Kematian Angeline menyedot perhatian banyak pihak. Media-media turut melakukan analisis atas kematian Angeline dari berbagai sudut pandang dengan menghadirkan berbagai sumber terpercaya untuk menguatkan analisis. Kajian media-media dilakukan dari satu media ke media lainnya termasuk sumber dari Media Sosial.
Yah, Angeline begitu menarik banyak perhatiah sejak berita kehilangannya yang disinyalir direkayasa oleh para komplotan pembunuh. Rekayasa untuk mengaburkan fakta dan kenyataan yang terjadi pada anak berusia 8 tahun tersebut. Sayangnya kebohongan yang ditutupi serapatmungkin akan terbuka dengan sendirinya. Misalnya kecurigaan pada tingkah laku pembohong yang sering tanpa sadar berlaku kikuk kalau berhadapan dengan orang lain untuk menanyakan kepadanya. Sebut saja, penolakan menteri, penolakan KPAI yang akan datang, dan masih banyak lagi kejanggalan yang tercium oleh pihak kepolisian.
Kepedulian Kita
Di luar dinamika yang berkembang, saya melihat sebuah reaksi sosial yang muncul di kalangan masyarakat atas peristiwa Angeline. Kepedulian dan kemaharan publik atas kenyataan yang terjadi. Hal ini bisa dilihat dari fanpage sebuah media sosial pada awal kasus kehilangan muncul dan setelah jasad Angeline ditemukan.
Kepedulian masyarakat begitu berkembang pesat saat melihat foto-foto dan video yang diunggah ke media sosial tersebut. Ada semacam empati yang berkembang untuk keluarga korban setelah melihat foto betapa lucunya seorang Angeline kemudian membayangkan berada di kuasa penculik. Ramai-ramai orang ikut menyampaikan rasa empati mendalam atas kehilangan tersebut. Merasakan hal yang sama jika seandainya terjadi pada dirinya. Semua membantu untuk mendapatkan kembali Angeline. Bukan hanya bentuk empati untuk meringankan beban keluarga saja yang bermunculan, tak sedikit mengeluarkan dana untuk membantu pencarian anak tersebut.
Sayangnya, empati atau kepedulian dari masyarakat ini kemudian berubah total setelah berita ditemukannya jasad seorang anak di bawah kandang ayam di belakang rumah yang disinyalir sebagai jasad Angeline. Masyarakat berbalik menjadi marah atas sikap keluarga yang sudah melakukan kebohongan publik lewat gerakan sosial yang dirancangnya. Tak sedikit cacian dan makian yang muncul di fanpage tersebut kepada keluarga angkat Angeline. Semua mengutuk sikap ibu angkatnya, kakak-kakak angkatnya, dan siapapun yang pernah terlibat dalam penyebaran berita kebohongan di media sosial. Tipisnya batas antara kepedulian dan ketakpedulian itu terlihat dari kasus di atas. Masyarakat bisa memuji kemudian bisa mengutuk dengan kejam saat merasa kebohongan yang besar terungkap.
Analisis atas pembunuhanpun berkembang. Teori-teori konspirasi atas kematian seorang anak bernama Angeline ini bermunculan di berbagai media. Di luar itu semua, saya hanya bisa mendoakan semoga arwah Angeline tenang bersamaNya. Kepedulian kita terhadap anak-anak harus semakin ditingkatkan. Sekolah, orangtua, dan guru harus mampu memberikan keamanan secara fisik maupun psikis kepada anak-anak agar ia tumbuh dengan baik di manapun berada.
Angeline, semoga engkau tenang disisi Allah SWT. Aamiin!
0 komentar:
Posting Komentar