Ruang Sederhana Berbagi

Minggu, April 06, 2014

Balincong

Alat ini setia menemani saya sehari-hari. Selain balincong, saya juga membawa satu rancatan dan dua tanggungannya. Dua alat ini menjadi wajib bagi pekerja seperti saya. Balincong untuk menggali dan tanggungan untuk membawa galian tanahnya ke sisi yang lain.

Pekerjaan menggali tanah sudah lama saya tekuni. Saya Udin dari kampung yang jauh jaraknya dari kota ini. Setiap hari saya mangkal di depan kantor wilayah. Menunggu orang yang butuh jasa penggali tanah. Mereka adalah adalah para kontraktor yang sedang membangun rumah, gedung, dan lain-lain. Sekarang mulai baru walaupun tidak baru-baru banget, kontraktor untuk saluran telekomunikasi. Mereka menanam kabel di bawah tanah sepanjang jalan. 

Rejeki buat saya jika ada kontraktor seperti itu. Apalagi galiannya panjang, bisa berhari-hari bahkan bisa berbulan-bulan. Rupa-rupa kabel mulai dari ukuran sampai warnanya. Ada kabel yang satuan, ada kabel kecil-kecil yang dibungkus jadi besar. Menarik bersama-sama setelah mendapatkan lubang galiannya.

Selain para kontraktor, ada juga yang menggunakan jasa tukang gali untuk keperluan rumah tangga seperti membuat galian sumur, galian saluran air, galian pondasi baru, dan galian untuk tanah. 

Kalau sedang bekerja di rumah, kadang saya ingat anak-anak di kampung. Mereka masih kecil-kecil. Sekarang tinggal sama ibunya. Sekali dalam sebulan saya pulang ke kampung. Menengok anak dan istri juga sawah. Yah, saya punya sawah. Pergi ke kota itu mengisi waktu setelah sawah beres saya tanami. Giliran mau panen, saya pasti pulang dulu untuk memanen padi yang sudah menguning.

Aneh rasanya jika tinggal terlalu lama di kampung. Sepi, saya lebih suka mangkal sebagai tukang gali. Walaupun meninggalkan anak dan istri di kampung tapi ada perasaan puas karena saya bisa menafkahi mereka dari hasil menggali di kota. Mereka tak keberatan karena saya penuhi kebutuhan sehari-harinya. Kalaupun kehabisan uang, mereka tinggal nganjuk (ngutang) di warung kemudian dibayar saat saya pulang.

Demikian halnya dengan saya di sini. Jika tidak ada uang karena belum dapat pekerjaan, saya nganjuk saja. Pemilik warung sudah biasa. Mereka tahu dan percaya bahwa saya akan membayar setelah mendapat bayaran dari pekerjaan menggali tanah.

Buat saya, menggali tanah sudah jadi keseharian saya dalam hidup ini. Saya tak pernah mengeluh saat ada pekerjaan atau belum mendapat pekerjaan. Saya tahu Tuhan Maha Adil. Ia akan selalu memberi rejekiNya selama kita berusaha. Saat mendapat pekerjaan, saya bersyukur demikian juga saat saya harus menunggu, saya tetap bersyukur.

Saat menunggu, saya bisa bercengkrama dengan teman-teman dari kampung dan juga mereka yang bekerja di bidang yang lain seperti berdagang. Sering banyak pedagang lewat tempat mangkal saya. Misalnya Mang Ihin yang jualan bandros, dan Mas Narno yang jualan tahu gejrot. 
Kampung halaman (iden wildensyah, 2014)
Share:

0 komentar:

Postingan Populer