Ruang Sederhana Berbagi

Minggu, Maret 18, 2012

Membaca dan Menulis

"Sebelum meninggal dunia, tulislah sebuah buku'' (Kusmayanto Kadiman - Mantan Menristek)
"The other readiness skill involves the motor realm. Writing is an essential partner to reading-and writing requires that a child execute the fairly complex motor patterns needed to form clear, legible letters. While lots of effort goes into having young children learn to recognize letters, remarkably little effort goes into teaching them how to create those letters" (Reading Kingdom)
Dalam pengantar buku 'Word' Jean-Paul Sartre dituliskan mengapa kita membaca? Karena dengan membaca, kita akan merasakan betapa kita sebenarnya tidak tahu apa-apa. Pengetahuan, wawasan, referensi, dan lainnya ternyata hanyalah secuil dari khasanah yang tersebar di alam semesta. Teramat banyak hal-hal lainnya yang belum kita ketahui. Belum lagi misteri alam semesta belum terjawab oleh manusia.
www.readingkingdom.com 
Dengan membaca kita merefleksikan diri. Membaca adalah semacam kaca pantul yang bisa menunjukkan pada kita tentang keluasan dunia dan semesta. Selanjutnya petuah tua mengatakan, akan lebih bermanfaat lagi jika kita mengajarkan hasil bacaannya (yang baik) kepada siapa saja. Hanya saja, jika semua orang hanya membaca, lalu apa yang akan dibaca? Karena itu harus ada 'sebagian' yang menulis. Artinya, menulis itu penting, atau bisa juga dengan bicara. Menulis akan sangat bermanfaat bagi pembelajaran khalayak.
Saya membaca buku dengan sedikit pengalaman tentang membaca buku. Disamping sebagai pencerah pikiran dan rekreasi, saya membaca karena butuh bahan untuk menulis. Membaca buku erat kaitannya dengan menulis walaupun tidak semua alasan membaca buku untuk menulis. Bisa saja membaca buku untuk refreshing, hiburan dan melepas stres. 
Apakah membaca buku dipengaruhi keluarga? Saya sering bertanya hal ini pada beberapa orang yang saya kenal. Jawaban hampir mendekati 100 persen benar, ada hubungan antara faktor keluarga dengan budaya membaca buku. Saya bersyukur karena bapak saya pembaca buku yang baik, bahkan penulis yang baik untuk ukuran kampung. 
Hari spesial membaca bagi bapak adalah jumat. Hari jumat praktis semua aktivitas berhenti karena digunakan untuk membaca buku dari pagi hingga siang menjelang jumatan. Beliau juga seorang pencatat yang baik. Saya menemukan banyak catatan harian yang ditulis untuk merekam setiap kejadian. 
Kembali ke membaca buku, salahsatu faktor penting yang menggerakan motivasi membaca buku adalah rasa ingin tahu. Buku dianggap memiliki banyak pengetahuan yang tidak ada atau tidak didapat secara langsung dari sekolah. Peribahasa ''Buku adalah gudang ilmu, membaca adalah kuncinya'' semakin menegaskan begitu pentingnya membaca buku. Buku favorit saya dahulu adalah Ilmu Pengetahuan Populer dan Ensiklopedia Indonesia. Dari kedua buku ini, dengan beberapa jilid yang diklasifikasi berdasarkan abjad, saya menemukan banyak hal. Saya bisa mengikuti lomba menulis essai juga sumbernya dari salahsatu buku tersebut.
Membaca buku membuka wacana, demikian saya membuat mindset. Saya praktekan dalam dunia jurnalistik. Apalagi berkegiatan di Unit Pers Mahasiswa semakin menegaskan begitu pentingnya membaca buku. Ketinggalan wacana adalah kekalahan.
Katanya ada teknik membaca buku cepat, saya pernah membaca bukunya tetapi tetap saja saya kesulitan mempraktekan membaca buku cepat ini. Godaan terbesar membaca buku adalah menulis, saya selalu gatal untuk menulis disela-sela aktivitas membaca buku. Dalam benak saya yang terpikirkan setelah membaca buku adalah menulis, demikian juga yang terpikirkan setelah menulis adalah membaca.
Kalau tidak salah entah sebuah buku atau artikel yang berjudul ''Seandainya membaca buku seperti membaca koran''. Membaca koran memang sangat mudah, tidak perlu lama, dalam waktu yang sangat cepat kita akan mengetahui kearah mana penulis hendak menggiring tulisannnya. Tetapi membaca buku, saya tidak bisa menebak, kalaupun ada saya membaca singkat dan cepat saja. membaca seperti ini kadang efektif tetapi kadang membuat seni membaca sendiri itu menjadi kabur alias tidak dinikmati.
Membaca buku adalah permulaan, setelah membaca buku itu yang menentukan. Bisa jadi tindakan atau sebuah tulisan baru dari hasil membaca buku. Saat ini saya terinspirasi menulis oleh Prof Randy Pausch (alm) dari bukunya yang berjudul 'The Last Lecture'. Yah, saya tidak perlu menunggu menjadi Randy Pausch yang membuat buku menjelang kematiannya karena kanker atau saya terkena kanker dulu untuk menulis catatan, demikian juga membaca buku, saya tidak perlu menunggu tinggal di rumah dekat danau di lembah sebuah gunung yang dingin, hutan yang lebat, burung-burung yang berkicau, air sungai yang gemericik dan suhu yang sejuk. Saya membaca karena membaca buku itu mengasyikan.
Share:

Senin, Maret 12, 2012

Dibalik Semangat Ekspedisi

Sedikit catatan ini adalah telaah atas semangat para petualangan jaman dahulu semacam, James Cook, Chrishtoper Columbus, Magellan, Drake dll. Mereka mengelilingi dunia dengan kapal diperairan bebas. Seperti biasa saya menelaah sejarah dengan asumsi saja karena saya sadar bukan mahasiswa sejarah. Saya menemukan banyak hal yang ingin saya pertanyakan. Misalnya tentang petualangan, ekspedisi tersebut atau juga pengembaraan para ilmuwan jaman dahulu. Pertanyaan mendasarnya adalah mengapa mereka melakukan itu? lalu pada saat yang bersamaan apa yang ada dipikiran leluhur saya?.


Pelayaran legendaris Cheng Ho (image kaskus.us)
Jangan dijawab sebagai alasan untuk semangat ekspansi, penyebaran agama dan dagang. Saya punya jawaban lain, mungkin karena para petualang Eropa mencari sebuah tempat yang ideal, yang tidak perlu bersaing dengan hewan untuk mendapatkan makanan. Juga mencari komoditi dagang yang laku untuk dijual di Eropa. Mereka datang pada mulanya untuk berdagang, tetapi keserakahan membuat mereka lupa diri dan kemudian terjerumus ke dalam penguasaan. Yah.. akhirnya nafsu menguasai kemudian menjadi awal dari penjajahan, sementara penjajahan bukan awal dari semangat ekspedisi. Walaupun mungkin ada juga yang mengawali selain dagang yaitu memonopoli.



Kemudian muncul sebuah pertanyaan mengapa leluhur saya tidak melakukan petualangan ke Eropa lalu menjajahnya kemudian? Jawabannya karena tidak ada yang menarik di Eropa. Logikanya begini saja, Eropa itu berada di belahan bumi yang terkena empat musim, setiap musimnya selalu berbeda. Pada saat pergantian musim ini ada masa yang sangat berat dilewati yaitu musim dingin. Belajar dari hewan, biasanya hewan-hewan disana akan bermigrasi ketika musim dingin. Nah dari asumsi ini, bisa saja mereka juga mengikuti perilaku hewan yang bermigrasi ke wilayah yang hangat.
Indonesia, beruntung berada tepat ditengah khatulistiwa yang hanya mengalami dua musim saja, musim hujan dan musim kemarau. Perbedaan keduanya tidak se-ekstrem pergantian musim di Eropa. Tanah yang subur, matahari yang selalu bersinar membuat wilayah nusantara menjadi tujuan ekspedisi. Kesuburan tanah dan kehangatan matahari ini membuat tanaman apapun bisa tumbuh, bahkan tongkat juga bisa tumbuh. Ada penelitian yang mengatakan bahwa Indonesia adalah wilayah Atlantis, sebuah wilayah dalam mitos yang dipercaya sebagai bentuk nirwana, diciptakan Tuhan dengan sempurna.
Saya melihat kecenderungan leluhur bangsa kita tidak melakukan ekspedisi ke Eropa karena semuanya sudah tersedia disini. Makanan yang berlimpah, tanah yang subur dan matahari yang selalu hangat menyinari setiap hari. 
Sekarang ini sudah berbeda, jaman yang berbeda, peradaban yang berbeda pula. Kemajuan dalam banyak hal. Maka semangat ekspedisi sekarang harus menjadi bagian untuk mencintai negeri.
Share:

Catatan Blogshop Bandung

“Ooooh Blogshop itu seperti ini?”
catatan untuk merekam (idenide)
Itulah kata-kata yang pantas keluar dari mulutku setelah mengikuti acara BlogshoN5M di Gedung Bank Indonesia. Di gedung yang megah ini, hadir sekitar 80-90 Kompasianer dari berbagai daerah. Ada yang datang dari Tasik, Subang, Bogor, Cianjur, dan Bandung.
Saya mencatat suasananya sangat seminar sekali, dengan kursi yang ditata sedemikian rupa, satu kelompok meja terdiri dari lima orang yang diset dalam jumlah lima kursi. Dalam satu baris ada lima meja dan total baris yang ada yaitu empat baris. Ini berarti panitia menyediakan kursi sekitar seratus kursi.
Hmm baiklah, saya juga mencatat banyak hal menarik dari BlogshopN5M ini, di antaranya adalah materi yang menarik, sajian makanan yang menarik, EO yang menarik, dan Kang Pepih. Kang Pepih adalah ketertarikan tersendiri, saya sempat menyayangkan ketika saya melempar tatapan ke banyak sisi dan tidak menemukan Kang Pepih. Ternyata, gayung bersambut panitia sudah menyimpan Kang Pepih di akhir acara. Jadi Kang Pepih datang menjelang materi.
Materi yang diberikan Kang Pepih tentu saja sangat menarik. Sudahlah menarik, titik!
Inilah catatan saya selanjutnya
1331426780114724534
Kopi (dok.iden wildensyah)
inilah kopi yang pertama kali menyambutku di meja, kopi panas di antara dingin AC
13314269611362013745
Catatan 2 menulis di note kompasiana (dok.iden wildensyah)
1331427157857040970
Catatan 3 sebotol air minum yang menguak jumlah peserta (dok.iden wildensyah)
Botol air kemasan ini benar-benar spektakuler, bisa jadi objek gambar dan juga bisa belajar konsep dasar perkalian.
1331427593236391849
Catatan 4 tentang materi tak tuntas ditulis dan sebuah gelas (dok.iden wildensyah
1331427802581471023
Catatan 5 ketika A.Fuadi menyiram inspirasi menulis sebagai karya untuk berbagi kebaikan (dok.iden wildensyah)
1331428125952316117
Catatan 6 tentang plafond di Bank Indonesia yang megah (dok.iden wildensyah)
13314283491277045563
Catatan 6 tentang balkon dan pembawa acara yang aduhai (dok.iden wildensyah)
Gadget sangat penting tetapi mendengarkan sepertinya sangat penting, menyimak dan mengapresiasi pembicara.
13314286261305977602
Catatan 7 ketika setiap orang memegang gadget sementara pemateri berbicara (dok.iden wildensyah)
13314288581645522256
Catatan 8 sebuah tas yang selalu menemani dan inspirasi Kang Pepih (dok.iden wildensyah)
13314290662034455490
Catatan penutup sebuah icon dan lagi-lagi inpirasi dari Kang Pepih (dok.iden wildensyah)
Share:

Minggu, Maret 11, 2012

Belajar Dari Pelaut

"Tidak Ada Pelaut Ulung yang Dilahirkan Dari Samudera yang Tenang. Tapi ia Dilahirkan dari Samudera yang Penuh Terpaan Badai, Gelombang dan Topan"

Catatan ini terinspirasi setelah membaca tulisan John Dyson di Readers Digest Juni 2009 dalam artikel yang menceritakan dua pelaut (Libi Belozersky, 27 thn dan Pierpaolo Mori, 34 thn) yang terombang-ambing ombak di samudera Hindia. Bacaan yang membuat saya larut didalamnya, merasakan terombang-ambing gelombang dan juga tentang kekuatan mental keduanya. Catatan ini juga terinspirasi oleh tulisan Galih Donikara dalam Bulletin Wanadri tentang dilaut kita jaya.
Kapal Laut
Indonesia adalah negara kepulauan, negara bahari yang terbentang luas dari sabang sampai merauke. Sudah menjadi rahasia umum bahwa kekayaan laut Indonesia berlimpah ruah, baik yang sudah dieksplorasi maupun yang masih tertanam jauh didasar lautan.
Sebagai negara kelautan, sudah sewajarnya kita memperhatikan potensi laut ini. Baik dari segi ekonomi maupun lingkungan. Kedua aspek ini bisa saling melengkapi jika diatur dengan baik, dimenej dengan pengelolaan yang rapi dan berkelanjutan.
Bangsa pelaut memang bukan hanya manifesto nenek moyang Indonesia, sejarah mencatat bahwa bangsa Viking dari Norwegia adalah pelaut ulung yang ditakuti pada zamannya. Bangsa eropa secara keseluruhan dalam ekspansi wilayah juga bermula dari laut. Mereka (para pelaut) datang ke tempat baru untuk tujuan dagang ataupun ekspansi langsung ke wilayah yang dituju. Kedatangan mereka melalui jalur laut tentu bukan pekerjaan mudah, karena untuk mengarungi samudera dibutuhkan jiwa-jiwa kuat yang berani menempuh resiko. Jiwa kuat tersebut didukung dengan perencanaan yang matang, logistik yang cukup, peralatan yang mendukung dan tentu saja seorang pemimpin yang mampu mengarahkan anak buah kapal.
Saya melihat dan belajar ini dari buku, dari film dan dari cerita tentang ekspedisi laut. lihat saja film 'the bounche' lalu 'pirates of the carribean' yang menceritakan pengalaman mengarungi samudera luas.
Bagi mereka yang ada di barat (Eropa) memiliki yacth untuk berlayar adalah impian, mereka ingin berlayar kemanapun mereka mau tentunya dengan perencanaan yang matang. Mereka memiliki semangat kembali ke laut untuk berpetualang di atas lautan. Semangat yang rasanya hanya sedikit dimiliki oleh anak muda Indonesia. Bagi mereka berada di atas air laut dan gelombang adalah keindahan tersendiri, masalah resiko kesampingkan. Dalam benak mereka selama kita bisa mengendalikan kapal, maka resiko celaka karena gelombang bisa dilewati.
Nenek moyang kita pelaut tetapi kita melupakan laut dan semakin menjauh, banyak kebijakan darat yang mengalahkan laut. Jembatan salahsatunya, jembatan adalah refresentasi dari darat untuk menghubungkan sesama daratan. Semakin tersambung, maka semakin mudah kita menggapai daratan yang lain. Tetapi coba perhatikan pula, potensi laut yang akan lenyap. Kapal peri yang perlahan akan musnah, atau orang semakin lupa dengan laut itu sendiri.
Sebagai anak bangsa, saya masih ingat laut, setidaknya dalam satu tahun sekali saya melihat laut walaupun sekedar melihat, merasakan dari dekat tetapi saya bersyukur sebagai anak keturunan bangsa pelaut.
Share:

Sabtu, Maret 03, 2012

10 Aturan Emas (Golden Rules)

10 Aturan emas berikut ini tidak hanya berlaku sebagai kredo bagi FIFA sebagai badan sepak bola dunia tetapi juga mendorong rasa persaudaraan dan kerja sama di antara anggota keluarga sepak bola di seluruh dunia. Kenalilah 10 aturan emas ini dan berbagilah semangat kode etik ini sebagai fokus utama dalam permainan secara individu maupun tim.

  1. Bermainlah untuk menang. Kemenangan adalah tujuan dari setiap permainan. Jangan pernah bermain untuk kalah. Jika kamu tidak bermain untuk menang, berarti kamu telah mencurangi lawanmu, menipu para penonton, dan dirimu sendiri. Jangan pernah menyerah terhadap lawan yang lebih kuat, namun jangan pula memberi belas kasihan kepada lawan yang lemah. Merupakan suatu hinaan bagi setiap lawan jika kamu bermain tidak sepenuh kekuatan. Bermainlah untuk menang hingga peluit akhir berbunyi.
  2. Bermainlah secara fair. Kemenangan tidak akan berarti jika dicapai dengan tidak fair atau tidak jujur. Kecurangan sangat mudah dilakukan tetapi tidak akan memberikan kesenangan apa pun. Bermain secara fair menuntut keberanian dan karakter. Permainan seperti ini juga bisa lebih memberikan kepuasan. Bermain secara fair akan selalu dihargai, meskipun kalah dalam permainan. Bermain fair akan mendapatkan 
    penghormatan; sedangkan kecurangan akan dibenci. Ingat, ini hanyalah permainan. Permainan tidak akan berarti jika tidak dimainkan secara fair.
  3. Perhatikan hukum permainan. Semua permainan membutuhkan peraturan. Tanpa peraturan, maka yang terjadi adalah kekacauan. Peraturan sepak bola sangat sederhana dan mudah dipelajari. Upayakan untuk mempelajari peraturan-peraturan tersebut sehingga kamu akan lebih bisa memahami permainan ini. Pemahaman ini akan menjadikanmu sebagai pemain yang baik. Kamu juga perlu memahami semangat permainan. Peraturan dirancang untuk membuat permainan menjadi lebih menyenangkan untuk dimainkan dan ditonton. Dengan mematuhi peraturan yang ada, kamu bisa lebih menikmati permainan ini.
  4. Hormatilah lawan, rekan satu tim, wasit, ofisial, dan penonton. Fair play berarti terhormat. Tanpa lawan, tidak akan pernah ada suatu permainan. Lawanmu memiliki hak yang sama denganmu, termasuk hak untuk dihormati. Rekan-rekan satu timmu adalah mitra-mitramu. Kamu membentuk suatu tim yang semua anggotanya memiliki kedudukan yang sama. Para wasit bertugas menjaga kedisiplinan dan fair play. Kamu harus selalu menerima semua keputusan para wasit tanpa memberikan sanggahan dan membantu mereka untuk membuatmu lebih menikmati permainan ini. Para ofisial merupakan bagian dari permainan dan juga harus dihormati. Penonton adalah pemberi suasana permainan. Mereka ingin permainan dimainkan secara fair play, tetapi mereka sendiri juga hams bersikap fair play.
  5. Terimalah kekalahan dengan penuh kehormatan. Tidak ada seorang pun yang selalu memenangkan permainan. Kamu kadang-kadang menang, kadang-kadang juga kalah. Belajarlah untuk kalah secara terhormat. Jangan mencari-cari alasan. Karena alasan yang sebenarnya selalu akan muncul dengan sendirinya. Berilah ucapan selamat kepada pemenang dengan penuh kehormatan. Jangan salahkan wasit atau orang lain. Segera tegaskan untuk tampil lebih baik pada kesempatan lain. Pecundang yang baik lebih dihargai daripada pemenang yang buruk.
  6. Majukan kepentingan sepak bola. Sepak bola adalah permainan terbesar di dunia, tetapi sepak bola menabutuhkanmu untuk tetap menjadi nomor 1. Utamakan kepentingan sepak bola di atas kepentingan pribadimu. Pikirkan tentang bagaimana tindakanmu bisa memengaruhi citra permainan ini. Bicarakan tentang hal-hal yang positif di dalam permainan. Doronglah orang lain untuk menonton pertandingan atau memainkannya secara fair. Bantulah orang lain mendapatkan hal sebanyak mungkin dari sepak bola seperti kamu sendiri. Jadilah duta permainan ini.
  7. Tolak korupsi, narkoba, isu SARA, kekerasan, dan bahaya lain bagi olahraga kita ini. Popularitas sepak bola yang luar biasa ini kadang membuatnya rentan terhadap kepentingan luar yang bersifat negatif. Awasi mereka yang ingin menggodamu untuk berbuat curang atau menggunakan narkoba. Narkoba tidak memiliki tempat di dalam sepak bola atau olahraga lain. Katakan tidak pada narkoba. Bantulah menghapus isu SARA dari sepak bola. Perlakukan semua pemain dan setiap orang secara sama, tanpa mempertimbangkan warna kulit atau asal etnis. Tunjukkan bahwa sepak bola tidak menginginkan kekerasan, bahkan dari penggemar sekali pun. Sepak bola adalah olahraga, dan olahraga itu damai.
  8. Bantu orang lain menolak tekanan-tekanan untuk bertindak korupsi. Kamu mungkin mendengar rekan satu timmu atau orang lain yang kamu kenal digoda untuk berbuat curang. Mereka membutuhkan bantuanmu. Jangan enggan untuk mendukung mereka. Berikan mereka kekuatan untuk menolak. Ingatkan mereka tentang komitmen mereka kepada rekan satu tim dan permainan. Bangunlah solidaritas yang kuat, seperti pertahanan yang kuat dalam lapangan permainan.
  9. Laporkan mereka yang mencoba mengotori olahraga kita ini. Jangan malu untuk menunjuk setiap orang yang kamu yakini sedang membujuk orang lain untuk berbuat curang. Lebih baik mengungkapkan seseorang dan mengeluarkannya sebelum menyebabkan kerusakan. Dibutuhkan keberanian yang besar untuk melaporkan apa yang salah daripada mengikuti rencana yang kurang baik. Kejujuranmu akan dipuji tetapi keterlibatanmu dalam rencana yang kurang baik tersebut tidak akan dihargai. Jangan sekedar mengatakan tidak. Laporkan penjahat yang mencoba mengotori olahraga kita sebelum mereka bisa membujuk orang lain untuk mengatakan ya.
  10. Hargai mereka yang mempertahankan reputasi baik sepak bola. Nama baik sepak bola telah mampu bertahan karena kebanyakan orang yang mencintai permainan ini memiliki sikap yang jujur dan fair. Kadang seseorang melakukan suatu tindakan khusus yang membutuhkan penghargaan. Orang ini hendaknya dihargai dan keteladanannya yang baik disebarluaskan ke masyarakat. Ini akan mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama. Bantulah memajukan citra sepak bola dengan menceritakan hal-hal yang baik.
Share:

Sabtu, Februari 25, 2012

Christopher Johnson McCandless

"Jika ingin sesuatu dalam hidup ini, berusahalah meraihnya" (Christhoper Johnson McCandless - Into The wild)

"Aku ingin pergerakan yang dinamis, bukan kehidupan yang tenang. Aku mendambakan kegairahan, bahaya, dan kesempatan untuk mengorbankan diri bagi orang yang kucintai, aku merasakan di dalam diriku tumpukan energi sangat besar yang tidak menemukan penyaluran didalam kehidupan kita yang tenang" (Leo Tolstoy - Family Happiness)

Christopher Johnson Mccandless
Saya tidak membaca tuntas bukunya tetapi saya tuntas menonton filmnya. Film ini ataupun buku ini sangat bagus, tidak banyak orang yang memilih hidup seperti Christhoper Johnson McCandless (selanjutnya disebut Chris), dia menyebut dirinya sebagai Alexander Supertram. Chris memiliki jiwa yang resah. Ia selalu menanyakan kehidupan ini. Ia bandingkan antara keadaan dirinya dengan keadaan-keadaan manusia yang kerap ditemukannya di tempat-tempat kumuh di kotanya. Ia pun bertanya-tanya lagi. Melalui pengembaraan menuju Alaska ini, ia berharap dapat jawab tentang pertanyaan-pertanyaan yang muncul itu. Maka, tak ragu lagi, pengembaraan pun dimulainya.

Ia menyukai-betul Leo Tolstoy. Ia bahkan meniru gaya dan prinsip hidup Tolstoy. Baginya, hidup yang paling menyenangkan adalah dengan mengabaikan kehidupan yang bergelimang kekayaan, hak-hak istimewa, dan kemudian hidup di tengah orang-orang tak-punya. Semakin lama semakin sadar dirinya, betapa muaknya hidup ditentukan oleh kekayaan orangtuanya, betapa mengesalkannya hidup harus sesuai dengan harapan orangtuanya.

Sekali lagi saya katakan, tidak banyak orang yang memilih hidup seperti itu. Kisah ini membuktikan ada seorang menjalani hidupnya dengan tekad yang kuat, tentunya disamping tokoh-tokoh lain yang juga memiliki tekad kuat, saya belajar banyak dari kisah ini.
Share:

Jumat, Februari 24, 2012

Pencinta Alam Dan Paradigma Gerakan Lingkungan

"Jika ingin mengubah negara untuk kegiatan - kegiatan yang sulit tentang persoalan kebijakan politik, pencinta lingkungan menjadi sumber kekuatan dengan apa saja dapat dilakukan. Jika anda ingin mempunyai negara untuk kepentingan ekonomi, pikirkan diri anda dan generasi anda yang akan datang, saya yakin anda dapat melakukannya"

(Gerlorfd Nelson dalam catalyst conference speech university of Illionis, 1990)

Pecinta Alam Pendaki Gunung
Pencinta alam di Indonesia saat ini belum dirasakan sebagai salah satu akar gerakan lingkungan, terbukti dalam korelasinya saat ini dengan menjamurnya perhimpunan pencinta alam seiring pula dengan kerusakan yang tidak terkendali. Dimanakah letak penyimpangan ini karena keberadaan pencinta alam dalam tataran yang ideal dapat menumbuhkembangkan generasi yang peduli lingkungan. ini patut dikembangkan baik dalam pola gerakan maupun pengembangan organisasinya. Namun dalam tataran real tidak bisa di bedakan antara pencinta alam dan penggiat alam terbuka karena keduanya hampir tidak bisa dibedakan mana yang penggiat dan mana pencinta alam

Model gerakan lingkungan yang berasal dari pencinta alam pada periode kelahirannya lebih menekankan pada kecintaan terhadap alam yang diwujudkan dengan naik gunung, camping, pelatihan konservasi, dan penghijauan di lereng-lereng gunung. Selain kecintaan terhadap alam, mereka ornop dan sebagian pencinta alam masih terkonsentrasi pada model pembangunan. Karena mereka masih meyakini kebenaran model pembengunan berkelanjutan dengan standar kemajuan ekonomi yang sesungguhnya menimbulkan dampak.

Simpulan Paradigma

Dua nama, pencinta alam dan penggiat alam terbuka seolah-olah merupakan satu kesatuan utuh yang tidak bisa di pisahkan antara keduanya. Namun kalau dilihat secara etimologi kata dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia akan nampak kelihatan bahwa keduanya tidak ada hubungan satu sama lainnya.

Dalam KBBI, pecinta (alam) ialah orang yang sangat suka akan (alam), sedangkan petualang ialah orang yang suka mencari pengalaman yang sulit-sulit, berbahaya, mengandung resiko tinggi dsd. Dengan demikian, secara etimologi jelas disiratkan dimana keduanya memiliki arah dan tujuan yang berbeda, meskipun space, ruang gerak aktivitas yang dipergunakan keduanya sama, alam.

Dilain pihak, perbedaan itu tidak sebatas lingkup "istilah" saja, tetapi juga langkah yang dijalankan. Seorang pencinta alam lebih populer dengan gerakan enviromentalisme-nya, sementara itu, petualang lebih aktivitasnya lebih lekat dengan aktivitas-aktivitas petualangan seperti pendakian gunung, pemanjatan tebing, pengarungan sungai dan masih banyak lagi kegiatan yang menjadikan alam sebagai medianya.

Belakangan, berlahiran kelompok-kelompok yang mengatasnamakan dirinya sebagai "Kelompok Pecinta Alam, (KPA)". Namun, keberadaaan mereka belum mencirikan kejelasan arah gerak dan pola pengembangan kelompoknya. Jangankan mencitrakan kelompoknya sebagai pecinta alam, sebagai petualang pun tidak. Aktivitas mereka cenderung merupakan aksi-aksi spontanitas yang terdorong atau bahkan terseret oleh medan ego yang tinggi dan sekian image yang telah terlebih dulu dicitrakan oleh KPA-KPA lain, dengan demikian banyak diantara para "pencinta alam" itu cuma sebatas "gaya" yang menggunakan alam sebagai alat.

Pencinta alam dunia dengan gerakan enviromentalisme yang berjuang keras dalam menjaga keseimbangan alam ini patut kita contoh sebagai satu gerakan untuk masa depan, kini yang sering ditanyakan ketika kerusakan alam di negeri ini semakin parah dimanakah pencinta alam, begitupun dengan para petualang yang menggunakan alam sebagai medianya. Bahkan Tak jarang aktivitas mereka berakhir dengan terjadinya tindakan yang justru sangat menyimpang dari makna sebagai pecinta alam, misalkan terjadinya praktek-paktek vandalisme. Inilah sebenarnya yang harus di kembalikan tujuan dan arahnya sehingga jelas fungsi dan gerak merekapun bukan hanya sebagai ajang hura-hura belaka.

Sebuah harapan untuk mengembalikan keseimbangan alam ini supaya terhindar dari terputusnya sistem dalam kehidupan ini bukan tanggung jawab pencinta alam atau penggiat alam terbuka saja tapi tugas kita semua sebagai mahluk penghuni bumi dan dua arah yang berbeda dapat bersatu untuk menciptakan kelestarian alam ini khususnya lingkungan hidup.

Aktivis lingkungan hidup dunia dengan gerakan cinta lingkungannya akan lebih berarti tindakannya dengan dukungan dari para pencinta alam yang ada di negeri ini. Dalam perbedaan pola fikir dan arah gerak pencinta alam dengan penggiat alam terbuka terdapat kesamaan pula dengan media yang sama untuk itu bukanlah suatu kemustahilan keduanya bersatu untuk masa depan lingkungan hidup Indonesia sehingga terciptanya lingkungan hidup yang seimbang, stabil dan bermanfaat bagi kehidupan sekarang dan masa depan.

Sebuah peringatan kepada kemanusiaan yang diterbitkan oleh 1.575 ilmuwan dari enam puluh sembilan negara yan mengikuti Konverensi Rio tahun 1992 perlu kita ketahui sebagai sebuah awal penyadaran untuk lingkungan hidup ini.

"Peringatan " itu berisi bahwa umat manusia dan alam berada pada arah yang bertabrakan. Kegiatan manusia mengakibatkan kerusakan besar pada lingkungan dan sumber daya yang sangat penting yang seringkali tidak dapat di pulihkan. Jika tidak dikaji, banyak dari kegiatan kita skang yang ini menempatkan masa depan pada keadaan yang sangat beresiko, sehingga kita menghadapi realitas masyarakat manusia dan alam tumbuhan dan hewan dan mungkin juga dunia tempat kita hidup ini berubah sedemikian rupa, sehingga tidak dapat lagi mendukung kehidupan menurut cara yan kita kenal. Perubahan fundamental adalah urgen jika kita ingin menghindarkan benturan dalam arah perjalanan kita yang sekarang ini terjadi.(" World scientist Warning to Humanity ") , Pernyataan siaran pers diterbitkan 18 November 1992 oleh The Union of Concerned Scientist.) "

Ancaman yang menempatkan alam dan penghuninya (manusia maupun bukan manusia) berada dalam bahaya ini patut kita ketahui bersama tentang konsekuensi dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh umat manusia sebagai penghuni bumi ini.

Enviromentalisme dan gerakan lingkungan

sebelum melangkah lebih jauh melihat gerakan lingkungan baiknya kita tinjau masalah lingkungan. Masalah masalah lingkungan hidup seringkali tidak menjadi prioritas yang tinggi dan seringkali menjadi sub agenda dengan demikian akhirnya larut dan tenggelam dalam tema-tema kampanye yang lebih luas dan abstrak. sementara itu gerakan lingkungan atau dsebut juga enviromentalisme yaitu suatu faham yang menempatkan lingkungan hidup sebagai pola dan arah gerakannya. Bagi sebagian pihak enviromentalisme mungkin asing karena enviromentalisme dianggap sebagai gerakan yang membahayakan orde pada waktu itu (orde baru) terutama dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan ekploitasi hutan. Organisasi non politik yang concern pada lingkungan pada masa itu pun di arahkan langsung oleh Emil Salim waktu itu menjabat Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup untuk tidak mengikuti taktik Green Peace ataupun The German Green yang bisa masuk mengkritisi setiap kebijakan pemerintah yang tidak memperhatikan dampak lingkungan hidup terhadap alam ataupun masyarakat.

Sedangkan gerakan lingkungan hidup menurut literatur sosiologi istilah "gerakan lingkungan hidup" digunakan dalam tiga pengertian yaitu pertama sebagai penggambaran perkembangan tingkah laku kolektif (collective behavior). Kedua, sebagai jaringan konflik-konflik dan interaksi politis seputar isu-isu lingkungan hidup dan isu-isu lain yang terkait. Ketiga, sebagai perwujudan dari perubahan opini publik dan nilai-nilai yang menyangkut lingkungan.

Di Indonesia istilah gerakan lingkungan hidup di pakai dalam konsorsium : "15 tahun Gerakan Lingkungan Hidup : Menuju Pembangunan Berwawasan Lingkungan". Yang di selenggarakan oleh kantor Meneg Kependudukan Dan Lingkungan Hidup di Jakarta, 5 Juni 1972.

Denton E Morrison mengusulkan bahwa yang di sebutkan gerakan lingkungan hidup sesungguhnya terdiri dari 3 komponen yaitu komponen pertama, the organized or voluntary enviromental movement ( gerakan lingkungan yang terorganisir atau gerakan yang sukarela ) termasuk dalam kategori ini adalah organisasi lingkungan seperti Enviromental Devense Fund, Green Peace atau di Indonesia ada WALHI Jaringan Pelestarian Hutan "SKEPHI". Komponen kedua, The public enviromental movement (gerakan lingkungan publik ) adalah khalayak ramai yang dengan sikap sehari-hari dalam tindakan dan kata-kata mereka menyatakan kesukaan mereka terhadap ekosistem tertentu, pola hidup tertentu serta flora dan fauna tertentu. Komponen ketiga The Institusional Enviromental Movement (gerakan lingkungan terlembaga ) ini sangat menentukan dalam negara negara berkembang dimana peranan negara sangat dominan dan peranan aparat-aparat birokrasi resmi mempunyai kewenangan hukum (yuridiksi) terhadap kebijakan umum tentang lingkungan hidup atau yang berkaitan dengan lingkungan hidup sebagai contoh di Amerika ada Badan Perlindungan Lingkungan ( EPA - Enviromental Protection Agency), Dinas Pertamanan Nasional ( National Park Service) padanannya di Indonesia adalah Kantor Meneg KLH, DEPHUT.

Komponen gerakan lingkungan terlembaga ini penting untuk di amati sendiri ambilah contoh keberhasilan EPA dalam mengendalikan polusi air dan udara misalnya di pengaruhi kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, kebijaksanaan luar negeri serta ketersediaan sumber-sumber energi

Hakikat gerakan lingkungan menurut Buttel dan Larson mempunyai beberapa manfaat, pertama struktur gerakan lingkungan di setiap negara yakni hubungan diantara tiga komponen itu bisa berbeda-beda dan ini membawa variasi yang cukup berarti di antara paham lingkungan (enviromentalism) negara-negara itu. Kedua, taktik dan ideologi gerakan lingkungan terorganisir di suatu negara dapat di lihat sebagai hasil interaksi diantara komponen - komponen kelas negara itu satu pihak, dan kelompok-kelompok kepentingan (interces group) dilain pihak.

Epilog

Perubahan paradigma dalam tubuh pencinta alam bukan sebuah kemustahilan untuk berubah dan seimbang dengan kegiatan kegiatan alam terbuka yang biasa di gelutinya. Tidak menutup kemungkinan sebuah gerakan radikal untuk masalah kesadaran lingkungan terwujud dalam satu koridor gerakan lingkungan karena masalah lingkungan adalah masalah bersama yang membutuhkan kerjasama dari setiap stake holder pelaku,pemerhati dan aktivis yang bergerak atasnama lingkungan

Dalam konteks gerakan lingkungan, maka tantangan semakin yang semakin besar di masa mendatang mengharuskan kita untuk melakukan reposisi gerakan lingkungan menjadi gerakan sosial, karena ini adalah satu-satunya jalan untuk menghadapi dominasi pasar dan globalisasi (Iden Wildensyah)

Sumber :

* George Junus Aditjondro,2003. Pola-pola Gerakan Lingkungan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
* Philif Shobecof,1998. Sebuah Nama Baru Untuk Perdamaian. Yayasan Obor Indonesia.Jakarta.
* soemarwotto, otto,2001, Ekologi,Lingkungan Hidup dan Pembangunan.Djambatan.Jakarta
* Jurnal WACANA Edisi12,Tahun III,2002 Lingkungan Versus Kapitalisme Global, penerbit INSIST Press
* Buletin Wanadri no 17, 2002
* Kalam Jabar, Republika Rabu 25 februari 2004.
* Habitat Newsletter KONUS Volume 03 no 02. Juni - September 2003
* Isola Magazine, media Unit Pers Mahasiswa UPI edisi I,Juli - September 2003
Share:

Sasakala Situ Bagendit

Di wewengkon Banyuresmi Kabupatén Garut, aya situ anu néplak lega ngaranna. Situ Bagendit. Pamandangan di Situ Bagendit pohara éndahna. Nepi ka ayeuna ogé sok loba nu ulin ka Situ bagendit, ngadon lalayaran jeung balakécrakan.

Ceuk ujaring carita, baheulana mah di éta wewengkon éteu aya situ teu sing. Nu aya téh ngaran pilemburan jeung pasawahan waé. Ari dongéngna nepi ka aya situ téh kieu.

Situ Bagendit poto ti tourism.com
Di tengah lembur aya imah anu nenggang ti nu séjén. Nenggang sotéh lain hartina anggang tapi nenggang bédana ti nu imah nu aya di sabudeureunana. Di lembur eta teu aya deui nu imahna nu mapakan gedéna jeung sigrongna salian imah Nyi Endit.

Nyi Endit téh randa pangbeungharna di éta lembur. Imahna ogé pan sakitu agréngna, atuh pakayana lain ukur lega sawahna jeung kebonna, emas jeung berlian gé dipetian.

Nyi Endit mah lain waé kasohor ku beungharna tapi ogé kasohor ku peditna. Sakitu rajakaya ngaleuya, asup kana paribasa “bru di juru bro do panto ngalayah di tengah imah” tapi tara daék barang béré atawa tutulung ka nu butuh. Hasil tatanén kajeun buruk jadi runtuh batan dibikeun ka tatangga mah.
Padahal di éta lembur téh teu saeutik jalama anu sangsara, loba jalma anu dahar isuk heunteu soré. Malah teu saeutik anu maot alatan ku kalaparan. Ěta oge sok aya anu lahlahan nepungan Nyi Endit niat ménta tuluy, tapi lain dibahanan ku pangbutuh kalah diusir bari dicarékan.

Teu saeutik jalma anu nyeri haté nepi ka ceurik balilihan kanyenyerian ku Nyi Endit. Loba rahayat anu carinakdak lantaran teu geunah ku paripolah Nyi Endit nu taya pisan boga niat nalang ka nu keur susah.
Cunduk dina hiji waktu, aya aki-aki rudin leumpangna jajarigjeugan kundang iteuk. Ku saliwat nu carinakdak lantaran teu geunah ku paripolah Nyi Endit anu taya pisan boga niat teh kawas nu keur kalaparan. Nu dijugjug ku aki-aki téh imah Nyi Endit.

Barang nepi ka buruan gedong the aki-aki usuk salam, Nyi Endit anu kabeneran keur ngadaweung di tepas imah bari balakécrakan lain ditémbalan ku kecap nu soméah. Nempo aki-aki rudin teh Nyi Endit nyirintil bari ngahoak.

“ Rék nanaon datang ka dieu. Rek barang pénta? Indit! Kami moal rek mikeunan édahareun.”
Sakitu aki-aki lumengis bari nyebutkeun lapar, Nyi Endit boro-boro aya rasa karunya kalah popolotot nitah indit.

Méméh ngaléos éta laki-laki téh nyarita kénéh ka Nyi Endit.

“Mangkahadé anjeun poho, harta banda téh ukur pihapéan. Dunya barana mah ngan ukur titipan. Nu ku anjeun dipikaboga mah iwal ti amal hadé, jeung kanyaah ka sasama. Lamun nyaah teuing kana dunya urang bisi cilaka!”

Aki-aki ngaléos indit tapi saméméhna nancebkeun heula iteukna di tengah pakarangan imah Nyi Endit. Nempo iteuk nanceb ku Nyi Endit gancang dicabut bari dibalangkeun. Bet ku anéh, tina urut iteuk nanceb the kaluar cai. Mimitina mah cai téh ukur ngaburial lila-lila mah mancer tarik pisan.

Cai tina urut iteuk nanceb teu ereun-ereun. Mimiti ngan ukur ngumplang di pakarangan, lila-lila leleban caah. Cai beuki ngagulidang, Nyi Endit geumpeur.

Nempo lembur ka keueum ku cai téh Nyi Endit mah lain nyingkah cara batur tapi kalah ngeukeupan peti nu eusina emas berlian.

Teu kungsi lila ti harita lembur salin rupa jadi situ. Lembur jeungharta Nyi Endit kakeueum di asar situ. Ceunah mah ceuk nu nyaho Nyi Endit jadi léntah nu gedé nu reunceum ku perhiasan .

Paingan ceuk aki-aki téa dunya jeung harta banda ukur titipan. Geuning Nyi Endit gé kalah cilaka ari loba harta bari teu daék amal hadé mah.


dikopi ti Tabloid Sunda GALURA



Share:

Kamis, Februari 23, 2012

The Crucidle

''Buku ini diawali dengan telaah atas the crucidle'' (pengantar Buku Atlas Budaya Islam)

Saya baru membaca sebuah kalimat di atas sebelum memasuki lembaran-lembaran selanjutnya. Tetapi yang menarik perhatian saya sebelum masuk ke tema adalah The Crucidle. Yah, the crucidle yang berarti peleburan. Peleburan dalam konteks ini adalah realitas sejarah di mana Islam - sebagai agama, budaya, dan peradaban.

Dari kata The Crucidle ini kemudian mewujud sebuah buku atlas yang sangat besar. Ide-idenya kemudian berkembang menjadi sebuah karya besar tentang perjalanan sejarah, budaya dan peradaban dunia. Inilah yang menurut saya menarik.

The crucidle, kemudian saya tangkap. Saya menangkapnya sebagai gagasan awal yang bisa menjadi awal untuk sebuah karya besar. Saya bukan itu saja, ada banyak ide-ide besar lainnya yang muncul. Tetapi, sebagai permulaan, saya tangkap dulu The Crucidle.

Sip, menulis kembali, mencatat kembali dan kembali menulis.

Share:

Postingan Populer