Tiga hal yang menjadi penting di era sekarang adalah kemampuan bahasa, kemampuan retorika, dan kemampuan menulis. Tiga hal tersebut muncul dari diskusi kreativitas bersama Acep Iwan Saidi, seorang penulis hebat yang sering saya baca tulisannya di media cetak. Pak Iwan, demikian saya memanggil beliau kalau bertemu di sekolah. Sore itu Pak Iwan menjadi narasumber untuk diskusi yang rutin dilaksanakan setiap selasa pukul 13.30. Pak Iwan menyampaikan beberapa contoh tentang keterkaitan antara kreatifitas, bahasa, dan seni serta pentingnya dalam pembelajaran anak.
Bahasa adalah hal penting setelah inovasi mewujud bentuk dan bentuk menjadi mati ketika kita tidak bisa mendefinisikan dalam bahasa. Misalnya seorang inovator dengan kreatifitasnya berhasil menciptakan penemuan robot pemadam kebakaran. Si robot pemadam kebakaran akan menjadi sebuah benda bernilai lebih saat seorang inovator menjelaskan perihal robot tersebut. Robot tersebut kemudian akan bernilai lebih lagi ketika dia sudah diketahui oleh masyarakat umum, tentang kegunaannya, tentang cara pemakaiannya, dll. Robot tidak akan menjelaskan secara langsung siapa dirinya jika tidak diprogram oleh manusia yang menciptakan.
Contoh lainnya misal sebuah kursi hasil inovasi dengan berbagai bentuk dan tambahan lainnya. Kursi akan bernilai ketika dia bisa dibahasakan melalui iklan, melalui narasi, dll. Kursi baru hasil inovasi akan diam begitu saja tanpa diketahui orang lain jika sang inovator tidak berusaha membahasakan.
Pembangunan apartemen dan perumahan hasil kolaborasi teknik sipil dan teknik arsitektur akan bernilai dan berharga ketika dibahasakan dengan baik kepada masyarakat. Lihat saja misalnya seorang marketing ketika menyampaikan harga mahal tetapi seperti biasa saja karena dibahasakan dengan baik. Seperti ”apartemen ini bebas macet, keluar tol dalam kota langsung masuk komplek apartemen. Harganya dijamin murah, hanya dengan dua ratus lima puluh juta perbulan, anda sudah bisa menempati ruang ekslusif dengan jaminan keamanan dan kenyamanan”. Bayangkan hanya dengan dua ratus lima puluh juta rupiah perbulan (Rp250.000.000,00/bulan) !. Fantastis tetapi seperti biasa saja saat dibahasakan dengan intonasi yang baik dan meyakinkan.
Itulah beberapa contoh tentang bahasa memegang peranan penting baik dalam menyampaikan gagasan atau juga menyampaikan hasil gagasan tersebut. Inilah yang saya sebut sebagai berakhir di bahasa. Selain selanjutnya adalah kemampuan retorika. Kemampuan retorika atau kemampuan menyampaikan gagasan melalui argumentasi yang kuat. Retorika seperti kelanjutan dari bahasa. Seorang yang memiliki kemampuan bahasa dengan baik akan lebih bisa menjelaskan sesuatu dengan baik dibanding orang yang tidak memiliki kemampuan berbahasa. Retorika berdasar pada bahasa yang disampaikan, itu berarti argumentasi akan kuat ketika bahasa penyampaian efektif. Dan penyampaian yang efektif membuat sesuatu yang dibahasakan menjadi sampai pada tujuan yang akan dicapai. Tujuan tersebut misalnya ketika menyampaikan gagasan atau inovasi yang mewujud.
Jika berbahasa dengan baik sudah, berinovasi juga sudah, selanjutnya tentu saja menulis. Menulis adalah bagian dari menuangkan gagasan dalam bentuk nyata. Menulis harus memiliki kemampuan bahasa yang baik, argumentasi yang kuat, dan logika bahasa yang baik juga. Ini adalah bagian dari kreatifitas agar tidak mati setelah mewujud. Dia harus dituliskan, harus disebarkan pada semua khalayak terutama untuk inovasi yang penting untuk masyarakat. Tujuannya tidak lain adalah untuk kebaikan semua. Menulis merupakan bagian tidak terpisahkan dari bidang keilmuan apapun. Dia holistik. Dulu saya mengatakan pada dosen waktu kuliah di Jalan Setiabudi 207 Bandung bahwa keilmuan itu menjadi mati ketika dosen atau mahasiswa tidak berusaha menuliskannya di surat kabar. Surat kabar menjadi sebuah media terbaik untuk membagi hasil pemikiran. Dari pemikiran yang dikirim ke media, khalayak menjadi berpengetahuan. Pengetahuan menjadi milik bersama yang tidak terbatas pada lembaga pendidikan saja.