
Share:

Selasa, April 30, 2013

Ide Dimana Kau!

Saat sebuah ide kesulitan memunculkan dirinya, saat itulah saya benar-benar kesulitan mencari celah untuk menulis. Menulis selalu berhubungan dengan ide, kehadiran ide itu sangat mutlak. Tetapi apa kabar jika sebuah ide seperti menghilang begitu saja? Jawabannya adalah hmmmm diam!
Diam dan hanya mengosongkan pikiran saja. Itu yang terbaik daripada memaksakan diri tetapi malah jadi tidak efektif. Bagi saya, menulis ini benar-benar saat ide kosong. Saat saya tidak menemukan celah untuk menulis. Walaupun memaksa untuk membuat tulisan tetapi bukan tulisan yang sesuai dengan kebiasaan.

Bagaimana sebuah ide tiba-tiba saja muncul, oh iya, terkadang ada benarnya saat-saat berkuliah di sebuah kampus di Setiabudi 207, Bandung. Kebiasaan menunda pekerjaan atau tugas kuliah itu bukan karena hobi, atau disengaja (walau kadang memang demikian juga, sih), tetapi karena ide selalu hadir disaat menjelang akhir. Jadi maaf Pak Dosen dan Bu Dosen. Saya memang demikian bahkan sampai saat ini. 
Tetapi yang harus diingat, walau selalu menjelang akhir ide itu datang, masalah tanggung jawab adalah hal penting bagi saya. Saya tidak suka siapapun mengabaikan tanggung jawab. Kalau masalah ide, itu tentang kesiapan diri menuliskannya. Nah, akhirnya tulisan ini juga hadir karena pertanyaan Ide, Di Mana Kau!
Share:

Rabu, April 10, 2013

Membukukan Perjalanan (2)

Jalan-Jalan Belajar
Setelah satu buku Gandawesi terbit, inspirasi kemudian muncul untuk membukukan perjalanan pribadi. Dari berbagi media yang sudah memuat catatan perjalanan seperti Buletin Wanadri, Pikiran Rakyat, Kompas Jawa Barat, saya mengumpulkannya untuk kemudian dirangkum dalam sebuah buku.
Buku ini jadi buku keempat yang lahir setelah buku yang berjudul "Bermain Belajar". Karena satu ide dengan kegiatan belajar, maka buku ini diberi judul "Jalan-Jalan Belajar".
Mengapa "Jalan-Jalan Belajar"? itu pertanyaan umum. Karena bukan semata-mata melakukan perjalanan, tetapi sebuah perjalanan tentang mencari ilmu, perjalanan mencari inspirasi, perjalanan tentang belajar dari satu tempat ke tempat lain.
Buku Jalan-Jalan Belajar juga berisi inspirasi tentang pemikiran orang-orang yang sudah belajar dan jalan-jalan jauh sebelumnya seperti kisah Marco Polo, kisah Christhoporus Colombus, kisah Alexander Tramp, dan masih banyak lagi sosok-sosok yang inspiratif yang membuat sejarah melakukan penjelajahan ke berbagai tempat.
Dari sisi terdekat, orang-orang serta kelompok yang menginspirasi untuk melakukan penjelajahan seperti organisasi Gandawesi KPALH di Kampus Setiabudi dan tentu saja dari tokoh-tokoh di Wanadri seperti Iwan Abdurahman. Bahkan dalam satu halaman, saya menuliskan sebuah kisah petualangan berisi candaan tetapi penuh makna. Beginilah ceritanya:

Suatu kali Abah Iwan (Iwan Abdurahman) di acara pesta kejutan berbungkus seminar menyampaikan satu hal yang menarik. "Oh, Bahaya?!" Dalam tulisan mungkin jadinya ada dua tanda, tanda tanya dan tanda seru. Menandakan keheranan dan pertanyaan.
Abah bercerita tentang pengalaman para pengarung samudera dalam ekspedisi garis depan nusantara. Mereka berhasil mengarungi samudera dengan perahu. Tentu saja dengan perahu bukan yang lain. Tetapi yang spesialnya adalah perahunya, perahu tak bercaping. Perahu sederhana yang katanya sering digunakan nelayan biasa untuk melaut.
Saat ekspedisi sudah berhasil, beberapa orang dari kelautan yang entah itu militer laut, dinas laut, atau yang ahli bertualang di laut kemudian bilang "Hebat benar kalian, dengan perahu ini berhasil menyelesaikan ekpsedisi"
Di jawab sama mereka "Memangnya kenapa?"
Kemudian mereka menjelaskan "Perahu ini terlalu sederhana untuk mengarungi lautan. Ini BAHAYA!"
Jawaban para pengarung yang mengesankan "Oh, bahaya?!"
Coba kita renungkan! Apa dibalik makna "Oh, bahaya?!" 


Nah, menarik bukan? jadi ayo pesan sekarang juga di www.nulisbuku.com. Sampai bertemu di buku selanjutnya, yah!
Share:

Membukukan Perjalanan


"Buku ini akan bersifat lebih universal, lebih menyeluruh dan lebih menggambarkan bagaimana Gandawesi menjadi bagian penting dalam membangun kehidupan mental seorang Gandawesi"  
Gandawesi : Meretas Jalan Membangun
 Generasi Peduli Lingkungan
Cita-cita membuat sebuah buku tentang perjalanan Gandawesi sudah tertanam jauh sebelum akhirnya mewujud pada tahun 2010. Ini berawal dari tercecernya dokumen penting yang memuat laporan perjalanan dan juga catatan-catatan lainnya. Jika seandainya catatan yang tercecer itu disatukan dalam sebuah bundel kemudian dikemas dalam bentuk yang menarik, mungkin lebih baik. Ide bundel laporan makalah sudah dilakukan oleh teman saya. Dari dokumen bundel itu, banyak yang belajar tentang Teknik Hidup di Alam Bebas. Sementara laporan perjalanan, belum ada yang membundel.
Sebenarnya Gandawesi sendiri bisa dibilang bukan untuk yang pertama kalinya mengeluarkan sebuah catatan perjalanan, jurnal, catatan kegiatan, artikel, yang memang biasa dimuat dalam Blog, Buletin Gandawesi, maupun Majalah Dinding Gandawesi. Akan tetapi, khusus untuk buku ini yang dikemas berbeda dari yang sudah ada belum mewujud.
Dibuatlah  tim kerja pembuatan buku. Tim ini yang harus membuat perumusan, sampai distribusi, beberapa anggota bertugas untuk mencatat beberapa file perjalanan anggota Gandawesi yang juga akan menjadi menu pelengkap pada beberapa halaman di dalamnya.
Buku itu kemudian memuat tiga segmen utama, yaitu catatan tentang sejarah berdirinya Gandawesi, perjalanan kegiatan Gandawesi dari awal sampai sekarang, dan beberapa catatan yang ditulis oleh anggota berdasarkan pengalamannya masing-masing, disamping bubuhan kisah-kisah serta artikel lainnya yang menarik untuk dibaca.
Sangat menarik, karena banyak pengalaman dari sekedar merangkum banyak catatan kemudian membukukannya. (Iden Wildensyah)
Share:

Selasa, April 09, 2013

Mawar

Jelita menusuk hati
Tak bosan mata memandang
Setajam duri runcing
Merona memerah senja
sungguh sayang!


Share:

Rabu, Desember 12, 2012

Tanggungjawab Sikap Kritis


Bertanggungjawab adalah sikap baik yang menjadi dasar untuk melakukan sesuatu. Tanggungjawab adalah modal dasar seorang individu bisa dipercaya atau tidak berada dalam tim atau sebagai individu. Menurut saya, tanggungjawab dibagi dalam 3 bentuk, tanggungjawab terhadap diri sendiri, tanggungjawab terhadap orang lain, dan tanggungjawab terhadap Tuhan. Tanggungjawab ketika masalah muncul ataupun ketika masalah itu tidak muncul. Jika masalah muncul maka selesaikan dengan baik, dan jika tidak ada masalah, ciptakan masalah untuk membangun suasana lebih kritis dan dinamis.
Sikap kritis adalah sikap baik yang akan membawa seseorang pada titik penemuan yang baik. Sikap kritis bisa muncul karena ada sesuatu yang harus dipecahkan, dirumuskan, kemudian diimplementasikan dalam bentuk karya atau pemikiran. Sikap kritis yang bertanggungjawab adalah sikap kritis di mana seseorang tidak terjebak dalam kritisisme sempit yang hanya bisa mengkritisi tetapi tidak bisa memberikan solusi yang baik atas hal yang dikritisinya. Unsur yang bisa menjadi pembeda di antara keduanya adalah tanggungjawab, ketika sesuatu dikritisi berarti ada hal penting yang harus menjadi perhatian. Dan ketika perhatian untuk membutuhkan implementasi, dia harus bergerak untuk mengimplementasikannya dalam bentuk apapun.

Share:

Sabtu, Desember 08, 2012

Pendidik Anak-Anak


Sebagai pendidik anak-anak ada yang menganggap pilihan dan mungkin saja ada juga menganggap sebagai pekerjaan, atau keduanya. Tidak bisa sekedar mengatakan sebagai pilihan saja karena ketika ada kata kerja “kerja” berarti ada kesungguhan dan nilai-nilai pekerjaan yang harus kita lakukan sebaikmungkin. Jika hanya pilihan seadanya, akan muncul kondisi seadanya. Pilihan dan pekerjaan adalah dua hal yang bisa selaras, keduanya saling melengkapi
Bermainbelajar Menyenangkan!
Kedua terminologi pilihan dan pekerjaan tentu sangat membutuhkan pengorbanan, konsekuensi, tujuan, keberanian dan apresiasi. Pilihan sekecil apapun yakin pasti ada konsekuensinya, setiap ada konsekuensi, dia pasti membutuhkan pengorbanan. Begitu seterusnya. 
Jangan lupakan juga apresiasi, saya selalu percaya siapapun akan sangat senang ketika pencapaian sesuatu diapresiasi. Bentuknya bisa bermacam-macam. Terpenting dari itu juga, kita harus merasa bahwa ini adalah media untuk berbagi kebaikan. Walaupun diakui belum cukup kapasitas menjadi guru yang baik, tetapi selalu yakin selama ada semangat untuk terus belajar dan menimba pengalaman yang bisa dibagikan selama berkegiatan di sekolah bersama anak-anak, guru yang baik bisa dicapai. Guru adalah sebentuk proses belajar yang terus menerus.
Share:

Postingan Populer