Musik tradisional selalu menggelitik untuk diketahui, melodi serta suaranya yang berbeda dengan kebanyakan musik pada umumnya mampu mengalihkan perhatian. Begitu juga dengan peristiwa malam minggu 29 Mei 2010 saat ada pertunjukan dari group musik yang berasal dari Amerika Selatan.
Di sela-sela keramaian pengunjung, suara musik tradisional yang mengalun merdu itu ternyata mampu membuat pengunjung menengok. Yah, saya salah satunya, sangat disayangkan jika moment yang menarik, unik dan berbeda ini dilewatkan begitu saja.
Chalwanka, demikian nama group musik yang sedang performance malam itu. Di lorong kanan dari parkir depan, tepat di arah lorong masuk menuju Blitzmegaplex, Chalwanka menarik pengunjung untuk sejenak mengetahui alat seni tradisional dari Amerika Selatan ini. Chalwanka dari brosur yang saya dapatkan adalah group musik dari pegunungan Andes, Chalwanka berasal dari bahasa asli suku Inca yaitu bahasa Quechua (kechua) yang artinya ‘Ikan Batu’.
Pendiri Chalwanka yang juga hadir dan performance malam itu adalah seorang musisi yang bernama Pacha dari Peru. Dengan alat musik Zamponas (Zamponyas) dan Quenas (kenas). Pacha telah performance lebih dari 20 tahun ke beberapa negara seperti Italia, Portugal, Spanyol, Brazil, Jepang dan malam itu sedang di Indonesia.
Di sela-sela keramaian pengunjung, suara musik tradisional yang mengalun merdu itu ternyata mampu membuat pengunjung menengok. Yah, saya salah satunya, sangat disayangkan jika moment yang menarik, unik dan berbeda ini dilewatkan begitu saja.
Saya bersama Pacha (dok.pribadi) |
Pendiri Chalwanka yang juga hadir dan performance malam itu adalah seorang musisi yang bernama Pacha dari Peru. Dengan alat musik Zamponas (Zamponyas) dan Quenas (kenas). Pacha telah performance lebih dari 20 tahun ke beberapa negara seperti Italia, Portugal, Spanyol, Brazil, Jepang dan malam itu sedang di Indonesia.