Beberapa manajer tim terbaik sudah menunjukkan kinerja yang lumayan mentereng. Dengan segudang pengalaman mereka berhasil mewujudkan mimpi para supporter. Mereka adalah orang yang berjasa membuat supporter tak berhenti bersorak gembira untuk kemenangan timnya. Dari beberapa manajer yang ada, saya coba merangkumnya sebagai apresiasi atas jasa mereka.
Pep Guardiola
Salah satu
manajer paling sensasional tahun 2009 adalah Josep 'Pep' Guardiola.
Manajer Barcelona yang mengantarkan Barca menggenggam 6 piala dalam
setahun. Tak tanggung-tanggung pelatih kawakan di Liga InggriS, Sir Alex
Ferguson menyatakan kekagumannya. Sir Alex bahkan berani mengatakan
bahwa Pep Guardiola adalah orang yang tepat menggantikan dirinya menjadi
manajer Manchester United.
Bapak
Mertua saya mengatakan bahwa kemenangan dan keberhasilan Barca itu
adalah kemenangan momentum. Ya, ketika Pep Guardiola memegang Barca,
semua pemain sedang on fire. Katakan saja, Lionel Messi, Thiery
Henry dan Charles Puyol yang kalau bermain kayak 'kesetanan'. Tidak saja
pemain utama tetapi juga barisan pemain lapis yang tidak kalah 'greng'
ketika dimainkan. Inilah momentum dimana pemain yang bagus, bertemu
manajer yang bagus, pada saat yang bagus.
Saat
yang bagus bisa saja diartikan sebagai saat dimana team lain sedang
krisis. Coba saja tengok bagaimana Real Madrid walaupun bertabur bintang
tetapi belum bisa mengalahkan Barcelona. Pemain sekelas Kaka,
Christiano Ronaldo ternyata belum bisa diandalkan untuk mendongkrak
dominasi Barca walaupun secara klasemen saat ini mereka unggul.
Inilah
sepakbola yang penuh dinamika dan pemikiran yang lumayan dinamis. Bukan
semata-mata tendang menendang saja tetapi juga motivasi dan
kepemimpinan manajer.
Sir Alex Ferguson
Saya
menaruh hormat pada Manajer yang satu ini, Sir Alex Ferguson adalah
sosok yang kagumi sekaligus saya benci. Saya pernah menonton bagaimana
dia melatih, membangun semangat dan menjelaskan filosofi bekerja sama.
Bukan saja sebagai manajer tetapi juga sebagai guru yang mengajarkan
bagaimana seharusnya bertindak baik dan benar.
Arahan
Sir Alex ini baca disalahsatu majalah olahraga, sementara cara dia
menyampaikan instruksi saya melihatnya direkaman video tentang MU.
Sungguh pantas dia mendapatkan predikat pelatih yang berkarakter.
Salahsatunya adalah ciri atau kekhasan dia yang tidak bisa dimiliki oleh
manajer lainnya.
Keistimewaan
dia bagi saya terutama bisa meramu tim dan bisa membangkitkan semangat
di 'Injury Time'. Untuk membangkitkan semangat kemenangan di 'Injury
Time' saya garisbawahi, inilah keistimewaan Sir Alex yang tidak dimiliki
oleh Manajer lain.
Saya
memperhatikan beberapa kali pertandingan Manchester United yang selalu
menang di 'Injury Time'. Bagi saya ini bukan kebetulan, ini adalah
racikan, ini adalah hasil Sir Alex dalam membuat komposisi pemain yang
bermental juara di awal dan akhir. Masih teringat dalam benak saya
ketika MU mengkandaskan Bayern Munich di Final Piala Champion, saat MU
ketinggalan 2-0 lalu berbalik menjadi 2-3 untuk kemenangan MU, pencetak
gol waktu itu Ole Gunnar Solkjaer (si Killing Machine Like Baby ini
mengingatkan saya pada teman SMU).
Saya
masih ingat juga keajaiban di Injury Time saat MU mengalahkan Arsenal,
atau MU menahan Imbang Sunderland dini hari tadi (04.10.09). Begitu
fantastis meraih kemenangan di sisa waktu, karena tidak semua tim bisa
meraih peluang dari sedikit kesempatan yang tersisa.
Di
balik semua itu bagi saya adalah Sir Alex, dialah otak dari setiap
kemenangan Injury Time MU. Saya menilainya bahkan Sir Alex adalah
spesialis peraih kemenangan disaat Injury Time. Tidak banyak yang
mengetahui bagaimana Sir Alex bisa meramu tim seperti itu. Tetapi memang
tidak demikian dengan Jose Mourinho ketika masih menjadi Manajer
Chelsea. The Spesial One ini berhasil menahan laju gempuran MU di injury
time, caranya dengan menumpuk pemain sebanyak-banyak di dalam kotak
penalti hingga pemain MU kesulitan menembus barisan pertahanan Chelsea.
Sir
Alex juga saya benci karena kemampuannya. Ini terjadi karena saya
kurang begitu suka dengan team MU, saya lebih suka Liverpool, chelsea
dan Arsenal. Saya juga mendukung team lain yang sedang bertanding
melawan MU dengan harapan MU bisa kandas.
Sir
Alex adalah fenomena bagi saya, karena itu saya menaruh hormat bagi
manajer yang berhasil meraih point di injury time. Tetapi bagi saya ini
juga kelemahan sir Alex, karena merasa selalu menang di injury time, dia
selalu menuntut injury time yang lumayan lama. Contoh saja ketika
menjamu Manchester City, MU diberi 6 menit injury time dan terbukti owen
bisa membuat gol, sir Alex senang. Merasa sebagai spesialis injury
time, sir Alex memprotes ketika wasit Wiley hanya memberikan 4 menit
saja tambahan waktu saat menjalani laga kandang melawan sunderland.
Yah.. Sir Alex adalah manusia biasa, selalu ada kelemahan dibalik kesempurnaannya meramu tim. Saya menaruh hormat kepada dia.
Mourinho Si Spesial One
”Saya katakan kepada pemain sebelum bertanding adalah sebuah
pernyataan Albert Einstein seorang ilmuwan besar bahwa ada dorongan yang
lebih kuat daripada mesin uap, listrik, dan energi atom, yaitu kemauan” (Jose Mourinho)
Selain kontroversinya, ada sisi-sisi lain yang membuat saya kagum pada
Manajer berkebangsaan Portugal ini. Juru taktik yang dingin dan pintar
memotivasi adalah dua hal yang patut disandangkan pada Mourinho.
Keberhasilannya memenangkan Liga Champion di dua klub yang berbeda
adalah prestasi tersendiri. Walaupun sekarang mungkin tersendat dan
butuh keajaiban untuk lolos ke putaran final, tetapi setidaknya dalam
beberapa laga terakhir, Mourinho sudah berhasil membuktikan diri sebagai
juru taktik yang berhasil meracik team.
Komentarnya yang tajam dan
kontroversial kadang membuat panas kuping team lawan. Mourinho pintar
memainkan psikologis team lawan sebelum bertanding. Inilah yang menjadi
berbeda karena di era sebelumnya tidak ada manajer sekontroversial
Mourinho dalam berkomentar. Sir Alex saja sering panas kuping kalau
menjelang pertanding melawan Chelsea dulu. Saling serang tetapi ternyata
saling merindukan. Terbukti dalam beberapa media dilansir bahwa Sir
Alex merasa kehilangan sosok Mourinho di Liga Inggris saat dia berlabuh
ke Inter Milan.