Ruang Sederhana Berbagi

Jumat, Mei 25, 2012

Bioskop dan Peradaban

Bioskop Bandung (haridodi.blogspot.co)
Peradaban memiliki berbagai arti dalam kaitannya dengan masyarakat manusia. Seringkali istilah ini digunakan untuk merujuk pada suatu masyarakat yang “kompleks”: dicirikan oleh praktik dalam pertanian, hasil karya dan pemukiman, berbanding dengan budaya lain, anggota-anggota sebuah peradaban akan disusun dalam beragam pembagian kerja yang rumit dalam struktur hierarki sosial.

Diskusi ini sebenarnya perbincangan biasa saja antara saya dengan seorang teman di sore menjelang pulang. Pemikiran dia lumayan menarik, ketertarikan saya berawal dari penelitian dia tentang Bandung pada tahun 1907 sampai 1920-an. Saya memancing dengan mencari alasan realitas saat ini. Misalnya apakah pada waktu itu warga kota sudah tergerus hedonisme? Jawabannya sangat mencengangkan. Yah!

Jaman itu memang Belanda masih di Indonesia, tetapi gaya hidup sudah mulai menjalari warga pribumi yang ada di sekitarnya. Warga yang hidup pada jaman itu mulai tergerus modernisme dengan menanggalkan cara-cara tradisional dalam bertindak, bergaya pakaian, berbicara, dan lain-lain. Modernisme dibawa dengan pemutaran film. Film sangat fenomenal karena mampu mengubah segala bentuk tradisionalisme menjadi bentuk modernisme. Industriawan mengenalkannya dalam bentuk pembangunan gedung-gedung bioskop di berbagai sudut kota. Tentu saja dengan pengkastaan antara pribumi dan non pribumi.

Kesenian tradisional mulai tersingkirkan oleh industri film. Film kemudian membawa gaya hidup, cara berpakaian, dan gaya-gaya lainnya yang diterima sangat cepat oleh penonton pada saat itu. Terpenting bukan saja gaya hidup yang menjadi berubah tetapi pola pikir yang mulai meninggalkan tradisi yang berkembang pada waktu itu. Jalan ke bioskop adalah sesuatu yang keren, tak peduli film apa yang ditonton, yang penting pergi ke bioskop. Kongkow-kongkow dan memberikan cerita film bagi mereka yang belum menonton film adalah sesuatu yang keren. Terbayang memang keren, karena media belum sekencang sekarang.

Kongkow ke bioskop itulah yang menjadi masalah ketika intinya bukan lagi menonton. Yang penting pergi ke bioskop tak penting filmnya apapun.

Lalu, apa hubungannya dengan peradaban? Film membawa informasi tentang kemajuan teknologi dan pesatnya industri di barat. Stereotif bahwa barat paling maju dan timur terbelakang menjadi sangat kental. Berlomba-lombalah kemudian untuk menjadikan dirinya sebagai bentuk kemajuan industri barat. Stereotif ini kemudian sedikit demi sedikit menyingkirkan kebaya, iket, yang berganti menjadi celana jeans, topi, dll. Kebaya, iket berarti ketinggalan jaman.
Share:

Kamis, Mei 24, 2012

Wisata Bahari Selatan Garut

Pantai Manalusu (dok.iden wildensyah)
Indonesia adalah negara kepulauan, sebagian besar wilayahnya adalah lautan. Laut adalah potensi besar yang bisa menjadi andalan negara Indonesia, kekayaan lautan belum banyak dieksplorasi. Hasil lautan masih belum menjadi andalan dibanding dengan potensi kekayaan alam yang ada didarat.

Berbekal keingintahuan tentang lautan di Garut Selatan, saya menghabiskan waktu liburan lebaran dengan mengunjungi beberapa titik lokasi wisata di Garut Selatan itu. Menyusuri jalur selatan, melewati perkebunan karet menjadi satu paket perjalanan.

Jalur wisata bahari di Garut Selatan ternyata banyak, kalau menyisir dari arah Cipatujah, Tasik, yang pertama kali akan ditemui adalah Cagar Alam Sancang yang terkenal dengan keangkeran dan bantengnya. Sancang dipenuhi dengan mitos dan kepercayaan, sebelum masuk hutan sancang harus ada ritual-ritual agar selamat. Biasanya ritual ini diserahkan kepada Juru Kunci, kewajiban sebagai pendatang sebelum masuk Sancang berarti mendatangi Juru Kunci.

Setelah Sancang, tempat wisata selanjutnya adalah Cijeruk. Sebuah muara yang juga disebut Cibaluk karena sungainya bernama Cibaluk. Wisata disini tak kalah menariknya dengan Sancang, bedanya hanya tidak perlu mendatangi Juru Kunci.

Selanjutnya adalah Karang Paranje, namanya karang berarti keras dan panas. Benar saja, karang paranje adalah semacam karang yang membentengi daratan. Deburan ombak menghantam karang sangat keras, buih putihnya sangat indah tetapi membahayakan. Tak terbayangkan kalau terjerembab diantara karang-karang yang tajam dan keras. Jika saja warga sekitar karang paranje sama dengan warga di Bali, bisa jadi tepat diatas karang mungkin akan dibangun Pura. Muaranya juga indah, airnya hangat banyak yang menghabiskan waktu dengan berenang.

Tempat wisata bahari lainnya yang tak kalah menarik masih banyak, seperti Taman Manalusu, gunung geder, karang papak dll. Saya menuliskan sedikit saja, terpenting dari semua ini adalah potensi wisata bahari menyimpan banyak hal yang menarik. Asal dikelola dengan baik, saya yakin wisata bahari bisa menjadi alternatif sumber pendapatan daerah. (Iden Wildensyah)
Share:

Rabu, Mei 09, 2012

Curug Neglasari di Garut Selatan

Pernah mendengar lirik lagu Sheila On 7 yang berjudul Yang Terlewatkan? Ini bukan tentang lirik itu, catatan ini tentang sebuah Curug Neglasari yang sering terlewatkan.
Curug Neglasari (dok.iden wildensyah)

Dikagumi dari jauh tetapi untuk menjangkaunya, rasanya jarang orang ataupun para wisatawan yang mampir sejenak menengok dari dekat Curug Neglasari ini. Curug ini terletak di tengah perjalanan antara Garut Kota ke arah selatan menuju Pameungpeuk, Jawa Barat.
Panorama keindahan Curug Neglasari ini terletak pada lokasi, perkebunan teh serta udara yang sejuk. Dari arah Garut kurang lebih menghabiskan waktu 3 jam, ketika memasuki daerah Neglasari setelah Gunung Gelap. Gunung Gelap sendiri adalah hutan yang masih alami walaupun sudah ada banyak daerah-daerah pemukiman tetapi sangat lebat pepohonannya.

Dalam cerita orang sekitar, Gunung Gelap dinamai seperti nama peristiwa alam yang terjadi, gelap dalam bahasa sudan berarti kilat atau petir. Gunung Gelap sewaktu pembuatan jalan terjadi petir yang dahsyat sampai bisa melemparkan pekerja ke atas pohon. Di luar benar atau salah, saya terima saja kisah itu.

Balik lagi ke Curug Neglasari, curug ini tidak pernah menyusut airnya. Sekalipun kemarau tetap saja ada air yang mengalir di curug tersebut. Yang membedakannya hanya volume air. Sangat kontras jika sedang musim hujan dan musim kemarau.
 

Curug Neglasari dari pandangan jauh (dok.iden wildensyah)
Saya mengunjungi Curug Neglasari ini ketika hujan, dari kejauhan saja airnya sangat besar.
Yang terlewatkan, demikianlah saya menyebutnya hanya karena sering dikagumi tetapi jarang dikunjungi. Dikagumi oleh para pengendara yang lewat Neglasari menuju Pameungpeuk atau dari arah sebaliknya menuju Garut. (Iden Wildensyah)
Share:

Sabtu, Mei 05, 2012

Jalan Termahal di Kota Bandung

Jalan raya selayaknya digunakan untuk kepentingan umum dengan dana pembangunan yang mahal. Dari mulai pembangunan konstruksi jalan raya hingga pemeliharaannya, jalan sangat besar memakan dana operasional. Sekedar menambal-nambal saja, bisa jadi proyek puluhan bahkan ratusan juta rupiah. Itu wajar dan selayaknya demikian. Tetapi jika ada jalan yang setiap bulan rusak terus menerus diganti dan diganti maka itu menjadi sangat spesial.
Jalan Rusak Braga (foto Tiari Pratiwi Hutami)
Datanglah ke Jalan Braga, jalan yang fenomenal karena mengalami masa keemasan pada jaman Hindi Belanda. Jalan spesial yang mengingatkan pada sebuah kota di Eropa. Jalan yang dulunya terbatas hanya untuk orang-orang Belanda. Jalan Braga yang ingin catat sebagai jalan termahal bukan karena nama jalan dan aset yang ada di dalamnya. Tetapi konstruksinya yang tidak kenal lelah butuh pemeliharaan.
Jalan Braga diganti dengan batu andesit sekitar 2 tahun yang lalu. Saat itu ide-nya agar suasana jalan Braga kembali ke masa lalu. Batu andesit ditata sedemikian rupa sehingga menjadi jalan raya yang menggambarkan masa lalu. Sungguh sebuah jalan yang mengingatkan pada masa keemasan Jalan Braga.
Tetapi sangat disayangkan, belum genap satu tahun konstruksi jalan tersebut sudah berantakan. Rusak parah dimana-mana. Batu pecah, bergeser, berlubang, dll. Walikota kemudian menginstruksikan agar diperbaiki, jalan bragapun diperbaiki pada sisi-sisi yang mengalami kerusakan. Tetapi kemudian terus menerus dan seterusnya Jalan Braga tidak pernah membaik. Bahkan sampai catatan ini saya tulis, Jalan Braga tetap saja rusak dibeberapa titik. Saya sebut saja jalan termahal di Bandung.
Dasar argumentasinya begini, bayangkan jika harus setiap bulan memperbaiki jalan. Berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli material batu andesit, semen, pasir, dll. Kemudian berapa biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah pekerja. Dalam satu jalan saja bisa menghabiskan puluhan juta rupiah. Sementara jalan yang lain, simpel saja.Cukup dengan di beton (jika konstruksi bawahnya sering berlubang karena gerusan air) kemudian lapisi dengan aspal dan ting tong… Jalan raya bisa digunakan semua masyarakat. Tidak usah beberapa kali melakukan perbaikan dengan mengangkat beton dan aspalnya. Simpel bukan?
Kebijakan penggantian jalan aspal dengan batu andesit menurut saya menunjukan perencana tidak bisa berpikir holistik, universal, dan terintegrasi dengan pihak lain. Misalnya begini, perencana tidak menghitung berapa kekuatan batu andesit jika terkena beban kendaraan roda 2, mobil roda 4, roda 6, dll. Kemudian tidak dipikirkan jauh-jauh dampaknya bila Braga diganti dengan batu andesit, dampak ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan. Coba kalau dihitung efektivitasnya dengan membandingkan jalan tersebut dengan jalan konstruksi aspal. Saya yakin lebih efektif jalan aspal karena pemeliharaannya tidak serumit sekarang. Oh iya, perencana mungkin lupa bahwa dahulu kala waktu jaman Hindia Belanda boleh saja batu andesit menjadi pilihan terbaik karena kendaraannya masih Kuda, Delman, dll. Tetapi sekarang hmmmm anak kecil saja sudah tahu, kendaraan itu sudah jarang melewati Jalan Braga.
Kemudian berkembang wacana tentang melarang kendaraan bermotor lewat jalan braga. Saya sih senang-senang saja, jalan braga jadi lebih lengang dan bebas polusi. Tetapi sampai sekarang saat saya menulis ini, belum pernah ada larangan mobil masuk Braga. Hanya Bus dan Truk yang dilarang masuk Jalan Braga.
Nah, itulah jalan termahal di Bandung. Hmmm bisa jadi mungkin termahal di Indonesia karena biaya pemeliharaan lebih besar dibanding jalan-jalan lainnya. Kita perlu kritisi karena sumber dana setiap proyek pemerintah untuk sarana dan prasarana umum kalau bukan dari pinjaman luar negeri adalah pajak yang kita bayar.
Share:

Rabu, Mei 02, 2012

Keliling Sumatra

Selalu menarik ketika membaca kisah perjalanan. Saya menyukainya karena dengan membaca kisah perjalanan, saya dibawa pada tempat-tempat menarik yang belum saya kunjungi. Beberapa tempat yang sudah dikunjungipun tetap akan menarik karena kita akan melihat dari sisi yang lain.
Saya suka membaca kisah perjalanan, sebut saja kisah perjalanan Marco Polo keliling dunia. Setiap dinamika yang terjadi disebuah tempat pasti akan diceritakan. Pun dengan kisah Deandels sewaktu menggarap proyek Anyer-Panarukan yang dikisahkan oleh Pramoedya Ananta Toer. Setiap tempat punya kisah yang berbeda, setiap tempat punya catatan yang berbeda. Setiap tempat memberikan banyak catatan yang menarik bagi siapa saja yang merekamnya dalam tulisan.
Tempat yang menarik tentu saja akan membawa cerita yang menarik juga. Ujung-ujungnya seperti ada magnet yang membawa ke tempat tersebut. Rasa penasaran yang akan muncul kemudian membawanya pergi ke tempat yang dimaksud dalam bacaan tersebut. Tidak mungkin tercatat jika tempat itu biasa-biasa saja.
Ary Amhir sudah membawa saya jalan-jalan keliling Sumatra selama 30 hari. Selama 30 hari itu banyak dinamika yang menarik. Misalnya ketika dia mengunjungi sebuah tempat di Padang, lalu kisah penyair Amir Hamzah dikesultanan langkat yang meninggal oleh revolusi rakyat. Kemudian juga saat mengunjungi Kota Medan. Ary menceritakan dengan baik saat mengunjungi tempat salah satu Taipan besar Medan yaitu Tjong A Fie.
Medan dalam catatan Ary Amhir sangat unik dan menarik. Saat Ary mengunjungi kuil ditengah kota, kemudian kawasan India yang mengingatkannya pada sebuah tempat di Malaysia. Suasana beragam penuh dinamika yang menarik untuk dinikmati.
Dalam buku ini Ary juga bercerita yang dalam kamus saya seperti tips bagi siapa saja yang mau berpetualang dengan modal yang cukup tetapi tidak begitu mewah. Cukup untuk makan, nginap, dan ongkos naik angkutan. Tips terbaik yang saya dapatkan misalnya untuk menginap, cari losmen murah atau penginapan murah, terbaik lagi adalah cari warnet 24 jam. Online semalam, sewa dalam paket 12 jam atau perkirakan sampai pagi siap pergi lagi. Untuk makan, cari warung kopi, ganjal dengan makanan yang ada di warung tersebut. Dijamin tidak akan terlalu mahal. Bonusnya adalah cerita, kita akan diberikan cerita menarik oleh abang di warung atau juga pengunjung.
Saya salut dengan Ary Amhir, karya buku ini menunjukan kekuatan kreatifitasnya yang berbeda. Sangat menarik untuk menyimak karya Ari selanjutnya.

Share:

Minggu, April 22, 2012

Diajak Marco Polo Keliling Dunia

" I did not write half of what I saw, for I knew I would not be believed" (Marco Polo)

Saya mengikuti perjalanan Marco Polo melintasi dunia. Sebagai petualang, rasanya perjalanan Marco Polo benar-benar fantastis. Dari Eropa, dia melintasi Asia Tengah, Asia Timur dan Asia Tenggara. Marco Polo (1254-1324), seorang pedagang Venesia, menghabiskan begitu banyak masa dalam hidupnya untuk melayani Kublai Khan serta melakukan perjalanan ke dan dari istana Khan juga di sekitar Kekaisaran Mongol sekaligus mempelajari sejumlah besar pengetahuan secara langsung maupun tidak mengenai Asia. Sekembalinya ke Eropa dia terlibat dalam perang Venesia dengan Genoa, menjadi tawanan perang dan di dalam penjara bertemu dengan Rustichello da Pisa, yang menuliskan kisah perjalanan Polo.

Saya mengikuti perjalanan Marco Polo yang melakukan petualangannya dengan bergabung bersama dengan kelompok dagang ayahnya (Nicolo) dan Pamannya (Mafeo). Setelah disambut sebagai orang kepercayaan Khan Agung maka jiwa penjelajahannya mulai mendapatkan tempat yang lapang. Berbagai perjalanan ke banyak tempat di belahan bumi bagian timur pun dijalaninya. Telinga dan matanya selalu terbuka lebar menyerap informasi dan pengetahuan yang pada masanya masih sangat asing bagi warga dunia belahan barat. 

Catatan ini sangat menarik karena beberapa nama tempatnya masih menggunakan nama lama, misalnya Zipangu (Jepang), Jawa kecil (sumatera), Jawa besar (Kalimantan) lalu Persia (Iran) dll. Di tempat yang disinggahi, Marco Polo menuliskan catatan dan belajar tentang adat istiadat, keadaan sosial, hasil bumi, juga sejarah penduduk dan pemimpin negeri-negeri yang didatanginya. Terpenting dari semua itu, sesederhana apapun catatannya, apabila itu dilakukan dengan segenap jiwa dan pikirannya, nyatanya bisa bersifat abadi hingga berabad-abad kemudian.

Menyukai petualangan, perjalanan jauh atau ekspedisi akan memberikan banyak pelajaran berarti. Setiap perjalanan selalu bisa menjadi begitu inspiratif. Berbekal semangat dan sikap rendah hati serta terbuka kepada semua yang terasa asing, sebuah ekspedisi dengan catatan ringkas berbuah ringkasan sejarah yang jadi pelajaran setiap penikmatnya.

Bersama Marco Polo, saya diajak berlayar mengarungi samudera, menunggang unta dan kuda menyeberangi padang pasir, juga berjalan kaki mendaki gunung dan lembah, untuk mengenal dunia baru dan menambah persaudaraan di seluruh permukaan bumi yang semakin sempit.
Share:

Minggu, April 15, 2012

Dari Anyer Ke Panarukan

Tuntas sudah saya melakukan perjalanan darat dari Anyer menuju Panarukan yang berakhir pada tahun 1809. Sebuah perjalanan yang menguak sejarah genosida di Pulau Jawa semasa Maarschalk en Gouvernuer Generaal, Mr. Herman Willem Daendels. 
Saya melakukan perjalanan jauh itu tentu saja tidak menembus ruang dan waktu lampau, saya melakukan perjalanan melalui sebuah buku berjudul Jalan Raya Pos, Jalan Daendels karya Pramoedya Ananta Toer yang ditulis pada tahun 1995 dan dicetak pertamakali sepuluh tahun kemudian yaitu tahun 2005.

Lewat buku ini saya belajar tentang daerah-daerah yang dilewati sewaktu proyek pelebaran jalan dari Anyer di Ujung Jawa Barat (Banten sekarang) sampai Panarukan di ujung Jawa Timur. Tentang sejarah kerajaan, tentang lika-liku adat istiadat serta kehidupan masyarakatnya.
Sebuah buku adalah sebuah kesaksian. Dan buku Jalan Raya Pos, Jalan Daendels adalah kesaksian tentang peristiwa genosida kemanusiaan paling mengerikan di balik pembangunan Jalan Raya Pos, jalan yang membentang 1000 kilometer. Inilah satu dari beberapa kisah tragedi kerjapaksa terbesar sepanjang sejarah di Tanah Hindia.
Membaca buku ini seperti diajak jalan-jalan menyusuri sejarah pada masa silam. Setiap daerah yang dilewati memberikan kesan tersendiri bagi saya. Bandung misalnya, di Kota ini Daendels pernah berkata ''Zorg, dat als ik terug kom hier een stad is gebouwd'' (usahakan bila aku datang lagi ke sini telah dibangun sebuah kota. Lalu ia menusukkan tongkat kayu ke tanah. Tempat menusukkan tongkat itulah yang kemudian menjadi titik nol kilometer Kota Bandung.
Daendels adalah penganut cita-cita Revolusi Perancis: ''Kemerdekaan, persamaan, persaudaraan''. Ia pun percaya bahwa ''segenap manusia dilahirkan sebagai mahluk merdeka dan mempunyai hak yang sama''. Tapi sebagai penguasa, dari seorang revolusioner ia menjadi seorang diktator yang bengis.
Pramoedya Ananta Toer lewat buku ini menuturkan sisi paling kelam dalam pembangunan jalan yang beraspalkan darah dan airmata manusia-manusia Pribumi. Pemeriksaan yang cukup detail dan bercorak tuturan perjalanan ini, membiakkan sebauh ingatan satire, bahwa kita adalah bangsa yang kaya tapi lemah. Bangsa yang sejak lama bermental diperintah oleh bangsa-bangsa lain.
Share:

Kamis, April 05, 2012

Bertualang, Menulis, dan Berinternet

Bertualang, menulis dan berinternet ria lebih mengasyikan dengan INDOSAT INTERNET

Ada tiga hal yang saya sukai, bertualang, menulis dan berinternet ria. Ketiga kegiatan ini saya sebut sebagai bagian dari kehidupan yang selalu menarik. Bertualang berarti mencari sesuatu yang baru, baik itu mengunjungi tempat baru atau juga menemukan sesuatu yang menarik karena baru. Kebaruan bisa terjadi dalam berbagai bentuk. Termasuk di dalamnya adalah inovasi atas karya-karya sebelumnya. Mencari inovasi menjadi sebuah penjelajahan yang sangat menantang.
Berinternet lebih asyik dengan Indosat Internet!
Penjelajahan berarti harus bertualang. Setelah bertualang, tentu saja merekam. Merekam dalam bentuk gambar foto dan juga tulisan. Mencatat setiap nama-nama tempat baru, inovasi-inovasi baru, dan semua hal yang baru. Tulisan memungkinkan orang menjadi tahu hal yang tidak diketahui sebelumnya. Dari tulisan orang yang bertualang, kita seolah dibawa untuk memasuki suasana petualangan. Sampai sekarang saya masih ingat kisah petualangan Tenzing Norgay dan Sir Edmund Hillary saat pertama kali menginjakkan kaki di Everest.
Rasanya seperti dibawa bertualangan sampai ke puncak tertinggi di dunia. Atau membaca kisah teman-teman mapala yang menembus sungai Musi di Kalimantan dengan perahu boat dan sampan yang sederhana. Kekuatan tulisan petulangan itu membekas dalam diri saya sampai sekarang.
Tak ketinggalan kemudian adalah setelah menulis adalah berinternet. Harus diakui bahwa saat ini Internet sudah menjadi sebuah kebutuhan mendasar yang baru. Keberadaan internet menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan. Ada yang hilang kalau tidak berinternet. Dalam dunia internet juga saya menemukan petualangan-petualangan dalam ranah yang lain. Misalnya inovasi dan tempat-tempat yang menarik dikunjungi. Ada banyak hal menarik dalam dunia internet. Tetapi berinternet ria tidak akan lepas dari penyedia layanan internet itu sendiri. 
Petualangan saya mempertemukan pada INDOSAT INTERNET. Dengan INDOSAT INTERNET, saya bisa mengakses banyak pengalaman-pengalaman serta pengetahuan-pengetahuan baru tanpa harus terkendala jaringan. Dan terpenting INDOSAT INTERNET Rp50K dan Rp100K adalah Starter Pack internet dengan quota terbesar di market penyedia layanan internet. Berani di adu deh, cek disini :)
INDOSAT INTERNET membuat saya tetap bisa berinternet ria walaupun berada jauh di pedalaman. Bukan saja untuk bertualangan, INDOSAT INTERNET ini bisa dinikmati siapapun. layanan paket data unlimited kecepatan tinggi hingga 1 Mbps untuk aktivitas berinternet seperti  e-mail, chatting, downloading, blogging, browsing, dll. Ada beragam paket pilihan sesuai kebutuhan, akses yang mudah dan tarif yang terjangkau.
Ayooo.. siapapun anda saatnya beralih ke INDOSAT INTERNET dan rasakan kemudahannya. Bertualang, menulis dan berinternet ria lebih mengasyikan dengan INDOSAT INTERNET. (iden wildensyah)




Share:

Senin, April 02, 2012

Menulis dan Mengolah Ide


Salah satu pembelajaran menarik adalah menulis dan mengolah ide. Ide akan memunculkan kreativitas, kreatif adalah kata kerja dari ide. Tidak mungkin menjadi kreatif tanpa ide. Demikian saya mengutip pengantar Jack Foster dalam bukunya yang berjudul How To Get Ideas.
Creative Writing (http://kidslearntoblog.com)
Sementara itu dalam bukunya Creativity Inc: Building an Inventive Organization, Kreativitas adalah proses timbulnya ide yang baru, sedangkan inovasi adalah pengimplementasian ide itu sehingga dapat merubah dunia. Kreativitas membelah batasan dan asumsi, dan membuat koneksi pada hal hal lama yang tidak berhubungan menjadi sesuatu yang baru. Inovasi mengambil ide itu dan mejadikannya menjadi produk atau servis atau proses yang nyata di perusahaan. sementara dalam wikipedia Kreativitas adalah proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan atau konsep baru, atau hubungan baru antara gagasan dan konsep yang sudah ada.
Dari sudut pandang keilmuan, hasil dari pemikiran kreatif (kadang disebut pemikiran divergen) biasanya dianggap memiliki keaslian dan kepantasan. Sebagai alternatif, konsepsi sehari-hari dari kreativitas adalah tindakan membuat sesuatu yang baru
Sejalan dengan ide dan kreativitas, menulis juga butuh keduanya. Dia membutuhkan ide-ide baru serta kreativitas yang berbeda. Bayangkan jika sebuah tulisan monoton, bisa jadi dia berhasil menulis tetapi tidak menarik untuk dibaca. Nah, pembelajaran sekarang yang saya catat adalah kemampuan menulis dan mengolah ide yang harus dimiliki oleh calon penulis. Sebagai pemula dalam hal menulis, saya menyadari betapa saya belum bisa menulis dan mengolah ide dengan baik. Tetapi itu bukan berarti saya tidak belajar untuk menulis dan mengolah ide dengan baik, saya berusaha agar setiap hari saya mampu menangkap pembelajaran-pembelajaran yang disampaikan secara tidak langsung baik itu oleh para penulis sebelumnya yang sudah malang melintang.
Inilah yang menjadi unik, semua terlibat dalam pembelajaran. Semua memberikan timbal balik yang bagus dalam proses pembelajaran. Belajar lagi tentang banyak hal yang menarik yang terkadang dilupakan saat merasa diri sudah bisa. Padahal, masih banyak hal yang bisa kita gali di dalamnya.
Share:

Postingan Populer