Sehari tanpa Kendaraan Bermotor
Iden Wildensyah
Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Lingkungan,
Universitas Padjadjaran
SEJENAK setelah kita melaksanakan aktivitas rutin memakai kendaraan setiap hari dari rumah, kantor, kampus, hari ini baiknya kita coba untuk mengurangi kadar polusi di Kota Bandung dengan melaksanakan kegiatan tanpa kendaraan pribadi. Tingkat polusi udara yang tinggi menyebabkan berbagai dampak yang mengerikan.
Hasil studi yang dilakukan di beberapa ruas jalan di Kota Bandung menunjukkan, komposisi asam sulfat (SO4) dan asam nitrat (NO3) mencapai 30% dari total debu di udara. Hal ini menyebabkan, hujan yang turun di Kota Bandung menjadi hujan asam. Studi tersebut juga mengidentifikasi komposisi kimia di dalam partikel seperti timbal (Pb), arsenik (As), amonium (NH4), dan logam berat lainnya. Sumber-sumber pencemar antara lain industri dan transportasi.
Prof. Dr. Otto Soemarwoto dalam satu kesempatan di Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat pernah mengatakan bahwa kadar timbal dalam darah sudah di atas ambang batas. Selain gejala disfungsi ereksi pada pria dewasa, timbal akan berujung pada gangguan reproduksi.
Hasil penelitian tentang kadar timbal (Pb) dalam darah anak sekolah beberapa SD dan SMP di Kota Bandung, yang dilansir “PR” (12/7), ternyata bisa lebih parah. Dengan kondisi pencemaran udara seperti saat ini, paling tidak 50 persen anak-anak (usia sekolah di Kota Bandung dipastikan memiliki kadar timbal dalam darah di atas ambang batas.
Ketika kadar timbal dalam darah ini sudah di atas ambang batas, gangguan kecerdasan pada anak-anak dan orang dewasa muncul. Bagi wanita hamil, selain bisa keguguran, putra atau putri yang dilahirkan pun bisa prematur atau gangguan lainnya. Selain itu, timbal yang masuk dalam paru-paru orang dewasa bisa menyebabkan iritasi pernapasan bahkan kanker paru-paru, emphisema, dsb.
CFD
Untuk mengurangi tingkat polusi akibat kendaraan, gerakan Car Free Day (CFD) sudah menyebar ke Eropa dan negara lain di dunia. CFD bermaksud membangkitkan kesadaran masyarakat tentang perlunya menjaga kebersihan udara. Gerakan ini dilakukan mengingat semakin tingginya ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan bermotor pribadi.
Keberhasilan CFD di beberapa negara ditindaklanjuti dengan semakin gencarnya pengurangan kendaraan bermotor pribadi. Namun, tentu saja ini diimbangi dengan peningkatan sarana angkutan umum massal dan pembangunan pedestrian.
Pada September ini, tepatnya tanggal 21 September, CFD kemudian menjadi acara tahunan dan dilakukan diberbagai belahan negara lain di dunia. Tanpa melakukan pengukuran ilmiah terhadap kadar pencemaran pun, warga bisa merasakan kotornya udara ketika bernafas.
Cara yang paling signifikan untuk menurunkan tingkat pencemaran udara adalah dengan beralih dari penggunaan kendaraan bermotor pribadi ke penggunaan alternatif transportasi non-motor.
Di saat kesadaran untuk menjaga kualitas udara ini menjadi penting bisa saja car free day tidak hanya dilakukan sehari, tapi setiap hari. Ketika kesadaran akan udara yang bersih, kita menjadi pelaku aktif untuk mengurangi tingkat pencemaran.***
0 komentar:
Posting Komentar